TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM ASUHAN BAYI B

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa
tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat. Sementara itu, kesehatan
merupakan salah satu variable pengukur indeks pembangunan manusia, dan
mayoritas masyarakat indonesia tinggal di pedesaan sehingga menjadi hal yang
wajar jika indeks pembangunan manusia masih bernilai sangat rendah. Kesehatan
merupakan aspek penting dan menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar dalam
kehidupan masyarakat menjadi salah satu hak yang seharusnya didapatkan oleh
semua masyarakat termasuk masyarakat desa.
Keterbatasan

financial

menjadi

hambatan

masyarakat


desa

dalam

mengakses sarana kesehatan. Selain itu umumnya program ataupun teknologi
kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai dengan keadaan masyarakat
desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu perlu adanya
Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang dapat membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Teknologi

tepat

guna

adalah

teknologi


yang

didesain

dengan

mempertimbangkann aspek lingkungan, etika budaya, sosial, dan ekonomi. Ciriciri Teknologi Tepat Guna adalah mudah diterapkan, mudah dimodifikasi, untuk
kegiatan skala kecil, sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat.
Adanya teknologi tepat guna kesehatan diharapkan dapat menjembatani
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup sehat. Maka, perlu kiranya
melihat kondisi penerangan teknologi tepat guna, khususnya bidang kesehatan
yang berkembang dimasyarakat dan melihat sejauh mana teknologi tersebut
berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.

1

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut yaitunya apa saja
Teknologi Tepat Guna dalam asuhan bayi baru lahir, balita, dan KB?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penuliosan dari rumusan masalah diatas yaitu untuk
mengetahui apa saja Teknologi Tepat Guna dalam asuhan bayi baru lahir, balita,
dan KB.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknologi Terapan Terkini pada Bayi dan Balita
a. Staturmeter
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah
sangat sederhana pada disainnya karena hanya ditempelkan pada tembok
bagian atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai
ke bagian kepala teratas, sehingga dapat diketahui tinggi badan orang tersebut.
b. Eye protector photo therapy
Adalah alat bantu yang digunakan untuk melindungi bagian mata bayi
pada saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar x-ray atau jenis
pemeriksaan lain yang menggunakan media sinar agar tidak menggangu
pengelihatan bayi yang akan diperiksa.
c. Alat pengukur panjang bayi

Adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan
dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari
waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca.
d. Pengukur panjang bayi (calipher)
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi dengan
ketepatan pengukuran yang tinggi, karena skala yang digunakan pada alat ini
lebih detail, sehingga setiap inchi pertumbuhan bayi dapat diketahui
e. Umbilical cord clem nylon
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi
sesaat setelah bayi dilahirkan

3

f. Lingkar lengan ibu hamil dan bay
Adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah menidentifikasi bayi
dan bundanya, pada umumnya dipakaikkan pada bayi dan bundanya di rumah
sakit bersalin.

B. Alat Kontrasepsi Terbaru
Penemuan terkini Alat Kontrasepsi perkembangan teknologi memang terus

berkembang dan tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi beberapa penemuan
terkini alat kontrasepsi diantaranya :
1. Kondom 'spray-on'
Seorang penemu di Jerman telah membuat kondom dengan sistem
semprot. Dengan kondom ini, dijamin tak akan ada lagi yang bingung mencari
kondom yang sesuai sebab kondom akan menyesuaikan ukuran dengan
sendirinya.
Menurut sang penemu, Jan Vinzenz Krause, direktur Institute for Condom
Consultancy Jika pergi ke toko obat untuk membeli kondom, yang
kebanyakan dijual adalah yang pas untuk pria dengan panjang penis rata-rata
14,5 cm. Tetapi banyak orang yang memiliki penis lebih kecil atau lebih besar
dari ukuran itu. Maka Krause menciptakan kondom yang disebut kondom
'spray-on' dengan sistem pompa yang menyemprotkan lateks cair ke alat
kelamin dalam hitungan detik. Krause telah mengajukan hak paten untuk
sistem penyemprotan lateks yang ia ciptakan.Ia mengaku sudah memiliki
prototipe yang sukses dan penemuannya ini dalam percobaan dapat
menyesuaikan ukuran dengan ukuran yang paling besar sekalipun.
Untuk menggunakan kondom semprot ini, pria memasukkan penisnya ke
dalam tabung dan menekan tombol untuk menyemprotkan lateks cair dari
cartridge yang bisa dilepas. Karet lateks akan mengering dalam hitungan

detik. Setelah selesai digunakan, kondom ini bisa dilepas seperti kondom
biasa. Waktu yang dibutuhkan agar lateks dapat mengering adalah sekitar 20 -

4

25 detik. Tapi Krause sedang mengupayakan agar waktunya bisa dipercepat
lagi menjadi 10 detik.
Dalam survei yang lakukan, ditemukan ada 2 tanggapan yang berbeda dari
para pria. Beberapa pria mengatakan itu ide yang hebat dan akan sangat
membantu karena sulit menemukan kondom yang pas. Sedangkan lainnya
mengatakan tidak bisa membayangkan cara penggunaannya. Masalahnya
adalah karena memakai kondom dianggap mengganggu hubungan seks.
Kondom spray-on ini dijual dengan harga yang lebih mahal daripada kondom
konvensional.
2. Kondom Spray
Sebuah perusahaan Cina bernama Blue Cross Bio-Medicalmenawarkan
suatu spray kondom (foam condom) yang dibuat dari silver “nanotech”
partikel. Alat kontrasepsi terbaru dengan spray condom. Alat kontrasepsi ini
tidak digunakan bagi laki-laki tetapi digunakan oleh pihak wanita.
Penggunaannya busa spray tersebut disemprotkan ke vagina, setelah itu

busa spray akan membentuk semacam selaput dan mencegah konsepsi serta
melindungi terhadap infeksi. Semprotan spray menggunakan polyvinyl
alcohol resin sebagai bahan dasarnya, yang sudah terkandung dengan silver “
nanotech ” partikel, sehingga memberikan spermicide dan antiseptik pelumas
yang dapat membantu mencegah penyakit menular seksual (PMS). Sepertinya
produk ini aman digunakan dan penggunaannya menurut produsennya, Blue
Cross Bio-Medical sebagai berikut ini :
a. Kocok foam condom sebanyak 4-5 kali sebelum melakukan hubungan

seksual.
b. Masukkan selang kecil kedalam kaleng foam condom
c. Balikkan kaleng foam condom (lihat di gambar) dan arahkan selang kecil
tersebut ke dalam vagina, serta tekan dengan perlahan. Masukkan selang
sekitar 6-8cm ke dalam vagina (panjang selangnya sendiri sekitar 9cm).
Tekan foam condom dengan jari telunjuk hingga busa memenuhi vagina.
d. Bersihkan selang kecil itu

5

e. Gunakan dalam 1-5 menit sebelum melakukan hubungan sexsual/jimak,


dan lakukan sekali lagi setelah selesai melakukan hubungan/jimak.
3. Suntik KB untuk Pria
Alat kontrasepsi akan semakin bermacam pilihan dan tentunya akan
menjadi alternative bagi pasangan suami isteri untuk menentukan metode
keluarga berencananya. Selama ini alat kontrasepsi suntikan ataupun pil Kb
hanya monopoli kaum wanita. Namun dengan penemuan yang terbaru ini,
lelaki sudah bisa menggunakan alat kontrasepsi suntik. Disatu sisi hal ini
mungkin menguntungkan kaum wanita karena bisa bergantian menggunakan
alat kontrasepsi, namun dilain pihak juga khawatir penemuan ini akan makin
menumbuhsuburkan perilaku seks bebas lelaki karena pria tidak takut lagi
akan menghamili pasangan yang sah.
Keterlibatan laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia
memang masih rendah. Selain kondom, vasektomi (memotong saluran benih
untuk menghambat transportasi sperma) merupakan pilihan dari jenis
kontrasepsi yang saat ini tersedia untuk pria. Untuk mencari alternatif
kontrasepsi terbaru, kini para ahli tengah meneliti kontrasepsi pria yang lebih
efektif, yakni suntikan testoteron. Berdasarkan uji coba terhadap 1.045 pria
sehat berusia 20-45 tahun di Cina, suntikan testoteron terbukti efektif sebagai
alat kontrasepsi pria.

Para responden yang memiliki pasangan usia subur tersebut disuntik
dengan 500 miligram formula testoteron setiap bulan selama 30 bulan. Hasil
penelitian menunjukkan angka kegagalan (terjadinya kehamilan) hanya 1,1 per
100 pria dalam kurun waktu 24 bulan. Para peneliti juga melaporkan tidak
ditemukannya efek samping dalam penggunaan suntikan ini. Selain itu,
setelah penghentian suntikan, kemampuan memproduksi sperma pada lakilaki tersebut kembali normal.
4. MOW tanpa Sayatan
Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa sayatan pada perut
mulai dikembangkan. Teknik tersebut menggunakan pendekatan histereskopi
streilisasi wanita. Sebelumnya, ada dua teknik operasi sterilisasi wanita pada

6

umumnya, yaitu melalui sayatan ± 10 cm pada perut (minilaparatomi) atau
menggunakan teknik minim sayatan ± 1,5 – 2 cm pada perut (laparoskopi).
Teknik terbaru telah dikembangkan sejak lama dan terus dimodifikasi
sehingga lebih aman dan nyaman. Sekarang, dengan teknologi terkini dan
penemuan peralatan-peralatan terbaru yang sangat kecil serta menggunkan
bahan dasar terpercaya, teknik tersebut mulai diterima dunia kedokteran dan
masyarakat awam. Teknik ini menggunkan alat berupa histereskopi yang

dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mulut rahim.
Histreskopi adalah alat kedokteran yang terdiri atas kamera mikro resolusi
tinggi (high definition) dengan diameter 0,3 cm yang disertai dengan working
channel. Dengan histerekopi, dokter dapat melihat keadaan di dalam rahim
melalui monitor dan melihat secara tepat muara kedua saluran telur. Setelah
dokter menentukan saluran telur, alat steril yang sangat kecil dimasukkan
melalui working channel secara tepat ke dalam saluran telur dengan
bimbingan histereskopi secara tepat. Berbeda dari banyak alat kontrasepsi
lainnya, alat mikrosteril ini tidak mengandung hormon sehingga tidak akan
mempengaruhi siklus haid alami setiap bulan.
Tindakan tanpa sayatan itu bisa dilakukan baik dengan pembiusan lokal
maupun tanpa pembius di ruang praktik, khusus dan tidak memerlukan waktu
pemulihan lama. Sebab setelah operasi, pasien dapat langsung pulang dan
kembali ke aktivitas semula tanpa harus rawat inap. Histereskopi sterilisasi
wanita ini dapat dilakukan secara tepat, cepat dan mudah bila ditangani tenaga
kesehatan terlatih di sarana kesehatan lengkap.
5. RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)/Penghambatan
Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan
Metode ini pertamakali ditemukan di India oleh seorang profesor biomedis
dari Indian Institute of Technology bernama Sujoy K. Guha. RISUG terdiri

dari campuran bubuk stirena maleat anhidrida (SMA) dengan dimetil
sulfoksida (DMSO). Gel yang dihasilkan disuntikkan ke vas deferens untuk
melapisi dinding vas deferens dan memblokir lorongnya (lumen).

7

RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance) /Penghambatan
Sperma Reversibel di Bawah Bimbingan ini merupakan salah satu metode
kontrasepsi yang bekerja di dalam saluran vas deferens atau saluran yang
berfungsi untuk mengalirkan sperma. Salah satu keuntungan dari metode ini
adalah karena bersifat sementara, sehingga kesuburan dapat kembali apabila
diinginkan. Suntikan ini sangat efektif dan per dosis bisa bertahan hingga 10
tahun. Efek sampingnya juga sedikit dan dosisnya bisa disesuaikan dengan
kebutuhan.
RISUG disuntikkan melalui metode yang mengekspos vas deferens seperti
pada metode vasektomi tanpa pisau bedah. Setelah penerapan anestesi lokal,
dokter membuat lubang di kulit skrotum yang sangat kecil sehingga tidak
memerlukan jahitan tetapi membuat vas deferens mudah terlihat. Proseurnya
dengan menyuntikan bahan sejenis polymer yang berbentuk gel ke dalam
saluran vas deferens, sehingga gel tersebut akan melapisi bagian dalam
dinding vas deferens. Keseluruhan prosedur biasanya membutuhkan waktu
kurang dari 15 menit.
Gel polymer tersebut nantinya akan membunuh setiap sperma yang
melewati saluran vas deferens sehingga mencegah terjadinya kehamilan.
Kemudian apabila pria menginginkan kesuburannya kembali baik dalam
hitungan bulan ataupun tahun, maka bahan polymer akan dibersihkan dari
saluran vas deferens melalui suntikan lain.
6. Pemanasan
Telah lama diketahui bahwa kenaikan suhu yang sebentar pada bagian
testis dapat menekan pembentukan sperma (spermatogenesis), sementara
kenaikan suhu yang lebih lama dapat mempengaruhi patologi testis dan
terjadinya cryptorchidism, varicocele serta ketidaksuburan sementara.
Penelitian klinis yang dilakukan untuk mengevaluasi potensi dari alat
pembungkus bagian scrotal untuk digunakan sebagai metode kontrasepsi pria
yang praktis menunjukkan penurunan yang reversible terhadap jumlah sperma
tetapi masih kurang kuat untuk dijadkan metode kontrasepsi yang terpercaya.

8

Karena masih terdapat hal yang meragukan termasuk masalah keamanan dari
metode ini, maka penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan.
a. Suspensory
Alat ini dirancang untuk menjaga testis pada tempatnya, meningkatkan
temperaturnya yang berdampak pada berkurangnya produksi sperma. Alat
yang berbentuk seperti celana dalam pria ini, harus digunakan setiap hari
agar efektif.

b. External Heat
Sumber panas dari luar ini mirip dengan suspensory yaitu meningkatkan
temperatur disekitar alat vital untuk mengurangi produksi sperma. Karena
tergantung dengan temperatur tubuh, waktu yang dibutuhkan lebih cepat
dibandingkan menggunakan suspensory. Sauna, alat penghangat dan
beberapa peralatan bisa digunakan untuk membuat temperatur tubuh
meningkat dan produksi sperma berkurang.
c. Pendekatan imunologis
Pada pendekatan imunologis terhadap kontrasepsi, maka tubuh akan
dibuat untuk menyerang spermanya sendiri. Akan tetapi pendekatan ini
banyak mengundang perdebatan karena ketidakpastian untuk memperoleh
kesuburan kembali, selain itu perbedaan species antara hewan dan manusia
menyebabkan kesuksesan pada percobaan dengan hewan lebih sulit untuk
diadaptasikan ke manusia dibandingkan metode lain. Sampai saat ini,
metode

ini

pun

masih

dalam

tahap

penelitian

lebih

lanjut.
7. Metode Kontrasepsi Hormonal
a. Testosterone
Penelitian mengenai metode kontrasepsi hormonal untuk pria pada
awalnya banyak menggunakan testosterone yang digunakan untuk
mengelabuhi otak sehingga menghentikan produksi sperma. Tetapi hal

9

tersebut ternyata tidak terlalu sukses apabila dibandingkan dengan kerja pil
kontrasepsi pada wanita yang dapat menghentikan terjadinya ovulasi.
b. Prolaktin
Penelitian terbaru akhirnya banyak dilakukan untuk menemukan hormon
lain yang dapat mempengaruhi produksi sperma. Hormon tersebut adalah
prolaktin, hormon yang biasa terdapat pada wanita hamil untuk
mengontrol produksi air susu ternyata terdapat juga pada pria.
Untuk dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi, tablet yang dapat
menghambat produksi prolaktin harus diminum setiap hari yang dibarengi
dengan suntikan/implant yang mengandung testosterone. Hal ini juga
masih menimbulkan perdebatan terutama mengenai tingkat kepatuhan pria
untuk minum pil tersebut setiap hari.
c. Desogestrel
Selain itu para peneliti di Manchester telah mengkombinasikan pemberian
desogestrel (digunakan pada pil kontrasepsi untuk wanita) dan koyo yang
mengandung testosterone untuk digunakan sebagai kontrasepsi pada pria.
Cara kerjanya adalah : desogestrel akan menghentikan produksi
testosterone di testis sehingga produksi sperma juga terhenti, sedangkan
koyo testosterone akan menyediakan kebutuhan testosterone yang
diperlukan oleh bagian tubuh yang lain (tanpa adanya testosterone, maka
pria akan Kehilangan bulu-bulu di wajah dan payudara akan membesar).
Akan tetapi kesuksesan metode ini pada pria yang penggunakannya hanya
sekitar 60 %.
Oleh sebab itu, maka penggunaan kontrasepsi hormonal pada pria sampi
saat ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut, walaupun tidak mustahil
suatu saat nanti akan ada kontrasepsi hormonal untuk pria yang se-efektif
dan se-aman seperti kontrasepsi hormonal untuk wanita.
d. Suntikan progesteron
Pemberian hormon progesteron pada pria akan berdampak pada turunnya
produksi sperma.
8. Pil Kontrasepsi Non Hormonal

10

a. Ekstrak Tanaman Gandarusa (Justicia gendarussa)
Saat ini tengah dikembangkan metode kontrasepsi bagi pria dari ekstrak
tanaman Gandarusa. salah seorang peneliti dari universitas Airlangga Surabaya,
Drs. Bambang Prayogo, Apt. yang meneliti khasiat dari tanaman Gandarusa dan
pengaruhnya sebagai kontrasepsi alami bagi pria. Kandungan kimia tanaman
gandarusa adalah Alkaloid, saponin, Flavonoid, Polifenol, Alkaloid yustisina dan
minyak atsiri, bagian tanaman yang digunakan adalah seluruh bagian tumbuhan.
Tanaman gandarusa memiliki sifat antispermatozoa, dan saat ini proses
penelitian tersebut sudah memasuki uji klinis. Menurut Drs. Bambang, cara kerja
senyawa ekstrak gandarusa ini mirip seperti metode hormonal KB. Yakni
menurunkan aktifitas enzim hialuronidase didalam spermatozoa, sehingga sel
sperma tidak mampu menembus sel telur. Pada fase pertama penelitiannya,
dilibatkan 36 subyek sehat dan subur. Setelah itu, obyek penelitian
dilipatgandakan menjadi 120 pasangan usia subur (PUS). Dari hasil uji klinik
tersebut, ternyata 100 persen memiliki hasil maksimal. Tidak terjadi kehamilan
pada si wanita. Dalam uji coba ketiga ini Drs. Bambang telah mengujikan hasil
temuannya kepada sekira 350 pasangan muda subur. Proses uji coba ini masih
berjalan dan sebentar lagi akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Diungkapkan Bambang untuk membuat kapsul dibutuhkan waktu yang sangat
lama. Bukan hanya satu atau dua tahun, tetapi membutuhkan waktu puluhan tahun
karena langsung bersentuhan dengan masyarakat. Mulai mencari bahan,
memproses secara ilmiah yang benar-benar steril, hingga pengujian di masyarakat.
Dalam uji coba itu, pasangan muda harus minum kapsul setiap hari sekali selama
30 hari.
Serangkaian penelitian panjang selama bertahun-tahun ini memang benarbenar membuktikan ekstrak daun gandarusa sudah terbukti efektif untuk
mencegah kehamilan bagi sang istri. Meski berhubungan dengan pasangan,
dengan mengonsumsi pil KB pria ini secara teratur kelahiran bisa dicegah.
Bahkan para pria yang merupakan akseptor KB tersebut mengaku makin jantan.
Saat ini proses pengembangan itu sudah selesai, sehingga 2012 diperkirakan pil
KB pria pertama di dunia ini bisa dikonsumsi oleh masyarakat.

11

Dalam penelitian didapati penggunaan pil KB khusus pria ini tak akan
mengakibatkan menurunnya gairah seks. Bambang mengharapkan tidak ada
penyalahgunaan untuk hal-hal yang tidak semestinya. Pria yang mengonsumsinya
dijamin tetap bisa melakukan rutinitas pemenuhan kebutuhan batinnya, tanpa
takut pasangannya mengalami kehamilan. Jadi tak perlu takut. Hanya saja yang
perlu dicatat adalah jika benar ini sudah diedarkan jangan sampai disalah
gunakan.
Gandarusa, merupakan tanaman herbal yang sudah dimanfaatkan oleh
sebagian besar masyarakat sebagai tanaman obat. Menurut situs Wikipedia,
tanaman gandarusa ini selain memiliki sifat antispermatozoa juga memiliki efek
analgetik, antidiuretik. Menurut salah seorang pembudidaya gandarusa, Tini
Hartini, Gandarusa ini bisa digunakan sebagai obat anti nyeri ketika keseleo.
b. Bahan BMS 189453 yang dapat mengeblok reseptor asam retinoat (suatu
zat untuk metabolisme vitamin A).
Sedangkan studi di luar negeri meneliti suatu obat yang dapat
menghambat produksi sperma. Saat ini penelitian mencapai tahap uji pada
hewan coba. Hal ini memberikan harapan baru bagi perkembangan KB
untuk pria. Pada suatu jurnal endokrinologi disebutkan penelitian
eksperimental suatu bahan BMS 189453 yang dapat mengeblok reseptor
asam retinoat (suatu zat untuk metabolisme vitamin A). Vitamin A ini
merupakan

faktor

pertumbuhan

yang

dibutuhkan

dalam

proses

pembelahan dan kelangsungan hidup sel-sel sperma di testis. Cara kerja pil
KB pria ini berbeda dengan pil KB perempuan yang berisi hormon sintetis.
Seperti kita ketahui bersama bahwa vitamin A berperan penting dalam
mempertahankan fungsi penglihatan, tetapi penggunaan pil KB pria ini
ternyata tidak mengganggu fungsi penglihatan. Para peneliti menyebutkan
bahwa terdapat jalur yang berbeda antara fungsinya dalam proses
penglihatan dengan proses produksi sperma.
Dalam suatu studi, peneliti memberikan pil ini pada hewan coba. Hasil
penelitian menunjukkan produksi sperma berhenti sehingga menyebabkan

12

hewan coba ini mengalami kemandulan selama 2-4 minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa obat ini mempunyai efek temporer.
c. Nifedipine
Adalah jenis obat yang termasuk calcium channel blockers (CCBs).
Penelitian menunjukkan CCBs bisa menghambat saluran kalsium dalam
membran sel sperma. Hal itu akan berdampak menghambat kerja sperma
tetapi tidak berpengaruh pada produksinya. Seseorang yang mengonsumsi
nifedipine jumlah spermanya tetap tetapi fungsinya menurun.
9. Ultrasound
Saat ini, peneliti dari Universitas North Carolina, AS, sedang menguji
apakah gelombang ultrasound bisa menjadi metode kontrasepsi baru bagi pria.
Penelitian ini menemukan, gelombang ultrasound di bagian testis diketahui
cukup aman menghentikan produksi sperma selama enam bulan.Prinsip
kerjanya adalah menembakkan ultrasound ke testis supaya produksi sperma
turun sampai tingkat nol. Angka ini merupakan angka ideal untuk mencegah
terjadinya konsepsi atau kehamilan. Namun, para peneliti masih berkutat
untuk mencari tahu cara mengembalikan kesuburan pria setelah melakukan
metode ini. Pasalnya, ada kemungkinan pria ingin memiliki anak lagi.
Mengembalikan kesuburan menjadi isu penting, karena sekali testis
berhenti memproduksi sperma dan cadangan sperma dikosongkan, pria akan
menjadi tidak subur sementara. Menurut Dr James Tsuruta alat kontrasepsi ini
dapat diandalkan selama 6 bulan, dengan biaya murah dan termasuk
kontrasepsi non-hormonal dengan satu kali perawatan. Dr Tsuruta juga
menambahkan, metode ultrasound ini sudah umum digunakan sebagai
instrumen terapi dalam kedokteran olahraga atau klinik terapi fisik. Maka itu,
diharapkan tujuan jangka panjang penelitian ini adalah menciptakan alat KB
yang sesuai untuk pria, tanpa membahayakan kesuburan.
10. Implant Terkini
Susuk/implant disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di
bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit
lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau

13

pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk
yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon.Susuk tersebut
akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian
susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap
tahun. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil
lagi. Macam Implant antara lain:
a. Non Biodegradable Implan
1) Norplant (6 kapsul), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 5 tahun.
2) Norplant-2 (2 batang), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 3
tahun.
3) Norplant 1 batang, berisi hormon ST – 1435, daya kerja 2 tahun.
4) Norplant 1 batang,1 batang berisi hormon 3 keto desogestrel, daya
kerja 2,5 – 4 tahun.
Saat ini di Indonesia sedang di uji coba IMPLANON, implant 1
batang dengan panjang 4 cm, diamater luar 2 mm, terdiri dari suatu EVA
(Ethylene Vinyl Acetate) berisi 60 mg 3 ketodesogestrel yang dikelilingi
suatu membran EVA, berdaya kerja 2 – 3 tahun.
b. Biodegradable
Yang sedang diuji coba saat ini :
1) Copronor PP
2) Suatu kapsul polymer berisi hormon levronorgastel dengan daya kerja
18 bulan.
3) Pellets
4) Berisi norethindrone dan sejumlah kecil kolesterol,daya kerja 1 tahun
Yang Paling Sering Dipakai
1) Norplant
(a) Dipakai sejak tahun 1987

14

(b) Terdiri dari 6 kapsul silastik (karet silicone) yang berisi dengan
hormon levonorgestrel dan uung – ujung kapsul ditutup dengan
silastik adhesive
(c) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan 5 tahun
(d) Saat ini norplan yang paling banyak dipakai

2) Implanon
(a) Dipakai sejak tahun 1987
(b) Terdiri dari 2 batang silatik yang padat panjang tiap batang 40 mm,
diameter 2,4 mm
(c) Masing – masing batang diisi dengan 68 mg 3 ketodesogastrel di 2
matriks batang
(d) Sangat efektif untuk mencegah kehamilan selama 3 tahun
3) Jadena dan indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgastrel dengan lama
kerja 3 tahun

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology
Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan
teknologi kontrasepsi. Penggunaan. Pemahaman tentang teknologi terkini, juga
diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara
petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga yang
membutuhkan pelayanan KB. Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB
tentunya

memerlukan

penyegaran

pengetahuan

dan

keterampilan

yang

disesuaikan dengan kemajuan teknologi kontrasepsi maupun perkembangan ilmu
terbaru untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB bagi masyarakat.
B. Saran
Semoga dengan penyusunan makalah yang kami buat ini, dapat memberikan
pedoman, inspirasi dan kreatifitas bagi teman – teman. Dan sebuah kreatifitas
yang bisa terilhami dari apa saja yang kemudian diaplikasikan dalam proses
belajar yang baik meskipun bentuk makalah ini sangat sederhana dan masih
banyak yang perlu disempurnakan karena masih ada kesalahan – kesalahan dalam
penyusunan makalah kami ini.

16

Saran dan kritik (masukan) sangat dibutuhkan untuk membantu penulis
dalam memperbaiki suatu rangkaian tersebut, dan itu semua sangat berharga
dalam suatu hal dan yang bersifat membangun dan upaya untuk mewujudkan
keberhasilan serta sebagai pengayaan nilai yang maksimal. Semoga mendapat
berkah dan memiliki manfaat bagi kita semua serta mudah untuk dipahami. Atas
kritik dan sarannya, kami mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
www. bkkbn.go.id
Arjoso, S. 2005. Rencana Strategis BKKBN. SS

17