MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA (1)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN PPKn DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
ELEKTRONIK FACEBOOK GUNA MEMAHAMI SEJARAH DAN
SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI NEGARA DALAM
MERUMUSKAN DAN MENETAPKAN PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA
[ Pelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Negeri 5 Majalengka Kabupaten
Majalengka Tahun Pelajaran 2013-2014 ]
Endar Sudarjat ] 1
NIM.018476592
e-mail: endarsudarjat@gmail.com
Abstrak
Media pembelajaran banyak berserak di sekeliling kita namun tak begitu hirau. Padahal
guru sebagai fasilitator punya kewajiban agar peserta didiknya bisa mendapatkan cara mudah
untuk dapat memahami pelajarannaya, seperti misalnya PPKn materinya banyak memuat konsep
nilai-norma dan moral, tak cukup hanya dengan banyak bercerita maka dibutuhkan sebuah
media belajar yang kreatif dan inovatif sebagai penguat imajinasi serta informasi bagi peserta
didik. Pada pembelajaran PPKn yang dialami penulis didapati masih banyak peserta didik yang
motivasi belajarnya rendah dan hal ini tentunya signifikan dengan prestasi belajarnya.
Solusi atas hal tersebut, dengan mencoba menggunakan media elektronik offline dan
online, dengan harapan agar dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman peserta

didik terhadap materi pelajarannya.
Media pembelajaran seperti media online facebook yang telah dicoba diterapkan oleh
penulis dalam pembelajaran PPKn di kelas lewat 2 siklus saja hasilnya sudah cukup baik dan
memberi harapan berdampak terhadap motivasi belajar peserta didik. Pembelajaran di kelas
terasa lebih bernas dan hidup karena interaksi antara peserta didik dan juga guru tidak berjalan
kaku lagi, sekat-sekat yang biasanya tertutup menjadi terbuka serta lewat media online facebook
semua peserta didik bisa mengenal dan memanfaatkan secara langsung fasilitas multi medianya
dan hal tersebut menjadikan mata pelajaran PPKn bisa lebih menarik.
Studi ini dilaksanakan pada siswa kelas tujuh SMP Negeri 5 Majalengka, menemukan
ada perbedaan signifikan antara media pembelajaran offline dengan pembelajaran online yang
interaktif. Secara sepintas lalu saja sudah umum para pelajar menggunakan jejaring social
facebook, disayangkan bila aktifitas mereka tersebut tidak ditautkan dan dimanfaatkan untuk
fasilitas belajarnya. Oleh karena itu penulis merekomendasikan pada para pendidik, cobalah
jadikan facebook sebagai media pembelajaran karena kenyataannya pembelajaran di era digital
ini akan bisa efektif bila siswa mendafatkan infomasinya dengan “enjoy”, mudah didapati, dan
dapat diakses dengan murah.
Kata kunci: media pembelajaran online , network social facebook, motivasi belajar siswa
1] Mahasiswa Program S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,Universitas Terbuka.
Email: endar sudarjat@gmail.com
1


I.

Pendahuluan

A.

Latar Belakang Masalah

1.Identifikasi Masalah
Gema keraguan akan mutu pendidikan di kita khususnya di tingkat pendidikan dasar dan
menengah belakangan ini begitu masif, terus disorot oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini
bisa jadi terkait erat dengan berbagai fenomena ketidakpuasan masyarakat secara umum pada
berbagai permasalahan yang muncul di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Profesi Guru yang dipandang sebagai garda terdepan guna mencerdasan kehidupan
bangsa, dituntut harus dapat berbuat banyak, terkait hal tersebut maka resistensi profesi guru
semakin tinggi. Tantangan lainnya sebagai pendidik semakin bertambah konsekwensi dari kinerja
guru yang dianggap belakangan ini belum menunjukan hasil yang signifikan terkait dengan
pembinaan dan pembentukan karakter sikap prilaku, sosial skils siswa, dan juga kemampuan
dalam penguasaan materi dari siswa rata-rata tidak begitu menggembirakan. Disinyalir semangat

belajar siswa sekarang ini seperti tidak mencerminkan harapan yang lebih baik maka tidak bisa
dipungkiri berbagai tuntutan masyarakat ini sudah selayaknya ditanggapi oleh para gurudengan
denganwajar, justru dengan kritikan masyarakat yang demikian bisa kita

jadikan sebagai

momentum perubahan sesuai tuntutan professional di bidang pendidikan.
Mencermati (Dokumen Rembug Nasional Pendidikan dan Kebudayaan,10-12 Pebruari
2013) yang disampaikan Mendikbud M.Nuh,nampak pada paparannya bahwa pemerintah pusat
tengah melakukan upaya serius untuk memperbaiki kekurangan pada Kurikulum KTSP 2006
dalam sebuah format baru Kurikulum 2013. Hal ini sebagaimana dimaksudkan Kemdikbud, revisi
kurikulum yang terus berlangsung tersebut sebagai perwujudan dari amanat Undang-Undang
Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal
abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional
dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, undang-undang
tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa kali perubahan.
Dipaparkan pula bahwa Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan
nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem

pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
2

“manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal
sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.”
Guna mencapai harapan di atas sistem pembelajaran modern khususnya yang berbentuk
kelompok (klasikal) dituntut mampu memberikan suasana penuh gairah

belajar lewat

pembelajaran yang terpusat pada siswa (child centered curriculum). Penerapannya ini
berlandaskan pada teori belajar yang menekankan pentingnya”… belajar melalui proses
mengalami untuk memperoleh pemahaman atau insight [teori gestalt] ( Sumiati & Asra, 2008:
84).
Berikutnya guna mengimbangi keberagaman dan kebutuhan hidup anak-anak generasi era

digital (digital native), Wijaya & Dedi (2012) mengemukakan bahwa: “…anak-anak generasi
digital native adalah anak-anak yang hidup dan terlahir sudah mengenal dunia digital.” Peserta
didik saat ini perlu disadari pada dasarnya sudah mengenal dan memanfaatkan berbagai media
elektronik baik secara pribadi atau pun dalam bentuk komunitas di keluarga dan lingkungan
masing-masing, sehingga bisa dikategorikan mereka telah melek iptek atau melek IT (Information
and Communication Technologi). Mereka begitu terbiasa menggunakan alat-alat digital tanpa
harus diajari lagi seperti kita para orang tua yang lahir dari generasi gagap teknologi (gaptek),
yakni orang-orang yang baru saja belajar dalam dunia digital, dalam hal ini kebanyakan para guru
kita saat ini pun termasuk dalam kelompok yang baru melek IT (digital immigrant).
Anak-anak digital native jelas memiliki gaya hidup berbeda dengan kita sebagai generasi tua,
karena keadaan perubahan dan tuntutan hidup yang demikian berubah maka kita sebagai pendidik
dari kalangan generasi digital immigrant semestinya peka dan proaktif jangan membiarkan anakanak kita melaju berdasarkan cara dan kehendaknya sendiri tanpa arah yang jelas. Saat ini tentu
ana-anak didik di tingkat sekolah menengah pada umumnya lebih berkuasa dalam hal
pemanfaatan IT daripada kita kaum digital immigrant, maka sudah sewajarnya bila proses
pembelajaran di sekolah saat ini dirancang untuk secepatnya bisa memanfaatkan IT khususnya
dalam implementasi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013, sepintas regulasinya diluncurkan dengan
telah dilengkapi oleh paket buku siswa dan buku panduan guru yang telah disetting oleh
Kemdikbud agar agar KBM pada setiap mata pelajaran mampu memberikan kualitas
pembelajaran yang lebih baik dengan memanfaatkan berbagai media, secara khusus
pendayagunaan media elektronik berbasis IT. Diharapkan dengan media berbasis IT ini nantinya

KBM bisa merangsang, memancing dan memotivasi peserta didik sehingga motivasi dan
kreatifitas belajar siswa berkembang secara progresif selaras konsep PAIKEM melalui kreatifitas

3

guru dengan memaksimalkan pengunaan media pembelajaran dan model-model pebelajaran
mutakhir.
Tantangan ini sebenarnya sudah lama sebagaimana telah diamanatkan oleh Peraturan
Pemerintah No.19/2005 pasal 19, bahwa:
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif ,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk bermotivasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19).
Berbagai variasi penerapan metode, pendekatan, model dan media pembelajaran dapat
dilakukan guru dan sekaligus guru dalam hal ini dapat berfungsi sebagai peneliti dalam setiap
pembelajarannya di kelas. Pembelajaran berkualitas dapat dicapai apabila guru mau melakukan
berbagai eksperimen penerapan strategi, pendekatan, model dan media pembelajaran. Dengan
menerapkan berbagai variasi multi model dan media pembelajaran, guru lewat tindakannya
dimungkinkan mampu mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara optimal, berhasil
meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa.

Menurut pengamatan penulis, pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi dan berbasiskan media elektronik masih sangat rendah dan guru
cenderung lebih memilih untuk menggunakan media dan model –model pembelajaran
konvensional pada setiap pembelajarannya. Hal ini mungkin akibat kurangnya penguasaan guru
terhadap media-media alternatif pembelajaran yang ada, sebagaimana dirasakan juga oleh penulis.
Penguasaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru saat ini dan hal ini sejalan dengan tuntutan kurikulum yang berbasiskan kompetensi.
Harapan

pada

Kurikulum

2013

untuk

pembelajaran

Pendidikan


Pancasila

dan

Kewarganegaraan (PPKn) SMP/MTs di Kelas VII, terpapar pada Kompetensi Inti (KI) sebagai
berikut:
a. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
c. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
4

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.

Kenyataan yang pasti dan dirasakan oleh penulis ketika dalam kelas cukup berat, misalnya
saja:
1) Ketersediaan media pembelajaran, berbagai multi media audiovisual saat ini kurang
cukup tersedia di sekolah sehingga menuntut kreatifitas guru untuk bisa menyesuaikan
2)

agar materi dan karakter pembelajaran yang semestinya dibawakan bisa terpenuhi.
Keterampilan guru dalam pembelajaran belum selaras dengan tuntutan guru sebagai

seorang pendidik professional
3) Sering terjadi banyak gangguan pada konsentrasi belajar dan motivasi belajar siswa
Maka atas dasar pertimbangan atas keadaan tersebut diatas, perlu ada tindakan untuk
mencoba beberapa media pembelajaran, diantaranya tindakan untuk mengoptimalkan
penggunaan media suara (audio) dan gambar (visual) melalui pemanfaatan teknologi informasi
(TI) lewat office power point dan jejaring social Facebook. Facebook sebagaimana diketahui
bersama selama ini menyediakan full multi media dan hampir bisa dikatakan cuma-cuma atau
gratis bagi penggunanya. Untuk kalangan pelajar facebook merupakan sarana media sosial
kreatif yang bisa memberikan peluang tak terbatas sehingga keterlibatannya dapat dimanfaatkan
berbagai pihak untuk kepentingan apa pun. Sangat disayangkan bila peluang ketersediaan
layanan media elektronik global ini luput dari perhatian para guru, padahal Facebook bisa jadi

sudah menjadi bagian dari kehidupan anak didik kita sejak lama. Dimana belakangan ini malah
dikatakan sebagian guru dan juga sebagian orang tua keberadaan Facebook telah merusak
mentalitas dan semangat belajar siswa, bisa jadi demikian karena Facebook belum banyak
dimanfaatkan sebagai media pebelajaran padahal berfungsi sangat interaktif, full multimedia
dan bisa digunakan tanpa dipengaruhi batasan ruang dan waktu.
Seiring dengan keberadaan dan juga amanat Kurikulum 2013 maka perlu sekali sebuah
terobosan baru dalam hal pembaharuan media pembelajaran ini, salah satu upaya yang dilakukan
penulis yakni menggunakan facebook sebagai media pebelajaran PPKn, dengan nama grup pada
facebook “PKn SMP N 5 Majalengka” melalaui link:
https://www.facebook.com/groups/pkn.smpn5majalengka/
Lewat pembuatan Media Pembelajaran pada Facebook ini kami anggap penting bagi para
pelajar karena pada umumnya anak pelajar di hampir di semua lapisan masyarakat sudah
memiliki akun Facebook. Bila keberadaan yang sekarang tengah digandrungi kalangan anak muda
ini tidak terarah maka dipastikan akan sangat berbahaya dan bahkan akan mengancam generasi
5

muda kita menjadi Lost Generations (generasi yang hilang) yang terlelap serta melupakan sejarah
dan semangat komitmen para pendiri Negara pendahulunya. Apalagi belakangan ini kita dapati
dari berbagai informasi di media massa seringkali diberitakan bahwa negeri ini miskin figur
tauladan, yang ada hanya berita tentang beberapa oknum dari tokoh politik, aparat hukum, para

birokrat dan juga dari kaum akademisi terlibat dalam berbagai skandal korupsi dan narkoba yang
mengesankan makin akut. Keadaannya ini berbanding terbalik

dengan harapan dari para

pendidik, orang tua siwa dan masyarakat pada umumnya yang mengharapkan warganya menjadi
warga Negara yang baik dan cerdas ( a good and smart citizenship). Kejadian belakangan ini
bagaikan mimpi buruk dan tentu perlu segera ada solusi yang tepat guna mengeliminasi atas
kebokbrokan mentalitas sebagian warga bangsa kita ini.
Korupsi dan maraknya narkoba serta kejahatan lainnnya saat ini bagian dari kelemahan
komitmen semua pihak dan ini memerlukan upaya serius yang tentunya guru sebagai pendidik
harus bisa berbuat nyata membawakan sesuatu perubahan baru di dalam kelas pembelajarannya.
Secara khusus ada upaya untuk memperbaiki input sistem dan berpikir bagaimana caranya
memanfaatkan berbagai media informasi agar pembinaan sikap mental dan spiritualitas generasi
muda kita ke depan bisa berjalan terarah, efektif dan tepat sasaran. Inilah yang menjadi tantangan
bagi guru, khususnya guru PPKn saat ini.
Perubahan gaya hidup masyarakat kita yang cenderung hedonism dan materialistik
belakangan ini telah menggerogoti mentalitas kalangan siswa sehingga sering ditemukan banyak
prilaku siswa yang menyimpang atau berprilaku tidak terpuji seperti; kurangnya menghayati
perilaku jujur, kurang disiplin, tidak tanggungjawab, kurang peduli, hilangnya semangat gotong
royong, tidak santun, kurang percaya diri, dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Hal di atas ini menjadi momok yang menakutkan bagi berbagai kalangan masyarakat terdidik
karena bisa jadi keadaan ini akan semakin meluas dan bisa merusak suasana kehidupan
masyarakat kita pada umumnya. Padahal sejarah bangsa ini telah mencatat, telah sejak lama
masyarakat kita dikenal oleh bangsa lain di dunia sebagai bangsa pejuang, bangsa yang penuh
semangat kekeluargaan, gotong royong, toleransi, memiliki nasionalisme dan patriotisme yang
tinggi dan senantiasa ikut serta dalam menciptakan perdamaian dunia. Ikon penting yang
merupakan ciri khas bangsa Indonesia ini yang seharusnya bisa kita pertahankan, utamanya agar
bangsa kita ini bisa tetap mandiri, maslahat dan dipandang bermartabat tinggi di mata dunia
Internasional.
2. Analisis Masalah

6

Data yang diperoleh sementara sebagai pijakan PTK ini menunjukkan bahwa hasil prestasi
belajar siswa di kelas VII-C SMP N 5 Majalengka masih belum memuaskan dan perlu segera ada
tindakan karena target pencapaian hasil belajar yang diharapkan masih dibawah KKM PPKn
Kelas VII yang dicanangkan sebesar 7,50. Adapun gambaran singkat masalah ini bisa terlihat
pada table berikut:
Tabel 1: Nilai Rerata Evaluasi Harian ke-1 PPKn
Kelas VII-C SMPN 5 Majalengka 2013
Ulangan Harian 1

Jumlah Siswa

Jumlah Siswa

Nilai Rerata

Siklus 1

Kelompok Atas
11 orang

Kelompok Bawah
13 orang

Kelas
67,08

3 Sepetember 2013

(45,8%)
Parameter KKM PPKn Semester 1

(54,2%)

(100%)
7,50

Tahun 2013-2014
Sumbe data: Daftar Analisis Nilai Harian PPKn Tanggal 03 Sepetember 2013

Tabel 2: Motivasi Belajar Siswa di Kelas VII-C
Periode 28 Agustus s.d 3 September 2013
Jumlah Siswa

Aktif Bertanya dan

Hanya Aktif

Tidak Aktif Bertanya

Kelas VII-C
24 siswa

Menjawab (ABM)
3 siswa

Bertanya (AB)
5 siswa

dan Menjawab (TABM)
16 siswa

(100%)

(12,5%)

( 20,8%)

(66,7%)
75 %

Target Partisipasi / Motivasi Aktif Belajar Siswa

AB/ABM
( 18 siswa )

Sumber data: Data Hasil Pengamatan Supervisor II tanggal 03 September 2013
Untuk materi pembelajaran terkait masalah di atas, disiapkan bahan ajar berbentuk paparan
dan peta konsep, video materi pembelajaran, photo gambar para tokoh nasional atau para
pahlawan yang terlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dan penyusunan Pancasila
sebagai Dasar Negara.
3.

Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Permasalahan masih kurangnya motivasi aktif siswa dalam belajar PPKn di SMPN

Majalengka memerlukan penanggulangan dari guru oleh karena itu perlu melakukan refleksi atas
kinerjanya. Hasil belajar PPKn sangat signifikan terkait dengan motivasi aktif dan kreativitas
peserta didik dalam pembelajaran melalui berbagai media dan bahan ajar yang menarik. Sebuah
tantangan baru bagi guru sebagai pekerja professional,

jangan sampai setiap masalah yang
7

ditemukan dalam pembelajaran berlalu begitu saja, apalagi dengan diberlakukannya Kurikulum
baru 2013 yang tetap berbasis kompetensi, mengisyaratkan agar pembelajaran pada setiap matpel
termasuk juga mata pelajaran PPKn dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta
didik, bisa membina serta menumbuhkembangkan hard skills, soft skills siswa dan juga social
skills para siswa . Hal ini optimis bisa tercapai apabila kinerja belajar peserta didik ditingkatkan
lagi melalui optimalisasi peran guru sebagai fasiltator, motivator, dan organisator.
Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan aktifitas
belajar siswa pada pembelajaran PPKn di tingkat SMP memelukan sebuah langkah terobosan
baru dengan mendayagunakan jejaring social facebook sebagai media elektronik global yang
kehadirannya fenomenal mampu menghadirkan bahan informasi (bahan ajar) yang efesien, model
pembelajaran yang interaktif via chatting inbox dan pembelajaran yang menyenangkan sesuai
konsep PAIKEM. Sehingga pada gilirannya diharapkan mampu merangsang minat motivasi
belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan perolehan hasil pembelajaran yang lebih baik
lagi, khususnya pada prestasi mata pelajaran PPKn.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut:
1.

Apakah penggunaan media pembelajaran melalu media audio visual office power point dan
media facebook dapat meningkatkan motivasi belajar PPKn siawa Kelas VII SMPN 5

2.

Majalengka? Bila dapat, seberapa efektif peningkatan tersebut?
Bagaimana intensitas motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PPKn dengan

3.

memanfaatkan media audio visual office power point dan media facebook?
Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan media elektronik audio visual office power point
dan media facebook dalam pembelajaran PPKn?

C.

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dibahas dalam karya tulis ini maka

tujuan penelitian perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai adalah:
1. Terciptanya media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakter pembelajaran
PPKn sehingga motivasi belajar siswa meningkat dan hasi belajar siswa lebih baik terutama
dalam pemahaman siswa terhadap materi KD.3.1 : Memahami Sejarah dan Semangat
Komitmen Para Pendiri Negara Dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila Sebagai
Dasar Negara
2. Memberikan bentuk baru tentang cara memperlajari pelajaran PPKn yang menarik sehingga
PPKn tidak dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan bagi siswa dan sekaligus
bisa memberikan solusi dalam memperkaya media pembelajaran alternatif yang berbasis IT
8

bagi guru PPKn
3. Memperkenalkan kepada siswa tentang peran media pembelajaran elektronik berbasis IT
seperti facebook dapat berdaya guna untuk meningkatkan hasil kinerja belajar siswa
(motivasi dan hasil belajar siswa)
D.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pendayagunakan facebook sebagai global

berbasiskan IT dalam pembelajaran PPKn adalah:
1. Bagi siswa bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar dan memudahkan pemahaman
terhadap Kompetensi Dasar 3.1 : Memahami Sejarah dan Semangat Komitmen Para Pendiri
Negara Dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila Sebagai Dasar Negara
2. Bagi guru dapat bermanfaat utamanya dalam hal efisiensi waktu, tenaga serta pikiran lewat
pengembangan multimedia pembelajaran alternatif yang berbasiskan IT seperti facebook
dan sekaligus bisa memancing kreatifitas baru dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian
dan proses perbaikan pembelajaran PPKn pada tahapan berikutnya.
3. Bagi manajemen sekolah, dengan dimanfaatkannya facebook sebagai media pembelajaran
diharapkan dapat mengubah paradigma yang selama ini terbentuk bahwa facebook bisa
merusak akhlak generasi muda, menumbuhkan prilaku sia-sia sehingga membuat siswa
malas belajar dan hanya sedikit sekali manfaatnya lebih banyak mudaratntnya. Nampaknya
pandangan semacam ini harus segera berubah karena facebook bisa dimanfaatkan sebagai
multimedia pembelajaran yang familier bisa menggugah hasrat membaca dan motivasi
belajar siswa sehingga bisa

memberi manfaat yang cukup besar karena efisien dan

memenuhi syarat sebagai sarana multimedia pembelajaran dengan sangat lengkap, selalu
ter-update serta semakin mejangkau para penggunanya dimanapun berada, bergantung
bagaimana pihak manajemen memberi kesempatan pada para guru dan siswanya dalam
memanfaatkan facebook dan sekaligus dimaksimalkan secara terukur melalui kebijakan
perencanaan sekolah.
II.Kajian Pustaka
A.
Penelitian Tindakan Kelas
Dalam modul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari Pusat Penerbitan UT dikupas tentang
pengertian PTK. Ditegaskan bahwa, penelitian tindakan kelas itu adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan unfuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
(Wardani, 2004: 13). Awalnya penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom
action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Action research, sesuai dengan
arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr dan Kemmis (McNiff,
J,1991, p.2) didefinisikan;
Action research is a form of self-reftective enquiry undertaken by participants (teachers,
students or principals, for example) in social (including educational) situations in order
to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (2)
9

their understanding of these practices, and the situations (and intitutions) in which the
practices are carried out.
Penelitian tindakan (action research) menurut Carr dan Kemmis sebagaimana
dirangkum dari Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (Wijaya&Dedi,2012:8) adalah suatu
bentuk penelitian refleksi diri (selfreflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi
sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran:
1. Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri
2. Pengertian mengenai praktik-praktik sosial atau pendidikan tersebut
3. Situasi-situasi di mana praktik-praktik sosial atau pendidikan tersebut dilaksanakan
Ini artinya bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) itu merupakan kegiatan penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan,
dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meringkat.
Jadi yang punya kepentingan utama terhadap PTK ini adalah guru itu sendiri yang
berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran atau kegiatan praktek
belajar dan mengajar kelas pada sekolah dengan satu tujuan pokok untuk meningkatkan mutu
pendidikan berkelanjutan.
B.

Motivasi Belajar Siswa
Berbagai kajian dari para ahli tentang motivasi selalu terkait erat dengan proses aktifitas

prilaku dan bimbingan pada seseorang,sebagaimana dikutif dari (Baron, 1992:Schunk,1990
dalam (Nur, 2003:2). “Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal
(dari dalam diri seseorang ) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku
dalam rentang waktu tertentu”. Dalam hal ini maka motivasi itu juga dapat menentukan
penyerapan informasi dalam pembelajaran sebagaimana pendapat Graham & Golan, (1991)
dalam (Dasim, 2008: 3) yang menyatakan bahwa :
“Motivasi penting dalam menetukan seberapa banyak siswa akan belajar dari suatu
kegiatan pembelajaran atau seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan kepada
mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik”.
1. Motivasi Belajar
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar
dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi belajar siswa
penentu kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dialami
siswa,sebagaimana dirangkum dari pendapat Djamarah S.B, dkk, (1995) “Motivasi belajar siswa
merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak
ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki
oleh sisya yang bersangkutan ”(Djamarah S.B, dkk, 1995:70)
10

Maka sebagai kesimpulannya, bahwa motivasi belajar siswa tersebut merupakan proses internal
yang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan
sebagai energy atau bahan bakar untuk menggerakkan sebuah mesin, motivasi belajar yang
memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi
yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.
Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa,
untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. ….“Motivasi ada
dua macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi intrinsik, dan
motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik ”(Djamarah S.B, 1997:223).
Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul
suatu perbuatan misalnya belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai
berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa.
c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya
secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan
dan memeliharan motivasi belajar siswa.
d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam
proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dececco & Grwford, 1974 dalam (Slameto, 2003:175) menyatakan bahwa “dalam
pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa ada 4 fungsi pengajar, yaitu: menggairahkan
siswa, memberikan harapan realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan”. Cony Semiawan
mengatakan bahwa minat (interest), adalah keadaan mental yang menghasilkan respon terarah
kepada sesuatu, situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan
kepadanya (statisfiers). Demikian juga minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu
kesiapan berbuat bila ada stimulasi sesuai dengan keadaan tersebut. Slameto, (2003:180)
menyatakan bahwa:
11

Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri
sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat.
Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu
yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan
yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat atau keinginan
jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Penulis
dalam hal ini bisa simpulkan bahwa minat belajar adalah keadaan mental atau kondisi jiwa yang
menjadi motor penggerak dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Menyimpulkan pendapat dari Zakiah Darajat dalam (Slameto,2003:176) mengatakan bahwa
titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah membangkitkan minat belajar anak didik
karena rangsangan melalui media pembelajaran. Rangsangan tersebut, membawa kepada
senangnya anak didik terhadap pelajaran dan membangkitkan semangat belajar mereka. “Selain
itu, guru harus mampu memelihara minat belajar siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan
kebebasan tertentu untuk pindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar.
Berbicara mengenai faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, dapat ditemukan
beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa itu sendiri. Namun pada dasarnya faktor
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam faktor intern (dalam diri) siswa yang belajar. Faktor
ekstern (dari luar diri) siswa yang belajar dan faktor teknik atau pendekatan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar kalau disarikan, yaitu :
a.Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar dan ini masih dapat digolongkan menjadi dua
golongan yaitu : Faktor non sosial dan faktor sosial.
b.Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dan ini pun dapat digolongkan dua golongan yaitu :
faktor fisiologis dan faktor psikologis.
c.Mengembangkan motivasi dan minat belajar siswa yang pada dasarnya adalah membantu siswa
memilih bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan
dirinya sendiri sebagai individu.
d.Bahwa untuk membangkitkan minat siswa dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan
pengajaran dengan suatu media atau berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa
maka media yang full multidimetional sebagai mana facebook saat ini merupakan hal yang
menarik.
C.
1.

Media Pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran
12

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah
berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan
penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm
(1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran
seperti:buku, film, video dan sebagainya.
Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa;
Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media
pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat
bantu visual.

Sekitar pertengahan abad Ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan

digunakannya alat audio-vidio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan,
saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif,
didorong oleh semakin berkembangnya teknologi di bidang informasi lewat kombinasi perangkat
komputer dan internet.
2.

Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Manfaat dan manfaat media pembelajaran berdasarkan identifikasi penulis, memiliki

berbagai manfaat mengacu pada telaah Kemp Dan Dayton (1985) dalam (Badruli,2010:42),
diantaranya sebagai berikut:
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Setiap guru mungkin mempunyai
penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan
media ini, setiap siswa dapat melihat atau mendengar uraian konsep materi/ informasi
yang persis sama seperti yang diterima siswa-siswa lainya.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas daan menarik. Materi pelajaran yang dikemas
melalui program media ini, akan lebih jelas, lengkap, menarik siswa. Suasana
pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan tidak monoton.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Guru dapat melakukan komunikasi dua arah
secara aktif selama proses pembelajaran. Karena guru dapat mengatur kelas sehingga
bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapijuga siswanya.

13

d. Efesiensi dalam waktu dan tenaga. Tujuan belajar dapat tercapai secara maksimal dengan
waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan secara berulangulang, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media.ini, siswa akan lebih mudah
memahami pelajaran.
e. Meningkaatkan kualitas hasil belajar siswa. Menggunakan media ini, siswa dapat
menyerap materi pelajaran secara mendalam dan utuh. Karena siswa dapat melihat,
menyentuh dan merasakan sendiri. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukaan
dimana saja dan kapan saja. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih
leluasa,kapanpun dan dimanapun tanpa tergantung pada adanya guru.
f. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
Dengan media ini, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong
siswa untuk mencintai mencari ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri dari sumbersumber ilmu pengetahuan.
g. Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif. Dengan memanfaatkan
media ini peran guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru tidak lagi
harus menjelaskan seluruh materi pelajaran karena dapat berbagi peran dengan media ini.
Sehingga guru dapat lebih member perhatian misalnya: membantu siswa yang mengalami
kesulitan, memotivasi siswa dan membentuk kepribadian.
h. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak
mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu
obyek, yang disebabkan, karena : (1) obyek terlalu besar; (2) obyek terlalu kecil; (3)
obyek yang bergerak terlalu lambat; (4) obyek yang bergerak terlalu cepat; (5) obyek
yang terlalu kompleks; (6) obyek yang bunyinya terlalu halus; (7) obyek mengandung
berbahaya dan resiko tinggi.
i. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada
peserta didik. Dengan media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya. Media juga dapat menghasilkan keseragaman pengamatan
dan dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
j. Media membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan
merangsang

anak

untuk

belajar

sehingga

memberikan

pengalaman

yang

integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
3.

Media Elektronik Dalam Pembelajaran
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) penggunaan

media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media saat
ini bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja lewat sebuah Gadget Multi
Media via Internet
Media Elektronik berbasis Internet (Online) dalam pembelajaran terus mengalami
perkembangan yang sangat pesat dan sejauh ini kalau kita rinci akan kita temukan banyak istilah
14

baru yang kemungkinannya tiap saat terus bertambah. sebagai berikut,diantaranya saja yang
sudah sangat umum di dunia pendidikan diantaranya saja; E-Learning,e-Book, dan Social
Network (Jejaring Sosial), Contohnya; Facebook, dewasa ini ini mampu meramu semua jenis
multi media elektronik dan bersifat interaktif, multitasking dan paling trend digemari hampir
semua lapisan masyarakat, tak luput sampai ke pelosok daerah adalah Facebook, selainnya ada
juga Twitter, Skype,Whatapps, dll.
4.
1.

Media Pembelajaran PPKn Berbasis Network Facebook
Network Facebook
Facebook menurut vensiklopedia Wikipedia (2013), sebagaimana penulis rangkum

bahwa yang dimaksud facebook adalah sebuah layanan yang diluncurkan pada bulan Februari
2004, dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Pada September 2012, Facebook memiliki
lebih dari satu miliar pengguna aktif,dan lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam.
Pengguna harus mendaftar sebelum dapat menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat
membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan,
termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna
dapat bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan
tempat kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan mengelompokkan temanteman mereka ke dalam daftar seperti "Rekan Kerja" atau "Teman Dekat".
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama
mahasiswa Universitas

Harvard, Eduardo

Saverin

, Andrew

Mc

Collum

,

Dustin

Moskovitz dan Chris Hughes. Keanggotaan situs web ini awalnya terbatas untuk mahasiswa
Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan lain di Boston, Ivy League, dan Universitas
Stanford. Situs ini secara perlahan membuka diri kepada mahasiswa di universitas lain sebelum
dibuka untuk siswa sekolah menengah atas, dan akhirnya untuk setiap orang yang
berusia minimal 13 tahun.
Meski begitu, menurut survei Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak di
bawah usia 13 tahun yang memiliki akun Facebook dan 5 juta lainnya di bawah 10 tahun,
sehingga

melanggar

persyaratan

layanan

situs

ini.

Studi Compete

(dot)

com

pada

bulan Januari 2009 menempatkan Facebook sebagai layanan yang paling banyak digunakan
menurut jumlah pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Nama layanan ini berasal dari nama
buku yang diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama oleh beberapa pihak
administrasi universitas di Amerika Serikat dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu
sama lain. Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi pengguna
terdaftar di situs ini.
2.

Pemanfaatan social network Facebook sebagai Media Pembelajaran PPKn
15

Pemanfaatan social network atau ini sebenarnya menjadi peluang yang cukup menarik
untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan sebagai salah satu media pembelajaran,khususnya
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan(PKn). Dalam facebook kita sebagai pelajar atau
siswa tidak hanya dapat bertegur sapa di chat facebook tapi juga bisa bertukar informasi. Atau
bisa juga membuat grup perkumpulan sekolah untuk sekedar bertukar ilmu dan berkomunikasi
secara luas dengan anggota lainnya.
Jadi media social facebook tidak hanya berfungsi untuk forum berkomunikasi saja tapi
juga bisa bermanfaat menjadi media dalam bertukar informasi antar anggota penggunanya dalam
hal ini termasuk pengguna dari kalangan pelajar. (http:/edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/pemanfaatan-media-teknologi-dalam-pembelajaran - diunduh 9 Sepetember 2013)
Hal-hal yang bisa dimanfaatkan lewat media elektronik

facebook sebagai media

pembelajaran kreatif dan interaktif, misalnya :
a.

Membuat forum diskusi dengan anak didik kita dan memberikan umpan materi diskusi

b.

yang berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah.
Sebagai tempat tukar pendapat antara siswa dan guru dengan memberikan suatu masalah

c.

yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah.
Memberikan paparan materi pelajaran dan tugas pekerjaan rumah (PR) melalui facebook,
sehingga siswa tidak hanya menggunakan facebook untuk hal-hal yang kurang
bermanfaat tetapi sebagai wadah komukasi intensif, kreatif dan interaktif antara guru dan

d.

siswa di luar jam sekolah.
Masih banyak ide-ide lain yanog bisa dikembangkan lewat Facebook dan bisa sharing
dengan komunitas pendidik sehingga ide lebih baik lagi bisa bermunculan di pikiran kita.
Yang pasti, kita tentunya tidak ingin anak-anak peserta didik kita disesatkan oleh
keberadaan facebook yang bukan mustahil bisa saja memerosotkan mental anak
bangsa,bila tidak dibimbing dan diarahkan ke hal positif. Hal yang demikian tentu perlu
kita hindari maka dengan turut serta memanfaatkan facebook sebagai media pembelajaran
bersama peserta didik, guru bisa sekaligus mengontrol dan mengawasi keselamatan
mereka dari pengaruh arus globalisasi informasi yang negatif.

5.

Hasil Belajar

1.

Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan
Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan
untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk
menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil
belajar adalah sebagai berikut:
16

a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang
berlaku.
b. Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah
dipelajari.
c. Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat
belajar yang diharapkan.
d. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit
karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun
tindakan yang harus dilakukan , terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik .
2.

Tipe Hasil Belajar

Menyimpulakan dari pendapat Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai
dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak
sebagai hasil belajar. Selanjutanya dipaparkan Nana Sudjana (1988;50-54) dalam tulisannya
mengemukakan unsur-unsur penting dalam aspek pengajaran, ringkasannya adalah sebagai
berikut :
a.Tipe hasil belajar bidang kognitif
b.Tipe hasil belajar afektif
c.Tipe hasil belajar bidang psikomotor
3.

Kompetensi Multi Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Disandarkan pada kajian Dasim Budimansyah tentang Pembelajaran Kewarganegaraan

Multidimensional (2010: 2-6) dikatakannya bahwa “pendidikan kewarganegaraan abad ke-21
membutuhkan satu pendekatan yang lebih holistic yang ditandai kesempurnaan dan konsistensi
pada isi dan cakupannya.” Para peneliti yang tergabung dalam Civic Education Policy Study
(CEPS) merumuskan satu model konseptualisasi pendidikan kewarganegaraan yang kompleks
guna mengatasi tantangan-tantangan yang akan dihadapi pada dekade abad ke-21 yang dinamakan
Multi Domentional Citizenship (MDC) atau kewarganegaraan multidimensi.
Karenanya, mengenalkan dimensi-dimensi tersebut merupakan satu kebutuhan yang penting
saat ini. Maka dimensi-dimensi tersebut agar dipahami dan disajikan secara konseptual untuk
dianalisis dan jadi bahan rekomendasi kebijakan setidaknya harus ditekankan pada pembentukan
karakter kewarganegaraan berikut ini.
Ada 8 karakteristik penting pendidikan kewarganegaraan yang membutuhkan perhatian
penting dari para pendidik dan pembuat kebijakan ke depan agar PKn sebagaimana menurut
Cogan & Derricott (1998) dalam (Budimansyah,2010:4-5) adalah:
1) kemampuan untuk melihat dan mendekati masalah sebagai anggota masyarakat global;
2) kemampuan bekerja sama dengan yang lain dengan cara yang kooperatif dan menerima
tanggung jawab atas peran/tugasnya di dalam masyarakat;
17

3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

kemampuan memahami, menerima, menghargai dan dapat menerima perbedaanperbedaan budaya;
kapasitas berpikir dengan cara yang kritis dan sistematis;
keinginan untuk menyelesaikan konflik dengan cara tanpa kekerasan;
keinginan untuk mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtifnya untuk melindungi
lingkungan;
kemampuan bersikap sensitif dan melindung hak asasi manusia (misalnya, hak wanita,
hak etnis minoritas, dan lain-lain);dan
keinginan dan kemampuan untuk ikut serta dalam politik
pada tingkat lokal, nasional dan internasional.

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subyek Tindakan
Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 Majalengka kelas VII-C dengan jumlah
siswa sebanyak 24 orang, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pemilihan kelas
VII-C ini sengaja dipilih bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa
pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan karena setelah diamati para
siswanya cenderung pasif, kurang bergairah atau memiliki motivasi belajar yang baik pada
pembelajaran PPKn. Salah satu kendalanya karena kurang kreatifnya guru dalam mengolah bahan
ajar di tengah ketersediaan bahan ajar buku siswa yang masih terbatas (belum tersedia secara
lengkap di perpustakaan sekolah) , bila pun ada hanya bisa didapat dari sumber belajar lain
melalui internet. Sehingga memerlukan kreatifitas guru untuk mensiasatinya yakni dengan
menyediakan sumber belajar alternatif dengan memanfaatkan media audio visual elektronik lewat
pemanfaatan office power point dan media jejaring social facebook.
Mengacu pada uraian diatas yang menjadi subjek tindakan dalam penelitian ini terdiri dari 3
unsur pokok, antara lain :
1. Unsur Siswa: dalam hal ini yang diamati adalah motivasi belajar belajar siswa selama proses
KBM masih rendah dan hasil belajar siswa kurang memuaskan.
2. Unsur Guru: hal yang diamati adalah masih minimnya keterampilan guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan melakukan refleksi dalam pembelajaran.
3. Unsur Media pembelajaran: hal yang diamati belum ada kesesuaian antara penyusunan
bahan ajar dengan media pembelajaran yang dipergunakan dengan standar KI/KD/SKL
Kurikulum 2013.
B.

Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian pada laporan PKP-PGSM ini merupakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian
berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Toggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan
(planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat
kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan
18

cara berkolaborasi dengan rekan sejawat yang sekaligus sebagai observer dan supervisor melalui
prosedur penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Majalengka dengan alamat sekolah di Jl. Raya
Cibodas No.8 Desa Cibodas Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa
Barat. Adapun kurun waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, yaitu mulai akhir
bulan Agustus s.d Okttober 2013, dengan 2 siklus. Pengaturan waktu penelitian berpedoman pada
kalender akademik dan jadwal KBM di sekolah peneliti,dengan skema sebagai berikut:
Secara keseluruhan alur penelitian dipetakan dengan diagram
1. menghubungi Kepala Sekolah
2. menetukan kelas subyek penelitian
3. menyiapkan rencana pembelajaran PPKn melalui RPP
Kurikulum 2013
4. menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati
5. menetukan jenis data
6. menetukan pelaku observasi (observer), alat bantu
observasi, pedoman observasi, pedoman observasi, dan cara
pelaksanaan observasi
7. menetapkan cara pelaksanaan dan pelaku refleksi
8. menyusun instrumen penelitian
9. menetapkan kriteria keberhasilan

Perencanaan
awal

Pelaksanaan
siklus 1

Pembelajaran dengan RPP 1 dengan Materi KD.3.1 Memahami Sejarah Das
Observasi motivasi belajar si

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25