ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN

MAKALAH
ALIRAN - ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
DAN KURIKULUM 2013
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Filsafat pendidikan
Dosen Pengampu :
ARI WAHYUDI

Disusun oleh :
RATNA DEWI PALUPI

[ 140405640XX ]

ZUSNI IQBALURROZA

[ 14040564044 ]

YASHINTA AGUSTYNA

[ 14040564049 ]


RANI ARDIAWATI

[ 14040564051 ]

SHINTA VIRGIANANDA

[ 14040564054 ]

INTAN DEVI ORLITA SARI [ 14040564055 ]

PRODI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
BAB I
1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus

berubah

secara signifikan sehingga banyak merubah pola pikir

pendidik dan juga peserta didik, dari pola pikir yang awam dan kaku
menjadi lebih modern dan kritis. Hal tersebut sangat berpengaruh
dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan hal
yang paling penting untuk menuju kehidupan yang lebih baik, dan
masalah

sukses

tidaknya

pendidikan

tidak

lepas


dari

faktor

pembawaan dan lingkungan. Pembawaan dan lingkungan merupakan
hal yang tidak mudah untuk dijelaskan sehingga memerlukan
penjelasan dan uraian yang tidak sedikit.
Dalam hal ini akan dipaparkan beberapa pendapat dari
aliran-aliran klasik, di antaranya aliran nativisme, naturalisme,
empirisme dan konvergensi, serta pengaruhnya terhadap pemikiran
dan praktek pendidikan di Indonesia. Selain itu, akan dipaparkan pula
aliran-aliran

filsafat

modern,

diantaranya

aliran


progresivisme,

esensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apa saja yang termasuk aliran filsafat pendidikan klasik ?
Apa saja yang termasuk aliran filsafat pendidikan modern ?
Apa itu kurikulum 2013 ?
Aliran filsafat pendidikan apa yang sesuai untuk menjelaskan
kurikulum 2013 ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan aliran yang tergabung dalam filsafat pendidikan
klasik.


2

2. Menjelaskan aliran yang tergabung dalam filsafat pendidikan
modern.
3. Menjelaskan Kurikulum 2013.
4. Mengetahui aliran filsafat yang

sesuai

untuk

menjelaskan

Kurikulum 2013.

BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR DAN DEFINISI ALIRAN - ALIRAN KLASIK
PENDIDIKAN
Pendidikan yang diberikan harus didasarkan atas landasan

pelaksanaan pendidikan, kebutuhan peserta didik serta tujuan yang
hendak dicapai lewat proses pendidikan tersebut. Ketiga hal tersebut
dalam kaca mata filsafat pendidikan dipengaruhi oleh berbagai aliran atau
mazhab pendidikan yang telah dikenalkan dan dikembangkan oleh para
ahli.

3

Kajian tentang berbagai aliran pendidikan tersebut berguna sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan para tenaga
kependidikan. Hal ini sangat penting agar para tenaga kependidikan dapat
memahami dan memberikan konstribusi terhadap dinamika pendidikan
dalam sebuah kondisi masyarakat.
2. ALIRAN-ALIRAN KLASIK PENDIDIKAN
a. Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini
muncul dari filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai suatu bentuk dari
filsafat

idealisme


dan

menghasilkan

suatu

pandangan

bahwa

perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir,
dan faktor alam yang kodrati.
Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang
filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880. Aliran nativisme menyatakan
bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan
yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan
menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran
empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik,
sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat

baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan
terjerumus menjadi tidak baik.
Tujuan-Tujuan Teori Nativisme
1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang
dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya.
Dengan adanya hal ini, mudahkan manusia mengembangkan sesuatu
yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.
2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi

4

Dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif
dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang
berkompeten

sehingga

bisa


bersaing

dengan

orang

lain

dalam

menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin
dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada
yang lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap
menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya
manusia tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap
pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalah
yang terbaik untuk dirinya.
4.


Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri

seseorang
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam
pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas
atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali
bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat
yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan
baakatnya sehingga bisa lebih optimal.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir itulah yang menentukan
perkembangannya dalam kehidupan. Nativisme berkeyakinan bahwa
pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan

5

demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi

manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di
dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis.
b. Empirisme
Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi
empirik

yang

secara

eksternal

dapat

diamati

dan

mengabaikan

pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman
adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat
tidak diakui. Tokoh utamanya John Locke (1632-1704).
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan
memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran
ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan)
yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan
pembawaan lahir.
Aliran ini berpendapat

bahwa

perkembangan

manusia

itu

ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang
diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah
yang baik atau kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau
pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai
sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik.Karena pendapatnya
yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran
Optimisme Paedagogis
.
c. Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara
aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti
penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor
yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa

dalam

proses

perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa
pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
6

Sebaliknya,

lingkungan

yang

baik

tidak

dapat

menghasilkan

perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak
terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai
contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata,
adalah juga hasil konvergensi.
Pendidikan diartikan sebagai

pertolongan

yang

diberikan

lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik
dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
d. Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di
pelopori

oleh

seorang

filusuf

Prancis

JJ.Rousseau(1712-1778).

Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di
dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan
menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme
sering disebut Negativisme.
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru
paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh
karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu dimulai jauh
hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar
utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar
merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu
memerlukan

pengajaran

juga

merupakan

sesuatu

yang

natural

juga.Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek,
melainkan mengajar murid.
e. Progresivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuankemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah
yang

bersifat

menekan,

mengancam dirinya.

ataupun

masalah-masalah

yang

bersifat

Aliran ini memandang bahwa peserta didik

mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa
manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain.

7

Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah
disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf
kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa
dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar
“naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman
sebaya.
f.

Konstruktivisme
Jean Piaget psikolog

pertama

yang

menggunakan

filsafat

konstruktivisme, teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Konstruktivisme menekankan perkembangan dan konsep dan
pengertian yang lebih mandalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif
yang

dibuat

siswa.

Jika

seseorang

tidak

aktif

membangun

pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya.
Penerapan pendidikan dengan pola konstruktivisme diwujudkan
dengan mengajak siswa secara aktif membangun konsep-konsep kognitif.
Guru tidak sekedar memberi, namun siswa mencari secara aktif, dan
mengembangkannya. Satu contoh misalnya dalam pembelajaran sain.
Siswa terlebih dahulu diajak untuk mengamati fenomena-fenomena alam
yang ada seperti pelangi, banjir, merebaknya hama tanaman tertentu.
Melalui fenomena yang ada, guru mengarahkan siswa untuk mencari
penyebabnya. Siswa menemukan sendiri penyebab terjadinya pelangi,
banjir ataukah hama.
Pembelajaran konstruktivisme sebaiknya melibatkan guru yang
konstruktif pula. Guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa,
tetapi guru membantu siswa membangun sendiri pengetahuan dalam
benaknya, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menentukan

8

atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru memberikan kepada siswa
anak tangga untuk membawa siswa kepada pemahaman yang lebih tinggi
dan siswa harus memanjat sendirianak tangga tersebut.
Pendidikan dengan pola konstruktivisme, akan menciptakan
pengalaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks
nyata yang mendorong siswa untuk berfikir dan berfikir ulang lalu
mendemonstrasikan. Siswa yang kreatif, akan mudah menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada. Tentunya ini akan berkaitan pula dengan
kemampuannya menjawab soal-soal ujian akhirnya.
3. KONSEP DASAR DAN DEFINISI ALIRAN - ALIRAN MODERN
PENDIDIKAN
Kemunculan filsafat modern sebetulnya seiring dengan zaman baru
atau “renaisance” dalam Istilah Barat, sekitar abad 15 dan 16 di masa
abad pertengahan. Renaisance berarti kelahiran kembali; yaitu usaha
untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani-Romawi). yang
paling penting dari masa ini adalah timbulnya ilmu pengetahuan Alam
yang modern berdasarkan eksperimental dan matematis. Perintis jalan
baru untuk perkembangan ilmiah modern adalah Leonardo Da Vinci
(1452-1519), Nicolas Copernicus (1473-1543), Johanes Kepler (15711630) dan Galileo (1564-1643).
Bapak filsafat modern adalah Rene Descartes (1596-1650), bahkan
setiap filosof modern merupakan pengikutnya. prinsip Cagito ergo sum
(saya berfikir, maka saya ada) menjadi inspirasi pemikiran yang banyak
melahirkan banyak philosophy-rasionalisme.
Filsafat modern sangat mengagungkan rasionalisme dan empirisme
(materialisme). menurut Thomas Kuhn, keduanya adalah paradigma
sains, tapi bagi John Dewey seorang filosof Amerika apabila rasionalisme
dan empirisme dikawinkan dapat membuahkan pemikiran ilmiah modern.
ini menjadi karakter dan stigma yang cukup kuat dalam istilah modernisasi
sampai saat ini.
4. ALIRAN – ALIRAN MODERN PENDIDIKAN
9

a. Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan
asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia
bisasurvive menghadapi semua tantangan hidup. Aliran progesivisme
telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini.
Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik
maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang
terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh
orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak
menyetujui pendidikan yang otoriter.
Aliran ini berpendapat bahwa sekolah yang ideal adalah sekolah
yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena
sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus
dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan
sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat
melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan
yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang
menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat
progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah
sambil berbuat” alearning by doing.
b. Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat
manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirricirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih
fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama,

10

yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata
yang jelas.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa belajar adalah menerima
dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social angkatan baru
yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan
berikutnya.

c. Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan
dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154).
Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil
pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap
tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari
dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang
utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Aliran ini berpendapat bahwa Tugas utama pendidiakn adalah
mempersiapkan anak didik kea rah kematangan. Matang dalam arti
hiodup akalnya. Jadi, akl inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah
kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan
pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti
membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting
bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan
anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan.
Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan
pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain,

11

keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat tergantung kepada guru,
dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
d. Rekonstruksionisme
Kata

Rekonstruksionisme

bersal

dari

bahasa

Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat
pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran
rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme,
yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor
Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang
terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran

rekonstruksionisme

berkeyakinan

bahwa

tugas

penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya,
pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui
pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan
norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga
terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan
suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh
rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan
tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi
mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan
kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan
masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme,
agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
5. KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh
pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

12

yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk
dalam masa percobaanya di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa
sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum 2013
sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII
dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah
diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan
aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam
materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang
ditambahkan.
Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia,
IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan
dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah
berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan
pendidikan di luar negeri. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies
Baswedan, menyatakan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi
sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum ini selama satu
semester

pada

tanggal

5

Desember

2014

Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan
aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada
tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek
pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir
Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut,
pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum
yang dilaksanakan sebelumnya.

13

2. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum
di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang
skill

atau

kemampuan.

Misalnya

adalah

kemampuan

untuk

mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat
berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri
merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya
dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan
pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.
3. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian.
Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial,
absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak
disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswasiswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013
tersebut ditulis berdasarkan pada Interval serta dihapuskannya sistem
ranking yang sebelumnya ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk
meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian pada Rapor di
kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu Pengetahuan,
Keterampilan, danjuga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan
dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2bagian kolom yaitu kolom angka
dan juga kolom huruf, dimana setiap kolom diisi menggunakan system
nilai interval.

14

gbr. Rapor Kurikulum 2013
6. ALIRAN UNTUK MENJELASKAN KURIKULUM 2013
Aliran yang tepat untuk menjelaskan Kurikulum 2013 adalah aliran
konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan perkembangan dan konsep
dan pengertian yang lebih mandalam, pengetahuan sebagai konstruksi
aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun
pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya.Penerapan pendidikan dengan pola konstruktivisme
diwujudkan dengan mengajak siswa secara aktif membangun konsepkonsep kognitif. Guru tidak sekedar memberi, namun siswa mencari
secara aktif, dan mengembangkannya.
Ciri-ciri konstruktivisme dalam pembelajaran
1. Siswa aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang
sudah ada.
2. Siswa membina sendiri pengetahuan

15

3. Proses pembinaan pengetahuan pada siswa melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran yang terdahulu dengan
pembelajaran yang terbaru
4. Membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang sudah
ada
5. Ketidak-seimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang
utama
6. Bahan pengajaran dikaitkan dengan pengalaman siswa untuk
menarik minat belajarnya
Pembelajaran konstruktivisme sebaiknya melibatkan guru yang
konstruktif pula. Guru tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa,
tetapi guru membantu siswa membangun sendiri pengetahuan dalam
benaknya, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menentukan
atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru memberikan kepada siswa
anak tangga untuk membawa siswa kepada pemahaman yang lebih tinggi
dan siswa harus memanjat sendirianak tangga tersebut.
Guru yang konstruktivisme memiliki ciri- ciri:
1. Mendukung dan menerima inisiatif dan otonomi siswa.
2. Mencari tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang diberikan
sebelum membagi pengertian mereka akan konsep tersebut.
3. Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru
atau sesama siswa.
4. Memberikan pertanyaan terbuka untuk mendorong siswa bertanya.
5. Mencari perluasan dari tanggapan siswa.

16

6. Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin
bertentangan dengan hipotesa awal mereka dan kemudian
mendorongnya untuk diskusi.
7. Memberi waktu bagi siswa untuk membentuk hubungan dan
menciptakan metafora atau perumpamaan
8. Mengembangkan keinginan dari siswa dengan sering
menggunakan model lingkaran belajar atau siklus belajar.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Aliran-aliran

pendidikan

telah

dimulai

sejak

awal

hidup

manusia,karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan
generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih
baik dari orangtuanya. Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa
aliran yang sesuai untuk menjelaskan konsep Kurikulum 2013 adalah
aliran konstruktivisme dimana aliran ini akan menciptakan pengalaman

17

baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang
mendorong siswa untuk berfikir dan berfikir ulang lalu mendemonstrasikan
hasil pemikirannya.
Pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan yang ada di
lingkungan, dan selalu mengikuti perkembangan, akan memperluas
pandangan siswa, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada apa
yang didapat di kelas. Pengetahuannya berkembang sesuai tuntutan
zaman, sehingga pada saatnya nanti harus bekerja, aplikasi ilmunya
sesuai dengan apa yang diperlukan saat itu.
2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan pengalaman
yang sangat berharga mengenai aliran filsafat klasik, modern, serta
kurikulum 2013. Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini tak
lepas dari kesalahan. Oleh karenanya, penulis sangat membuka apabila
ada yang ingin menyampaikan saran demi memperbaiki penulisan
makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar
https://www.google.com/search?
q=rapor+kurikulum+2013&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=DDP5VK
PKDIGRuATu3YHQCg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1366&bih=629#im
grc=ILKd67C3jCCAzM%253A%3Bt0uxInYYGiprWM%3Bhttps%253A
%252F%252Ffatkoer.files.wordpress.com
%252F2013%252F10%252Frapor-smp.png%3Bhttps%253A%25

2F

%252Ffatkoer.wordpress.com
%252F2013%252F10%252F20%252Fsistem-penilaian-kurikulum2013-jenjangsmp%252F%3B545%3B511
18

Web
Wikipedia.

2015.

Kurikulum

2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/

Kurikulum_2013. Diakses pada : 5 Maret 2015
Burhanudin,

Afid.

2013.

Aliran



Aliran

Klasik

Pendidikan.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/26/aliran-aliran-klasikpendidikan-2/. Diakses pada : 5 Maret 2015.
Molle, Julian Errick. Apa Itu Kurikulum 2013 ?. http://www.gubugin
formasi.com/2014/04/apa-itu-kurikulum-2013.html. Diakses pada : 5
Maret 2015
Murhadi. 2012. Aliran Filsafat Pendidikan Modern. http://www.muhardi.
com/2012/10/25/aliran-filsafat-pendidikan-modern/.Diakses pada : 5
Maret 2015.

19