Tinjauan Sosial Ekonomi Pengemis di Kota Binjai

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya teman. Dalam hal ini arti teman bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman sekampung dan sebagainya, yang dimaksud teman disini adalah mereka yang ada disekitar kita yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi (Wahyuni, 1986 : 60).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa adanya orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto “ Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia – manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya aka rusak” (Soekanto, 1989: 48).

Kata Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Secara garis besar ekonomi adalah cara mengatur rumah tangga. Dengan kata lain, pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal – hal yang berhubungan dengan


(2)

kehidupan rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannnya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak – anak melainkan juga rumah tangga bangsa, negara dan dunia. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara untuk memuhi kebutuhan sehari – hari. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari – hari (Putong, 2005 : 9).

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai denga seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh sipembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain – lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kedudukan sosial ekonomi menurut Melly G.Tan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi renda, sedang dan tinggi (Koentjaraningrat, 2005 :35).


(3)

Adapun beberapa kedudukan tersebut yaitu :

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2. Golongan masyarakat yang berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung. 3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat

memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatan itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain.

Mengukur kondisi riil sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Dalam laporan PBB I berjudul Report on International Definition and Measurement of Standart and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi :

1. Kesehatan

2. Makanan dan gizi

3. Kondisi Pekerjaan

4. Situasi kesempatan kerja

5. Konsumsi dan tata hubungan aggregative


(4)

7. Sandang

8. Rekreasi dan hiburan

9. Jaminan sosial

10. Kebebasan manusia (Siagian, 2012 : 74).

2.2 Pengemis

2.2.1 Pengertian Pengemis

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 31 tahun 1980 pengemis dapat didefinisikan sebagai orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta – minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapakan belas kasihan orang lain (http://www.depsos.go.id diakses pada tanggal 26 februari 2015 pukul 17.00 WIB). Pengemis didalam menjalani kegiatannya selalu mengharap belas kasihan orang lain. Mereka mampu melakukan apa saja untuk menarik simpati dari masyarakat agar mau memberikan belas kasihan berupa uang ataupun hal lainnya. Pengemis sendiri tidak jarang kita melihat bahwa untuk mendapatkan belas kasihan mereka memasang wajah kasihan dan tidak jarang ada sampai yang memaksa agar kita memberikan belas kasihan kepadanya. Pengemis cacat fisik, penggendong anak dan pengemis anak yang sering kita melihat berita di media kabar bahwa ada juga sindikat yang mengorganisir para pengemis anak.

Pengemis ini menggunakan berbagai cara dalam beraksi sehingga terkadang masyarakat umum merasa terganggu. Pengemis ini tidak menghiraukan itu semua untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Kegiatan mengemis ini dijadikan sebagai lahan untuk mendapat belas kasihan untuk memenuhi


(5)

kebutuhan hidup mereka. Kriteria yang dapat diberikan mengenai pengemis adalah :

1. Anak – anak dan orang dewasa (laki – laki dan perempuan).

2. Meminta – minta di rumah – rumah penduduk, pertokoan, persimpangan jalan, pasar, tempat ibadah dan tempat umum lainnya.

3. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan seperti berpura – pura sakit, merintih dan kadang – kadang mendoakan dengan bacaan – bacaan ayat suci.

4. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan penduduk pada umumnya.

2.2.2. Sebab Terjadinya Pengemis

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya pengemis adalah rasa malas, kesulitan ekonomi, kurang keterampilan, tidak dapatnya mengembangan diri, dan sangat bergantung kepada orang lain. Kemiskinan menyudutkan mereka untuk melakukan pekerjaan mengemis. Pekerjaan memang tidak bisa ditunggu datangnya, tetapi pekerjaan itu harus dicari dan diciptakan. Mencari dan menciptakan pekerjaan hanya bisa dilakukan oleh orang – orang yang rajin dan kreatif. Orang – orang yang malas mencari dan menciptakan pekerjaan merupakan hal yang langka. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya pegemis dapat disimpulkan karena adanya kemiskinan, rasa malas, kurangnya keterampilan, kesulitan ekonomi dan bergantung pada orang lain.


(6)

2.3 Kemiskinan

2.3.1 Definisi Kemiskinan

Secara ilmiah definisi diartikan sebagai batasan arti. Rumusan definisi membantu kesulitan yang dihadapi dalam merumuskan pengertian yang komprehensif dan sempurna tentang suatu konsep, yang dalam ini adalah kemiskinan. Rumusan definisi kemiskinan oleh berbagai pihak tentu dibatasi oleh aspek mana yang ditekankan pembuat definisi kemiskinannya. Cara seperti ini tidak akan menghasilkan makna kemiskinan secara generalis tetapi lebih faktual karena biasanya penekanan dan pemilihan aspek kajian yang dilakukan dipengaruhi oleh fakta, pengalaman, sejarah maupun latar belakang pihak yang merumuskan definisi tersebut maupun lokasi yang dikaji ( Siagian, 2012 : 24 ).

Ada beberapa definisi kemiskinan dibawah ini, antara lain :

1. World bank mendifinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia baik fisik dan sosial sebagai akibat tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilannya tidak mencapai 1,00 dolar AS perhari (Siagian, 2012: 25).

2. Jika ditinjau dari standart kebutuhan hidup layak atau pemenuhan kebutuhan pokok, maka kemiskinan adalah suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan dasar yang disebabkan kekurangan barang – barang dan pelayanan – pelayanan yang dibutuhkan dalam upaya memenuhi standart hidup yang layak (Siagian, 2012: 25).


(7)

3. Jika ditinjau dari pendapatan, maka kemiskinan adalah kondisi kurangnya pendapatan sebagai modal untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (Siagian, 2012: 25).

4. Jika ditinjau dari penguasaan sumber – sumber, kemiskinan merupakan keterlataran yang disebabkan oleh penyebaran yang tidak merata dari sumber – sumber, termasuk didalamnya pendapatan (Sjahrir, dalam Siagian, 2012 : 26).

5. Kemiskinan merupakan kondisi yang dialami manusia saat mana jumlah rupiah yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang dari 2.100 kalori perkapita (Esmara, dalam Siagian, 2012: 27).

2.3.2. Faktor – Faktor Penyebab Kemiskinan

Secara umum faktor – faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar yaitu faktor internal dan fakor eksternal (Siagian, 2012: 114).

Ada beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain :

1. Faktor internal, dalam hal ini berasal dari dalam diri invidu yang mengalami kemiskinan itu yang secara subtansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi :

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit – sakitan.

b. Intelektual, seperti kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau temperamental seperti malas, mudah menyerah dan putus asa.


(8)

d. Spritual, seperti tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin. e. Sosial psikologis, seperti kurang motivasi, kurang percaya diri,

kurang relasi dan kurang mencari dukungan.

f. Keterampilan, seperti tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

g. Asset, seperti tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri invidu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi :

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurangnya terlindungi usaha – usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi denga pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

g. Budaya yang kurang mendukung kemajuna dan kesejahteraan. h. Pembangunan yang berorientasi fisik dan material.


(9)

2.3.3 Jenis – Jenis Kemiskinan

Salah satu upaya untuk mengidentifikasi kemiskinan adalah dengan mengetahui berbagai jenis kemiskinan, apabila meninjau kemiskinan itu dari aspek atau sudut pandang tertentu maka akan di temukan jenis kemiskinan itu secara berpasangan. Dengan demikian kemiskinan yang secara nyata dialami seseorang atau sekelompok secara pasti dapat dikategorikan kedalam salah satu jenis dari pasangan itu dan memang hanya salah satu dari dua jenis kemiskinan itu. Dengan kata lain, jenis kemiskinan dalam satu pasangan bersifat ekslusif (Siagian, 2012 : 46).

Ada beberapa jenis kemiskinan antara lain :

1. Kemiskinan Absolut

Yaitu suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat martabat sebagai manusia.

2. Kemiskinan Relatif

Yaitu kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan mengkajinya.

3. Kemiskinan Massa

Yaitu kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah.


(10)

Yaitu kondisi wilayah yang diidentifikasi sebagai wilayah yang menghadapi masalah kemiskinan secara umum berbeda dengan kondisi wilayah yang diidentifikasi tidak menghadapi masalah kemiskinan massa. 5. Kemiskinan Alamiah

Yaitu kemiskinan yang ditemukan jika kajian tentang kemiskina itu didasarkan atas faktor – faktor penyebab kemiskinan itu terjadi.

6. Kemiskinan Kultural

Yaitu kemiskinan yang terjadi karena faktor budaya. 7. Kemiskinan Terinvolusi

Yaitu kemiskinan yang terkait dengan masalah mental yang sudah sedemikian parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana dapat mengatasi kemiskinan tersebut.

8. Kemiskinan Struktural

Yaitu kemiskinan yang ditemukan jika kemiskinan dikaji dari segi faktor – faktor penyebab kemiskinan itu sendiri.

9. Kemiskinan Situasional

Yaitu kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada.

10.Kemiskinan Buatan

Yaitu kemiskinan yang terjadi karena kelembagaan – kelembagaan yang ada mengakibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai saran ekonomi dan fasilitas- fasilitas secara merata.


(11)

2.3.4. Gejala – Gejala Kemiskinan

Upaya memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara atau pendekatan lain, seperti melalui gejala- gejala kemiskinan. Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala – gejala kemiskinan (Siagian, 2012 : 16).

Ada beberapa gejala - gejala kemiskinan antara lain :

1. Kondisi Kepemilikan Faktor Produksi.

Kemiskinan tidak datang serta – merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang semerta – merta.semuanya melalui saluran, sumber dan prosestertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat produksi yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok tersebut miskin atau tidak.

2. Angka Ketergantungan Penduduk

secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungandan lain – lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada suatu kalimat yang berlaku secara umum, orang hanya akan meiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya angka ketergantungan pada masyarakat atau keluarga sangat tinggi.


(12)

3. Kekerungan Gizi

Laporan dari berbagai institusi seperti dinas kesehatan maupu rumah sakit sering menggambarkan status masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adalah wilayah rawan gizi. Informasi ini merupaka gejala sangat miskinnya sesorang atau kelompok. Masalahnya berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama.

4. Pendidikan Yang Rendah

Era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai suatu yang penting. Pendidikan bahkan telah sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena itu wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan bahkan tidak sekedar pendidikan melainkan pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi karena pendidikan dianggap sebagai alat memenagkan persaingan yang makin hari makin ketat.

2.4 Kesejahteraan Sosial

Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, mendifinisikan bahwa kesejateraan sosial sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah, lsm maupun masyarakat. UU No.11 tahun 2009 bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas, tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang meliputi :


(13)

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3. Melaksanakan rehabilitasi, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial.

5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakt serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dibidang kesejahteraan sosial.

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial.

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial.

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan keejahteraan sosial.

11.Mengembangkan jaringan kerja dan kordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional. 12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional. 13.Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial.


(14)

14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pengemis merupakan masalah sosial yang sulit untuk diatasi. karena permasalahan pengemis merupakan permasalahan sosial yang kompleks dan klasik. Berbagai aspek didalam kehidupan dapat menjadi indikator penyebab terjadinya pengemis. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pengemis salah satu faktor yang paling sering muncul diakibatkan oleh masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan mengakibatkan seseorang menjadi sulit dalam memenuhi kebutuhan pokoknya yang mencakup pendidikan, konsumsi, kesehatan, perumahan dan dana sosial, ditambah tidak adanya skill dan keterampilan yang dikuasai mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk bekerja dan memperoleh pendapatan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini mengakibatkan seseorang memilih untuk bekerja sebagai pengemis.

Pengemis merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki peluang untuk dapat memiliki kehidupan yang layak seperti masyarakat lainnya. Akan tetapi, kepribadian yang terdapat pada diri pengemis seperti malas dan mudah putus asa menjadi ciri khas dari diri mereka. Mereka tidak menyadari bahwa potensi yang terdapat didalam diri mereka serta tidak mampu untuk menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Padahal, bila mereka mau untuk berusaha menghilangkan rasa malas dan mudah putus asa didalam diri mereka maka mereka akan mampu untuk menjalankan fungsi sosialnya didalam masyarakat.


(15)

Bagan Alur Pemikiran

Pengemis

Ekonomi: 1. Pendapatan 2. Pengeluaran

a. Pendidikan b. Konsumsi c. Kesehatan d. Perumahan e. Dana Sosial f. Tabungan Sosial:

1. Interaksi dengan sesama anggota keluarga

2. Interaksi dengan sesama pengemis 3. Interaksi dengan


(16)

2.6. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang dipakai oleh para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep – konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep – konsep yang diteliti. Secara sederhana defenisi disini diartikan sebagai “batasan arti”. Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011 : 138).

Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pengemis adalah orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta – minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapakan belas kasihan orang lain.

2. Sosial ekonomi adalah suatu kondisi atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu yang ditentukan oleh faktor pemenuhan seperti pendidikan, konsumsi, kesehatan serta perumahan, dana sosial dan tabungan didukung oleh pendapatan yang layak.


(17)

2.7. Ruang Lingkup Pengemis

Adapun yang menjadi ruang lingkup pengemis dalam penelitian ini mencakup :

1. Pengemis cacat, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk mendapatkan belas – kasihan orang lain karena memiliki keterbatasan baik secara fisik dan mental.

2. Pengemis lanjut usia, orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia 55 hingga tutup usia. 3. Pengemis anak, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan

meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia antara 4 – 17 tahun.

Penelitian ini akan melihat kondisi sosial ekonomi dari kedua jenis pengemis yang ditetapkan dalam penelitian ini. Kondisi sosial pengemis yang dimaksud adalah :

a. Interaksi dengan sesama anggota keluarga b. Interkasi dengan sesama pengemis


(18)

Sedangkan kondisi ekonomi pengemis yang dimaksud adalah :

1. Pendapatan 2. Pengeluaran

a. Pendidikan b. Konsumsi c. Kesehatan d. Perumahan e. Dana Sosial f. Tabungan


(1)

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

3. Melaksanakan rehabilitasi, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial.

5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakt serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dibidang kesejahteraan sosial.

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial.

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial.

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan keejahteraan sosial.

11.Mengembangkan jaringan kerja dan kordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional. 12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional. 13.Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial.


(2)

14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pengemis merupakan masalah sosial yang sulit untuk diatasi. karena permasalahan pengemis merupakan permasalahan sosial yang kompleks dan klasik. Berbagai aspek didalam kehidupan dapat menjadi indikator penyebab terjadinya pengemis. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pengemis salah satu faktor yang paling sering muncul diakibatkan oleh masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan mengakibatkan seseorang menjadi sulit dalam memenuhi kebutuhan pokoknya yang mencakup pendidikan, konsumsi, kesehatan, perumahan dan dana sosial, ditambah tidak adanya skill dan keterampilan yang dikuasai mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk bekerja dan memperoleh pendapatan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini mengakibatkan seseorang memilih untuk bekerja sebagai pengemis.

Pengemis merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki peluang untuk dapat memiliki kehidupan yang layak seperti masyarakat lainnya. Akan tetapi, kepribadian yang terdapat pada diri pengemis seperti malas dan mudah putus asa menjadi ciri khas dari diri mereka. Mereka tidak menyadari bahwa potensi yang terdapat didalam diri mereka serta tidak mampu untuk menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Padahal, bila mereka mau untuk berusaha menghilangkan rasa malas dan mudah putus asa didalam diri mereka maka mereka akan mampu untuk menjalankan fungsi sosialnya didalam masyarakat.


(3)

Bagan Alur Pemikiran

Pengemis

Ekonomi: 1. Pendapatan 2. Pengeluaran

a. Pendidikan b. Konsumsi c. Kesehatan d. Perumahan e. Dana Sosial f. Tabungan Sosial:

1. Interaksi dengan sesama anggota keluarga

2. Interaksi dengan sesama pengemis 3. Interaksi dengan


(4)

2.6. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang dipakai oleh para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep – konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep – konsep yang diteliti. Secara sederhana defenisi disini diartikan sebagai “batasan arti”. Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011 : 138).

Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pengemis adalah orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta – minta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapakan belas kasihan orang lain.

2. Sosial ekonomi adalah suatu kondisi atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu yang ditentukan oleh faktor pemenuhan seperti pendidikan, konsumsi, kesehatan serta perumahan, dana sosial dan tabungan didukung oleh pendapatan yang layak.


(5)

2.7. Ruang Lingkup Pengemis

Adapun yang menjadi ruang lingkup pengemis dalam penelitian ini mencakup :

1. Pengemis cacat, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk mendapatkan belas – kasihan orang lain karena memiliki keterbatasan baik secara fisik dan mental.

2. Pengemis lanjut usia, orang – orang yang mendapat penghasilan dengan meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia 55 hingga tutup usia. 3. Pengemis anak, yaitu orang – orang yang mendapat penghasilan dengan

meminta – minta di tempat umum dengan berbagai cara untuk mendapatkan belas kasihan orang lain yang berusia antara 4 – 17 tahun.

Penelitian ini akan melihat kondisi sosial ekonomi dari kedua jenis pengemis yang ditetapkan dalam penelitian ini. Kondisi sosial pengemis yang dimaksud adalah :

a. Interaksi dengan sesama anggota keluarga b. Interkasi dengan sesama pengemis


(6)

Sedangkan kondisi ekonomi pengemis yang dimaksud adalah :

1. Pendapatan 2. Pengeluaran

a. Pendidikan b. Konsumsi c. Kesehatan d. Perumahan e. Dana Sosial f. Tabungan