Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Balita dengan berat

badan BGM menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi.
Balita merupakan kelompok umur usia 0-5 tahun yang ditandai dengan masa proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, disertai dengan perubahan yang
memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.
Masa pertumbuhan balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak karena pada masa ini anak mudah sakit dan
mudah terjadi kurang gizi (Soetjiningsih, 1995). Pada masa ini anak mulai melakukan
aktivitas dengan intensitas yang tinggi dan biasanya anak mulai susah makan akan
tetapi hanya suka pada makanan jajanan yang gizinya tidak baik.
Masa balita merupakan masa keemasan kedua bagi anak. Di masa ini
pertumbuhan balita tidak bertumbuh sepesat saat masa bayi, tetapi kebutuhan nutrisi
mereka tetap merupakan

prioritas utama. Di masa balita ini nutrisi memegang


peranan penting dalam perkembangan seorang anak. Masa balita adalah masa transisi,
terutama di usia 1-2 tahun, dimana seorang anak akan mulai makan makanan padat
dan menerima rasa dan tekstur makanan yang baru. Selain itu usia balita adalah usia
kritis dimana seorang anak akan bertumbuh dengan pesat baik secara fisik maupun
mental (Sutani, 2008).
Untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, maka ibu harus
mengetahui dan memahami tentang kebutuhan asupan nutrisi yang dibutuhkan balita

Universitas Sumatera Utara

dan status gizi balita (Sediaoetama, 2010). Balita yang kurang terpenuhi kebutuhan
nutrisinya dapat mengakibatkan banyak hal seperti kejadian gizi kurang dan gizi
buruk. Bagi sebagian besar masyarakat kebutuhan nutrisi pada balita bukanlah suatu
hal utama. Bagi sebagian besar masyarakat indonesia terutama dari kalangan ekonomi
bawah, lebih memprioritaskan kebutuhan pangan atau makanan tanpa memperdulikan
angka kecukupan gizi dari makanan mereka sendiri ataupun anak-anaknya. Satu
permasalahan yang sering terlupakan adalah kasus balita dengan kejadian BGM.
Seorang balita dengan pertumbuhannya dicurigai BGM menimbulkan banyak
pertanyaan. Hal ini dikarenakan BGM tidak dapat disebut dengan gizi kurang ataupun

gizi buruk. BGM lebih identik diantara kedua kondisi tersebut (Sutani, 2008).
Status gizi balita merupakan hal yang penting yang harus diketahui oleh setiap
orangtua. Status gizi balita dapat menggambarkan kondisi balita baik atau tidak
dinilai dari umur, berat badan, lingkar kepala. Status gizi dapat mengajarkan ibu
untuk melihat apakah tinggi badan balita bertambah, berat badan anak balita
berkurang dan lingkar kepala balita yang tidak nampak besar (Proverwati,2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, secara nasional prevalensi
kekurangan gizi pada anak balita adalah sebesar 18,4% terdiri dari gizi kurang 13,0%
dan gizi buruk 5,4%. Sementara itu Riskesdas 2010, gizi kurang tidak mengalami
perubahan dan gizi buruk mengalami peningkatan dengan prevalensi gizi kurang
sebesar 13,0% dan gizi buruk 5,9%.
Prevalensi gizi kurang di Sumatera Utara sebesar 7,8%, sedangkan gizi
kurang 13,5% (Riskesdas, 2010). Di kecamatan Binjai Utara terdapat 367 balita BGM
dari keseluruhan puskesmas yang ada, yaitu 8 puskesmas (Dinas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Kotamadya Binjai, 2010). Di lokasi penelitian yaitu Puskesmas Cengkeh Turi
terdapat 58 balita BGM.
Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat

mengahambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir. Keadaan ini
memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk maupun gizi kurang
akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Balita BGM dapat
berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya anak balita. BGM akan
menyebabkan anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan dengan teman-teman
sebayanya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah balita tidak bisa
berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu akibat kekurangan gizi yang
mengakibatkan anak BGM (Waryana, 2010).
Masalah gizi kurang pada balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yaitu
makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan.
Faktor- faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan keluarga (Depkes, 2000).
Tiga faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu: kemiskinan, ketidaktahuan
orangtua atas pemberian gizi yang baik bagi anak,dan faktor penyakit bawaan pada
anak (Astaqauliyah, 2006). Pola asuh berperan penting dalam menentukan status gizi
balita. Apabila pola asuh anak kurang, dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Begitu juga terhadap balita BGM. Bila balita BGM tidak mendapatakan perhatian


Universitas Sumatera Utara

khusus dari keluarga, dapat mengakibatkan status gizi balita tersebut semakin
menurun (Soekirman, 2005).
Praktek pola asuh gizi dalam keluarga biasanya berhubungan erat dengan
faktor pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu dan tingkat pengetahuan ibu sert
sosial budayanya. Anak- anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah
paling rawan terhadapa gizi kurang diantara seluruh anggota keluarga lainnya dan
anak yang kecil biasanya paling terpengaruh oleh kurang pangan. Sebab dengan
bertambahnya jumlah anggota keluarga maka pangan untuk setiap anak berkurang
dan banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda perlu
zat gizi yang relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Keadaan diatas
akan lebih buruk jika ibu balita memiliki perilaku pola asuh gizi yang kurang baik
dalam hal menyusi, pemeberian makananan pendamping ASI serta pembagian
makanan dalam keluarga (Suhardjo, 2002).
Pola pengasuhan turut berkontribusi terhadap status gizi anak, salah satu pola
pengasuhan yang berhubungan dengan status gizi anak adalah pola asuh makan. Pola
asuh makan adalah sebuah praktik pengasuhan yang diterapkan oleh ibu kepada anak
berkaitan dengan cara dan situasi makan. Selain pola asuh makan, pola asuh
kesehatan yang dimiliki ibu turut mempengaruhi status gizi balita. Dalam tumbuh

kembang anak, peran ibu sangat dominan untuk mengasuh dan mendidik anak agar
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas. Pola asuh makan pada balita
berkaitan dengan kebiasaan makan yang telah ditanamkan sejak awal pertumbuhan.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Cengkeh Turi, keadaan balita BGM berdasarkan pola asuh makan.

Universitas Sumatera Utara

Banyak ibu yang tidak memberikan ASI kepada anaknya dikarenakan tidak
mengetahui manfaat ASI. Sebagian besar ibu memberikan Air gula, air campuran
madu dan susu kental manis sebagai pengganti ASI.
Kebiasaan memberikan mie instan kepada balita juga banyak terjadi, mie
instan diberikan sebagai pengganti nasi bagi balita dikarenakan agar lebih irit dan
murah dan sianak lebih mudah kenyang dan tidak rewel. Sebagian besar ibu balita
BGM

mempunyai

kebiasaan


memberikan

makanan

seadanya

dan

tidak

memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh balia,dikarenakan rendahnya
tingkat pengetahuan ibu dan pendapatan keluarga. Jika keadaan ini berlangsung terusmenerus maka balita akan kekurangan zat gizi, sehingga dapat menghambat
pertumbuhan balita dan akhirnya menjadi sangat pendek dan kurus.
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ Bagaimana Karakteristik dan Pola Asuh Keluarga yang memiliki Balita
dengan berat badan BGM di wilayah kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan
Binjai Utara, Binjai Tahun 2014”.
1.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu Bagaimanakah Karakteristik dan Pola Asuh keluarga yang memiliki
balita dengan berat badan BGM di wilayah kerja Puskesmas Cengkeh Turi
Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014.
1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengetahui bagaimana Karakteristik dan Pola Asuh keluarga yang
memiliki balita berat badan BGM di wilayah kerja Puskesmas Cengkeh Turi
Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik keluarga balita dengan berat badan BGM
berdasarkan tingkat pengetahuan ibu.
2. Untuk mengetahui karakteristik keluarga balita dengan berat badan BGM

berdasarkan tingkat pendidikan ibu.
3. Untuk mengetahui karakteristik keluarga balita dengan berat badan BGM
berdasarkan pendapatan keluarga.
4. Untuk mengetahui karakteristik keluarga balita dengan berat badan BGM
berdasarkan pola asuh.
5. Untuk mengetahui karakteristik keluarga balita dengan berat badan BGM
berdasarkan jumlah anggota keluarga.
6. Untuk mengetahui karakteristik keluarga balita dengan berat badan BGM
berdasarkan budaya atau tradisi kebiasaan.
1.4.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk instansi terkait
a. Sebagai bahan informasi dan masukan untuk petugas kesehatan di Puskesmas
Cengkeh Turi, Binjai. Sehingga dapat diketahui mengenai hubungan pola
asuh dan sosial ekonomi dengan balita BGM.
2. Manfaat untuk masyarakat

Universitas Sumatera Utara


a. Sebagai informasi kepada masyarakat setempat mengenai gambaran pola asuh
dan sosial ekonomi keluarga balita BGM
b. Sebagai informasi kepada masyarakat setempat mengenai pentingnya
memperhatikan pola asuh anak.
c. Sebagai referensi untuk dapat memberikan informasi, tentang program
pendidikan gizi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu untuk memperhatikan
status gizi balitanya
d. Sebagai informasi kepada masyarakat setempat khususnya ibu-ibu mengenai
betapa pentingnya mengetahui cara memberikan makanan, serta perawatan
kesehatan balita.
3. Manfaat untuk peneliti
a. Dari hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan peneliti
tentang karakteristik keluarga balita BGM, dan dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang ilmu gizi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Asuh Dan Sosial Ekonomi Keluarga Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Puskesmas Buhit Dan Puskesmas Harian Di Kabupaten Samosir Tahun 2009

3 59 120

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 31 95

PERKEMBANGAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI TAHUN 2009 DAN 2014.

0 1 42

ANALISIS PERTANIAN PADI SAWAH DI KELURAHAN CENGKEH TURI KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI.

0 4 20

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 12

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 2

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 20

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 2 4

Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Yang Memiliki Balita Dengan Berat Badan Bgm Di Wilayah Kerja Puskesmas Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara, Binjai Tahun 2014

0 0 26

GAMBARAN PERILAKU SADAR GIZI PADA KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LALANG TAHUN 2014

0 1 14