Peran Politik Anggota Legislatif Perempuan Dalam Merespon Kepentingan Perempuan (Studi Kasus DPRD Kota Pematang Siantar 2016)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang menganut konsep Trias Politica.
Yang mana dalam konsep Trias Politica dinyatakan dengan harus adanya
pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut
fungsinya yang dibagi dalam tiga bagian yaitu : Eksekutif, Legislatif dan
yudikatif 1. Dalam konsep ini kekuasaan Eksekutif ditingkat pusat dipegang
oleh Presiden, ditingkat daerah dipegang oleh Gubernur atau Walikota.
Kekuasaan Yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung, dan kekuasaan
Legislatif dipegang oleh DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat) ditingkatan pusat
dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
Demokrasi telah mengalami transformasi dari waktu ke waktu.Dalam
demokrasi dinyatakan bahwa semua manusia berhak dan bebas dalam
menjalankan hak-hak demokrasi seperti hak hidup, hak berpendapat, juga hak
memilih dan dipilih, dan begitu juga dengan perempuan. Pasal 27 UUD Tahun
1945 menyatakan : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjujung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya’. Isi pasal 27 ini ingin mengenjahwantakan
bahwa tidak adanya perbedaan hak antara laki-laki dan perempuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan politik seperti memberikan suara secara

1

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992, hal 151

12

Universitas Sumatera Utara

bebas dalam pemilihan umum, untuk ikut dalam partai politik, menjadi elit
politik dan ikut terlibat dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik.
Perempuan juga memiliki hak dan kewajiban dalam berpartisipasi dalam
politik. Partisipasi Politik adalah kegiatan warga negara yang bertujuan untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah 2. Peranan perempuan
dalam menjalankan fungsi legislasi dianggap belum mendapatkankan tempat
yang strategis, yang mana kedudukan laki-laki yang lebih mendominasi dan
dalam pembuatan keputusan maupun dalam hal membuat kebijakan public,
biasanya anggota legislatif perempuan hanya menjadi peserta dan penikmat
kebijakan saja. Peran kaum perempuan dikecilkan sedemikian rupa pada
tataran simbolis dan struktural dan hanya menjadi pendamping suami dengan
pencitraan yang dimunculkan pejabat publik, dimana istri diperankan sebagai

orang kedua dibelakang suami. Keberadaan perempuan seharusnya dianggap
penting oleh anggota dewan, yakni perancang kebijakan yang adil, maksudnya
ialah peracangan anggaran haruslah juga mengakomodasi kebutuhankebutuhan realistis perempuan. Karena pada kenyataannya perempuan lah
yang menjadi korban terdepan dalam bidang-bidang yang esensial seperti
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, ketenagakerjaan, bantuan hukum,
dan lain-lain.
Pada era reformasi khususnya setelah presiden Soeharto mengundurkan
diri dari pemerintahannya yang berkuasa selama 32 tahun, arus reformasi

2

Antonius Sitepu, Sistem Politik Indonesia, Medan, Fisip Usu, 2004, Hal 147

13

Universitas Sumatera Utara

sedikit demi sedikit mengalami perubahan termasuk bagi perempuan, baik dari
kebebasan berekspresi dan sampai kepada partisipasi politik mulai
diperhatikan. Perubahan-perubahan itulah yang mempengaruhi keterwakilan

perempuan dan membuat kesadaran perempuan terhadap pengetahuan politik.
Gerakan sosial perempuan dan feminis mampu merubah kondisi sosial dan
politik di Indonesia. Mereka tidak henti-henti nya menyuarakan kepentingan
dan keterwakilan perempuan dalam ranah politik Indonesia. Untuk
merealisasikan dari perempuan Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan
keputusan mengenai keterwakilan politik perempuan di Indonesia yaitu
Undang-Undang No.12 Pasal 65 Ayat (1) tentang Pemilu mengenai kuota
perempuan yang menyatakan bahwa “Setiap partai politik peserta pemilu
dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan
keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% 3.
Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa partai politik diharuskan untuk
menyertakan 30% kaum perempuan dalam struktur kepengurusan partai dan
hal tersebut adalah suatu yang diharuskan bagi setiap partai politik. Meskipun
demikian keterlibatan perempuan dalam dunia politik dengan kuota 30%,
masih menjadi wacana yang kontroversi. Banyak dari kalangan perempuan
merasa keberatan dengan alasan yang membatasi langkah perempuan yang
dapat dilihat secara hitungan statistik yang berdasarkan jumlah dirasa masih

3


UU Pemilu No.12 tahun 2008 pasal 65 ayat (1)

14

Universitas Sumatera Utara

tidak adil. Tetapi dikalangan sebagian kaum perempuan lainnya menyambut
adanya wacana tersebut sebagai suatu langkah maju dalam memberi ruang
gerak bagi perekrutan perempuan dalam dunia politik. Adanya kuota 30%
keterwakilan perempuan dalam politik, juga menjadikan kaum perempuan
untuk berpartisipasi dalam politik dan bebas mencalonkan dirinya untuk dapat
menduduki jabatan sentral dalam politik.
Menurut hasil penelitian tentang partisipasi politik perempuan di negaranegara berkembang, ada kecenderungan rendah dibanding dengan laki-laki.
Pasalnya,mereka lebih banyak terlibat dalam urusan rumah tangga atau
domestik. Di antara bentuk partisipasi nyata perempuan adalah melihat
keterwakilan mereka di panggung politik dan lembaga politik formal. Secara
realitas, ternyata di Indonesia jumlah perwakilan perempuan masih sangat
rendah dibandingkan dengan laki-laki. Dalam lembaga legislatif, keterwakilan
perempuan amat kecil, tidak seimbang dengan jumlah mereka. 4

Sejak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 22/1999
tentang pemerintahan daerah pada 2001. UU ini memisahkan dengan tegas
antara fungsi pemerintahan daerah dengan fungsi perwakilan rakyat. Sehingga
jika ditinjau lebih lanjut berdasarkan fungsi tersebut eksekutif melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas anggaran daerah, sedangkan
legislative berperan aktif dalam melaksanakan fungsinya sebagai legislasi,
anggaran, dan pengawasan.
4

Zaenal Mukarom,Jurnal : Perempuan dan Politik: Studi Komunikasi Politik tentang Keterwakilan
Perempuan di Legislatif.Hal.5

15

Universitas Sumatera Utara

Menurut Arbi Sanit, DPRD melaksanakan fungsinya yakni : fungsi
anggaran, fungsi pengawasan, dan fungsi perundang-undangan, merupakan
salah satu unsur pemerintahan daerah dalam menjalankan fungsi legislasi yang
memiliki kepentingan dan aspirasi masyarakat.


Keseluruhan dari fungsi

DPRD telah di atur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004. Melalui fungsi tersebut
DPRD

sebagai

perwujudan

rakyat

dalam

struktur

lembaga

daerah


menjalankan fungsi perundang-undangan danj juga fungsi anggaran/keuangan
yang telah di atur dalam hak anggaran sampai pada fungsi pengawasan.
Fungsi DPRD berawal dari substansi demokrasi yang terus mengingatkan
bahwa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya anggota parlemen adalah
wakil rakyat dan bukan wakil partai politik. Kemudian, yang menjadi
permasalahan kali ini ialah ketika membicarakan badan legislatif dikaitkan
dengan perempuan yang duduk di kursi legislatif dalam menjalankan
fungsinya sebagai anggota legislatif khususnya di tingkat daerah.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan suatu lembaga atau
badan perwakilan rakyat di daerah yang mencerminkan struktur dan sistem
demokratis di daerah, sebagaimana terdapat di dalam pasal 18 UUD 1945 5 dan
selanjutnya dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
Kepentingan, harapan dan tujuan dari masyarakat harus dapat di tangkap oleh
pemerintah daerah maupun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
merupakan representasi perwakilan rakyat dalam struktur kelembagaan daerah

5

Hari Sabarno, memandu otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta. Sinar Grafika. 2008. Hal: 20


16

Universitas Sumatera Utara

yang menjalankan fungsi pemerintahan. Pemerintah daerah menjalankan
fungsi pemerintahan dan DPRD menjalankan fungsi legislasi, fungsi
penganggaran, dan fungsi pengawasan. Keseluruhan fungsi DPRD telah diatur
dalam UU Nomor 32 Tahun 2004. Fungsi DPRD tersebut berasal pada
pemikiran awal demokrasi yang dalam penerapannya selalu mengingatkan
bahwa dalam menjalankan tugas dan wewenang anggota parlemen adalah
wakil rakyat dan bukan wakil partai politik.
Selama ini masih banyak hak-hak perempuan yang masih kurang
mendapat perhatian dari anggota legislatif perempuan yang berhasil duduk di
DPRD. Diperlukan upaya bersama demi tercapainya persamaan hak bagi
perempuan, menghilangkan diskriminasi, mengatasi per masalahan kesehatan,
pendidikan, kemiskinan, peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen,
dan lain-lain, sehingga diperlukan perlakuan dan perhatian yang khusus. Hal
ini disebabkan oleh kurang nya pengetahuan, perempuan dengan sendirinya
akan tampil sebagai manusia yang utuh apabila masalah perempuannya
perempuannya berjalan dengan normal dan atau bisa teratasi. Banyak

perempuan yang terjebak dengan penyakit keperempuanan seperti kanker
rahim, kanker payudara, keputihan, menstruasi yang tidak teratur, dan lain
sebagainya. Belum lagi masalah kehamilan, persalinan, menyusui, yang
kadang tidak seperti yang diharapkan. Suatu negara dapat dikatakan baik
apabila dapat memebrikan perhatian yang lebih kepada masyarakatnya
termasuk di dalamnya adalah perempuan. Campur tangan pemerintah sangat

17

Universitas Sumatera Utara

diperlukan dalam memberikan pengetahuan, perawatan, dan pengobatan atas
masalah-masalah perempuan tersebut.
Perempuan setidaknya harus mampu mengorganisir diri sendiri dengan
meningkatkan mutu pendidikannya, karena dengan pendidikan maka
pengetahuan dapat membantu manusia untuk lebih berkompeten dan mampu
berbicara dan mengemukakan pendapat di depan umum.
CEDAW

(Convention On


The Elimination

Of All

Forms

Of

Discrimination Againts Women) sebagai konvensi internasional telah di
ratifikasi negara menjadi UU No.7 Tahun 1984. Inti dari konvensi ini ialah
menghentikan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. CEDAW
meminta supaya setiap undang-undang negara menghilangkan semua sistem
yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Dengan disahkannya UU
No.2 Tahun 2008 UU No.10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai perkembangan yang cukup berarti bagi
kondisi feminism di Indonesia. Legalitas keterlibatan perempuan dengan
adanya kuota 30% dianggap sebagai kemenangan bagi para pengusung gender
yang menyerukan keadilan dan kesetaraan gender (KKG). Secara spesifik

Pasal 66 ayat 2 UU Nomor 10 Tahun 2008 juga menyebutkan : “KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/kota mengumumkan persentasi keterwakilan
perempuan dalam daftar calon tetap Partai Politik pada media cetak harian dan
media elektronik nasional”. Sementara pada Pasal 2 ayat 3 UU Partai Politik

18

Universitas Sumatera Utara

disebutkan : “bahwa pendirian dan pembentukan partai politik menyertakan
30% keterwakilan perempuan. 6
Kota Pematang Siantar sendiri memiliki 30 anggota legislatif , 7 diantara
nya di isi oleh anggota legislatif perempuan, berikut ini adalah tabel nama
anggota legislatif perempuan kota Pematang Siantar.
Tabel 1.1
NAMA ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN KOTA PEMATANG
SIANTAR PERIODE 2014-2019

No

Nama Anggota

Partai

Legislatif
1

Hj Rini Silalahi SSi

GOLKAR

2

Nazli Juwita Pane

GOLKAR

3

Hotmaulina Malau

Gerindra

4

Hj Frida R Damanik

Demokrat

5

Asrida Sitohang Amd

Demokrat

6

Nurlela Sikumbang

PAN

SH
7

Yesika Pratiwi

HANURA

Sidabalok
Sumber : kpu.go.id

6

Astid Anugrah, Keterwakilan Perempuan Dalam Politik: Pancuran Alam, Jakarta 2009

19

Universitas Sumatera Utara

Gender bukan kodrat ketuhanan tetapi lebih kepada proses penempatan
bagaimana sebaiknya laki-laki dan perempuan bertindak dan berperan sesuai dengan
tata nilai dan struktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada.
Salah satu fungsi dari anggota legislatif perempuan ialah memberikan perhatian
khusus untuk menanggapi dan merespon apa yang menjadi kebutuhan kaum
perempuan di wilayah konstituennya,namun di DPRD kota Pematang Siantar hingga
saat ini program-program yang bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan
perempuan belum ada dibuat, mereka belum secara maksimal memanfaatkan fungsi
kerja untuk membawa isu-isu perempuan dan kepentingan perempuan. Masih

banyak hal yang perlu di perhatikan oleh anggota legislatif perempuan semisal
diskriminasi perempuan, trafficking, persoalan kesehatan, pendidikan,
kemiskinan, pemberdayaan perempuan, dan partisipasi politik perempuan
adalah persoalan perempuan yang sewajarnya harus mendapat perhatian
khusus.
Kota Pematang Siantar pada tahun 2016 memiliki kasus perempuan berjumlah 64
kasus, berikut ini adalah tabel data kasus perempuan di kota pematang siantar.

20

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Data Kasus Perempuan Kota Pematang Siantar Tahun 2016

No

Kasus Perempuan

Jumlah

1

KDRT

23

2

Cabul Anak

17

3

Kesusilaan

2

4

Melarikan Anak

2

5

Kejahatan Kesopanan

1

6

Penelantaran Keluarga

4

7

Cabul

15

Total

Sumber

:

64

Buku

Laporan

Perempuan

dan

Perlindungan

Anak

Kapolres

Pematangsiantar

Melihat jumlah data kasus di atas peran anggota legislatif Perempuan
sangat lah diperlukan untuk mengakomodir kepentingan dan kebutuhan kaum
perempuan, peran legislasi yang mereka miliki sudah selayaknya digunakan
untuk

merespon

kepentingan

kaum

perempuan

minimal

di

daerah

konstituennya .
Berdasarkan pada hal-hal di atas maka penulis merasa tertarik dan
berminat meneliti mengenai Peran Politik Perempuan yang dalam penelitian
ini berfokus pada melihat bagaimana Peran Politik Anggota Legislatif

21

Universitas Sumatera Utara

Perempuan di DPRD Kota Pematangsiantar dalam memperjuangkan
kepentingan perempuan.

1.2 Rumusan Masalah
Baik atau buruknya organisasi dapat ditinjau dari seberapa besar
partisipasi mereka dalam menjalankan kinerja mereka. Untuk menunjukkan
kemampuan

mereka,

anggota

legislatif

perempuan

harus

mampu

memperlihatkan seberapa besar prestasi dan pengaruh nya dalam menjalankan
fungsi parlemen.
Anggota legislatif perempuan memiliki kewajiban untuk memperhatikan
kepentingan

perempuan

dalam

partisipasi politik

dan meningkatkan

kesejahteraan hidupnya dengan cara membuat kebijakan-kebijakan yang
efektif dan efisien. Jumlah anggota legislatif perempuan DPRD kota pematang
siantar hanya berjumlah tujuh orang . 7 Program-program yang bertujuan untuk
memperjuangkan kepentingan perempuan sampai saat ini belum ada dibuat,
mereka belum secara maksimal memanfaatkan fungsi kerja untuk membawa
isu-isu perempuan dan kepentingan perempuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba merumuskan
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian, yaitu bagaimana Peran
Politik Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota Pematangsiantar
dalam memperjuangkan kepentingan perempuan.
7

http://www.pematangsiantarkota.go.id/pemerintahan/legislatif/122-anggota-dprd-kota-pematangsiantarperiode-2014-2019 diakses pada 16/11/2016 pukul 15.07

22

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah.
1. Untuk Melihat Peran Politik Perempuan Dalam Menjalankan
Fungsinya Sebagai Anggota Legislatif Untuk Memperjuangkan
Kepentingan Perempuan..
2.

Untuk Melihat Hambatan Yang Dialami Anggota
Perempuan

Dalam

Menjalankan

Fungsinya

Legislatif

Memperjuangkan

Kepentingan Perempuan..

1.4 Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada suatu penelitian perlu dilakukan agar
pembahasan tidak melebar dan hasil dari penelitian sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Oleh karena hal tersebut maka batasan masalah penelitian ini
adalah sebatas menganalisis peran politik anggota legislatif perempuan dalam
merespon kepentingan perempuan baik dalam hal sosial, ekonomi, dan budaya
sehingga dapat membantu peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yang
berfokus pada Peran Politik Anggota Legislatif Perempuan kota Pematang
Siantar dalam menanggapi dan membuat kebijakan mengenai perempuan.

23

Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini ialah :
1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan wawasan ilmiah mengenai
kinerja dan kemampuan anggota parlemen perempuan dalam menjalankan
fungsi legislasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak-pihak
pemerintahan agar member kesempatan lebih bagi perempuan dalam
kancah politik.
2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada
masyarakat utamanya bagi kaum perempuan agar dapat membuktikan
hasil penelitian penulis berdasarkan fakta yang ada dilapangan, dan
kiranya dapat menambah wawasan dari penulis sendiri.
1.6 Kerangka Teori
Dalam melakukan suatu penulisan karya ilmiah diperlukan adanya analisis
menggunakan teori. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi,
definisi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antara konsep. 8 Dalam hal ini penulis akan
menguraikan konsep dan teori yang nantinya akan dijadikan sebagai pisau
analisis dalam penelitian ini yaitu teori politik gender ,peran politik, teori
kebijakan publik.

8

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Hal 37

24

Universitas Sumatera Utara

1.6.1 Politik Gender
Teori Gender digunakan sebagai pisau analisis sosial konflik dimana
mengacu kepada ketidakadilan peran, fungsi, kedudukan, struktural karena
kondisi sosial, tradisi masyarakat, keyakinan beragama individu, dan
kebijakan pemerintah. Gender memfokuskan kajian tentang kedudukan lakilaki dan perempuan namun yang dilihat bukan dari sisi perbedaan biologisnya
melainkan dari kedudukan, status, tugas, dan peranan di antara keduanya
ditinjau dari perspektif sosial, ekonomi, hukum, budaya, HAM.
Secara etimologi gender berasal dari kata Latin genus, Inggris abad
pertengahan gendre, Yunani gen, dan Prancis modern genre. Awalnya secara
umum berarti “jenis” (kata benda) atau “menghasilkan” (kata benda), namun
belakangan secara gramatikal lebih sering digunakan untuk menunjuk jenis
kelamin atau seks secara sosial daripada biologis. Gender adalah suatu konsep
yang merujuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara laki-laki dan
perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, akan tetapi oleh
lingkungan sosial budaya, politik dan ekonomi. Gender mengacu pada
perbedaan peran sosial serta tanggung jawab perempuan dan lelaki pada
perilaku dan karakteristik yang dipandang tepat untuk perempuan dan laki-laki
pada pandangan bagaimana kegiatan yang mereka lakukan seharusnya
dihargai. 9 Dalam khasanah ilmu-ilmu sosial, istilah gender diperkenalkan

9
Hubeis, Aida vitalaya S. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor. PT. Penerbit IPB
Press.2010

25

Universitas Sumatera Utara

untuk mengacu pada perbedaan-perbedaan antara perempuan dan laki-laki
tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis. Jadi bila dimaknai
lebih dalam bahwa rumusan gender merujuk pada perbedaan-perbedaan antara
perempuan dan laki-laki yang merupakan konstruksi dan terbentuknya
masyarakat secara sosial, ekonomi dan politik. 10
Gender merupakan suatu wacana yang menarik dan sedang juga menjadi
perhatian masyarakat sehingga ada suatu gerakan untuk mencapai kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan. Pada suatu sisi hubungan gender menjadi
persoalan tersendiri, hal ini disebabkan karena persoalan emansipasi wanita
masih belum mendapat posisi yang sepenuhnya bisa diterima. Perempuan
seharusnya tidak diikat oleh aturan patriarki karena hal ini dapat membuat
posisi perempuan semakin lemah dan dapat menghambat pekerjaan atau
pendidikan yang sedang mereka jalani. Sehingga pada posisi inilah dibutuhkan
pengertian atau konsep gender agar masyarakat bisa membedakan emansipasi
perempuan dan gender.
Di Indonesia kesetaraan gender mulai dirasakan sejak emansipasi yang
menjadi cita-cita R.A Kartini yang sedikit banyaknya telah menumbuhkan
perubahan-perubahan bagi aspek kehidupan perempuan Indonesia. Ditambah
lagi dengan adanya undang-undang untuk memasukkan perempuan dalam

10
Leo Agustino, Politik Ilmu Politik: sebuah bahasan memahami ilmu politik, PT.Graha Ilmu, Yogyakarta
2007, hal.227

26

Universitas Sumatera Utara

lembaga politik formal, maka semakin tampak perjuangan untuk keadilan
terhadap gender.
1.6.1.1 Keterwakilan Perempuan Dalam Politik
Partisipasi perempuan dalam politik dan publik merupakan salah satu preexisting conditions bagi demokrasi seutuhnya. Lebih jauh lagi, bila perempuan
tampil sebagai pembuat kebijakan (policy maker) maka akan memberi
kontribusi sangat besar pada kesetaraan gender dalam kehidupan demokrasi.11
Pada UUD 1945 Pasal 28 jelas mengatakan pengakuan Hak Asasi bagi setiap
warga negaranya adalah sama. Setiap warganya baik laki-laki maupun
perempuan mempunyai hak kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa adanya
batasan.
Hak-hak perpolitikan perempuan telah dibuktikan dengan diratifikasinya
konvensi PBB yang menjelaskan beberapa hal :
1. Perempuan berhak dalam memberikan suara dalam semua pemilihan
dengan syarat- syarat yang sama bagi laki-laki, tanpa suatu diskriminasi.
2. Perempuan berhak untuk dipilih bagi semua badan yang telah dipilih
secara umum, diatur oleh hukum nasional dengan syarat-syarat yang sama
dengan laki-laki dan tanpa ada diskriminasi.

11
http://wri.or.id/editorial/361-keterwakilan-perempuan-di-parlemen#.WDvPatJ97IU diakses pada 28/11/16
pukul 13.39

27

Universitas Sumatera Utara

3. Perempuan berhak untuk memegang jabatan publik dan menjalankan
semua fungsi publik, diatur oleh hukum nasional dengan syarat-syarat
yang sama dengan laki-laki. 12
Sejak ditetapkan sebuah Undang-undang partai politik baru yaitu UU No.2
Tahun 2008 sebagai pengganti UU No.31 tahun 2002 per tanggal 4 Januari,
juga UU No.2 Tahun 2008 tentang pemilihan umum Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah
merupakan peluang bagi perempuan karena jika ditilik dalam UU tersebut
Indonesia berusaha keluar dari sistem yang bersifat patriarki dan hal tersebut
merupakan peluang bagi perempuan untuk berkiprah di kancah perpolitikan.
1.6.1.2 Partisipasi Politik Perempuan
Perjuangan dalam menjadikan perempuan di dalam parlemen bukan hanya
memperjuangkan kuantitas saja namun satu hal yang tidak kalah penting
adalah kualitas perempuan, bagaimana perempuan dapat memiliki wawasan
yang mumpuni, kepekaan, dan komitmen untuk mewujudkan kesetaraan,
pemberdayaan perempuan, dan keadilan.
Keikutsertaan perempuan dalam politik sangat dibutuhkan untuk dapat
menyumbangkan gagasan dan pemikirannya terhadap permasalah politik. Ada
beberapa hal yang menjadi alasan perempuan harus ikut dalam pengambilan
kebijakan.
12
Romany Sihite, Perempuan, Kesetaraan, Keadilan, , Suatu Tinjauan Berwawasan Gender, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2007, hal 155-157.

28

Universitas Sumatera Utara

1. Perempuan adalah separuh penduduk dunia sehingga secara demokratis
pendapat dari

perempuan harus dipertimbangkan. Dalam demokrasi

pandangan kelompok-kelompok yang berbeda jenis harus diformulasikan
dan dipertimbangkan dalam setiap kebijakan,
2. Partisipasi politik perempuan diharapkan dapat mencegah kondisi yang
tidak menguntungkan bagi kaum perempuan dalam menghadapi masalah
steriotipe terhadap perempuan, diskriminasi dibidang hukum, kehidupan
sosial dan kerja dan juga eksploitasi terhadap perempuan.
3. Partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan politik dapat
berpengaruh pada pengambilan keputusan politik yang mengutamakan
perdamaian.
4. Keterwakilan politik perempuan dalam parlemen akan membuat
perempuan lebih berdaya untuk terlibat dalam pembuatan budget
berperspektif gender. Penggunaan analisa berperspektif gender akan
meningkatkan efektivitas kebijakan sehingga penggunaan uang publik juga
akan mempertimbangkan perspektif gender tersebut.

29

Universitas Sumatera Utara

1.6.2 Konsep Peran Politik
Membahas tentang peran politik terlebih dahulu harus memahami
pengertian dari dua kata tersebut. Peran adalah perilaku menjalankan
kewajiban dan menuntut hak yang melekat pada status, peran adalah
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu, Peran juga dapat diartikan sebagai
serangkaian tingkah laku/pola di berbagai lingkungan sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Seorang
ahli yang bernama Glen Elder (1975) melalui pendekatannya yang
dinamakan

“life-course”

memaknakan

bahwa

setiap

masyarakat

mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku
tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
Istilah “Peran” diambil dari dunia teater, dimana posisi actor dalam
dunia teater itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam
masyarakat

sehingga

hasilnya

bahwa

perilaku

yang

diharapkan

daripadanya tidak berdiri sendiri, tapi selalu ada dalam kaitannya dengan
orang lain yang berhubungan dengan orang / actor tsb. Peranan adalah
sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu
(Sarbin & Allen, 1968; Biddle & Thomas, 1966).

30

Universitas Sumatera Utara

Peran berhubungan dengan fungsi individu dalam suatu kelompok
sosial. Jenis peran ada dua, yaitu peran yang ditetapkan dan peran yang
diterima. Peran yang ditetapkan memiliki pengertian situasi dimana
seseorang telah ditunjuk dan tidak memiliki pilihan dalam melaksanakan
dan menentukan tugas dan peran nya. Jenis peran yang kedua yakni, peran
yang diterima artinya si pemegang peran adalah individu/aktor yang
memilih sendiri peran yang akan dijalankannya.
Pembahasan selanjutnya yaitu politik, yang mana politik itu
memiliki cakupan yang luas. Pada umumnya dapat dikatan bahwa politik
(politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga negara, untuk membawa
masyarakat kearah kehidupan yang harmonis 13. Sedangkan Andrew
Heyeood mengatakan politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan
untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturanperaturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat
terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.

Dalam membahas politik terdapat 4 pembahasan inti yaitu: tujuan
dari kegiatan politik, cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan
oleh situasi politik tertentu, dan kewajiban-kewajiban yang diakibatkan
13

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.

31

Universitas Sumatera Utara

oleh tujuan politik itu. Konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik
mencakup: masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak
dan kewajiban, kemerdekaan, lembaga-lembaga negara, perubahan sosial,
pembangunan politik, modernisasi, dan sebagainya 14.
Jika digabungkan pengertian antara peran dan politik maka dapat
diartikan peran politik ialah peran yang dimainkan aktor/individu yang
memiliki posisi-posisi atau status-status tertentu di dalam masyarakat yang
diharapkan untuk berperilaku dengan cara-cara yang dapat diprediksikan.
Dalam peran politik terdapat dua hal yang penting, pertama adalah harus
ada aktor/indiviud yang aktif dalam menjalankan peran, sedangkan yang
kedua harus adanya tugas-tugas yang diamndatkan kepada individu/aktor
pelaku yang nantinya tugas tersebut harus dijalankan.
Dalam menjalankan peran politik tidak terlepas dari adanya unsur negara.
Individu/aktor yang menjalankan peran politik mempunyai suatu ikatan
dengan negara, dimana aktor tersebut diikat dan dilindungi oleh negara
yang menaunginya. Negara merupakan integrasi dan organisasi pkok dari
kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia
dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat. 15 Karena itu, aktor yang menjalankan peran poltik baik dalam

14
15

Ibid hal 43
Ibid Hal 47

32

Universitas Sumatera Utara

lingkup nasional maupun internasional mempunyai tanggung jawab
kepada negara.
1.6.3 Lembaga Legislatif
Lembaga legislatif atau yang lebih dikenal sebagai parlemen atau
DPR merupakan suatu badan birokrasi dimana terdapat wakil-wakil rakyat
yang mempunyai tugas untuk menyampaikan aspirasi dari masyarakat
kepada pemerintah.
1.6.3.1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD

sebagai

lembaga

legislatif

yang

berfungsi

untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat di daerah kepada pemerintah setempat.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dibentuk di setiap provinsi dan
kabupaten/ kota pada umumnya dipahami sebagai lembaga yang
menjalankan fungsi legislatif. Namun, fungsi legislatif di daerah tidak lah
berada sepenuhnya di tangan DPRD seperti fungsi DPR-RI seperti yang
tertuang dalam Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 hasil
Perubahan Pertama. Pasal 20 ayat (1) menyatakan Presiden berhak untuk
mengajukan RUU kepada DPR. Sedangkan kewenangan untuk menetapkan
Peraturan Daerah (Perda), baik dari daerah provinsi maupun kabupaten/kota,
tetap berada di tangan Gubernur dan Bupati/Walikota dengan persetujuan
DPRD. Gubernur dan Bupati/Walikota tetap merupakan pemegang
kekuasaan dan sekaligus legislatif, meskipun pelaksanaan legislatif harus

33

Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan persetujuan DPRD yang merupakan lembaga pengontrol
terhadap kekuasaan pemeririntah di daerah.
1.6.3.2 Fungsi Legislatif
Fungsi DPRD ada tiga yaitu :
1. Legislasi
Sebagai badan legislasi, DPRD berfungsi sebagai badan pembuat
peraturan

perundang-undangan.

Melalui

fungsi

ini

DPRD

mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat. DPRD bersama-sama
dengan kepala daerah menyusun dan menetapkan peraturan daerah untuk
kepentingan daerah dalam batas-batas wewenang yang diserahkan kepala
daerah. Rancangan peraturan daerah dapat diajukan oleh kepala daerah
atau DPRD.
2. Keuangan
Hak anggaran ini memberi kewenangan kepada DPRD untuk ikut
menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan daerah dalam menyusun
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pelaksanaannya,
mulai dari perumusan rancangan naskah APBD, perubahan APBD, atau
perhitungan APBD. Pembahasan anggaran pada tahap pertama dilakukan
oleh Panitia Anggaran untuk dipelajari. Pandangan-pandangan Panitia
Anggaran diserahkan kepada komisi-komisi untuk dibahas. Selain Rapat
Komisi, diadakan Rapat Fraksi untuk rencana anggaran dari aspek

34

Universitas Sumatera Utara

politiknya. Pada pembahasan ini, anggota-anggota DPRD mengambil
sikap menerima atau mengamander bagian-bagian tertentu dalam APBD.
3. Pengawasan
Penilaian terhadap pelaksanaaan peraturan-peraturan daerah oleh eksekutif
adalah bentuk dari pengawasan. Di dalam hak-hak DPRD ada hak
mengajukan pertanyaan, hak meminta keterangan dan hak penyelidikan.
Menurut UUD 1945 yang lama, DPR berhak mengajukan usul inisiatif
perancangan UU. Demikian pula DPRD, berdasarkan ketentuan UU No.
22/1999 berhak mengajukan rancangan peraturan daerah kepada gubernur.
Namun, hak inisiatif ini sebenarnyatidaklah menyebabkan kedudukan
DPRD menjadi pemegang kekuasaan legislatif yang utama. Pemegang
kekuasaan yang utama tetap berada di tangan pemerintah yang dalam hal
ini adalah gubernur atau bupati/walikota. Fungsi utama DPRD adalah
mengontrol jalannya pemerintahan daerah, sedangkan dalam fungsi
legislatif DPRD bukanlah aktor yang dominan. DPRD hanya bertindak
sebagai lembaga pengendali atau pengontrol yang dapat menyetujui atau
bahkan menolak sama sekali ataupun menyetujui dengan perubahanperubahan tertentu, dan sekali-kali dapat mengajukan usul inisiatif sendiri
mengajukan rancangan peraturan daerah. Fungsi DPRD lebih tercermin
dalam mengawasi pererintahan daerah. Di bidang legislasi, lebih berkaitan
dengan sifat-sifat teknis yang banyak membutuhkan dukungan-dukungan
yang teknis pula.

35

Universitas Sumatera Utara

1.6.4 Rekrutmen Politik
Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi
pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok
orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintahan pada khususnya” 16. Fungsi rekrutmen sangat
penting

karena

merupakan

kelanjutan

dari

fungsi

mencari

dan

mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat
penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu
melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.
Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari
anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi
dalam proses politik melalui organisasi-organisasi massa yang melibatkan
golongan-golongan tertentu, seperti golongan buruh, petani, pemuda,
mahasiswa, perempuan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai. Hal ini
seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed (2000:29) bahwa
rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan
politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media
komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan
tertentu, pendidikan dan ujian. 17 Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik
16
17

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik Jakarta : Grasindo, 1992, hal. 118
Hesel Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI,

36

Universitas Sumatera Utara

yang dilakukan oleh partai politik biasanya berdasarkan atas prestasi
dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi tak jarang juga berdasarkan
status orang yang direkrut tersebut.
1.6.4.1 Sistem Rekrutmen Politik
Dalam melakukan rekrutmen politik, setiap partai politik
memiliki metode yang berbeda- beda. Hal ini tentunya didasarkan pada
perbedaan ideologi, garis perjuangan partai hingga proyek partai yang
belum tentu sama antara partai satu dengan yang lainnya. Perbedaan
perbedaan inilah yang nantinya menentukan metode yang akan digunakan
partai politik dalam melakukan rekrutmen politik. Rekrutmen politik di
dalam pelaksanannya memiliki keragaman yang tiada terbatas, walaupun
memiliki dua cara khusus yaitu seleksi pemilihan melalui ujian serta
latihan dapat dikatakan sebagai proses rekrutmen yang paling penting.
Menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering digunakan
dalam proses rekrutmen, yaitu 18:
1. Sistem Patronit (patronage system)
Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar
pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam
mengangkat seseorang unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang
pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan
masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang

2003, hal. 188
Miftah Thoha, Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983, hal. 24

18

37

Universitas Sumatera Utara

sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik
karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama
tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan.
2.Sistem Merita (Merit System)
Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha
mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini
lebih bersifat obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Dengan
dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia
dinamakan sistem jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran
yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering
disebut dengan “spoil system”.
4. Sistem Karir (Career System)
Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk
menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat
usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja
maupun politik.
Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada
terbatas, namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan
yakni, melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan
dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan
dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang
ditunjukkan lewat tes atau ujian dan prestasi. Sedangkan yang dimaksud

38

Universitas Sumatera Utara

dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial
yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almameter atau faktor
status. 19
Untuk menciptakan sistem politik yang kokoh maka mekanisme
dan prosedur rekrutmen harus benar-benar dilakukan berdasarkan aturan
yang benar pula, dengan memperhatikan elemen-elemen tertentu.
Pemenuhan persyaratan tersebut membawa dampak terhadap figur yang
dikehendaki dengan harapan dapat menyiasati kehendak atau aspirasi dari
masyarakat atau kelompoknya. Hal penting yang mempengaruhi dan
diprioritaskan adalah latar belakang pendidikan, kemampuan, keahlian,
bakat serta memiliki dedikasi yang tingggi serta profesionalisme.
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan metode wawancara, studi pustaka, dan
observasi. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan
fakta dan data-data yang ada. Dengan menggunakan penelitian deskriptif
ini nantinya dapat membantu penulis dalam menjawab sebuah atau
beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek tertentu secara
rinci. 20

19

Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2003, hal. 185.
20
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Hlm 17-18

39

Universitas Sumatera Utara

1.7.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut
defenisi Bodgan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan suatu
prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan
kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic. 21
1.7.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan melakukan
penelitian. Peneliti akan melihat dan menganalisis yang sebenarnya terjadi
dari objek yang diteliti dan menghubungkan dengan data yang diperoleh.
Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah :
a. Kantor DPRD Kota Pematangsiantar

Lokasi penelitian tersebut menjadi pertimbangan peneliti karena
berhubungan dengan penelitian ini.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan sumber data yang terdiri dari data

21

Lexy J Moleong. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 27

40

Universitas Sumatera Utara

primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.
Dalam pengambilan data, peneliti mengumpulkan dengan tehnik
wawancara. Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara
memberikan

pertanyaan

langsung

kepada

responden

guna

memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada. Data tersebut dapat diperoleh melalui catatan atau
dokumentasi, buku, dan literatur lain yang berhubungan dengan judul
penelitian ini.
1.7.4 Teknik Analisis Data
Tahap selanjutnya yaitu menganalisis data yang diperoleh dari
sumber-sumber yang digunakan dalam tehnik pengumpulan data.
Adapun tehnik analisis data adalah tehnik analisis data kualitatif yaitu
dengan menekankan analisis pada sebuah proses pengambilan
kesimpulan secara induktif dan deduktif serta analisis pada fenomena
yang sedang diamati dengan menggunakan metode ilmiah. 22

22
Burhan Bungin. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: PT Kencana, hal 153

41

Universitas Sumatera Utara

1.8 Sistematika Penulisan
Bab I

: Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II

: Profil dan Gambaran Umum DPRD Kota
Pematang Siantar
Bab ini membahas gambaran secara umum tentang
kedudukan,fungsi, tugas, anggota legislatif DPRD
Kota Pematang Siantar.

Bab III

:

Kinerja

Dewan

Perempuan

Kota

Pematangsiantar Pada Tahun 2016
Bab ini memuat tentang analisis dari penyajian
data-data berdasarkan fakta yang terjadi. Pada bab
ini akan dianalisis tentang kinerja anggota legislatif
perempuan

Kota

Pematang

Siantar

dalam

melaksanakan fungsi legislasi.

Bab IV

: Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi rangkuman dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, serta penulis akan menambahkan

42

Universitas Sumatera Utara

saran-saran yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan pemerintah.

43

Universitas Sumatera Utara