FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR IBNU

FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM TIMUR
( IBNU SINA )
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Filsafat Islam
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Disusun oleh kelompok 6:
Elin Siti Fatonah

: 1210202050

Fitrianis Tamara R

: 1210202064

Hanifah Qonitah

: 1210202070

Laela Qodariah


: 1210202096

BANDUNG
1433 H/2012 M

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat itu membingungkan. Namun dari filsafat itulah kita dapat mengetahui
esensi suatu hal. Hingga kini, filsafat masih saja menjadi kajian wajib di berbagai ajang
pendidikan. Dalam islam juga ada filsafat Islam, filsafat yang mengupas tentang
keberadaan Islam itu sendiri. Dan salah satu pengembangnya adalah Ibnu Sina, seorang
dokter, ulama, psikolog, seniman, bahkan politisi. Namun menariknya Ibnu Sina juga
seorang filosof muslim yang berani melawan kekangan filsafat Yunani, bahkan buah
pemikirannya ini pun juga dikonsumsi oleh para pelajar barat.
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam
banyak hal unik, sedang diantara para filosof muslim ia tidak hanya unik, tapi juga
memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah satusatunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap
dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa

abad.
Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena
sistem yang ia miliki itu menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa yang
jenius dalam menemukan metode-metode dan alasan-alasan yang diperlukan untuk
merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang
ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.

B. Rumusan Masalah
Lalu seperti apakah filsafatnya Ibnu Sina itu? Berikut kami mencoba menyajikan
makalah yang membahas mengenai filsafat Ibnu Sina. Selamat membaca.
1. Siapakah Ibnu Sina?
2. Apa karya-karya dari Ibnu Sina?
3. Bagaimana pemikiran-pemikiran Ibnu Sina?
4. Bagaimana filsafat Ibnu Sina?
5. Apa pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Sina
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan sampai sekarang, sosok Ibnu

Sina (371/980 M-428/1037 M) merupakan sosok filsuf muslim yang sangat unik dan
dikenal dengan kecerdasannya.1 Adapun nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain
Ibn Abdillah Ibn Sina, nama pendeknya Abu Ali. Juga dikenal sebagai Asy-Syaih ArRais. Ibnu Sina lahir di Afsahan (Desa kecil dekat Bukhara, Ibu Kota Dinasti Samaniyah
dimana ayahnya seorang Gubernur Kharmayathnah pada pemerintahan Dinasti SamanBukhara). Di Bukhara ia dibesarkan serta belajar falsafah kedokteran dan ilmu - ilmu
agama Islam. Dan Jumlah karya yang ditulis ibnu sina (diperkirakan antara 100 sampai
250 buah judul). kualitas karya dan keterlibatannya dalam praktik kedokteran, mengajar,
dan politik semuanya menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa.
Ia mempunyai ingatan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga dalam usia 10
tahun telah mampu menghafal al-Qur’an, sebagian sastra Arab, dan ia juga hafal kitab
metafisika karangan aristoteles, setelah membacanya 40 kali. Ia juga mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi. Dalam usianya yang belum melebihi
enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan
banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Tidak hanya teori – teori
kedokteran yang ia pelajari, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang – orang
sakit. ketika berumur 17 tahun ia pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga
pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali
dikalangan masyarakat.2
Ibnu Sina mempelajari beberapa bidang ilmu pengetahuan, antara lain:
1. Ilmu-ilmu agama dimulainya belajar Quran pada tahun 375 H. Sewaktu umurnya
umurnya baru 5 tahun. Kemudian terus mempelajari ilmu-ilmu Islam lainnya seperti

tafsir, fikih, ushuluddin, tasawuf dan lainnya. Dalam 5 tahun, pada waktu dia mencapai
1 Dedi Suriyadi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009,
hal. 122
2 Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1996,
hal: 115

usia 10 tahun, Ibnu Sina sudah hafal Al-Quran dan sudah menguasai segala cabang ilmuilmu agama.
2. Ilmu-ilmu falsafah, setelah umurnya mencapai 10 tahun dia sudah menguasai ilmu-ilmu
agama, ayahnya mulai menyuruhnya belajar ilmu falsafah dengan segala cabangnya. Dan
disuruh belajar kepada seorang saudagar rempah-rempah untuk mempelajari “ilmu hitung
india”.
3. Ilmu politik tidak kalah pentingnya untuk diketahui, bahwa ilmu politik telah
diperkenalkan kepada Ibnu Sina pada umur mudanya. Ayahnya adalah seorang terkemuka
dari aliran “Isma’iliyyah” dan partai syi’ah. Pada waktu itu pemimpin propagandis aliran
yang terpusat di Mesir dibawah pimpinan Fathimiyah, sering kali berkunjung dan
berunding dengan ayahnya untuk meluaskan sayap partai itu didaerah Bukhara. Ibnu Sina
selalu duduk mendengarkan segala uraian mereka. Saudaranta Abdul Harist mengikuti
aliran ayahnya, menjadi pengikut yang setia dan ptertarik kepada partai Isma’iliyyah,
tetapi Ibnu Sina tidak tertarik kepada aliran itu.
4. Ilmu kedokteran. Di dalam tingkat terakhir, Ibnu Sina kedokteran. Dipelajarinya ilmu itu

sewaktu umurnya 16 tahun, dan dalam waktu 18 bulan (1 ½ tahun) seleseilah dan
dikuasainya.
Ibnu Sina telah banyak mengarang buku antara lain: Asy-Syifa, An-Najat, AlIsyarat Wat Tanbihat, Alhikmat Asyrigiyyah dan Al-Qanun atau Canon of Mediciul. AsySyifa, merupakan buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina dan terdiri
dari empat bagian yaitu : logika, filsafat, matematika dan metafisika (ketuhanan). Buku
tersebut mempunyai beberapa naskah yang terbesar di berbagai-bagai perpustskaan di
Barat dan timur. Bagian ketuhanan dari fisika pernah dicetak dengan cetakan batu di
Taheran. Risalah utama Ibnu Sina adalah Kitab Al-Syifa atau kitab pengobatan yang
terkenal dalam bahasa latin dengan judul yang keliru Sufficientia. Karya ini merupakan
ensiklopediastudi Islamic-Yunani pada abad kesebelas, yang disusun dari logika sampai
matematika. Karena para pembaca (karya) filosofis waktu itu, yang telah terbiasa
menggunakan ringkasan merasa puas dengan keyakinannya sendiri untuk menganalisis
penjelasan yang terlalu panjang, maka Ibnu Sina membuat inisiatif untuk membuat

sendiri ringkasan karya ensiklopedi ini. Ia menyebutkan Kitab Al-Najat atau kitab
penyelamat yang jauh lebih luas dibaca daripada As-Syifa sendiri.
Dalam pendahuluan Al-Syifa yang meninjau seluruh bidang ilmu pengetahuan
Yunani-Arab, Ibnu Sina melahirkan kesulitan metodologikan yang mendasar. Adapun
tujuan dalam karya ini, menurutnya adalah untuk mencarikan ilmu-ilmu yang dianggap
berasal dari nenek moyang tanpa menghapus nilai-nilainya.
Meskipun dia di akui sebagai seorang tokoh dalam keimanan, ibadah dan

keilmuan, tetapi baginya minum-minuman keras itu boleh, selama tidak untuk
memuaskan hawa nafsu. Minum-minuman keras dilarang karena bisa menimbulkan
permusuhan dan pertikaian, sedangkan apabila dia minum tidak demikian malah
menajamkan pikiran. Dalam al-Muniqdz min al-Dhalal, al-Ghazali bahwa Ibnu Sina
pernah berjanji kepada Allah dalam salah satu wasiatnya, antara lain bahwa dia akan
menghormati syari’at tidak melalaikan ibadah ruhani maupun jasmani dan tidak akan
minum-minuman keras untuk memuaskan nafsu, melainkan demi kesehatan dan obat.
Kehidupan Ibnu Sina penuh dengan aktifitas -aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan
untuk urusan negara dan menulis, sehingga dia mempunyai sakit maag yang tidak dapat
terobati. Di usia 58 tahun (428 H/1037 M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di
Hamazan.
B. Karya-karya Ibnu Sina
Jumlah karya yang ditulis Ibnu Sina (diperkirakan antara 100sampai 250 buah
judul). Kualitas karya dan keterampilannya dalam praktik kedokteran, mengajar, dan
politik. Semuanya menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa.3
Karya - karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa,
An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat,
dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, ia banyak menulis
karangan - karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini
ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru dan segera

dikarangnya.4
3 Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2010,
hlm:125
4 Ibid, hlm: 116-117

Sekalipun ia hidup dalam waktu penuh kegoncangan dan sering sibuk dengan
soal negara, ia menulis sekitar dua ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang
paling masyhur adalah “Qanun” yang merupakan ikhtisar pengobatan Islam dan
diajarkan hingga kini di Timur. Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin dan diajarkan
berabad lamanya di Universita Barat. Karya keduanya adalah ensiklopedinya yang
monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini merupakan titik puncak filsafat paripatetik
dalam Islam.
Ibnu Sina meskipun disibukkan oleh kegiatan politik namun karena
kecerdasannya, menyebabkan ia mampu menulis beberapa buku. Ia sangat berjasa bagi
para ilmuwan dengan karya-karya yang sangat berguna. Adapun karangan-karangan Ibnu
Sina yang terkenal adalah:
1. As-Syifa (The Book of Recovery or The Book of Remedy)
As-Syifa yaitu buku tentang penemuan, atau buku tentang penyembuhan.
Buku ini dikenal didalam bahasa Latin dengan nama Sanatio, atau Sufficienta.
Seluruh buku ini terdiri atas 18 jilid, naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di

Oxford University London. Mulai ditulis pada usia 22 tahun (1022 M) dan berakhir
pada tahun wafatnya (1037 M). Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu :
a. Logika (termasuk didalamnya terorika dan syair) meliputi dasar karangan
Aristoteles tentang logika dengan dimasukkan segala materi dari penulispenulis Yunani kemudiannya.
b. Fisika (termasuk psichologi, pertanian, dan hewan). Bagian-bagian Fisika
meliputi kosmologi, meteorologi, udara, waktu, kekosongan dan gambaran).
c. Matematika. Bagian matematika mengandung pandangan yang berpusat dari
elemen-elemen Euclid, garis besar dari Almagest-nya Ptolemy, dan ikhtisarikhtisar tentang aritmetika dan ilmu musik.
d. Metafisika. Bagian falsafah, poko pikiran Ibnu sina menggabungkan
pendapat Aristoteles dengan elemen-elemennya Neo Platonic dan menyusun
dasar percobaan untuk menyesuaikan ide-ide Yunani dengan kepercayaankepercayaan.
Dalam zaman pertengahan Eropa, buku ini menjadi standar pelajaran filsafat di
pelbagai sekolah tinggi.

2. Al-Syarat Wat-Tanbihat
Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik. Pernah diterbitkan di Leiden
tahun 1892 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan diterbitkan di Kairo
juga. Al-Syarat wat Tanbihat, Kemudian diterbitkan di Kairo lagi pada tahun 1947
di bawah asuhan Dr. Sulaiman Dunia.
3. Al-Hikmat Al-Masyriqiyyah

Buku ini banyak dibicarakan orang karena tidak jelasnya maksud judul buku. Ada
yang menyatakan buku ini mengenai tasawuf dan naskahnya yang masih ada
memuat bagian logika. Tetapi menurut Carlos Nillino, berisi filsafat timur sebagai
imbangan dari filsafat barat.
4. Al-Qanun
Al-Qanun atau canon of medicine, menurut penyebutan orang-orang barat. Buku ini
pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan pernah sampai menjadi buku standar
untuk Universitas di Eropa sampai akhir abad ketujuhbelas Masehi. Buku tersebut pernah
diterbitkan di Roma tahun 1593 M dan India tahub 1523 H. Risalah-risalah lain yang
banyak jumlahnya dalam lapangan filsafat, etika, logika dan psikologi.
5. Sadidiyya. Buku ilmu kedokteran.
6. Al-Musiqa. Buku tentang musik.
7. Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
8. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.Danesh Namesh. Buku filsafat.
9. Danesh Nameh. Buku filsafat.
10. Uyun-ul Hikmah. Buku filsafat terdiri atas 10 jilid.
11. Mujiz, kabir wa Shaghir. Sebuah buku yang menerangkan tentang dasar - dasar ilmu
logika secara lengkap.
12. Al-Inshaf. Buku tentang Keadilan Sejati.
13. Al-Hudud. Berisikan istilah - istilah dan pengertian - pengertian yang dipakai

didalam ilmu filsafat.
Selain itu, Ibnu Sina meninggalkan beberapa essaynya yang terpenting
adalah Hayy IbnnYaqzhan, Risalah Ath-Thair, Risalah fi Sirr Al-Qodar, Risalah fi

Al-‘Isyq, dan Tahshil As-Sa’adah. Puisi terpentingnya adalah Al-Urjuzah fi AthThibb, Al-Qoshidah Al-Muzdawiyyah dan masih banyak karya lain yang ditulis
dalam bentuk puisi ke dalam bahasa persia.5
C. Pemikiran dan Filsafat Ibnu Sina
1. Pemikiran Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah seorang pemikir islam yang terbesar dan sangat Berjaya
namanya di timur dan di barat. Namun, menurut De Boer, ia tidak mengimbangi AlFarabi dalam kedalaman pemikiran dan kreatifitas. Ia juga seorang penyair, tapi tidak
dapat menyamai Al-Firdausi. Begitu pula ilmunya cukup mendalam, tapi tidak sedalam
ilmu Al-Biruni.
Namun

demikian

yang

membuat


Ibnu

Sina

sangat

populer

adalah

produktifitasnya dalam menulis dengan gaya bahasa yang jelas serta kemahirannya
menyajikan permasalahan yang dikutip dari pelbagai sumber dalam suatu sistimatika
yang rapih, dimana ilmu falsafah yunani terjalin kuat dengan hikmah ketimuran. Ia tidak
meninggalkan suatu madzhab falsafah yang khas, selain dari membalut falsafah kuno
dengan pakaian baru (ajaran islam).6
2. Filsafat Ibnu Sina
Untuk mengetahui filsafat Ibnu Sina, terlebih dahulu perlu diketahui kerangka
berpikir Ibnu Sina. Kerangka pikirannya itu terlihat dari segi pembagian ilmu dan tujuan
filsafat yag dibuat oleh Ibnu Sina.
Ibnu Sina memahami tujuan filsafat adalah penetapan realitas segala sesuatu,
sepanjag hal itu mungkin bagi mausia. Ada dua tipe filsafat yaitu teoritis dan praktis.
Yang pertama mencari pengetahuan tentang kebenaran, sedangkan yang kedua
pengetahuan tentang kebaikan.

5 Shams Inati, “Ibnu Sina” dalam Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam, Bandung:
Mizan, 2003, hlm. 286
6 Dr. Ahmad Daudy, “kuliah filsafat islam”,(Jakarta: PT.Bulan Bintang:
1992), hlm. 69

Filsafat teoritis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang ada bukan karna pilihan
dan tindakan kita, sedangkan filsafat praktis adalah pengetahuan tentang hal-hal yang
ada berdasarkan pilihan dan tindakan kita.7
Ilmu teoritis bertujuan untuk membersihakan jiwa melalui makrifah. Sedagkan
ilmu praktis bertujuan untuk beramal sesuai dengan makrifah. Selanjutnya ilmu teoritis
itu dibagi kepada empat bagian: fisika ,metafisika, matematika, ketuhanan, dan ilmu
kulli yang membahas hal-hal yang berkaitan atau tidak berkaitan dengan materi, seperti
kesatuan, kebanyakan, bagian, seluruh, dan sebab akibat. Demikian pula ilmu praktis
terbagi menjadi empat bagian: akhlak, mengatur rumah tangga, mengatur Negara dan
kenabian.8
a. Metafisika
Menurut Ibnu Sina, metafisika adalah ilmu yang memberikan pengetahuan
tentang prinsip-prisip filsafat teoritis. Ini dilakukan dengan cara mendemonstrasikan
perolehan sempurna prinsip-prinsip tersebut melalui intelek. Metafisika berhubungan
dengan maujud (eksisten atau yang ada). Sepajang ia ada, maksudnya, berhubungan
degan maujud mutlak atau umum dan berhubungan dengan apa yang terkait dengannya.9
Metafisika juga dapat diartikan dengan ilmu yang membahas sesuatu yang berada
diluar alam empiris, dan bagian yang terpenting darinya adalah “ilmu ketuhanan” karena
pokok pembahasannya menurut aristoteles adalah tuhan sebagai “sebab pertama” bagi
segala yang ada. Sesuai dengan konsepsi itu, ibnu sina mengatakan bahwa ilmu ilahi
adalah ilmu yang membahas wujud yang mutlak, yakni tuhan, dzat dan sifat-sifatnya.10
b. Teori Fisika
Ibnu Sina mengatakan bahwa alam jisim ini terdiri dari dua dasar: materi dan
forma. Keduanya merupaka kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dan juga alam ini
mempunyai sifat-sifat seperti gerak, diam, dan sebagainya. Pendapat ini berasal dari
aristoteles dan juga dianut oleh al-farabi.
7 Dedi Supriyadi,M.Ag, “pengantar filsafat islam” (Bandung: Pustaka Setia:
2009), hlm. 126-127
8 Dr. Ahmad Daudy, ibid.,hlm.70-71
9 Dedi Supriyadi, ibid, hlm.128
10 Dr.Ahmad Daudy. Ibid, hlm. 71

Adapun diantara hal-hal yang melekat pada (lawahiq) jisim adalah:
1. Gerak dan diam
Yang dimaksud dengan gerak adalah “pertukaran suatu keadaan yang menetap
pada jisim secara perlahan-lahan menuju arah tertentu”. Jadi, gerak adalah peralihan
dari satu tempat ketempat lain, perubahan dari putih menjadi hitam, dan juga bertambah
dan berkurangnya sesuatu disebut gerak.
Adapun diam, kata ibnu sina adalah “tidak adanya gerak pada apa yang sifatnya
dapat bergerak”.
Ibnu Sina berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berada dalam
gerak. Kajian yang dikemukakan ibnu sina dalam masalah ini adalah bersifat teori. Yang
objek kajiannya adalah segala maujudat.
Gerak ada dua macam yaitu :
1) Gerak paksaan (harakah qahriah) yang timbul sebagai akibat dorongan dari
luar dan yang menimpa sesuatu benda kemudian menggerakkannya.
2) Gerak bukan paksaan, dan gerak ini terbagi menjadi dua yaitu :
a)

Gerak sesuai dengan ketentuan hukum alam, seperti jatuhnya batu dari
atas ke bawah.

b) Gerak yang terjadi dengan melawan hukum alam, seperti manusia yang
berjalan di bumi, sedang berat badannya seharusnya menyebabkan ia
diam, atau seperti burung yang terbang menjulang di udara, yang
seharusnya jatuh (tetap) di sarangnya di atas bumi. Gerak yang
berlawanan dengan ketentuan alam tersebut menghendaki adanya
penggerak khusus yang melebihi unsur – unsur benda yang bergerak.
Penggerak tersebut ialah jiwa.
Pengenalan (pengetahuan) tidak dimiliki oleh semua mahluk, tetapi hanya di
miliki oleh sebagiannya. Yang memiliki pengenalan ini menunjukkan adanya kekuatan –
kekuatan lain yang tidak terdapat pada lainnya. Begitulah isi dalil natural-psikologi dari
Ibnu Sina yang didasarkan atas buku De Anima (Jiwa) dan Physics, kedua – duanya dari
Aristoteles.

2. Zaman
Zaman berkaitan dengan gerak, dan hanya dengan adanya gerak, zaman dapat
terbayang adanya. Zaman itu bukanlah sesuatu yang tidak ada lalu ada, tapi terjadinya
penciptaan tidaklah didahului zaman, tetapi didahului oleh dzat. Dan zaman itu sendiri
adalah ukuran gerak melingkar dari segi maju dan mundur. Oleh karena zaman adalah
kabar atau ukuran gerak, maka zaman tidak didahului oleh ketiadaan, demikian pula
halnya gerak. Jika demikian,gerak dan zaman adalah kadim, begitu pula halnya jisim.
3. Ruang (tempat)
Ruang adalah sesuatu yang ada padanya terdapat jisim, meliputinya dan berpisah
dengannya pada waktu gerak. Juga ruang menyamai jisim karena tidak mungkin ada
dua jisim pada satu ruang dan pada waktu yang sama.11
c. Filsafat wujud
Bagi Ibnu Sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai kedudukan
diatas segala sifat lain, walaupun esensi sendiri (quiddity) sediri. Esensi, dalam faham
Ibnu Sina, terdapat dalam akal, sedangkan wujud terdapat diluar akal. Wujudlah yang
membuat tiap esensi yang dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal.
Kalau dikombinasikan, esensi dan wujud dapat dapat mempunyai kombinasi
sebagai berikut:
1) Esensi yang tidak dapat mempunyai wujud.
2) Esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud.
3) Esensi yang tidak boleh dan tidak mesti mempunyai wujud.
Dengan argument ini Ibnu Sina ingin membuktikan adanya tuhan menurut logika.12
d. Filsafat jiwa atau filsafat manusia
Ibu Sina seperti Al-Farabi, berpendapat bahwa jiwa adalah wujud rohani yang
berad dalam tubuh. Wujud imateri yang tidak berada dalam atau tidak langsung
mengendalikan tubuh disebut akal. Akan tetapi, apabila mengedalikan secara langsung di
11 Dr.Ahmad Daudy. Ibid, hlm.75-76
12 Prof.Dr Harun Nasution filsafat dan mistisisme dalam islam (bulan bintang
Jakarta: 1973) hlm. 39-40

sebut jiwa. Badan bisa berubah-ubah secara fisik, tetapi jiwa ada sebelum badan itu ada
dan dan berubah.13
Ibnu sina membagi jiwa menjadi tiga bagian:
1.

Jiwa tumbuh – tumbuhan, dengan daya - daya :
 Makan ( nutrition)
 Tumbuh ( growth)
 Berkembang biak ( reproduction)

2.

Jiwa binatang, dengan daya - daya :
 Gerak (locomotion)
 Menangkap ( perception) dengan dua bagian :


Menagkap dari luar dengan panca indera



Menangkap dari dalam dengan indera - indera dalam:

 Indera bersama yang menerima segala apa yang ditangkap oleh panca indera.
 Representasi yang menyimpan segala apa yang diterima oleh indera bersama.
 Imaginasi yang dapat menyusun apa yang disimpan dalam representasi
 Estimasi yang dapat menangkap hal - hal abstraks yang terlepas dari materi
umpamanya keharusan lari bagi kambing dari anjing serigala.
 Rekoleksi yang menyimpan hal - hal abstrak yang diterima oleh estimasi.
3.

Jiwa manusia, dengan daya - daya :
 Praktis yang hubungannya dengan badan dan Teoritis yang hubungannya
adalah dengan hal - hal abstrak. Daya ini mempunyai tingkatan :
a.

Akal materiil yang semata - mata mempunyai potensi untuk berfikir
dan belum dilatih walaupun sedikitpun.

b.

Intelectual in habits, yang telah mulai dilatih untuk berfikir tentang
hal - hal abstrak.

c.

Akal actuil, yang telah dapat berfikir tentang hal - hal abstrak.

d.

Akal mustafad yaitu akal yang telah sanggup berfikir tentang hal hal abstrak dengan tak perlu pada daya upaya.14

13 Dedi Supriyadi, ibid, hal. 137-138
14 Prof.Dr Harun Nasution ibid hal. 35-37

Sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam jiwa tumbuh tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya, maka orang itu dapat
menyerupai binatang, tetapi jika jiwa manuisa yang mempunyai pengaruh atas dirinya,
maka orang itu dekat menyerupai malaikat dan dekat dengan kesempurnaan.
Menurut Ibnu Sina jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan
mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada
badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir didunia ini. Sungguh pun jiwa
manusia tidak mempunyai fungsi - fungsi fisik, dan dengan demikian tak berhajat pada
badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang berfikir, jiwa masih berhajat pada
badan karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia untuk
dapat berfikir.15
e. Filsafat tentang kenabian
Berbeda dengan Ar-Razi, ibnu sina menegaskan adanya kenabian. Alasan logis
yang disampaikan ibnu sina bahwa adanya perbedaan keunggulan atau keutamaan pada
segenap wujud, dan pada akhirnya menegaskan bahwa para nabi yang akal teoritis
mereka mengaktual dengan sempurna secara langsung lebih utama dari pada mereka
(filusuf), yang akal teoritis mereka mengaktual sempurna secara tidak langsung (yakni
dengan perantaraan seperti latihan dan belajar keras).
Ibnu Sina bukan saja mengakui adanya nabi dan rosul serta kenabian dan
kerasulan, melainkan pula menegaskan bahwa para nabi dan rasul lebih tinggi dari pada
filusuf.16
f. Kekadiman Alam
Menurut Ibnu Sina: “alam ini diciptakan dari maeri awal, yakni Al hayulal ula,
jadi dari bahan yang sudah ada, jadi Tuhan menjadikan alam menjadi bentuk yang lain
dari materi itu, maka alam qodim secara zaman, namun tidak qodim secara dzat”.
Menurut Ibnu Rusyd : “Inilah alam keseluruhan, perselisihan disini berkenaan
dengan waktu yang lalu dan wujud yang lalu. Wujud ini memiliki segi persamaan dengan
15 http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm
16 Dedi Supriyadi, ibid, hlm. 140

wujud muhdats dan wujud al-Qadim. Maka mereka yang terkesan dengan persamaan
wujud qadim akan menamakannya qadim pula, begitu pun mereka yang terkesan dengan
wujud muhdats akan menamakan muhdats pula”.
kedua filosof ini menyatakan bahwa alam ini qodim secara zaman, namun tidak
secara dzat.17
Ibnu sina menjelaskan bahwa yang qodim itu mempunyai lima pengertian, yaitu:
1) Dalam arti zaman, seperti jalan ini lebih qodim (dahulu) dari pada rumah itu.
2) Dalam arti martabat, seperti orang ini lebih qodim martabatnya disisi sultan.
3) Dalam arti kemuliaan, seperti ilmu hikmah mendahului tari menari.
4) Dalam arti watak atau tabi’at, seperti satu mendahului dua dalam tabi’atnya.
5) Dalam arti kausalitas, seperti terbit matahari sebab adanya siang.
Berpijak atas dasar ini, maka alam ini qodim dalam arti zaman, karena ia telah
melimpah dari allah sejak azali. Akan tetapi, ia baru dan kemudian dari allah dalam segi
kemuliaan, tabi’at, sebab, dan martabat.18
g. Tentang Pengetahuan Tuhan
Menurut Ibnu Sina: “Allah hanya mengetahui dengan ilmuNya yang Kulli, sebab
dalam alam selalu terjadi perubahan, seandainya Allah juga mengetahui yang juz'iyyat
(rinci) maka akan terjadi pula perubahan ilmu Allah, dan itu mustahil terjadi padaNya”.
Sedangakan menurut Ibnu Rusyd: “Cara Tuhan berbeda mengetahu yang juz’iyat
dengan cara manusia mengetahuinya, pengetahuan manusia kepada juz’iyat merupakan
efek dari objek yang telah diketahui, yang tercipta bersamaan dengan terciptanya objek
tersebut serta berubah bersama perubahannya. Sedangkan pengetahuan Tuhan merupakan
kebalikannya, pengetahuan-Nya merupakan sebab bagi obyek yang diketahui-Nya.
Artinya, karena pengetahuan Tuhan bersifat qadim yakni semenjak azali Tuhan
mengetahui yang juz’I tersebut, bahkan sejak sebelum yang juz’I berwujud seperti wujud
saat ini”.
Kesimpulannya adalah: bahwa dua filosof ini adalah sepakat tentang cara Allah
mengetahui hal-hal yang parsial (rinsi) adalah dengan ilmuNya yang kulli (umum).
17 http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm
18 Dr.Ahmad Daudy. Ibid, hlm.76-77

h. Tentang Teori Emanasi
Menurut Ibnu Sina, “sebagai Al Kholiq, Allah menciptakan alam ini tanpa ada
perantara zaman, jadi alam ini qodim secara zaman, namun hanya Allah yang qodim
secara dzat, Allah berta'aqqul (menggunakan akalNya), kemudian muncul energi dahsyat
membentuk materi awal (al hayulal ula), kemudian Ia rubah bentuk materi awal itu
menjadi alam, hal ini sesuai dengan sunnatulloh bahwa biji berubah menjadi anak pohon,
anak pohon menjadi pohon, pohon berbuah dan buah jatuh menjadi tanah. Jadi pohon
tidak ada begitu saja, juga sejalan dengan konsep penciptaan alam dalam Al Qur'an”.
Menurut Ibnu Rusyd, “penciptaan bukanlah creatio ex nihilo, tapi juga bukan
emanasi tapi penciptaan adalah proses perubahan dari waktu ke waktu. Menurut
pandangan ini, kekuatan kreatif terus-menerus bekerja dalam dunia, menggerakannya dan
menjaganya. Adalah mudah untuk menyatukan pandangan ini dengan konsep evolusi,
jadi emanasi tidaklah masuk akal, sebab akan menggambarkan sebuah hayalan dalam
penciptaan alam ini”.
Kesimpulannya adalah: untuk teori emenasi ini, Ibnu Rusyd menolak, ia lebih
berpendapat bahwa alam ini diciptakan secara evolusi, dan hubungan sebab akibat.19
i. Akhlak dan politik
Dua masalah ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam
pemikiran klasik karna jika akhlak lebih ditekankan pada hubungan yang seyogianya
terjadi antara individu dengan orang lain, maka politik menjangkau hubungan yang
seharusnya berlaku antara penguasa dengan rakyat umum. Jadi politik pada dasarnya
adalah akhlak. Pemikiran ini telah dikemukakan

sebelumnya oleh aristoteles yang

kemudian diambil oleh Al-Farabi dan dilanjutkan oleh Ibnu Sina.
Untuk dapat manusia mengetahui akhlak dirinya, Ibnu Sina mengemukakan dua
cara:
1) Mengenal akhlaknya sendiri.
2) Mengenal akhlak diri melalui orang lain.
Sifat-sifat terpuji dan tercela:
19 http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm

 Keutamaan dan keburukan daya keinginan.
 Keutamaan dan keburukan daya marah.
 Keutamaan dan keburukan daya berpikir.
Pembinaan akhlak
Akhlak yang baik tidak akan terjadi dengan sendirinya tanpa usaha pembinaan.
Dalam hal ini, Ibnu Sina memberikan dua cara: cara kebiasaan (adat) dan cara
pemikiran.20
D. Pengaruh Pemikiran Ibnu Sina
Ibnu Sina mulai menjadi terkenal setelah berhasil menyembuhkan penyakit
Putera Nub Ibn Nas al-Samani yang gagal diobati oleh doktor yang lain. Kehebatan dan
kepakaran dalam bidang pengobatan tidak ada bandingannya sehingga beliau diberikan
gelar al-Syeikh al-Rais (Mahaguru Pertama).
Kemasyhurannya melampaui wilayah dan negara Islam. Bukunya Al Qanun fil
Tabib telah diterbitkan di Rom pada tahun 1593 sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan judul Precepts of Medicine. Dalam jangka waktu tidak sampai 100 tahun,
buku ini telah dicetak ke dalam 15 bahasa. Pada abad ke-17, buku tersebut telah dijadikan
sebagai bahan rujukan dasar di universitas-universitas Italia dan Perancis. Malahan
hingga abad ke-19, bukunya masih dicetak ulang dan digunakan oleh para pelajar
kedokteran.
Ibnu Sina juga telah menghasilkan sebuah buku yang diberi judul Remedis for
The Herart yang mengandung sajak-sajak pengobatan. Dalam buku itu, beliau telah
menceritakan dan menguraiakan 760 jenis penyakit bersama dengan cara mengobatinya.
Hasil tulisan Ibnu Sina sebenarnya tidak terbatas kepada ilmu pengobatan saja. Tetapi
turut melingkupi bidang dan ilmu lain seperti metafisik, musik, astronomi, philogi (ilmu
bahasa), syair, prosa, dan agama.
Penguasaannya dalam berbagai ilmu itu telah menjadikannya seorang tokoh
sarjana yang serba bisa. Beliau tidak sekedar menguasainya tetapi berhasil mencapai
tahap zenith yaitu puncak kecemerlangan tertinggi dalam bidang yang digelutinya.
20 Dr.Ahmad Daudy. Ibid, hlm.88-93

Disamping menjadi zenith dalam bidang pengobatan, Ibnu Sina juga menduduki
rangking yang tinggi dalam bidang ilmu logika sehingga digelar guru ketiga. Dalam
bidang penulisan, Ibnu Sina telah menghasilkan ratusan karya termasuk kumpulan risalah
yang mengandung hasil sastra kreatif.
Perkara yang lebih menakjubkan pada Ibnu Sina ialah beliau juga merupakan
seorang ahli falsafah yang terkenal. Beliau pernah menulis sebuah buku berjudul al-Najah
yang membicarakan persoalan falsafah. Pemikiran falsafah Ibnu Sina banyak dipengaruhi
oleh aliran falsafah al-Farabi yang telah menghidupkan pemikiran Aristoteles. Oleh sebab
itu, pandangan pengobatan Ibnu Sina turut dipengaruhi oleh asas dan teori pengobatan
Yunani khususnya Hippocrates
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya
dibidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa.
Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun
1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang
filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia
lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal
pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat
metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui
dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.
Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada
dunia pikir Arab sejak abad ke sepuluh Masehi sampai akhir abad ke 19 M, terutama pada
Gundisallinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon dan Dun Scot.

Pengaruh Ibnu Sina di Dunia barat dan Timur
Pemikiran Ibnu Sina dalam bidang sains, sastra, dan filsafat mempunyai
pengaruh yang nyata dan kuat baik di timur maupun di barat. Pengaruh pemikiran
filsafatnya, yang menjadi perhatian bagi kita disini, tampak dalam sejumlah besar
komentar atas karya-karya dan dalam bentuk karya lain mengenai berbagai gagasannya,
baik yang merefleksikan roh pemikirannya ataupun yang menolaknya. Di antara
komentar-komentar yang paling terkenal adalah komentar Ibn Kammunah, Fakhruddin

Ar-Razi dan Nashirudin Ath-Thusi atas Shadruddin Asy-Syirazi atas bagian-bagian dari
Asy-Syifa.
Diantara pemikir timur terkemuka yang mencerminkan pemikiran Ibnu Sina
adalah Suhrawardi, dan Asy-Syirazi yang menggunakan teori–teori iluminasi dari filsafat
timur-Nya Ibnu Sina. Begitu juga urayan-urayan mereka mengenai wujud dan esensi
diilhami oleh pandangan Ibnu Sina tentang subyek ini. Ibnu Al-‘Ibri begitu setia dengan
analisis Ibnu Sina mengenai hubungan tuhan dengan dunia, keberadaan keburukan, dan
hakikat dan kesatuan jiwa manusia, dan kemustahilan pra-eksistensi dan perpindahan
jiwa (reinkarnasi).
Akan tetapi tidak semua orang merasakan dampak pemikiran Ibnu Sina dengan
tanggapan yang positif. Ibnu sina juga mendapat kritikan keras, seperti dari Al-Ghazali
dan Asy-Syahrastani di timur, dan Thomas Aquinas di barat. Kritik-kritik ini terutama
menolak gagasannya tentang sifat dasar tuhan, pengetahuannya tentang hal-hal partikular
dan hubungannya dengan dunia dan kekekalan jiwa. Bahkan, mulla shadara pengikut
Ibnu Sina, juga menolak keras pandangan kekekalan alam semesta dan ketidakmungkinan
kebangkitan jasmani. Juga, Ibnu Rusyd, dalam karya terkenalnya, Tahafut At-Tahafut,
yang berusaha membela filsafat sebagaimana yang terkandung, khususnya dalam karyakarya Ibnu Sina, menuduh bahwa Ibnu Sina kadang-kadang menyalahpahami dan
mendistorsi Aristoteles.21
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya
di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah ke
Eropa. Kontribusi ibnu sina terhadap pemikiran dan ilmu pengetahuan amatlah besar,
diakui berpengaruh signifikan kepada para ilmuwan, pemikir dan filusuf generasigenerasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu medis, Ibnu Sina memperoleh
julukan “Father of Doctors” (Bapak Para Dokter). Natsir Arsyad menyebutkan bahwa
dokter kawakan Ibnu Sina pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja Diraja
Dokter”, oleh kaum Latin Skolastik. Julukan lain pernah diberikan kepada Ibnu Sina,
misalnya, adalah “Raja Obat”. Dalam dunia Islam sendiri, Ibnu Sina dianggap sebagai
zenith, puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran.

21 Dedi Supriyadi, pengantar filsafsat islam, (bandung: pustaka setia,
2009), hlm.141-42

George Sarton, menyatakan bahwa prestasi medis Ibnu Sina sedemikian lengkap
sehingga mengecilkan sumbangan lainnya dari seluruh dunia, seolah-olah mereka hanya
membuat penemuan lebih kecil, dan sementara itu penyelidikan orisinal menyusut
beberapa abad setelah masa Ibnu Sina. Sarton juga menguraikan pengaruh Ibnu
Sina sangat besar terhadap ruang lingkup juga perkembangan ilmu kedokteran Barat.
Karya ilmiah (textbook) ibnu sina merupakan referensi dasar utama ilmu medis di Eropa
dalam periode waktu lebih panjang dari buku-buku lainnya .
Sepertinya kontribusi terpenting dari Ibnu Sina dan diwariskan Ibnu Sina kepada
dunia kedokteran adalah dalam ilmu medisnya, yaitu Qanun fi al-Thibb (Canon of
Medicine, Konstitusi Ilmu Kedokteran). Seyyed Hossein Nasr menyebutkan bahwa karya
besar Qanun itu adalah karya paling banyak dibaca juga besar pengaruhnya pada ilmu
medis Islam dan Eropa. Karya besar ini merupakan satu dari buku yang paling sering
dicetak di Eropa pada masa Renaisans dalam terjemahan Latinnya oleh Gerard dari
Cremona. Buku teks standar ini terdiri dari lima bagian pokok: prinsip-prinsip umum,
obat-obatan, penyakit organ-organ tertentu, penyakit lokal bertendensi menjalar memulai
pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhara. Pengetahuan yang
pertama kali yang dia pelajari adalah membaca al-Qur ke seluruh tubuh, seumpama
demam, dan obat-obatan majemuk. Arsyad juga menyebutkan bahwa buku Qanun Ibnu
Sina sejak zaman dinasti Han di Cina telah menjadi buku standar karya-karya medis
Cina. Pada Abad Pertengahan, sejumlah besar karya Ibnu Sina telah diterjemahkan dalam
bahasa Latin dan Hebrew, karya Ibnu Sina dalam bidang bahasa tersebut merupakan
bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan masa itu.
Di bidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya,
bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak, genius orisinil bukan hanya dunia
Islam menyanjungnya, Ibnu Sina memang merupakan satu bintang gemerlapan
memancarkan cahaya sendiri, bukan pinjaman sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan
dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam -nya Alfred
Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di
Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana,kendatipun ada, sangat sukar sekali
didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena peperanganpeperangan yang meraja lela di sebelah Timur, sampai saatnya ibnu sina dan Ibnu Rusyd

dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan
penerangan dan keterangan yang luas.
Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, ibnu sina pun penyair. Ilmuilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada ditulisnya dalam bentuk
syair, dapat ditemukan melalui buku-buku dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair.
Kebanyakan buku-bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang-orang
Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku-buku itu sebagai textbook, di berbagai
universitas. Oleh karena itu nama ibnu sina dalam abad pertengahan di Eropa sangat
berpengaruh. Dalam dunia Islam kitab-kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena
kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya baik diiringi caranya menulis sangat
terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia.
Buku -bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Dapat disimpulkan bahwa begitu besarnya pengaruh dari Ibnu Sina mengenai
pemikiran yang beliau/Ibnu Sina tuangkan kepada kita. Ide-ide cemerlang dari Ibnu Sina
memberikan dampak signifikan dalam ilmu pengetahuan, untuk itulah mari kita
memperbanyak syukur karena kita dapat mengetahui ilmu-ilmu dari Ibnu Sina melalui
karya-karyanya.22

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
 politik, kesenian, dan filsafat. Ia juga seorang yang produktif menelurkan karya.
Salah satu karyanya adalah as-Syifa’ yang memuat tentang filsafat.
22 http://ikienovember.blogspot.com/2012/05/pengaruh-ibnu-sina-di-duniabarat-dan.html

 Jalan fikiran ibnu Sina bertolak dari konsepsi makhluk dan mengembangkan
dengan argumentasi ontologia. Secara garis besar, ia membagi sesuatu yang ada
atas dua sisi. Yaitu Fisika dan Metafisika.
 Ibnu Sina menganggap Tuhan adalah sebab yang efficient dari alam. Tuhan
bertindak dalam alam yang bergerak terus-menerus dalam wujud yang ada,
sebagai sebab dirinya sendiri atau dibutuhkan oleh yang lain.
B. Saran
Demikian makalah yang kami sajikan. Penulisan karya ilmiah atau makalah dan
yang sejenisnya, pasti tidak akan sempurna baik dari segi isi atau cara penulisan. Oleh
karena itu saran dari pembaca penyusun harapkan Saran dan kritiknya sebagai bahan
evaluasi., demi kesempurnaan keilmuan penyusun. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Cet.VI.
Madkour, Ibrahim. 2004. Aliran dan Teori Filsafat Islam, Penj. Yudian
Wahyudi Asmin, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Cet. III.

Nasution, Hasyimsyah. 2002. Filsafat Islam. Jakarta: Penerbit Gaya Media
Pertama.
Nasution, Harun. 1985.

Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.
Sudarsono, 2010. Filsafat Islam. Bandung: Rieneka cipta.
Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Ya’kub, Hamzah. 1992. Filsafat Agama: Titik Temu Akal Dengan Wahyu.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm
http://ikienovember.blogspot.com/2012/05/pengaruh-ibnu-sina-di-dunia-baratdan.html