EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium)
PAPER

OLEH:

SISTANSHIA CHAUMI AULIA NISA
170301090
AGROTEKNOLOGI – II A

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
PR OG RA MSTUD IAG RO TEKN OLO GI
F A K U L T A S

P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium)

PAPER

OLEH:
SISTANSHIA CHAUMI AULIA NISA
170301090
AGROTEKNOLOGI - II A

Paper sebagai salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian
Di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
PR OG RA MSTUD IAG RO TEKN OLO GI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Judul

: Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro Dan Pertumbuhan

Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium)
Nama
: Sistanshia Chaumi Aulia Nisa
NIM
: 170301090
Program Studi : Agroteknologi

Diketahui Oleh:
Asisten Koordinator

(Muhammad Ridho Adha)
Nim.140301186

Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor I

Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor II

(Muhammad Ridho Catur P)

NIM : 130301279

(Muhammad Fikri Abdillah.Trg)
NIM : 150301238

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah “Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro
Dan Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium)” yang
merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Dr. Ir. Chairani Hanum M.S. ; Dr. Ir. Nini Rahmawati S.P. MSi ; Ir. Irsal M.P;
Dr. Yaya Hasanah ; Ir. T. Irmansyah M.P. ; Ir. Lisa Mawarni M.P. MSi serta abang
dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perkembangan penulis kedepannya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan,

Penulis

DAFTAR ISI

November 2017

KATA PENGANTAR ………………………………………………………...i
DAFTAR ISI ………………………………………………………..................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ………………………………………………………...1
Tujuan Penulisan ………………………………………………………2
Kegunaan Penulisan …………………………………………………...2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ……………………………………………………….3
Syarat Tumbuh ………………………………………………………...4

Iklim ………………………………………………………..….6
Tanah ………………………………………………...…….…..9
EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium)
Pengertian Radiasi Surya……………………………………………….10
Faktor Yang Mempengaruhi Radiasi Surya………………………...….11
Hubungan Radiasi Surya Terhadap Tanaman………………………….14
Manfaat Radiasi Surya Terhadap Tanaman Krisan (Chrysantemum)….15
Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro Dan Pertumbuhan Tanaman
Krisan(Chrysanthemum morifolium).………...…………………...…....17
KESIMPULAN ………………………………………………………............19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………......20
LAMPIRAN ……………………………………………………….................21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning
berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C.

Morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4
mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai
simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari
Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun
1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis
atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan
masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan
secara komersial. (Juaninova, 2015)
Setiap jenis tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi
lingkungan yang spesifik. Khususnya tanaman krisan. Lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman akan membuat tanaman dapat berkembang secara
optimal. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
diantaranya adalah suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban, kecepatan angin,
serta kandungan CO2. Faktor-faktor lingkungan tersebut mempengaruhi proses
fotosintesis. (Hanna, 2005)
Mekanisme radiasi matahari yang diterima atap, diserap oleh atap
kemudian sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan masuk ke dalam
greenhouse. Radiasi matahari yang masuk ke dalam greenhouse akan diteruskan ke
tanah, lalu dari tanah dipantulkan kembali. Mekanisme ini berpengaruh terhadap
iklim mikro di dalam greenhouse, diantaranya berpengaruh terhadap intensitas

sinar matahari yang diterima oleh bagian tanaman dan dimanfaatkan oleh tanaman
untuk melakukan fotosintesis, suhu di dalam greenhouse yang sangat berkaitan erat

2
dengan pertumbuhan tanaman dan kelembaban dalam greenhouse yang bermanfaat
untuk tanaman terutama saat fase generatif. (Sugra, 2013)
Kondisi iklim mikro tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
salah terutama tanaman bunga krisan. Pembangunan greenhouse dengan penetapan
tinggi yang tidak ditentukan juga berakibat tidak terkendalinya suhu dan
kelembaban udara di ruangan greenhouse, terutama untuk tanaman krisan dengan
suhu optimal untuk tanaman bunga krisan adalah 18–24oC dengan RH 70– 90%.
Pengaruh dimensi greenhouse terutama tinggi greenhouse terhadap iklim mikro di
dalam greenhouse perlu dikaji, mulai dari intensitas cahaya matahari yang masuk
ke dalam greenhouse, suhu dan kelembaban udara di dalam greenhouse.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian Analisis Profil Iklim Mikro
pada Greenhouse Tipe Arch untuk Budidaya Bunga Krisan (Chrysanthemum
morifolium). (Syntha, 2008)
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui efek dari
radiasi sinar matahari terhadap pertumnuhan tanaman, khususnya pada tanaman

krisan krisan (Chrysanthemum morifolium).
Kegunaan penulisan
Adapun kegunaan dari paper ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan
sebagai bahan referensi maupun bahan bacaan bagi yang membutuhkannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun tumbuhan krisan diklasifikasikan dengan taksonomi sebagai
berikut Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

4
Dycotiledonae, Ordo

Asterales, Famili

Asteraceae, Genus

Chrysanthemum,


Spesies Crhysantemum morifolium (Holmes,2003)
Perakaran tanaman krisan menyebar ke semua arah pada kedalaman 30 - 40
cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang
kurang baik, misalnya keadaan drainase yang jelek, kandungan unsur Al dan Mn
dalam tanah yang tinggi serta tanah yang selalu masam (pH rendah).
(Rukmana dan Mulyana, 2007)
Batang tanaman krisan tumbuh tegak, struktur lunak dan berwarna hijau.
Bila dibiarkan tumbuh terus, batang akan menjadi keras (berkayu) dan berwarna
hijau kecoklatan dan ada juga yang berwarna kemerah-merahan. Ketinggian
tanaman ini biasanya mencapai 100 cm atau disesuaikan dengan kebutuhan
Penampilan visual sosok tanaman krisan mirip dengan aster. (Holmes,2003)
Daun krisan berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk daunnya
beraneka ragam tergantung jenis atau varietasnya Ciri khas tanama krisan dapat
diamati pada bentuk daun, yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun secara
berselang-seling pada cabang atau batang. (Rukmana dan Mulyana, 2007).
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam
tangkai berukuran pendek sampai panjang. Bentuk bunga krisan yang biasanya
dipakai sebagai bunga potong, dapat digolongkan sebagai berikut Tunggal. Pada
setiap tangkai hanya terdapat 1 kuntum bunga, piringan dasr atau mata bunga lebih

sempit dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis. Anemone. Bentuk anemone
sama dengan bunga tungal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
(Holmes,2003)
Pompon. Bentuk bunga pompon adalah bulat seperti bola, mahkota bunga
menyebar kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak. Dekoratif.
Bentuk bunga dekoratif adalah bunga berbentuk bulat mirip pompon, tetapi
mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang.

5
Besar. Bentuk bunga golongan ini adalah pada tangkai terdapat 1 kuntum bunga,
berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. Piringan dasar tidak tampak,
mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk kedalam atau
keluar, pipih, panjang, berbentuk sendok dan lain-lainya (Hasim, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan
terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya
tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Persyaratan
kebutuhan hidup tanaman bunga krisan meliputi: suhu, cahaya matahari, air,
tempat tumbuh dan perlakuan perawatan yang sesuai. (Jerry, 2009)

Suhu. Pengaruh suhu berkaitan dengan proses asimilasi, yaitu pembentukan
cadangan makanan dan proses disimilasi yaitu penguraian makanan dan
pernafasan. Di daerah tropis, seperti Indonesia, temperatur yang paling baik untuk
pertumbuhan tanaman krisan pada siang hari adalah antara 20°C – 26°C. Toleransi
tanaman krisan terhadap faktor temperatur untuk tetap tumbuh baik adalah antara
17°C – 30°C. Temperatur berpengaruh terhadap kualitas pembungaan krisan.
Temperatur yang ideal untuk pembungaan yaitu antara 16°C-18°C. Pada
temperatur yang tinggi (lebih dari 18°C) bunga krisan cenderung berwarna kusam,
sedangkan temperatur yang rendah (kurang dari 16°C) berpengaruh baik terhadap
warna bunga, karena cenderung makin cerah. Mengingat tanaman krisan
membutuhkan temperatur untuk pertumbuhan antara 20°C – 26° C dan
pembungaan pada temperatur 16°C – 18°C dengan kelembaban udara antara 70 80 persen, maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah di daerah
berketinggian antara 700–1200 m dari permukaan laut. (Eric, 2010)
Cahaya. Agar mendapatkan bunga yang berkualitas baik, tanaman bunga
krisan (Chrysanthemum sp) membutuhkan cahaya yang lebih lama dari panjang

65
hari normal. Penambahan panjang hari dapat dilakukan dengan penyinaran buatan,
setelah matahari terbenam atau selama periode gelap. Penyinaran dilakukan selama
satu bulan untuk memacu pertumbuhan tinggi tanaman dan menunda masa
generatif. Sumber cahaya buatan yang umum digunakan adalah lampu esensial
dengan ukuran 13 - 16 watt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lampu esensial
lebih mempercepat pertumbuhan generatif tanaman krisan dibandingkan dengan
lampu pijar. Penambahan penyinaran yang terbaik adalah pada tengah malam
antara pukul 22.00 – 02.00. Jarak antar lampu adalah 2,35 meter dan lampu
dipasang setinggi 2,5 meter dari tanaman. Periode pemasangan lampu dilakukan
sampai batas tertentu fase vegetatif (± 4 minggu). (Nam, 2012)
Kebutuhan Air. Bunga krisan tumbuh dengan baik jika kebutuhan airnya
tercukupi. Banyaknya penyiraman dan frekuensi penyiraman bunga krisan
bergantung pada cuaca (suhu, angin dan cahaya), jenis, ukuran tanaman, serta
keadaan lingkungan. Kelebihan air tidak bagus untuk pertumbuhan tanaman bunga
krisan, sedangkan kekeringan dapat menimbulkan terjadinya dehidrasi yang
berakibat pada pertumbuhannya yang tidak baik. Penyiraman dilakukan sebanyak
dua kali sehari sampai dengan tahap pemanenan. (Laura, 2009)
Kelembaban Udara. Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi
kelembaban

udara

(RH)

tinggi.

Pada

fase

pertumbuhan

awal,

seperti

perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit setek, diperlukan kelembaban
udara antara 90 - 95 persen. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik
pada kondisi kelembaban udara antara 70 - 80 persen. Hujan deras atau keadaan
curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman krisan juga menyebabkan
tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas bunganya rendah. Oleh karena itu
pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan di dalam
green house atau bangunan rumah plastik dan rumah kaca. (Tivor, 2011)

Suhu Udara. Suhu udara adalah ukuran panas dan dingin dari suatu benda.
Suhu udara sangat berpengaruh pada proses-proses yang terjadi pada tanaman
seperti proses fotosintesis, transpirasi, dan respirasi. Suhu udara yang optimum
sangat diperlukan bagi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Tanaman
memerlukan suhu udara optimum yang berbeda-beda (Tiwari , 2008).
Garis lintang merupakan faktor utama yang mempengaruhi suhu
greenhouse. Faktor lain adalah ketinggian matahari, kondisi topografi yang
mempengaruhi pergerakan angin dan panjang hari. Suhu lingkungan berpengaruh
terhadap proses fisik dan kimiawi tanaman dan selanjutnya mengendalikan proses
biologi dalam tanaman seperti transpirasi. (Hanan et al. 2008)
Suhu optimum tanaman berbeda-beda tergantung pada spesies dan
varietasnya, serta sesuai dengan tahap fisiologis pekembangannya. Suhu rendah
menguntungkan bagi proses pertumbuhan tanaman, suhu sedang menguntungkan
bagi proses pemanjangan batang dan perkembangan buah, sedangkan suhu tinggi
menguntungkan bagi proses pembungaan. (Harjadi, 2004)
Suhu yang ekstrim dapat merusak tanaman, suhu yang terlalu dingin
membekukan, dan suhu terlalu tinggi dapat mematikan tanaman sebagai akibat dari
koagulasi protein. Terhentinya pertumbuhan pada suhu tinggi merupakan suatu
gambaran dari suatu keseimbangan metabolik yang terganggu. Faktor yang
mempengaruhi besarnya suhu dalam greenhouse adalah tingkat intensitas panas
dari radiasi matahari, besar kecilnya panas yang hilang melalui atap atau dinding,
besar kecilnya rambatan panas yang diserap tanaman untuk proses fotosintesis dan
besar kecilnya panas yang hilang melalui ventilasi serta bahan konstruksi. Suhu
lingkungan

selain

mempengaruhi

kecepatan

pertumbuhan

tanaman

dan

metabolisme, juga berperan di dalam pengendalian tanaman spesies tertentu.
(Walker, 2000)

7

Curah Hujan. Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman
dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman memperoleh persediaan
air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang
penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mampu
mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan
meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman.
(Hun, 2011)
Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan.
Fungsi air karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi
tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah
hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis tumbuhan
disuatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah
tersebut. Tumbuhan di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman
tumbuhannya kurang dibandingkan dengan tumbuhan di daerah yang banyak curah
hujannya. (Zahaya. 2014).
Curah hujan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah
ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Pada kondisi alami, kelebihan air
kurang

bermasalah

jika

dibandingkan

dengan

kekeringan.

Kekeringan

didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi dan
penguapan langsung melalui jumlah air yang tersedia di tanah. Sumber pokok dari
kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor peningkatan kebutuhan air
cenderung meningkat. Kelembaban nisbi rendah, angin kencang dan suhu yang
tinggi merupakan faktor pendukung kekeringan karena faktor ini mempercepat
evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara cepat oleh penguapan atau
pembuangan air juga meningkatkan kekeringan. Irigasi adalah cara yang paling

8
9
cocok untuk mengatasi kekeringan. Jika ada irigasi maka suhu menjadi faktor iklim
yang penting dalam mengendalikan produksi tanaman pangan. (Harjadi, 2004)
Tanah
Krisan dapat tumbuh pada setiap jenis tanah tergantung penanganannya.
Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur lempung berpasir,
mempunyai drainase dan aerasi yang baik dan mengandung bahan organik yang
tinggi dengan pH sedikit asam. Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman krisan adalah sekitar 5,5 sampai 6,5. (Zahara, 2014)
Krisan dapat tumbuh baik di dataran tinggi (>800 m dpl ) dengan pH tanah
5,5 - 6. Penanaman di daerah pegunungan dengan pH tanah 5 - 5,5 perlu didahului
dengan pengapuran. Krisan memerlukan tanah dengan kesuburan sedang karena
tanah yang subur akan mengakibatkan tanaman menjadi rimbun. Apabila ditanam
di pot pH media yang sesuai adalah 6,2 - 6,7. Secara genetik krisan merupakan
tanaman hari pendek, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan produksi
bunga yang tinggi, pertumbuhan vegetatifnya perlu diberi perlakuan hari panjang
dengan penambahan cahaya lampu pijar atau neon.

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium)
Pengertian Radiasi Surya
Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan
sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut.
Energi matahari diradiasikan ke segala arah, sebagian hilang ke alam semesta, dan
hanya sebagian kecil saja yang dapat diterima bumi. Konstanta matahari (Gsc)
adalah energi dari matahari per unit waktu yang diterima pada satu unit luasan
permukaan yang tegak lurus arah radiasi matahari pada jarak rata-rata mataharibumi di luar atmosfer. (Harjadi, 2004)
Bumi berevolusi mengelilingi matahari pada jarak rata-rata 93 juta mil.
Orbit bumi berbentuk elips dengan eksentrisitas sangat kecil (0,017), ini berarti
orbit bumi hampir berbentuk lingkaran. Jarak matahari-bumi yang terdekat disebut
perihelion, terjadi pada tanggal 4 Januari dengan jarak 91,5 juta mil, dan jarak
matahari-bumi yang terjauh disebut aphelion terjadi pada tanggal 5 Juli dengan
jarak 94,5 juta mil (Eric ,2010)

Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda
yang mempunyai suhu di atas nol mutlak dan merupakan satu-satunya bentuk
energi yang dapat menjalar di dalam vakum angkasa luar. Radiasi matahari
merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan
magnet. Matahari setiap menit memancarkan energi sebesar 56x1026 kalori. Dari
energi ini bumi menerima 2,55x1018 kalori atau hanya ½ x 109nya. (Zahaya. 2014).
Radiasi matahari yang jatuh ke bumi disebut insolasi. Insolasi adalah
penerimaan energi matahari oleh permukaan bumi, bentuknya adalah sinar-sinar
gelombang pendek yang menerobos atmosfer. Radiasi matahari menjalar di dalam
angkasa luar tanpa kehilangan energi, intensitasnya berkurang berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak dari matahari. Jumlah energi matahari rata-rata yang jatuh
pada puncak atmosfer tiap satuan luas (1 cm2) tegak lurus pada sinar matahari tiap
menit, yaitu 2,0 kalori (Harjadi, 2004).
Radiasi yang dipancarkan matahari diterima permukaan bumi sangat kecil,
tetapi bagi bumi, radiasi matahari merupakan energi utama proses-proses fisika
atmosfer. Lama penyinaran matahari dalam periode harian adalah variasi dari bulan
ke bulan berikutnya, hal ini juga banyak mempengaruhi intensitas total radiasi
matahari seperti yang diketahui bahwa radiasi matahari yang dipancarkan adalah
berbentuk energi, dan energi ini digunakan untuk memanaskan bumi, oleh karena
itu ukuran panas bumi merupakan ukuran besarnya energi matahari yang diterima
permukaan bumi.( Zahaya. 2014)

Faktor Yang Mempengaruhi Radiasi Surya
Radiasi matahari yang diterima permukaan bumi sangat bervariasi menurut
tempat dan waktu. Perbedaan menurut waktu, terjadi disebabkan oleh perbedaan
lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Perbedaan menurut waktu, terjadi

12
11

karena radiasi dalam sehari (dari pagi sampai sore) maupun secara musiman (dari
hari ke hari). (Harjadi, 2004)
Jarak antara matahari dan bumi. Bumi mengelilingi matahari (berevolusi)
dengan lintasan yang berbentuk elips. Bumi berada pada apheliumnya pada tanggal
5 Juli dan berada pada periheliumnya pada tanggal 3-5 Januari, selama
mengelilingi matahari sumbu bumi miring 23,50 dari garis tegak lurus pada eliptika
(bidang edar bumi mengelilingi matahari). Revolusi bumi berakibat terjadinya
kemiringan sumbu bumi yang selalu searah sehingga menyebabkan adanya
pergantian musim dan perubahan lamanya siang dan malam (Zahaya. 2014).
Posisi matahari yang paling utara dicapai pada tanggal 21 Juni yaitu pada
garis 23,50 Lintang Utara. Garis 23,50 Lintang Utara ini disebut garis balik utara,
karena setelah tiba di garis ini matahari balik ke arah selatan. Pada tanggal 23
September baik kutub utara maupun kutub selatan bumi berada sama jauhnya dari
matahari yang berada pada katulistiwa. Posisi matahari yang paling selatan dicapai
pada tanggal 22 Desember yaitu 23,50 Lintang Selatan. Garis ini disebut garis balik
selatan, karena setelah tiba di garis ini matahari balik ke arah utara. Pada tanggal
21 Maret matahari berada di katulistiwa lagi, hanya letak bumi berseberangan pada
orbitnya dengan kedudukannya pada 23 September. Revolusi bumi memerlukan
waktu satu tahun (365 hari), namun karena matahari juga bergerak mengelilingi
bintang yang lebih besar, bumi tidak kembali ke titik awalnya setelah mengelilingi
matahari selama satu tahun. Setiap empat tahun diadakan penyesuaian waktu atau
28 hari menjadi 29 hari pada bulan Februari yang dikenal tahun kabisat.
(Syntha. 2008).
Panjang hari dan sudut datang, Radiasi matahari yang di terima permukaan
bumi pada suatu waktu tertentu di sebabkan oleh sudut datang matahari. Perbedaan

tempat menurut lintang dapat menyebabkan perbedaan periode penerimaannya
yang disebut panjang hari. Sudut datang sinar matahari selalu berubah setiap saat.
Perbedaan sudut datang sinar matahari menyebabkan perbedaan luas permukaan
horizontal yang mendapat sinar, makin besar sudut datang sinar matahari, sinar
tersebut akan membentang pada permukaan horizontal yang lebih sempit sehingga
energy cahaya yang diterima oleh setiap kesatuan luas lebih besar. (Zahaya, 2014)
Pengaruh atmosfer bumi. Pada waktu radiasi matahari memasuki atmosfer
menuju permukaan bumi (daratan dan lautan), radiasi tersebut akan dipengaruhi
oleh gas-gas aerosol serta awan yang ada di atmosfer, sebagian akan dipantulkan
kembali ke luar angkasa, sebagian akan diserap dan sisanya akan diteruskan ke
permukaan bumi berupa radiasi langsung maupun radiasi baur (diffuse). Sumbersumber aerosol atmosfer yaitu partikel-partikel padat yang mengapung di atmosfer.
(Harjadi, 2004).
Lama Penyinaran Matahari. Lama penyinaran matahari (sunshine duration)
adalah lamanya matahari bersinar sampai permukaan bumi dalam periode satu hari
yang diukur dalam jam. Periode satu hari disebut panjang hari (jangka waktu
matahari berada di atas horison). Lama matahari bersinar ini dalam periode harian
adalah bervariasi dari bulan ke bulan. Pengukuran durasi sinar matahari merupakan
jenis pengukuran radiasi yang tertua, tetapi meskipun demikian, penyinaran
matahari tetap bermanfaat karena dua hal. Pertama, durasi penyinaran adalah salah
satu parameter yang penting dari iklim suatu tempat (lokasi). Penggunaan data ini
misalnya dalam bidang pertanian, perkebunan, karena durasi sinar matahari
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Kedua, dari data durasi penyinaran
matahari dapat diturunkan fluksi total dari radiasi matahari yang jatuh pada
permukaan horizontal dari suatu lokasi (Hasim. 2005).

13
14

Hubungan Radiasi Surya Terhadap Tanaman
Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3,
dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas,
kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari. Intensitas cahaya berpengaruh
terhadap tinggi tunas plantlet Daun Dewa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tinggi tunas berbeda antar perlakuan pada setiap perlakuan intensitas cahaya.
Perlakuan A intensitas cahaya 1156 lux, 107 fc menunjukkan tinggi tunas paling
tinggi selama masa kultur (Zahaya. 2014).
Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal
fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman.
Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga
fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral,
tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek. (Harjadi. 2004)
Tanaman merespon faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya, tunas
memanfaatkan intensitas cahaya rendah dengan suhu 240C untuk mendukung
pertumbuhan selnya dibantu dengan adanya auksin didalam media kultur yang
membantu proses pemanjangan sel dibandingkan intensitas cahaya tinggi yang
menyebabkan

pertumbuhan

sel

terhambat

dan

tunas

menjadi

kerdil.

(Nam. 2012).
Pertumbuhan

dan

perkembangan

tumbuhan

saat

terpapar

cahaya

berhubungan dengan hormon auksin. Peningkatan kadar auksin terjadi pada
intensitas cahaya rendah. Auksin berperan merangsang pompa proton yang
mengakibatkan penurunan pH dinding sel sehingga mengaktifkan enzim-enzim
untuk memecah ikatan silang yang terdapat dalam mikrofibril selulosa. Proses
tersebut melonggarkan serat-serat dinding sel. (Zahaya. 2014)

15

Pada kondisi intesitas cahaya yang tinggi, tumbuhan cenderung
meningkatkan aktivitas fotosintesis sampai tingkat kejenuhan cahaya tertentu.
Setiap jenis tumbuhan memiliki kondisi jenuh cahaya yang berbeda dimana
peningkatan cahaya tidak lagi meningkatkan fotosintesis.

Hal tersebut

menjelaskan bahwa intesitas cahaya 10 dan 20 µmol/m2/detik menghasilkan
pertumbuhan yang cenderung lebih tinggi berdasarkan parameter tinggi, jumlah
daun, warna dan bobot basah. (Hanan et al., 2008)

Manfaat Radiasi Surya Terhadap Tanaman Krisan (Chrysantemum)
Perlakuan intensitas cahaya dengan pemberian naungan paranet dan
aplikasi daminosida bertujuan untuk memperpendek tanaman krisan. Penurunan
intensitas cahaya dari 75% menjadi 55% mengakibatkan penurunan tinggi
tanaman, jumlah daun dan bobot kering tajuk tanaman, sedangkan peningkatan
kadar daminosida dari 0 sampai 250 ppm mengakibatkan penurunan tinggi
tanaman, tetapi meningkatkan jumlah daun dan bobot kering tajuk tanaman, dan
mempercepat pemunculan cabang pertama (Zahaya. 2014).
Intensitas cahaya yang diturunkan dari 75% menjadi 55%, menyebabkan
penurunan bobot kering tajuk. Menurunnya intensitas cahaya dapat berpengaruh
pada bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1991),
besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa,
sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot
kering.(Eric. 2010).
Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot
kering tajuk menurun, dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan
meningkatkan suhu lingkungan tanaman, yang mengakibatkan respirasi tanaman
meningkat sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam

16

jaringan tanaman sedikit, menyebabkan bobot kering tajuk pada tanaman dengan
perlakuan intensitas cahaya 75% lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas
cahaya 100%.(Holmes. 2003)
Hasil penelitian tanaman anggrek, tanaman yang mendapat intensitas
cahaya 55%, menghasilkan daun terlebar, dan pembentukan tunas terbaik
dibandingkan tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya 65% dan 75%.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan tanaman yang
dihadapkan pada intensitas cahaya 55% memberikan produksi bunga dan lebar
daun tertinggi serta pembentukan tunas terbaik, sedangkan naungan 75%
menyebabkan tanaman menghasilkan panjang tangkai bunga tertinggi.
(Nam. 2012)

Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro Dan Pertumbuhan Tanaman
Krisan(Chrysanthemum morifolium).
Tanaman krisan bukan tanaman asli Indonesia, namun berasal dari Cina dan
Jepang yang merupakan daerah subtropis, sehingga apabila tanaman tersebut
dibudidayakan di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia maka banyak hal yang
perlu diperhatikan. Salah satunya adalah intensitas cahaya matahari yang diterima
oleh tanaman krisan. Tanaman krisan memerlukan cahaya pada siang hari sebesar
32.000 lux untuk pertumbuhan yang optimal. Intensitas cahaya pada siang hari di
dataran tinggi di Indonesia (1000 m dpl) adalah sebesar 50.000 lux. Oleh karena itu
untuk memperoleh intensitas cahaya yang sesuai bagi tanaman krisan diperlukan
naungan misalnya dengan paranet. Fungsi paranet selain untuk mengurangi
intensitas cahaya juga dapat mengurangi suhu udara lingkungan tanaman
(Zahaya. 2014).

17
Pemberian naungan pada berbagai stadia pertumbuhan berpengaruh nyata
terhadap jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong
berisi per tanaman, berat 100 biji, dan produksi biji kering pada berbagai macam
varietas tanaman kedelai. Pemberian naungan 20% memberikan hasil yang lebih
baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal
tanam atau awal berbunga (Hanan et al. 2008).
Pengaturan pertumbuhan tanaman dapat pula dilakukan dengan zat
penghambat pertumbuhan yang fungsinya menekan pertumbuhan memanjang dari
tunas sehingga membentuk percabangan yang pendek dan kekar. Penghambat
pertumbuhan diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu fitohormon,
penghambat alami lain (termasuk derivat asam fenolat dan asam benzoat serta
lakton) dan penghambat pertumbuhan sintetik. Penghambat pertumbuhan biasanya
digunakan untuk memperpendek panjang ruas dan tinggi tanaman. Luas daun,
penyerapan cahaya dan hasil panen umumnya tidak berkurang karena aplikasi zat
penghambat pertumbuhan (Walker, 2000).
Salah satu jenis zat penghambat pertumbuhan sintetik adalah daminosida.
Waktu dan aplikasi daminosida sangat spesifik karena hanya selektif pada keadaan
dan kondisi lingkungan tertentu. Apabila digunakan pada fase pertumbuhan yang
tepat dengan konsentrasi yang tepat pula dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
tanaman maka tanaman akan tumbuh dan memberikan hasil yang optimal.
(Zahaya. 2014).

KESIMPULAN
1. Perlakuan intensitas cahaya 75% (tingkat naungan 25%) memiliki intensitas
cahaya, suhu udara dan kelembaban udara yang mendekati optimum bagi
pertumbuhan tanaman.
2. Terdapat pengaruh interaksi perlakuan intensitas cahaya dan kadar daminosida
terhadap luas daun, dan laju pertumbuhan nisbi.
3. Tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 55% dan kadar daminosida 500
ppm tumbuh paling pendek dan saat muncul cabang pertama tercepat.
4. Tanaman dengan perlakuan kadar daminosida 250 ppm memiliki jumlah daun
terbanyak dan bobot kering tajuk tanaman terbesar.

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, K., dan B. Marwoto. 2003. Pola Night Break untuk Efisiensi Energi
Listrik pada Usaha Krisan.
Eric, S. 2010. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Hanan, B., Suciantini dan T. Sutater. 2008. Modifikasi Pola Hari Panjang dan
Intensitas Cahaya pada Krisan untuk Efisiensi Energi. Jurnal Hortikultura.
Hanna, P.D, 2005. Dasar- dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa, Bandung.
Harjadi, S. S. 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Hasim, F.A. 2005. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Anggrek
Dendrobium. Jurnal Holtikultura.
Holmes, K. 2003. Physiology of Woody Plants.Academic Press. New York.
Hun, S. 2011. Botani Umum Jilid II. Angkasa. Bandung.
Juaninova. 2015. Garden Journal Information and Inspiration. Wind Academic
Press. Venezuela
Laura, J.L. 2009. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T.
Grafindo Persada. Jakarta.
Nam. R.J. 2012. Modeling Elongation Retardation Due To Daminozide in
Chrysanthemum. Woody Press. Ney York.
Rukmana, R. dan A. E. Mulyana. 2007. Krisan. Kanisius. Yogyakarta.
Sugra, C. S. 2013. Aspek Produksi Bunga Potong. Gramedia. Bandung

20
Syntha, J. 2008. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Tiwari, D. 2008. Pengaruh Naungan Pada Berbagai Stadia Pertumbuhan Terhadap
Hasil Dan Komponen Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L)
Merr). Majalah Ilmiah Universitas Jambi No. 44. Universitas Jambi.
Trivor, K.S. 2011. Pengaruh Naungan Terhadap Produksi Tiga Kultivar Bunga
Anggrek Dendrobium. Dalam : Jurnal Holtikultura No. 9. Vol. 4. Badan
Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Walker, M. B. 2000. Advanced Plant Physiologi. Language Book Society. Harlow.
Wood, A. 2003. Daminozide (Alar, B-Nine) Growth Regulator Profile 6/86.
Zahaya, S., 2014. Hormon Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25