STRATEGI MANAJEMEN UTANG DAN ASET Disusu

STRATEGI MANAJEMEN UTANG DAN
ASET

Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Manajemen Utang dan Aset kelas B
Dosen pengampu: Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si.
Dr. Irene Rini Demi Pangestuti, ME.

Disusun oleh
Join Syah Putra

12010111120005

Erwin

12010111130088

Khalis Rista Wibowo

12010111130146


Rahmawati Budi Utami

12010111130181

M. Rizki Indra Aurum

12010111140218

Danang Teguh Mardwiyanto

12010111140248

Lestari Puji Astutiningrum

12010111140262

Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Semarang


2014

STRATEGI MANAJEMEN UTANG DAN ASET

A. Definisi Strategi Asset Liability Management
Bisnis perbankan yang merupakan salah satu bisnis jasa, pada saat ini
berada dalam persaingan yang amat ketat. Untuk menang dalam persaingan itu
diperlukan keunggulan sumber daya masing-masing bank. Dengan keunggulan
sumber dayanya, sebuah bank akan mampu bersaing baik di bidang lending
maupun funding serta dalam strategi penentuan tingkat bunga (pricing).
Penentuan strategi harga baik untuk loan maupun funding bisa dilakukan oleh
salah satu departemen bank tersebut melalui asset liability management.
Asset Liability Management (ALMA) adalah

suatu usaha untuk

mengoptimumkan struktur neraca bank sedemikian rupa agar diperoleh laba
maksimal dan sekaligus membatasi resiko menjadi sekecil mungkin. ALMA
dilakukan karena bank selalu dihadapkan pada berbagai macam risiko, yaitu risiko

kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko
reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan. Namun, secara sistematis dan
teoritis, terdapat empat kelompok risiko yang dihadapi perbankan, yaitu:
1. Financial risk, yang meliputi balance sheet structure (struktur neraca),
income statement structure dan profitability, capital adequacy
(kecukupan modal), credit risk, liquidity risk, interest rate risk, market
risk dan currency risk.
2. Operational risk, yang meliputi business strategy risk, internal system
dan operational risk, technology risk dan mis-management serta fund.
3. Business risk, yang meliputi legal risk, policy risk, financial
infrastructure dan systemic (country) risk.
4. Event risk, yang meliputi political risk, contagion risk, banking crisis
risk serta exogenous risk lainnya.

Untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut diperlukan kerangka proses
ALMA (ALMA frame work), yaitu:
Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA oleh organisasi yang
berwenang.
Adanya tujuan dan arah bagi manajemen dan petugas pelaksana.
Adanya pengumpulan data internal atau data eksternal yang dapat

menunjang keputusan ALMA untuk jangka panjang maupun jangka
pendek.
Adanya analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai
alternatif strategi ALMA.
Ada manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan
dan memperkecil risiko.
Adanya manajemen valas yang mengelola besarnya gap tiap-tiap mata
uang dalam pembukuan bank.
Adanya manajemen pricing yang menjamin bahwa strategi penetapan
tingkat bunga dapat dapat menunjang proses pelaksanaan manajemen
gap, likuiditas dan manajemen valas.

Fungsi dan Kebijakan Asset Liability Management
Pada dasarnya asset liability management mempunyai fungsi dan kebijakan
menjalankan strategi penentuan harga, baik dalam bidang lending maupun
funding. Dalam pembahasan ini dibedakan antara fungsi dan kebijakan untuk
memudahkan mempelajari asset liability management, walaupun dalam praktik
keduanya dapat disatukan.

Fungsi Asset Liability Management (ALMA)

Pada dasarnya, secara garis besar fungsi ALMA dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
1. Manajemen likuiditas (liquidity management)
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam
menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibankewajiban maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya
setiap saat. Pengelolaan likuiditas tersebut dilakukan untuk memenuhi
pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan
datang.
b. Mencari sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan.
c. Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar.
Tujuan manajemen likuiditas adalah mencapai reserve requirement
yang telah ditetapkan Bank Indonesia, memperkecil dana yang
menganggur,

dan mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga

proyeksi cash flow dalam kondisi yang sangat mendesak, misalnya
penarikan dana, penarikan pinjaman.
2. Manajemen gap (gap management)

Dalam manajemen gap, bank berusaha mengelola risiko maturity dari
tingkat

bunga

dengan

skenario

yang

telah

ditentukan

serta

mengoptimalkan pendapatan bunga bank. Keputusan dalam manajemen
gap misalnya, mengubah struktur jangka waktu liabilities dalam
menentukan sumber dan dan tingkat bunganya, mengubah struktur


jangka

waktu asset dalam perubahan kebijakan kredit, mengubah

struktur jangka waktu asset dalam hal penjualan investasi.
3. Manajemen valuta asing (foreign exchange management)
Dalam manajemen valuta asing bank berusaha mengelola beberapa
jenis valuta asing (currency mismatch), misalnya pengelolaan mata
uang US$, yen, AUS$, Hongkong$, dan sebagainya. Selain itu, bank
bersangkutan

juga

berusaha

memaksimumkan

pendapatan


dari

perbedaan kurs nilai tukar valuta asing. Manajemen valuta asing juga
bertujuan menghasilkan pendapatan maksimum dalam batasan risiko
yang minimum jika dikaitkan dengan pergerakan nilai tukar terhadap
mata uang yang berlaku.
4. Manajemen investasi dan pendapatan
Dalam manajemen ini bank berusaha mengelola pertumbuhan asset dan
pendapatan bank yang stabil, mengelola portepel investasi dari bank
yang bersangkutan serta mempersiapkan input untuk kebijakan
penentuan tingkat bunga asset/liability (loan/deposit pricing).
Tujuan manajemen ini adalah menentukan struktur balance sheet yang
optimal, menetapkan tingkat bunga pinjaman dan deposito secara
optimal. Keputusan dalam manajemen investasi dan pendapatan
misalnya: manetapkan alokasi asset, menetapkan tingkat bnga
pinjaman, mengelola portepel investasi bank.

Kebijakan Asset Liability Management
Kebijakan ALMA biasanya ditujukan untuk mengatasi beberapa hal, yaitu:
a. Rasio, target, dan limit likuiditas.

b. Target maturity gap dan jangka waktunya.

c. Strategi pendanaan, sumber dan diversifikasinya.
d. Pengarahan dalam penempatan dana/investasi.
e. Posisi, target, dan stop loss limits valas.
f. Struktur neraca (balance sheet), yaitu perkembangan maupun konsolidasi
neraca bank bersangkutan.
g. Tolok ukur earning dan performance yang meliputi beberapa aspek,
yaitu ROA, ROE, serta NIM bank bersangkutan.
h. Kebutuhan akan capital adequacy (CAR) bank bersangkutan.
i. Pengarahan dan kebijakan tingkat bunga.
j. Pendelegasian dan pemberian wewenang untuk melakukan pengambilan
keputusan.

B. Definisi Gap Management
Gap management ialah salah satu dari empat fungsi dari manajemen utang
dan aset yang berkaitan erat dengan risiko perubahan tingkat bunga. Gap
management didefinisikan sebagai suatu aktivitas pengaturan dan/atau penataan
asset liability yang peka terhadap gejolak tingkat bunga sehingga terhindar atau
meminimumkan pengaruhnya dan akhirnya tercapai keuntungan yang stabil dan

berkembang. Dalam manajemen gap, bank berusaha mengelola risiko dari jatuh
tempo atau maturity tingkat bunga dengan skenario yang telah ditentukan dan
mengoptimalkan pendapatan bunga bank. Manajemen gap dalam MUA
(Manajemen Utang dan Aset) diperlukan karena dalam neraca suatu bank ada
beberapa pos, baik di sisi aset maupun di sisi liabilitas yang peka terhadap
perubahan tingkat bunga, yakni rate sensitive asset dan rate sensitive liability.
Kepekaan suatu aset dan liabilitas terhadap risiko fluktuasi suku bunga
berpengaruh pada Net Interest Margin bank. Jika pos - pos tersebut tidak dikelola

dengan baik atau dengan kata lain tidak ada manajemen gap, NII atau pendapatan
bunga bersih akan turun.
Tujuan gap management pada umumnya ialah mengelola Net Interest
Margin untuk meningkatkan keuntungan dalam kaitannya dengan perubahan suku
bunga. Net Interest Margin adalah selisih pendapatan bunga dengan biaya bunga.
Pendapatan bunga maupun biaya bunga adalah jumlah yang dipinjamkan di sisi
asset atau jumlah yang dipinjam di sisi liabilities dikalikan dengan suku bunga.
Dalam kaitannya dengan keadaan suku bunga yang sangat berfluktuasi,
keberhasilan pencapaian Net Interest Margin tergantung pada keberhasilan
pengelolaan asset/liabilities yang peka terhadap perubahan suku bunga.
Faktanya, gap management terfokus pada hubungan antara variable rate

asset atau rate sensitive asset dengan variable rate liabilities atau rate sensitive
liabilities. Rate sensitive asset dan rate sensitive liabilities adalah aset atau
liabilitas yang apabila di-roll over dengan konsekuensi penetapan suku bunga
berdasarkan suku bunga baru.
Posisi manajemen gap memiliki tiga posisi serta masing - masing posisi
tersebut akan menimbulkan dampak yang berbeda terhadap pendapatan bank jika
terjadi perubahan tingkat bunga di pasar. Tiga posisi itu ialah flat position, gap
positif atau overlent, dan gap negatif atau overborrowed. Gap positif berarti
pendapatan bunga bank bergerak searah dengan pergerakan tingkat bunga di pasar
yang mana gap positif akan terjadi bila jumlah Rate Sensitive Asset yang dimiliki
bank lebih besar daripada jumlah

Rate Sensitive Liability. Pada gap positif,

naiknya suku bunga dapat menyebabkan peningkatan Net Interest Margin karena
kelebihan Rate Sensitive Asset di-roll over dengan suku bunga yang lebih tinggi
dan kalau suku bunga menurun, Net Interest Margin akan menurun karena
kelebihan Rate Sensitive Asset akan di-roll over dengan suku bunga yang lebih
rendah.
Gap negatif berarti pendapatan bunga bank bergerak berlawanan dengan
pergerakan tingkat bunga di pasar yang mana gap negatif akan terjadi jika jumlah
Rate Sensitive Liability lebih besar daripada jumlah Rate Sensitive Asset. Pada gap

negatif, yang juga berarti Rate Sensitive Asset dibiayai oleh Rate Sensitive
Liabilities, naiknya suku bunga akan menurunkan Net Interest Margin karena
pendapatan asset tetap sementara sumber dananya roll over dengan suku bunga
meningkat dan kalau suku bunga menurun, Net Interest Margin akan meningkat
karena pendapatan tetap dan sumber dana di-roll over.
Flat position atau zero gap berarti pendapatan bunga bank tidak bergerak
sama sekali yang disebabkan jumlah Rate Sensitive Asset sama dengan jumlah
Rate Sensitive Liability. Zero gap menandakan rendahnya variabel risiko sehingga
Net Interest Margin tidak terpengaruh oleh pergerakan suku bunga. Dengan kata
lain, gap itu sendiri ialah selisih antara Rate Sensitive Asset dengan Rate Sensitive
Liabilities. Besarnya gap merupakan ukuran sensitivitas Net Interest Margin
dalam kaitan terhadap perubahan tingkat suku bunga.
Gap Position
 Zero Gap atau Matched Book Position
RSA

RSL

RNSA

RNSL

 Positive Gap

RSA

RSL

RNSA

RNSL

 Negative Gap
RSA

RSL

RNSA

RNSL

Ada 3 tujuan dari manajemen gap. Pertama, mengelola risiko perubahan
tingkat bunga dalam kaitannya dengan kesenjangan posisi untuk tujuan repricing
structure pada kedua sisi neraca. Kedua, memaksimalkan pendapatan bunga netto
pada tingkat risiko yang dapat ditolerir. Ketiga, menata struktur neraca untuk
mencapai hasil maksimal dalam kaitannya dengan arah perubahan tingkat bunga.

Interest Rate Risk Management
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan sensitive assets dan
sensitive liabilities, antara lain adalah:
 Maturity and Repricing
Pada manajemen gap, terdapat dua periode, yakni periode maturity
dan periode repricing. Periode maturity ialah periode jatuh tempo untuk
masing - masing pos di dalam neraca serta merupakan perhatian utama
manajemen likuiditas karena menyangkut kewajiban bank pada tanggal
tertentu, contohnya deposito 3 bulan yang akan jatuh tempo 1 bulan yang
akan datang, deposito 6 bulan yang akan jatuh tempo 4 bulan yang akan
datang. Periode repricing ialah jeda waktu untuk melakukan penyesuaian
tingkat bunga bank sesuai dengan tingkat bunga di pasar di kedua sisi
neraca. Maturity dan repricing disini maksudnya maturity dan repricing
yang telah disepakati bersama oleh kedua pihak atau disebut Contractual
Date.
 Interest Rate Forecast
Pada umumnya bank dalam mengatur posisinya jarang dapat
“seimbang atau match”. Oleh sebab itu, untuk dapat memanfaatkan peluang

mendapatkan keuntungan sangatlah diperlukan adanya prakiraan terhadap
tingkat bunga.
 Accelerating Change
Accelerating Change diperlukan sehubungan dengan berfluktuasinya
interest rate sehingga bila ada perubahan tingkat suku bunga, perubahan
posisi harus segera dilakukan secepatnya andaikata dirasa menguntungkan.
Sebagai contoh, apabila sedang berada pada posisi short dan diperkirakan
interest rate akan meningkat maka secepatnya harus diubah ke posisi long
agar dapat diperoleh keuntungan dari perubahan interest rate. Dengan
demikian, diperlukan monitoring terhadap perubahan posisi berdasarkan
maturity dan repricing -nya atau istilahnya ialah gap monitoring .

Selanjutnya, apabila telah diketahui besarnya sensitive assets dan liabilities
terhadap interest rate, maka ditempuh langkah-langkah berikut:
Langkah 1: Menyusun Mismatched Rate Sensitivity
a. Pengelompokan Repricing/Maturity Schedule
Yakni penyusunan aset dan/atau liabilitas berdasarkan penetapan tingkat bunga
baru (repricing schedule ) dan juga skedul jatuh tempo (maturity schedule).
b. Pengelompokan Interest Rate Sensitivity
Yakni pengelompokan asset/liability berdasarkan tingkat kepekaan terhadap
interest rate.
c. Menyusun tabel maupun grafik
Langkah 2: Risk Analysis
Setelah menyusun mismatched rate sensitivity, langkah berikutnya ialah
melakukan analisis risiko yakni analisis terhadap gap yang terjadi dalam
hubungannya dengan risiko pencapaian net interest margin seandainya terjadi

perubahan suku bunga. Jika keadaan menunjukan positive mismatch, maka
implikasi dari hal tersebut ialah seandainya terjadi peningkatan interest rate, maka
hal itu menguntungkan karena kelebihan sensitive asset akan menghasilkan
pendapatan yang lebih besar sesuai dengan peningkatan interest rate. Sebaliknya
kalau terjadi penurunan suku bunga, maka hal itu merugikan karena kelebihan
sensitive asset akan menghasilkan pendapatan yang lebih kecil sesuai dengan
peningkatan interest rate.
Keadaan negative mismatched menunjukan bahwa tidak semua sensitive
liabilities membiayai sensitive asset atau ada sebagian sensitive liabilities yang
digunakan untuk membiayai non-sensitive. Implikasi dari keadaan ini ialah,
seandainya terjadi peningkatan suku bunga, hal itu akan merugikan karena
bearing liabilities akan meningkat sesuai dengan peningkatan interest rate,
sedangkan assetnya hanya sebagian saja yang mengalami peningkatan.
Sebaliknya, apabila terjadi penurunan interest rate, maka hal itu menguntungkan
karena bearing liabilities-nya akan menurun sesuai dengan penurunan interest
rate , sedangkan assetnya hanya sebagian yang mengalami penurunan. Besar
kecilnya keuntungan atau kerugian yang ditanggung adalah sama dengan hasil
kali perubahan interest rate dengan volume mismatched-nya atau sebesar
persentase mismatch dikalikan dengan perubahan suku bunga.
Langkah 3: Gap Policy Limit
Setelah diketahui seberapa jauh risiko yang terjadi seandainya interest rate
mengalami perubahan, maka pertanyaan selanjutnya ialah apakah risiko tersebut
dapat diterima oleh bank sehingga bank perlu menetapkan limit yang berdasarkan
pada kemampuan bank untuk dapat menerima risiko yang limitnya dinamakan
gap limit . Gap Policy Limit ialah suatu kebijakan untuk menetapkan batas dari
gap yang dapat diterima karena perubahan suku bunga dihubungkan dengan
kekuatan bank dalam menanggung risiko Net Interest Margin.
Langkah 4: Restructuring the Position

C. Definisi Margin Trading
Margin dalam perdagangan forex merupakan uang jaminan yang disetorkan
investor kepada perusahaan pialang berjangka, agar investor bisa melakukan
transaksi melalui perusahaan pialang berjangka tersebut. Dalam UU No. 32 Tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, margin didefinisikan sebagai
sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan nasabah kepada
pialang berjangka, pialang berjangka kepada anggota kliring berjangka, atau
anggota kliring berjangka kepada lembaga kliring berjangka, untuk menjamin
pelaksanaan transaksi kontrak berjangka.
Margin disetorkan untuk setiap amanat nasabah yang ditempatkan
kepada pialang berjangka. Hal itu bertujuan sebagai jaminan pelaksanaan
transaksi kontrak berjangka yang dibuat berdasarkan amanat tadi. Margin deposit
adalah deposito yang khusus digunakan untuk menutup kerugian-kerugian yang
mungkin timbul karena transaksi margin.
Jenis-jenis Margin
1. Initial margin/original margin
Dalam bahasa Indonesia, initial margin biasa disebut margin awal, yaitu sejumlah
uang yang disetor oleh investor pada saat pembukaan account. Jumlahnya sesuai
kesepakatan awal yang dibuat antara investor dengan pialang berjangka, biasanya
dinyatakan dalam persentase dari nilai kontrak. Dalam commodity future lazimnya
initial margin ditetapkan berkisar 5 – 10% dari nilai kontrak. Besamya margin
berbeda-beda sesuai dengan nilai kontrak, waktu, dan gejolak harga yang terjadi.
Karena dalam perdagangan forex nilai kontrak ada dua, yaitu size besar USD
100,000 dan size kecil 10,000 maka besar nilai initial margin pada perdagangan
forex adalah USD 1,000 (Rp. 10.000.000) atau USD 100 (Rp. 1.000.000), jika
kurs rupiah ditetapkan Rp. 10.000 per dollar AS.
2. Variation margin
Dalam bahasa Indonesia istilah yang digunakan adalah margin sela, yaitu
merupakan tambahan margin yang disetor karena besaran margin selanjutnya

telah berada dibawah besaran margin awal, sebagai akibat pergerakan harga yang
berlawanan dengan yang diperkirakan semula.
3. Maintenance margin
Istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah margin minimum. Margin
ini merupakan besaran nilai yang harus dijaga atau dipelihara oleh investor dalam
melakukan transaksi. Umumnya margin minimum ini ditetapkan sekitar 75% –
80% dari margin awal.
4. Margin call
Jenis margin ini mirip dengan margin sela, yaitu jumlah dana yang harus disetor
kembali oleh investor. Hanya saja, dalam margin call setoran dana harus
dilakukan jika dana yang outstanding sudah berada di bawah maintenance
margin, bukan initial margin. Jika investor mendapat margin call berarti investor
harus menambah dananya sampai ke level initial margin, kalau tidak dilakukan,
posisinya akan ditutup oleh perusahaan pialang.
Beberapa istilah yang harus diketahui dalam margin trading, yaitu :
 Open position (posisi yang masih terbuka) adalah posisi valuta dasar (base
currency) transaksi yang masih terbuka.
 Squaring adalah tindakan menutup atas posisi yang masih terbuka.
 Historical rate adalah cara perhitungan yang didasarkan atas kurs awal suatu
transaksi untuk menentukan kerugian atau keuntungan transaksi.
 Mark to market rate adalah cara perhitungan yang didasarkan atas kurs pasar
pada setiap hari kerja bagi posisi yang masih terbuka untuk menentukan
kerugian atau keuntungan.
Ketentuan Mengenai Margin Trading
Secara umum Margin Trading yang dilakukan oleh bank harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

1. Dilaksanakan berdasarkan:
a. Kebijaksanaan direksi bank.
b. Suatu kontrak yang telah disetujui sebelumnya.
2. Margin trading dilakukan atas dasar tersedianya margin deposit yang tersedia.
3. Ditetapkan setinggi-tingginya 10% dari modal bank untuk kepentingan bank.
4. Untuk kepentingan nasabah margin trading ditetapkan setinggi-tingginya 10
kali dari margin deposit nasabah yang disetor ke bank.
5. Jika mengalami kerugian 5% dari modal, maka harus segera menghentikan
kegiatan margin trading dan baru dapat dilakukan kembali setelah memperoleh
persetujuan Bank Indonesia.
6. Margin deposit nasabah maupun bank harus dicantumkan dalam laporan
mingguan dan bulanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Persiapan Margin Trading
Dalam menandatangani Perjanjian Pembiayaan Transaksi Margin nasabah
harus mengetahui syarat dan ketentuan untuk bertransaksi. Demikian pula dengan
hak dan kewajiban yang akan timbul dalam transaksi tersebut karena hal ini
menyangkut hubungan hukum yang ditimbulkan dengan adanya perjanjian margin
tersebut. Dalam perjanjian tersebut paling kurang wajib memuat klausula sebagai
berikut:
a. Tingginya tingkat risiko investasi nasabah karena perubahan harga efek
yang dapat mengakibatkan antara lain Jaminan Pembiayaan nasabah
berkurang, habis, atau minus; Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi
naik turunnya harga saham dalam suatu transaksi margin. Nasabah harus
benar-benar mengetahui kapan saat yang tepat untuk bertransaksi margin.
Jangan sampai harga saham yang dibeli dengan rekening margin menjadi
turun.
b. Kebijakan penilaian Jaminan Pembiayaan berupa efek, antara lain
meliputi jenis efek yang dapat diterima sebagai Jaminan Pembiayaan,
penetapan nilai pasar wajarnya, dan penetapan haircut (jika ada). Tidak
semua saham dapat dibeli dengan menggunakan rekening margin. Bursa

Efek Indonesia biasanya menetapkan jenis saham yang dapat dibeli
dengan rekening margin.
c. Kewajiban nasabah untuk setiap saat memenuhi permintaan perusahaan
efek sehubungan antara lain Permintaan Pemenuhan Jaminan atas
Transaksi Margin. Dalam setiap transaksi yang dilakukan, nasabah harus
menyetorkan atau telah memiliki sejumlah dana yang digunakan untuk
jaminan atas transaksi margin.
d. Kewajiban perusahaan efek untuk melakukan pemberitahuan Permintaan
Pemenuhan Jaminan kepada nasabah.
e. Hak perusahaan efek, dalam hal nasabah tidak memenuhi Permintaan
Pemenuhan Jaminan, untuk setiap saat tanpa memberikan alasan atau
pemberitahuan atau memperoleh persetujuan terlebih dahulu untuk
menjual atau membeli efek atau tindakan lain yang disepakati dengan
nasabah guna memenuhi:
1) Persyaratan nilai Jaminan Pembiayaan yang ditentukan dalam
Perjanjian Pembiayaan, dan
2) Kewajiban nassabah dalam penyelesaian transaksi efek.
f. Nasabah perusahaan efek tidak dapat memilih efek yang akan dilikuidasi
atau dijual untuk memenuhi kewajibannya. Hal ini dimungkinkan apabila
nasabah yang telah bertransaksi margin tidak memenuhi Jaminan
Pembiayaan setelah transaksi margin dilaksanakan oleh perusahaan efek.
g. Batasan maksimal efek nasabah yang menjadi Jaminan Pembiayaan yang
dapat dijual atau dibeli oleh perusahaan efek dalam rangka Permintaan
Pemenuhan Jaminan, penyelesaian transaksi margin. Batasan ini
diperlukan agar perusahaan efek dapat menilai kemampuan beli dan
kemampuan bayar nasabah saat transaksi tersebut terjadi. Hal ini untuk
menghindari nasabah bertransaksi terlalu besar yang menimbulkan risiko
yang besar pula. Sehingga dapat memanajemen risiko yang mungkin
dihadapi nasabah saat bertransaksi margin.
h. Hal-hal yang menyebabkan perusahaan efek dapat setiap saat menutup
rekening efek pembiayaan transaksi margin.
i. Ketentuan pembiayaan yang antara lain meliputi jangka waktu
pembiayaan, perhitungan tingkat bunga pembiayaan, dan metode
perhitungan bunga pembiayaan.

D. Definisi Forex dan Money Market
Foreign Exchange
Pengelolaan foreign exchange assets dan liabilities mengandung risiko,
antara lain risiko perubahan nilai tukar dan fluktuasi suku bunga yang jarang
ditemui dalam assets maupun liabilities dari local currency. Risiko dari sisi assets
antara lain cash, placement (penempatan), loans, account receivable. Foreign
currency memiliki nilai yang lebih cepat berubah dibandingkan local currency
karena foreign currency akan dipengaruhi oleh perbandingan nilai antara harga
foreign currency assets yang dipelihara dan harga local currency. Risiko di sisi
liabilities antara lain demand deposit, borrowing, account payable dan
sebagainya. Dalam foreign currency, risiko yang melekat sama banyaknya dan
beragamnya dengan sisi assets. Foreign exchange management adalah upaya
menata dan mengelola foreign exchange assets dan liabilities dengan baik untuk
memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan risiko rate dan interest rate yang
sulit diperkirakan.
Ada 3 (tiga) risiko yang dapat mempengaruhi pendapatan valuta asing,
yaitu:
a. Economic Exposure
Risiko pendapatan valuta asing yang timbul karena perubahan nilai tukar sebagai
akibat perubahan ekonomi keuangan, baik internal maupun eksternal, antara lain:
Peraturan pemerintah, tingkat inflasi, tingkat bunga, perubahan nilai tukar negara
lain, neraca perdagangan.
b. Translation Exposure
Risiko pendapatan valuta asing yang timbul karena perubahan nilai tukar sebagai
akibat perbedaan nilai mata uang antara saat terjadi transaksi dihadapkan dengan
nilai mata uang pada saat pembukuan dan dalam neraca disebut perbedaan kurs
revaluasi.
Misal: Pada tanggal tertentu Bank A membeli dollar dengan kurs Rp5.000,00 per
USD, dan pada tanggal yang sama Bank Indonesia menetapkan kurs pembukuan

Rp5.100,00 per USD sehingga Bank A akan rugi kurs (rugi revaluasi) sebesar
Rp100,00 per USD.
c. Transaction Risk
Risiko pendapatan valuta asing yang timbul karena perubahan nilai tukar sebagai
akibat transaksi yang dilakukan.
Misal: Pada tanggal tertentu Bank A membeli dollar dengan kurs Rp5.000,00 per
USD dan pada tanggal yang sama menjual dollar dengan kurs Rp5.200,00 per
USD sehingga dengan transaksi tersebut Bank A akan untung karena jual beli
valuta asing.
Tujuan
Tujuan pengelolaan foreign exchange adalah mengelola risiko fluktuasi nilai
tukar secara menyeluruh yang dikaitkan dengan mismatch yang terjadi dalam
valuta asing dalam neraca, memaksimalkan pendapatan yang berasal dari
exchange rate dan interest rate, dan mendukung tujuan manajemen likuiditas serta
gap management.
Untuk mencapai tujuan ini, pihak ALCO mengatur dan menentukan
kebijakan serta membuat keputusan-keputusan asset liability management
(ALMA), termasuk menata posisis foreign exchange. Analisis dan informasi yang
akurat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas ALCO dalam
foreign exchange management karena informasi dan analisis tersebut digunakan
oleh anggota ALCO untuk menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
menyangkut foreign exchange.
Informasi yang Diperlukan dalam Foreign Exchange Management
Informasi yang diperlukan dalam foreign exchange management adalah
sebagai berikut:
1. Ringkasan bulanan mengenai posisi forex yang mencakup posisi rata-rata
harian, posisi rata-rata overnight dan rugi/laba setiap currency.
2. Ringkasan bulanan posisi forex dan kinerja setiap cabang luar negeri (jika
mempunyai cabang di luar negeri).

3. Data historis mengenai perbedaan exchange rate interest di luar negeri.
4. Ringkasan dari konsultan bank mengenai analisis forex, prakiraan, dan
rekomendasi untuk bank tersebut.
5. Ringkasan analisis forex, prakiraan, dan rekomendasi yang dibuat oleh bank.
Informasi dari departemen yang berbeda pada bank yang sama juga
dibutuhkan. Informasi tersebut biasanya berasal dari treasury manager. Dalam
menyediakan informasi ini treasury membutuhkan informasi dan analisis berikut
1. Ringkasan mingguan posisi forex, termasuk posisi rata-rata harian, posisi ratarata overnight dan rugi laba setiap mata uang.
2. Ringkasan mingguan posisi forex dan performance setiap cabang di luar negeri
(jika mempunyai cabang di luar negeri).
3. Data historis mengenai exchange rate dan interest rate di luar negeri.
4. Analisis forex, perkiraan, dan rekomendasi yang dibuat oleh konsultan bank
untuk bank tersebut.
5. Analisis forex, perkiraan, dan rekomendasi yang dibuat oleh bank tersebut.
Data tambahan yang dibutuhkan adalah data dari chief dealer. Dalam
menyediakan informasi, chief dealer memerlukan:
1. Ringkasan harian, posisi forex, termasuk rugi/laba setiap currency.
2. Data historis, current dan prakiraan exchange rate dan interest rate.
3. Data perekonomian nasional/internasional dan perkiraan dalam waktu yang
telah ditentukan.
4. Kebijakan dan petunjuk yang dibuat oeh ALCO dan treasury manager.
Mengingat bahwa posisi devisa neto mengandung risiko yang cukup besar
dan mungkin juga sangat besar, maka perlu penetapan strategi yang baik antara
lain:
1. Centralize Policies and Limit
Penetapan kebijakan Posisi Devisa Neto harus dipusatkan di satu unit (Treasury)
disamping memudahkan penyesuaian posisi juga memudahkan pengawasan, serta

dibarengi dengan memberikan batasan-batasan baik jumlah secara global maupun
masing-masing pelaku transaksi valuta asing.
Misalnya:
 Jumlah Posisi Devisa Neto secara global sebesar maksimum 15% dari
Jumlah Modal.
 Posisi Devisa Neto per jenis mata uang maksimum.
 Setiap dealer tidak boleh mengambil posisi.
2. Controlize Policies and Control Limit
Kebijakan atau strategi global perlu dibarengi dengan sistem pengawasan yang
ketat melalui laporan.
3. Diversification
Penumpukan valuta asing memperbesar tingkat risiko. Oleh sebab itu, risiko perlu
disebar dengan jalan menyebar jenis valuta asing yang ditahan.
4. Minimization of Losses is More Important Than Maximizing Trading Profit
Sesuai dengan prinsip prudential banking, dianggap penting mengingat fluktuasi
perubahan nilai tukar dapat dilihat dengan adanya beberapa bank yang collapse.
Karena itu konsep meminimumkan risiko selalu ditanamkan kepada pengelola
valuta asing.
VaR (Value at Risk) Sebagai Alat Pengendali Risiko Valuta Asing
Metode VaR adalah metode untuk melakukan estimasi kerugian atas
portofolio dalam satu periode tertentu dalam batas tingkat keyakinan tertentu. VaR
dapat dipergunakan untuk mengukur hasil yang diharapkan atau risiko yang
mungkin dihadapi pada suatu periode tertentu (overnight, seminggu, sebulan atau
lainnya) dengan tingkat keyakinan tertentu (confidence level).
Analisis VaR mengukur risiko dengan mengukur tingkat sensitivitas harga
suatu instrument, yaitu seberapa jauh korelasi antara perubahan suatu faktor
dengan perubahan harga instrument.

Untuk memulainya pertama, dilakukan observasi harian faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi harga guna memperoleh gambaran “mean” dan varian
sebagai dasar untuk mengestimasi “volatilitas” faktor-faktor tersebut. Kedua,
diasumsikan faktor bergerak secara normal sehingga digunakan distribusi
probabilitas normal untuk mengestimasikan pergerakan faktor di masa datang.
Terakhir, dilakukan estimasi saat dimana suatu nilai akan menjadi risiko
sehingga pada saat itu dapat dilakukan likuidasi atau netralisasi posisi terhadap
pengaruh pasar.
Contoh misalnya kita memiliki “paper” bernilai 100 juta rupiah, dan dari
data harian diestimasi standar deviasi untuk “yield paper” tersebut sebesar
0,605%. Jika “Holding” period yang kita inginkan hanya satu hari maka nilai VaR
dapat dihitung sebagai berikut:
 Dengan tingkat kepercayaan 95%:
VaR = Rp100.000.000,00 x 1,65 x 0,605% x √1
= Rp998.250,00
 Dengan tingkat kepercayaan 99%:
VaR = Rp100.000.000,00 x 2,33 x 0,605% x √1
= Rp1.409.650,00
Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%
maka 95% kemungkinan kerugian kurang atau sama dengan Rp998.250,00
sedangkan 5% kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp998.250,00. Dengan
tingkat kepercayaan 99% maka 99% kemungkinan kerugian kurang atau sama
dengan Rp1.409.650,00 dan hanya 1% kemungkinan kerugian lebih besar dari
Rp1.409.650,00.
Jadi VaR memberikan dasar gerak pemilihan risiko portofolio dengan
berbagai standar deviasi dan dihubungkan dengan pergerakan harga di masa
datang sehingga jumlah maksimum kerugian dapat diestimasi sehingga dapat
diambil langkah untuk mengantisipasi kerugian tersebut.

Money Market

Money market atau pasar uang adalah pasar tempat suatu pihak meminjam
dana dari pihak lain pada tingkat suku bunga tertentu dan biasanya untuk
berjangka waktu di bawah satu tahun. Jangka waktu pinjaman bias bervariasi,
mulai dari satu hari sampai satu tahun. Pinjaman yang berjangka lebih dari satu
tahun digolongkan sebagai pasar hutang.
Dilihat dari jenis mata uangnya, pasar uang dapat dibagi menjadi pasar
domestik dan pasar valuta asing. Pasar uang dikatakan efisien bila dapat
melakukan transfer uang dari surplus ke unit defisit dalam jumlah besar dengan
waktu yang singkat serta biaya yang sangat rendah.
Pasar uang memiliki beberapa fungsi yang penting dalam kegiatan ekonomi,
yaitu fungsi likuiditas, fungsi sebagai sarana penyaluran kebijaksanaan (channel
for implementing policies), fungsi informasi, accumulation of wealth, serta
allocation of wealth.
Risiko Pasar Uang
Pasar uang selain berpeluang menghasilkan keuntungan juga mengandung
kemungkinan timbulnya risiko yang harus ditanggung investor baik risiko
ekonomi maupun non-ekonomi. Risiko ekonomi terdiri atas:
1. Risiko Pasar (market risk, interest arte atau exchange rate risk), yaitu
risiko yang timbul akibat fluktuasi harga, suku bunga dan pergerakan
nilai tukar.
2. Risiko penanaman kembali (reinvestment risk), yaitu risiko karena
mengalihkan investasi.
3. Risiko gagal bayar (default risk), yaitu risiko yang timbul karena
pembayaran yang tidak terpenuhi pada saat tagihan jatuh tempo.
4. Risiko fundamental (fundamental risk), yaitu risiko akibat perubahan
kondisi makro ekonomi, moneter, fiskal, dan kebijakan pemerintah lainya
Sementara itu risiko non-ekonomi antara lain dipengaruhi oleh situasi sosial,
politik dan bencana alam.

Pelaku-pelaku dari Kegiatan Pasar Uang
Beberapa pelaku utama yang terlibat dalam kegiatan pasar uang, antara lain
bank-bank komersial, pemerintah, perusahan-perusahaan swasta, perusahanperusahan pemerintah, future market exchange, brokers dan dealers, serta bank
sentral.
 Bank-Bank Komersial
Ada tiga peran bank-bank komersial dipasar uang. Pertama, bank
komersial menjadi lembaga perantara dari unit surplus kepada unit defisit
yang membutuhkan dana untuk membiayai investasi atau kredit dan untuk
memenuhi ketentuan kewajiban giro minimum yang harus mereka pelihara
pada bank sentral. Kedua, bank-bank komersial di pasar uang adalah sebagai
dealer dipasar over the counter yang tumbuh pesat dalam beberapa tahun
terakhir, khususnya dinegara-negara yang telah maju pasar uangnya, seperti
Amerika Serikat, Inggris dan Jepang. Ketiga, bank komersial pada pasar
uang adalah pemberi jasa free base income.
 Pemerintah
Pemerintah pusat dan daerah di banyak negara membutuhkan dana
tetangga (bridging funds) yang besar untuk membiayai proyek-proyek
pemerintah karena adanya perbedaan waktu antara pemerintah dari pajak
maupun pemerintah lainnya dengan pengeluaran yang harus dilakuakan. Di
Jepang misalnya, pemerintah menerbitkan surat-surat berharga jangka
pendek dan obligasi guna pembiayaan sementara dari proyek-proyek
pemerintah.
 Perusahaan-Perusahaaan
Perusahaan-perusahan non-financial institution menghimpun dana
dari pasar uang dengan menerbitkan surat-surat berharga jangka pendek
berupa unsecured promisorry notes.

 Government-Sponsored Enterprises dan Short term Investment Pools
Government sponsored enterprises adalah perusahaan-perusahaan
swasta yang bergerak pada bidang keuangan (financial intermediaries)yang
terkait erat dengan pemerintah federal.
 Money Market Mutual Funds (MMFs)
MMFs umumnya beroperasi dalam bentuk perusahaan-perusahaan
broker dan kelompok reksadana (mutual funds group). Mereka membeli
surat-surat berharga jangka pendek dari pasar uang dan kemudian menjual
kembali kepada individu-individu, perusahaan, dan penanaman modal
institusi (institusional investor) berupa share. MMFs mulai berkembang
sejak awal 1980-an dan 1990-an, sejalan dengan maraknya perkembangan
industri reksadana di Amerika Serikat.
Individu-individu adalah investor utama dari MMFs ini. Perusahaanperusahaan brokers dan mutual funds group adalah kelompok-kelompok
yang utama dalam menyediakan jasa money market mutual funds. Sejak
diperkenankanyya perbankan di Amerika Serikat untuk melakukan kegiatan
reksadana . pada tahun 1980an peranan perbankan dalam usaha ini semakin
meningkat dari tahun ketahun.
 Money Market Funds
Money Market Funds (MMFs) adalah sejenis perusahaan reksadana
yang diatur dalam undang-undang Pemerintah Amerika Serikat tempat
perusahaan-perusahaan tersebut melakukan kegiatan investasi pada suratsurat berharga yang beresiko rendah. Risiko investasi masa MMF lebih
rendah dibandingkan dengan resiko melakukan investasi pada perusahaan
reksadana. MMF biasanya melakukan investasi pada surat-surat berharga
milik pemerintah, certificate of deposits, commercial paper, dan surat-surat
berharga lainnya yang likuid dan aman.
 Short Terms Investment Funds (STIFs)

STIFs dikelola oleh bank trust department untuk mengelola berbagai
account kemudian dana yang ada tersebut digunakan untuk membeli suratsurat berharga pasar uang. Portfolio dari STIFs di Amerika Serikat diatur
oleh Comproller of the Currency yang mensyaratkan bahwa sekurangkurangnya 80% dari portfolio investasi yang dilakukan harus pada suratsurat berharga yang jatuh tempo tidak lebih dari 91 hari, serta minimal 20 %
dari nilai funds asset harus berbentuk kas, dan asset lainnya yang jatuh
tempo sehari berikutnya.

 Local Goverment Investment Pools (LGIPs)
Local Government Investment Pools adalah investment pools yang
dibentuk oleh negara-negara bagian di Amerika Serikat sehingga
memungkinkan pemerintah daerah atu lokal untuk memebeli piranti-piranti
pasar uang dalam jumlah besar. Tujuan investasi adalah untuk
mengoptimalkan dana itu sementara. Dana pemerintah daerah tadi biasanaya
dikelola oleh state treasure’s office. Dana yang di investasikan tadi harus
bersifat jangka pendek , biasanya satu hari.
 Future Exchanges
Ada dua bentuk future exchange yang dikenal secara umum, yaitu
money market future contracts dan future options. Money market future
contract adalah persetujuan untuk membeli atau menjual surat-surat
berharga piranti pasar uang pada tingkat harga dan tanggal tertentu yang
telah disepakati. Piranti money market future contract yang secara aktif
diperdagangkan adalah Treasury Bills berjangka waktu tiga minggu dan
deposito Eurodollar berjangka waktu tiga bulan. Sementara money market
future options memberikan hak kepada pemegangnya (bukan kewajiban)
untuk membeli atau menjual money market future contract pada harga
tertentu dan sebelum tanggal tertentu.

 Dealers dan Brokers
Dealers menggunakan piranti repo untuk membiayi inventori mereka
berupa surat-surat berharga (securities) yang mereka miliki. Para dealer juga
berfungsi sebagai perantara diantara pelaku dalam pasar repo’s, dengan
memberikan pinjaman kepada yang membutuhkan dan melakukan pinjaman
dari pihak yang memiliki surplus dana.
Sementara itu brokers dalam kegiatannya memepertemukan pembeli
dan penjual untuk jasa itu brokers mendapat jasa (rokers fee).

 Bank Sentral
Bank sentral merupakan pelaku utama pada pasar uang mengingat
salah satu tugas utamanya adalah menjaga stabilitas moneter dan harga
melalui pengendalian jumlah likuiditas di pasar.
Piranti-piranti Pasar Uang
Secara garis besar ada dua cara untuk membedakan piranti-piranti pasar
uang. Pertama dengan melihat apakah piranti pasar uang tersebut dapat diperjual
belikan atau tidak. Dengan metode ini, piranti pasar uang dapat dibagi dua
kelompok, yaitu money market deposits dan negotiable paper. Kedua, dengan
membedakan bagaimana piranti pasar uang tersebut memberikan pendapatan
kepada investor. Dengan cara kedua ini, piranti pasar keuangan dapat dibedakan
dengan coupon bearing instruments, discount instruments, serta piranti pasar uang
derivatif.
 Coupon Bearing Instruments
Coupon bearing instrument biasanya juga disebut interest bearing
karena semua piranti-piranti pasar uang dalam model ini dikaitkan dengan
pembayaran suku bunga. Ada tiga jenis coupon bearing instrument yang
digunakan dalam pasar uang, yaitu:

1. Money Market Deposits--------Non-negotiable Instruments
2. Certificate of Deposits---------- Negotiable Instruments
3. Repurchase aggrement (Repo)-------Negotiable Instruments

 Money Market Deposit
Pada money market deposits dikenal dua jenis piranti yang tersedia
pada pasar antara –bank (interbank market),yakni:
1. Fixed Deposit, yaitu tingkat suku bunga dan tanggal jatuh temponya
(maturity date deposit) telah disepakati pada waktu transaksi disetujui
2. Notice atau call deposit, yaitu tingkat suku bunga dan tanggal jatuh
tempo dapat berubah-ubah dan bila akan diputuskan/berakhir, maka dana
tersebut berlaku efektif pada beberapa hari kemudian.
 Certificate Deposits (CD)
Certificate deposit adalah suatu negotiable receipt for funds yang di
depositkan pada suatu bank atau institusi keuangan lainya dengan jangka
waktu tertentu dan tingkat bunga tertentu yang diterima dimuka. Certificate
deposit dapat diperjualbelikan karena merupakan piranti yang negotiable
dan tidak menyebutkan nama pemilik. Certificate deposit berbeda dengan
deposito yang menyebutkan nama pemilik, sehingga CD merupakan nonnegotiable instrument.
 Repurchase agreement (Repos)
Repo adalah suatu perjanjian antara dua counterparties yang salah
satu pihak setuju untuk menjual piranti pasar uang kepada pihak lain pada
tanggal dan harga tertentu dan sekaligus setuju untuk membeli kembali pada
tanggal dan harga tertentu pula. Piranti yang diperjual belikan dengan sistem
ini biasanya pirantinya yang digunakan oleh bank sentral untuk kebijakan

moneter dalam mengontrol jumlah uang beredar. Dipihak lain, bagi investor
piranti inin bertujuan untuk alternatif portfolio investasi. Pasar repo yang
terbesar adalah di Amerika Serikat yaitu perdagangan Treasury Bills
Overnight.
 Discount instruments
Piranti pasar uang dengan metode diskonto ini sama dengan bunga
dibayar dimuka, yaitu selisih dari harga piranti instrument pada waktu
membeli dikurangi dengan nilai pada saat jatuh tempo.
Ada tiga piranti utama negotiable discount instrument yaitu :
1. Treasury Bill (T-Bill)
2. Bill of Exchange / Bankers Acceptance (BA)
3. Commercial Paper
 Treasury Bill (T-Bill)
T-bill adalah short time negotiable bill of exchange yang diterbitkan
oleh pemerintah untuk membiayai kegiatan pembangunan. Di Amerika
Serikat lelang dari T-bill pemerintah dilakukan oleh Federal Reserve pada
setiap hari senin dan kamis untuk T-bill yang mempunyai jatuh tempo 13
dan 16 minggu, dan setiap bulan untuk lelang T-bill yang berjangka waktu
52 minggu. Sementara itu di Inggris T-bill yang dilelang adalah untuk
berjangka waktu 91 dan 182 hari.
 Surat-surat Berharga Perusahaan (Commercial Paper/CP)
Commercial paper adalah unsecured promissory notes jangka pendek
yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan dan negara. Bagi perusahaanperusahaan besar yang bonafid penerbit CP untuk membiayai kegiatan
mereka jauh lebih murah dan efisien dibandingkan dengan meminjam dari
bank.
 Eurodollars

Eurodollars adalah dana yang dihimpun bank-bank dalam denominasi
USD, tetapi tidak tunduk terhadap ketentuan perbankan Amerika Serikat.
Sebagian besar piranti ini berada di luar Amerika Serikat, tetapi sejak tahun
1981 non- US residents yang dapat dimiliki deposito pada IBFs.
Pada mulanya deposito USD yang tidak tunduk pada ketentuan
perbankan Amerika Serikat tersebut terdapat hampir di sebagian besar
negara-negara di Eropa karena pemilik dana takut pada dana yang mereka
miliki dibekukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Namun kegiatan
Eurodollar tersebut kini menyebar ke banyak negara antara lain Hongkong,
Jepang, Singapura, Bahama, Bahrain dan Kanada.
 Forward Rate Agreement (FRAs)
Forward rate agreement dapat didefinisikan sebagai suatu kontrak
diantara dua pihak ketika mereka sepakat atas tingkat suku bunga tertentu
yang akan ditetapkan untuk pinjaman/deposit untuk masa mendatang
dengan kesepakatan:
1. Nominal serta jenis mata uangnya
2. Tanggal tertentu dari pinjaman/deposit yang akan ditarik atau
ditempatkan
3. Jatuh temponya
 Interest Rate Swaps (IRS)
Interest rate swaps adalah suatu transaksi derivatif antara dua pihak
untuk melakukan swaps pembayaran bunga atas pinjaman yang sama
dengan tingkat suku bunga yang berbeda, biasanya yang satu bersifat tetap
(fixed) dan yang lainnya mengambang (floating). Dalam kontrak tersebut,
biasanya mata uang yang dipakai dalam pertukaran sama dan pembayaran
dilakukan secara neto. Dengan kata lain, pembayaran dilakukan atas selisih
negatif antara cash out flow (payments) dan cash inflow.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mashud. Asset Liability Management. Jakarta Gramedia: PT Elex Media
Computindo.
Djinarto, Bambang. Banking Asset Liability Management, Strategi dan
Pengelolaan Dana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rusamsi, Imam. 1999. Asset Liability Management, Strategi Pengelolaan Aktiva
Pasiva Bank. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.