HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL (1)

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN
INTERNASIONAL DAN INDONESIA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh
Muhammad Darmawan Ardiansyah
NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012/2013

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN
INTERNASIONAL DAN INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh
Muhammad Darmawan Ardiansyah
NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012/2013

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN
INDONESIA
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Januari 2013

Muhammad Darmawan Ardiansyah

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama

: Muhammad Darmawan Ardiansyah


NIM

: 1112113000007

Program Studi

: Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN
INDONESIA
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji

Jakarta, 10 Januari 2013
Mengetahui,
Ketua Program studi


Prof.DR.Rahmatullah Bashri

Menyetujui,
Pembimbing,

Prof.DR.Din Syamsuddin

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN
INDONESIA
oleh
Muhammad Darmawan Ardiansyah
1112113000007
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 10 januari 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program Studi Ilmu
Hubungan Internasional.

Ketua,

Sekretaris,

Nama Ketua Sidang

Nama sekretaris sidang

NIP.

NIP.

Penguji I,

Penguji II,

Nama penguji I

Nama penguji II


NIP.

NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 10
Januari 2013
Ketua Progaram Studi
FISIP UIN Jakarta
Nama Ketua Prodi
NIP.

ABSTRAKSI
Hak asasi manusia adalah salah satu isu global yang sampai saat ini
menarik perhatian dalam studi hubungan internasional. Masalah ini
muncul karena meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
akhir-akhir ini. peningkatan pelanggaran hak asasi manusia di berbagai
belahan dunia menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan hak asasi
manusia masih minim dikalangan penduduk dunia.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan HAM setelah reformasi.

Selanjutnya juga ingin mengetahui dan mempelajari lebih lanjut
bagaimana implikasi kebijakan tersebut terhadap penegakan HAM di
negara Indonesia. Manfaat dari penelitian ini adalah agar berguna bagi
perkembangan pengetahuan yang bersangkutan dengan HAM dikalangan
para akademisi.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini memakai
pendekatan pluralis. Pendekatan pluralis merupakan pendekatan yang
mempunyai cakupan luas dalam membahas suatu permasalahan. Metode
pendekatan ini lebih berkonsentrasi pada tujuan-tujuan yang
bersangkutan dengan masyarakat. HAM merupakan hal yang berkaitan
langsung
dengan
masyarakat,
sehingga
dimungkinkan
dengan
menggunakan pendekatan ini dapat diperoleh kesimpulan yang dapat
diterima oleh mayoritas masyarakat.
Skripsi ini akan membahas tentang sejarah HAM semenjak perang
dingin, pasca perang dingin sampai saat ini. pembahasan juga akan

mencakup tentang kebijakan-kebijakan HAM yang dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia pasca reformasi, hubungan HAM dengan sistem
pemerintahan demokrasi, dan kesimpulan yang berkenaan dengan HAM
serta implementasi dan penyadaran publik akan pentingnya HAM.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuhu.
Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah

memberi

menyelesaikan

rahmat

dan

penulisan


hidayahnya

skripsi

ini

tepat

sehingga
waktu,

penulis
sesuai

dapat
dengan

kemampuan dan harapan penulis. Skripsi yang berjudul “HAM Dalam
Konteks Hubungan Internasional dan Indonesia” dibuat dengan maksud

untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang strata 1
(S1) demi memperoleh gelar sarjana dibidang ilmu sosial dan ilmu politik
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya tidak lupa penulis
haturkan kepada ibu Rahmi Fitriyanti selaku dosen pembimbing yang
senantiasa dengan kesabaran dan ketulusannya telah mengajarkan dan
meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam menulis skripsi ini.
Nasehat serta saran yang beliau berikan sangat berharga dan membantu
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan serta kontribusi yang
diberikan oleh orang-orang yang sangat berperan bagi selesainya
penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Amin Yaa Rabball’allamin.
Ciputat Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI
ABSTRAKSI..................................................................................................
.....
KATA

PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR
ISI......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar
BelakangMasalah.................................................................
B. Identifikasi
Masalah......................................................................
C. TujuandanManfaatPenelitian ....................................................
...
D. Tinjauan
Pustaka...........................................................................
E. KerangkaTeoretis........................................................................
..
F. MetodologiPenelitian..................................................................
..
G. SistematikaPenelitian.................................................................
...

BAB II

SEJARAH HAM
A. Pandangan Para Ilmuwan Eropa Terhadap HAM........................
B. Perkembangan HAM di Barat.....................................................

BAB III

PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DALAM
HUBUNGAN INTERNASIONAL
A. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Eropa...............................
B. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Asia.................................

BAB IV
BAB V

HAM DAN PENERAPANNYA
A. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Indonesia.........................
PENUTUP

Kesimpulan..................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................
....

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pedoman dunia yang berkaitan dengan HAM telah dibentuk sejak
tahun 1948, bernama Universal Declaration of Human Rights untuk
menghormati hak-hak asasi manusia diseluruh negara.1 Deklarasi ini
dijadikan sebagai pedoman seluruh negara untuk menjamin hak setiap
warga negaranya. Lahirnya berbagai konvensi maupun perjanjian
internasional yang dipelopori oleh Universal Declaration of Human Rights
1 Miriam Budiardjo,”Dasar-dasar Ilmu Politik", Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2008, hal. 218.

menunjukkan betapa pentingnya hak asasi manusia sebagai pelindung
bagi setiap individu maupun kelompok di sebuah negara.
Walaupun telah dibentuk berbagai perjanjian internasional tentang
HAM, tidak dapat menjamin akan tegaknya prinsip-prinsip HAM di sebuah
negara. Hal ini dapat dibuktikan dari masih banyaknya negara yang
melakukan pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM dalam bentuk
pembunuhan massal, penyiksaan, penculikan, pemerkosaan, penahanan
tanpa sebab, dan proses hukum yang tidak adil merupakan kejadian yang
telah menjadi rutinitas di negara-negara yang sering dilanda konflik
peperangan.
Praktik kejahatan yang terjadi di negara-negara Amerika Latin, Eropa,
dan timur tengah serta tempat-tempat lainnya menjadi sebuah contoh
mengerikan terhadap pelanggaran HAM dan menimbulkan keprihatinan
bagi stabilitas keamanan internasional. Contoh pembunuhan terhadap
orang-orang yang tidak berdosa oleh kelompok taliban di Afghanistan juga
merupakan pelanggaran HAM yang sangat berat dimana rakyat yang tidak
bersalah harus menanggung akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
kebijakan pemerintah negara tersebut.
Berjuta-juta pengungsi di seluruh penjuru dunia berbondong-bondong
melarikan diri karena telah kehilangan rasa aman dan tempat tinggal
diakibatkan oleh konflik yang tidak kunjung selesai. HAM masih sebatas
prinsip-prinsip yang belum bisa diterapkan. Memandang nasib-nasib para
buruh kerja Indonesia khususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang
mengadu nasib di negeri orang seperti Arab Saudi, kuwait, serta negara-

negara tetangga, seperti Malaysia, singapura, dan Brunei yang sangat
memprihatinkan.
Para tenaga kerja Indonesia yang merantau di sana dianiaya,
ditindas, dan diperlakukan tidak lebih dari seorang budak. Pelanggaran
HAM yang terjadi pada mereka tidak hanya dilakukan oleh para majikan
mereka, melainkan juga dilakukan oleh para aparatur negara yang
notabene juga harus melindungi hak-hak setiap manusia yang hidup di
negara tersebut. Betapa mirisnya kehidupan yang mereka jalani
diakibatkan karena tidak adanya jaminan HAM bagi diri mereka.
Asia Tenggara juga tidak bisa terlepas dari sorotan dunia
internasional mengenai pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah
tersebut. Sebut saja Myanmar yang sedang dilanda konflik kekuasaan,
ditindasnya muslim rohingya yang tidak diakui anggota
kewarganegaraannya di Thailand, serta Indonesia yang masih memiliki
dosa pelanggaran HAM pada masa orde baru dimana banyak terjadi
pelanggaran HAM yang tidak dapat diungkap kasusnya sampai sekarang.
Pelanggaran HAM yang tidak kalah mengerikan juga dilakukan oleh
negara-negara maju. Lihat saja negara Amerika Serikat yang sering
menyuarakan HAM dan demokrasi akan tetapi masih juga tidak bisa
terlepas dari pelanggaran HAM. Hal ini dapat kita lihat pada peperangan
yang sedang terjadi di negara-negara Timur Tengah dimana Amerika
banyak menerjunkan personilnya untuk mengamankan daerah tersebut.
Akan tetapi, bukannya menjaga, mereka malah bertindak sewenangwenang di negara tersebut.

Masih banyak pelanggaran yang dijumpai di berbagai kawasan dunia
seperti yang telah dicontohkan di atas menunjukkan bahwa hak asasi
manusia yang dijunjung tinggi oleh negara-negara di dunia hanya masih
terbatas pada retorika saja. Pemajuan dan perlindungan HAM masih
dibutuhkan bagi tegaknya prinsip-prinsip HAM di dunia. Maka dari itu,
dibutuhkan upaya yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh dari
berbagai kalangan terutama aktivis-aktivis HAM untuk melindungi dan
menegakkan prinsip-prinsip HAM.
B. Identifikasi Masalah
Isu HAM pada abad 21 ini menjadi salah satu isu terpenting dunia
yang menyangkut kehidupan seluruh masyarakat di berbagai negara.
Kenyataan ini dapat kita lihat dari berbagai masalah yang telah
dipaparkan diatas dimana HAM telah mewarnai berbagai aspek kehidupan
masyarakat baik secara politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Di lain sisi
setiap negara pada saat ini juga sangat peduli terhadap permasalahan
yang berkaitan dengan HAM.
Negara yang dinilai kurang tegas dalam menegakkan HAM di
wilayahnya dapat dipastikan akan dikucilkan dalam perpolitikan dunia
saat ini. Sehingga martabat sebuah negara pada saat ini dilihat pada
tegak tidaknya prinsip-prinsip HAM di wilayahnya. Sejalan dengan soal di
atas, tuntutan-tuntutan mengenai perbaikan kualitas HAM juga datang
dari rakyat yang semakin membuka mata lebih lebar atas tercapainya
hak-hak dasar mereka sebagai warga negara.

Begitu pentingnya isu HAM di dunia saat ini menjadi hal yang sangat
menarik untuk dibahas dalam tulisan ini, upaya apa yang diperlukan bagi
pemajuan dan perlindungan HAM diwujudkan dalam konteks hubungan
internasional. Sebelum mengulas hal tersebut, adakalanya untuk
memahami isu HAM, diperlukan juga penjelasan mengenai sejarah dan
perkembangan HAM di dunia, terutama kaitannya dengan pandanganpandangan tradisi pemikiran negara-negara modern.
Disini juga akan dibahas tentang keterkaitan HAM dan demokrasi
karena kedua hal tersebut mempunyai keterikatan satu dengan yang lain.
Ketidakseimbangan antara hak-hak sipil dan politik yang lebih
mendominasi HAM di daripada hak-hak yang berkaitan dengan ekonomi,
sosial, dan budaya. Dan pembahasan terakhir dalam tulisan ini adalah
mengenai pemajuan dan jaminan perlindungan HAM di Indonesia.
Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis mengajukan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1) Upaya apa yang harus dilakukan agar prinsip-prinsip HAM
dapat

dijamin

dan

ditegakkan

dalam

konteks

hubungan

internasional?
2) Bagaimana upaya pemajuan dan perlindungan yang harus
dilakukan?
3) Upaya apa yang diperlukan untuk memajukan dan melindungi
HAM di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian mengenai hal-hal yang diperlukan bagi
tegaknya prinsip-prinsip HAM di dunia adalah:
a) Untuk mencari solusi bagi tegaknya HAM di dunia.
b) Untuk

mengetahui

dilakukan

oleh

bagaimana

negara-negara

usaha-usaha
di

dunia

yang

khususnya

negara maju bagi tegaknya prinsip-prinsip HAM.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a) Menambah

wawasan

dan

pengetahuan

mengenai

pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan isu-isu HAM.
b) Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar strata
1 (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Penulisan skripsi ini merujuk pada sebuah hasil skripsi yang berjudul
“KEBIJAKAN HAM SIPIL DAN POLITIK DI INDONESIA PASCA PEMERINTAHAN
SOEHARTO 1998-2001”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan mengenai
perkembangan isu HAM, perbedaan mengenai isu HAM di PBB, serta
perkembangannya di Indonesia pasca reformasi. Dalam penulisan skripsi

ini penulis terinspirasi dari skripsi tersebut. Akan tetapi, penulis
menggunakan pandangan yang berbeda dalam menguraikan
permasalahan ini.
D. Kerangka Teoritis
Di dalam ilmu hubungan internasional dikenal berbagai pendekatan
yang dapat digunakan menjadi kerangka berpikir untuk memahami isu-isu
yang berkaitan dengan ilmu hubungan internasional. Salah satu dari
sekian banyaknya pendekatan yang ditawarkan oleh ilmu hubungan
internasional adalah pendekatan pluralis. Pendekatan ini akan dijadikan
penulis sebagai kerangka pemikiran untuk mengulas makalah ini.
Dalam pandangan atau perspektif pluralisme isu-isu yang berkaitan
dengan hubungan internasional mempunyai dimensi kajian yang sangat
luas dan beragam. Kaum pluralis lebih memandang isu hubungan
internasional pada sisi yang lebih luas dan cenderung berkonsentrasi pada
isu-isu yang berkaitan langsung dengan masyarakat.2 Mengacu pada
perspektif kaum pluralis, dapat dipastikan bahwa hak asasi manusia
masuk kategori isu hubungan internasional yang berhubungan langsung
dengan kepentingan masyarakat.
Adanya tata hubungan antarnegara dan antarbangsa baru
menyebabkan isu-isu baru muncul dalam hubungan internasional. Para
pengamat hubungan internasional telah memalingkan perhatiannya pada
isu-isu hak asasi manusia, sistem pemerintahan demokrasi, dan
2Juwono Sudarsono,”Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan
Masa Depan”, Pustaka Jaya, Jakarta, 1996, hal. 29.

lingkungan hidup. Isu-isu tersebut merupakan isu yang paling banyak
dibicarakan, karena tuntutan situasi dan kondisi dunia yang
memprihatinkan.
Tentunya masih banyak isu-isu yang juga mendapat sorotan
masyarakat dunia. Akan tetapi setidaknya hak asasi manusia telah
menjadi isu utama yang cukup menyita perhatian dikalangan para
pengamat politik, karena pandangan didalamnya yang menggugah
solidaritas di kalangan umat manusia. Hal inilah yang menjadikan HAM
sebagai isu global yang perlu mendapat perhatian serius dari pengamat
politik dunia.
Kaum pluralis mengatakan bahwa sistem hubungan internasional
tidak hanya ditentukan oleh aktor negara saja, tetapi juga aktor-aktor non
negara. Pluralisme berpandangan bahwa semua aktor, baik negara
maupun tidak, memiliki peran yang sama penting dalam sistem hubungan
internasional. Aktor negara yang diperankan oleh lembaga pemerintahan
memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan dan pembuatan
kebijakan untuk mengambil langkah strategis atas isu-isu yang timbul.
Di lain sisi aktor non-negara pun juga memiliki peran yang tidak kalah
penting dari aktor negara. Mereka dapat berbuat apa saja dalam
merespon berbagai isu-isu yang berkembang di kehidupan masyarakat
nasional maupun internasional. Berkembang pesatnya teknologi dan
komunikasi di abad 21 menjadikan aktor non-negara lebih mudah
membuat pengaruh atas respon dari isu-isu yang berkembang ditingkat
nasional maupun internasional.

Di era globalisasi ini dunia tengah dilanda arus gelombang
demokratisasi yang sangat kuat. HAM dan segala aspek yang berkaitan
dengannya serta demokrasi yang sedang melanda negara-negara yang
baru merdeka dianggap sebagai satu-satunya penyelamat bagi dunia
yang sedang dilanda krisis keamanan dan ekonomi internasional yang
tidak dapat dielakkan. HAM telah menjadi isu penting hubungan
antarnegara.
E. Metodologi Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian berfungsi sebagai data dalam penyusunan
penelitian ini. untuk penelitian ini, penulis menggunakan Metode
Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan
fenomena-fenomena yang sedang berlangsung, yang kemudian hasil
penelitian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada dan selanjutnya
dapat disimpulkan secara jelas oleh penulis dalam tulisan ini. Dengan
metode penelitian ini, penulis memberikan penjelasan mengenai
pemajuan dan perlindungan terhadap HAM dalam ruang lingkup
hubungan internasional dan perkembangannya di Indonesia setelah
reformasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data
yang dibutuhkan dalam menyusun laporan penelitian yang dilakukan
dalam bentuk studi pustaka yang bersumber pada bahan-bahan

tulisan, baik dari sebuah buku, dokumen, jurnal, majalah, koran, data
dari internet, dan data-data yang bersumber dari sebuah media yang
dapat dipertanggungjawabkan isi-isinya. Studi kepustakaan dilakukan
dengan mengunjungi perpustakaan universitas dan perpustakaan
umum yang sekiranya dapat ditemukan tulisan-tulisan yang dapat
menunjang data yang ada di dalam penulisan skripsi ini.
G. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan ini menggambarkan secara singkat mengenai
penyusunan penulisan skripsi ini. Adapun gambaran penulisannya,
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode
penelitian, dan teknik pengumpulan data, lokasi dan lamanya penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II Sejarah HAM
Bab ini menjelaskan tentang sejarah terbentuknya HAM, perkembangan
isu HAM dalam hubungan internasional, perkembangan HAM di Barat,
serta pandangan ilmuwan Barat terhadap HAM.
BAB III PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DALAM HUBUNGAN
INTERNASIONAL

Dalam bab ini akan dibahas bagaimana perkembangan HAM di Eropa dan
Asia serta pemajuan dan perlindungan HAM dalam hubungan
internasional.
BAB IV HAM DAN PENERAPANNYA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana langkah Indonesia
dalam memajukan dan melindungi HAM.
BAB V KESIMPULAN
Pada bagian bab ini penulis membuat suatu kesimpulan dari penjelasanpenjelasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, yang
merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan pada
bagian awal, sesuai dengan sistematika penulisan skripsi ini.
BAB II
SEJARAH HAM
A. Pandangan Para Ilmuwan Eropa Terhadap HAM
Pembahasan mengenai pemajuan dan perlindungan HAM dalam
ruang lingkup hubungan internasional tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangan isu HAM yang telah mengglobal. Sejarah mencatat bahwa
tradisi pemikiran-pemikiran negara-negara modern ternyata telah turut
mempengaruhi perkembangan HAM itu sendiri. HAM merupakan hal yang
diutamakan di atas kepentingan negara, hal ini telah dikemukakan oleh

para filsuf dan pemikir politik seperti Thomas Hobbes, John Locke, Jean
Jacques Rousseau, dan John Rawls.3
John Locke mengemukakan bahwa HAM telah melekat pada setiap
individu dan oleh karenanya hak itu tidak bisa diambil atau diserahkan
kepada orang lain atau lembaga tertentu tanpa adanya persetujuan dari
yang bersangkutan.4 Maka dari itu eksistensi negara-negara modern
dengan seluruh kekuasan yang dimilikinya harus mendapat legitimasi dari
rakyat bahwa warga negara telah menyerahkan hak-hak mereka dalam
sebuah kontrak dengan negara.
Jean Jacques Rousseau menyatakan bahwa setiap orang merupakan
bagian dari masyarakat dan karena itu kepentingan publik harus lebih
diutamakan daripada kepentingan individu.5 Rawls berpandangan bahwa
interaksi sosial yang dilakukan berdasarkan keadilan dan sikap kooperatif
secara timbal balik dapat menjamin keadilan sosial dalam masyarakat. 6
Pemikiran liberal mewariskan sebuah pandangan yang sama dengan yang
tertulis pada Universal Declaration of Human Rights yang berbunyi:
semua manusia dilahirkan bebas dan mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama.7
Prinsip yang terdapat dalam pasal tersebut sesungguhnya sejalan
dengan ajaran semua agama bahwa manusia harus saling menyayangi
3 Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2008, hal. 212.
4 Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2001, hal. 306.
5 Ibid., hal. 241.
6 Lemhanas,”Keadilan Sosial”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 152.
7 Miriam Budiardjo,”Dasar-dasar Ilmu Politik”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
2008, hal. 218.

dan menghargai tanpa membedakan ras, agama, suku dan status sosial
ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila negara-negara
Barat memiliki kodifikasi HAM dan mekanisme perlindungan yang paling
efektif dibandingkan dengan bangsa lainnya. Banyak yang mengatakan
bahwa negara Barat bisa melakukan hal itu dengan mudah karena telah
memiliki sejarah bernegara selama ratusan tahun.
B. Perkembangan HAM di Barat
Negara yang mempunyai sejarah HAM paling tua adalah negara
Inggris. Inggris tidak hanya melahirkan pemikiran-pemikiran tentang HAM
yang masih relevan hingga saat ini tetapi juga sistem pemerintahan yang
kemudian ditiru oleh negara-negara jajahannya. Pada tahun 1215 Inggris
membuat piagam Magna Charta yang mempunyai isi mengenai prinsip
pembatasan kekuasaan pemerintah. Di tahun 1689 Inggris membuat
English Bill of Rights untuk dijadikan landasan bagi pemerintahan monarki
konstitusionalnya.8
Pengalaman Inggris serta pemikiran tentang HAM yang berkembang
pesat disana pada abad 16 dan 17 dijadikan AS sebagai inspirasi untuk
membuat hal serupa. Hal ini dibuktikan oleh adanya pembuatan
Declaration of independence tahun 1776 dan amandemen konstitusi AS
yang bernama The US Bill of Rights tahun 1791.9 Setelah membuat tata
pemerintahan yang didasarkan pada hak-hak warga negara, dilanjutkan
dengan pembuatan mekanisme pembuatan pembatasan kekuasaan
dalam pemerintahannya.
8 Ibid., hal. 213.
9 Ibid., hal. 215.

Pembatasan kekuasaan yang dibentuk lebih dikenal sekarang sebagai
sistem Checks and Balances.10 Setelah pembuatan mekanisme tersebut
dibentuk legislatif dan yudikatif. Tiga pilar inilah yang dijadikan AS sebagai
pijakan untuk menjalankan sistem pemerintahannya. Pilar terpenting bagi
pemerintahan AS adalah sistem Checks and Balances, dimana sistem ini
mencegah pemusatan kekuasaan pada satu badan pemerintahan untuk
mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan yang melanggar hak warga
negara.
Selain Inggris dan AS, Perancis juga memiliki sejarah politik yang
gemilang, dimana sejarah politiknya menjadi sumber inspirasi untuk
promosi HAM. Revolusi Perancis yang terkenal dengan prinsip-prinsip
egaliterianismenya
demokrasi

di

membawa

dunia.

Di

pengaruh

tahun

1789

kuat

bagi

Perancis

perkembangan

memproklamasikan

Declaration of the Rights of Man and of Citizens yang merupakan cikal
bakal tradisi demokrasi dan HAM negara itu sampai saat ini.11
Perkembangan

HAM

di

negara

barat

turut

mempengaruhi

perkembangan HAM di seluruh dunia karena banyak negara-negara yang
menjadikan

pemikiran-pemikiran

HAM

yang

berkembang

di

Barat,

terutama yang berkaitan dengan demokrasi, dijadikan acuan dalam
pemajuan dan perlindungan HAM di negaranya. Bahkan DUHAM yang
dicetuskan oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1948 dan sejumlah
konvensi internasional tentang HAM merupakan buah pemikiran dari filsuffilsuf barat.12
10 Ibid., hal. 281.
11 Ibid., hal. 215.
12 Ibid., hal. 211.

Dalam perkembangan selanjutnya, isu HAM menjadi bahasan utama
banyak negara di seluruh dunia. Pada tahun 1950, Eropa mengeluarkan
The European Convention on Human Rights dan tahun 1975 Helsinki
Accord, tahun 1969 negara-negara Amerika menghasilkan American
Convention on Human Rights, tahun 1981 Afrika mencetuskan African
Charter on Human and People’s Rights,
Tahun 1990 Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengeluarkan Cairo
Declaration on Human Rights in Islam, tahun 1993 Vienna Declaration,
dan di kalangan parlemen negara-negara anggota ASEAN dihasilkan
Human Rights Declaration of AIPO.13 ASEAN juga mencatat kemajuan yang
sangat berarti pada tahun 2008 dengan meratifikasi Piagam ASEAN oleh
semua

negara

anggota,

untuk

membuka

mekanisme HAM di negara-negara ASEAN.

13 Ibid., hal 213.

harapan

bagi

jalannya

BAB III
PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DALAM HUBUNGAN
INTERNASIONAL
A. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Eropa
Upaya dalam memajukan dan melindungi HAM telah menjadi isu
hangat yang sering diperbincangkan dalam hubungan internasional, saat
ini isu HAM tidak hanya menjadi urusan satu negara saja tetapi telah
menjadi

isu

internasional.

Pesatnya

arus

globalisasi

menjadikan

pemerintah tidak lagi bisa menyembunyikan pelanggaran HAM yang
terjadi. Dalam perpolitikan, negara maju dapat menekan negara yang
melakukan pelanggaran HAM. Maka dari itu upaya pemajuan dan
perlindungan HAM sangat penting bagi kestabilitasan sebuah bangsa.
Dalam memajukan dan melindungi HAM dapat dilakukan melalui
berbagai aktor dan tingkatan. Ada lima aktor yang dapat diidentifikasi
dalam

upaya

pemajuan

dan

perlindungan

HAM,

yaitu:

individu,

masyarakat madani, nasional, regional, dan global.14 Bagi aktor individu
dapat kita lihat pada tokoh-tokoh yang gencar melakukan aktivitas14 Pranoto Iskandar,”Hukum HAM Internasional”, IMR Press, Cianjur, 2010, hal 11.

aktivitas yang berkaitan dengan HAM, contoh saja Munir yang telah
menyita perhatian dunia dimana seluruh aktor baik negara atau nonnegara bersatu mendukung kasus Munir agar cepat terselesaikan.
Masih banyak pejuang-pejuang HAM dan demokrasi di berbagai
negara yang harus menghadapi resiko masuk penjara bahkan harus
kehilangan

nyawanya

tetapi

perjuangan

mereka

kurang

mendapat

perhatian karena sistem pemerintahan negara mereka yang tertutup.
Peranan para pejuang HAM tidak dapat diabaikan begitu saja karena
merekalah yang menjadi pelopor bagi perubahan politik di negaranya
menuju pemerintahan yang lebih demokratis.
Aktor pemajuan dan perlindungan HAM selanjutnya adalah civil
society baik pada tingkat nasional maupun global. Hampir ditemukan di
setiap negara demokrasi maupun non-demokrasi dapat ditemukan
organisasi non-pemerintah yang selalu aktif dalam memperjuangkan HAM
dan aspek-aspeknya.15 Globalisasi mengakibatkan civil society yang
tergabung dalam NGO tidak hanya terbatas pada satu negara saja, akan
tetapi mereka telah membuat jaringan lintas batas negara yang dikenal
dengan transnational networks of civil society.
Melihat kembali pada peran yang dilakukan oleh individu dan juga
kelompok civil society di atas, mereka sesungguhnya merupakan aktoraktor non-negara yang secara individual maupun kelompok bertindak
untuk memajukan dan melindungi HAM. Mereka juga dikenal sebagai
pembela HAM. Istilah para pembela HAM hanya dapat diperuntukkan bagi
15 A. Ubaedillah & Abdul Rozak,”Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani”, Kencana, 2012, hal 232.

mereka yang melakukan kegiatannya melalui upaya-upaya damai sesuai
dengan prinsip-prinsip HAM untuk memajukan dan melindungi HAM.16
Aktor yang diharapkan dapat berperan aktif dalam pemajuan dan
perlindungan HAM adalah negara atau pemerintah. Peranan aktor negara
menjadi kontroversial dibandingkan dengan aktor lainnya karena justru
negara sering menjadi sumber ancaman terhadap hak sipil dan politik dari
warga negaranya. Sebagaimana diketahui, negara yang sudah menganut
sistem politik demokrasi juga sering melakukan pelanggaran HAM demi
pencapaian tujuan nasional yang bersifat vital seperti keamanan nasional
dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Usaha pemerintah dalam membentuk Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia yang bertugas untuk memonitor dan merekomendasikan kasus
pelanggaran

HAM

untuk

ditindaklanjuti

oleh

lembaga

peradilan.17

Pemerintah dapat memberi kontribusi yang signifikan terhadap upaya
pemajuan

dan

perlindungan

HAM

melalui

pemberdayaan

lembaga

peradilan yang independen baik untuk peradilan sipil maupun militer
sehingga prinsip supremasi hukum secara efektif dapat dilaksanakan
tanpa memandang status atau kedudukan seseorang.
Pemajuan dan perlindungan HAM juga diperlukan di tingkat regional.
Hal ini dikarenakan keterbatasan politik dalam negara berdaulat dalam
menyelesaikan kasus pelanggaran HAM sehingga timbul pemikiran untuk
menciptakan

perlindungan

HAM

pada

level

regional.

Membangun

16 Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2008, hal. 237.
17 Nurhayati,”Enam Fungsi KOMNAS HAM”, Bangka Pos, diunduh 2 Januari 2013,
(http://bangka.tribunnews.com).

kesepakatan yang mengikat di antara negara dalam suatu kawasan untuk
membuat Dewan HAM regional, yang dapat berperan sebagai aktor
pembela HAM di kawasan itu, untuk menerima pengaduan warga negara
yang hak asasinya dilanggar oleh pemerintah.
B. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Asia
Di tengah globalisasi nilai-nilai yang berkaitan dengan demokrasi dan
HAM, Asia khususnya Asia Tenggara masih tertinggal dibandingkan
dengan

Eropa.

Ada

kebutuhan

yang

nyata

untuk

mengupayakan

pemajuan dan perlindungan HAM karena masih cukup banyak negara
yang belum menganut demokrasi sering melanggar hak-hak politik dan
sipil dari rakyatnya sebagai individu maupun kelompok. Selain itu banyak
juga kelompok minoritas yang mengalami penindasan di kawasan Asia
Tenggara.
Di luar mekanisme perlindungan HAM yang disediakan oleh negara,
mereka mengalami kesulitan untuk mengadukan pelanggaran HAM yang
terjadi. Upaya di tingkat regional sudah dilakukan oleh civil society untuk
merespon persoalan HAM yang terjadi di kawasan tetapi negara-negara
yang

tergabung

melembagakan
kerjasama

dalam

ASEAN

prinsip-prinsip

ASEAN.

sudah

mulai

penghormatan

Pembentukan

Piagam

memikirkan

HAM

ASEAN

melalui
(ASEAN

untuk
wadah

Charter)

merupakan bagian dari upaya ke arah itu.18
Sebagai

negara

yang

sudah

menganut

demokrasi

seharusnya

Indonesia lebih percaya diri lagi dalam berperan sebagai aktor dalam
18 Pranoto Iskandar,”Hukum HAM Internasional”, IMR Press, Cianjur, 2010, hal. 783.

pemajuan

dan

perlindungan

HAM

dan

memainkan

peranan

kepemimpinannya di Asia Tenggara untuk memperjuangkan HAM individu
maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam
konstitusi dan ideologi negara. Sebagian kalangan mengatakan bahwa
sampai saat ini ASEAN masih merupakan lembaga solidaritas antar
pemerintah daripada antar rakyat ASEAN.

BAB IV
HAM DAN PENERAPANNYA
A. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Indonesia

Oleh karena soal HAM telah menjadi salah satu isu penting dalam
hubungan internasional, sebagai bagian dari masyarakat internasional,
Indonesia pun perlu memberi perhatian besar pada pemajuan dan
perlindungan HAM. Ada argumen yang mengatakan bahwa setelah
Indonesia
otoritarian

melakukan
orde

proses

baru,

demokratisasi

Indonesia

memiliki

pasca

kejatuhan

peluang

besar

rezim
untuk

meningkatkan kiprahnya dalam pemajuan dan perlindungan HAM baik di
dalam negeri maupun di dunia internasional khususnya di Asia Tenggara.
Isu HAM menjadi isu penting dalam agenda kebijakan dan politik luar
negeri

negara-negara

maju

(Barat).

Globalisasi

telah

memberikan

dorongan tumbuhnya kesadaran masyarakat domestik Indonesia akan
pentingnya pemajuan dan perlindungan HAM. Hal ini pula yang menjadi
pertimbangan penting bagi pemerintah khususnya Departemen Luar
Negeri dalam meletakkan isu HAM dalam konteks kepentingan nasional
dalam kebijakan hubungan luar negeri.
Upaya-upaya yang dilakukan Departemen Luar Negeri, sebagai
institusi pemerintah dan didukung para pemangku kepentingan lainnya
yang sejak awal tahun 1990-an

melakukan kebijakan pro-aktif dalam

rangka meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan arti penting
penghormatan terhadap HAM, mulai menunjukkan hal yang positif seiring
dengan perubahan yang terjadi di dalam negeri dari proses era reformasi
menuju era demokrasi.19

19 Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2008, hal. 255.

Di bidang kelembagaan, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit
negara yang memiliki Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM ke-1 periode
1998-2003 dan RANHAM ke-2 periode 2004-2009). Demikian halnya di
bidang penegakan HAM dari aspek hukum, Indonesia merupakan salah
satu dari hanya sedikit negara yang memiliki pengadilan HAM. 20
Disamping

terbentuknya

Komnas

HAM,

terbentuk

pula

Komnas

Perempuan, Komnas Perlindungan Anak serta institusi HAM nasional
lainnya.
Upaya-upaya lain yang juga perlu dilakukan agar citra Indonesia di
mata internasional semakin baik dan juga semakin positif adalah,
pemerintah harus menyelesaikan secara adil dan tuntas semua bentuk
pelanggaran HAM yang dilakukan pada masa lalu terutama pada masa
pemerintahan orde baru di bawah Soeharto dan pada masa transisi di
bawah

Presiden

B.J.

Habibie.

Pengadilan

Indonesia

harus

dapat

mengungkapkan otak di balik pembunuhan aktivis HAM Munir yang sudah
menjadi sorotan dunia internasional.
Upaya lain yang juga tidak kalah penting adalah pemerintah
Indonesia perlu memasukkan materi multikulturalisme dalam kurikulum
pendidikan pada semua tingkatan agar hakekat masyarakat Indonesia
sebagai bangsa yang majemuk tetap dilestarikan melalui cara berpikir
dan perilaku yang menjunjung tinggi HAM orang lain meskipun berasal
dari latar belakang agama dan suku yang berbeda.

20 Ibid., hal. 255.

Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah mengingat adanya
keterkaitan antaran HAM dan demokrasi, dimana demokrasi hanya dapat
bertahan dalam konteks masyarakat multikultural dalam hal dimana hakhak kultural setiap kelompok masyarakat diakui dan dihormati. Prinsip
warga negara yang demokratis harus menjadi pedoman bagi pemerintah
maupun

masyarakat

dalam

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara.

Sehingga semua orang merasa nyaman menjadi bagian dari bangsa
Indonesia.

BAB V
KESIMPULAN
Membahas
hubungan

pemajuan

internasional

dan

perlindungan

tidak

dapat

HAM

dilepaskan

dalam

konteks

dari

sejarah

perkembangan HAM itu sendiri. Terutama tradisi pemikiran filsuf-filsuf
barat yang mempengaruhinya. Tradisi pemikiran negara-negara Barat
tersebut

telah

menjadi

inspirasi

bagi

negara-negara

lain

untuk

memasukkan perlindungan HAM dalam konstitusinya.
Isu HAM juga tidak dapat dilepaskan gagasan tentang demokrasi,
karena secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin demokratis suatu
bangsa semakin tinggi pula jaminan untuk perlindungan HAM bagi warga
negaranya. Meskipun tidak semua orang dapat menerima pernyataan ini
karena banyak juga negara demokrasi yang dengan mudah mengabaikan
HAM.
Isu HAM telah menjadi perhatian masyarakat internasional, dan oleh
karenanya pemajuan dan perlindungan HAM perlu diupayakan melalui
aktor-aktor yang dapat memainkan perannya dengan baik dalam konteks
nasional, regional, maupun internasional. Dalam hal ini tidak saja melalui

aktor negara tetapi juga aktor-aktor non-negara. Aktor negara melalui
pemerintahan harus memiliki kemauan dan komitmen untuk memajukan
HAM dan melindunginya.
Individu dan kelompok masyarakat madani sebagai aktor non-negara
juga merupakan aktor penting yang dapat diandalkan dalam pemajuan
dan

perlindungan

HAM.

Melalui

aktivitas

dan

kampanye

yang

dilakukannya aktor individu dapat mempengaruhi kebijakan dan diplomasi
HAM dari aktor-aktor internasional baik negara maupun non-negara.
Melalui kekuatan jaringan global yang dimilikinya, kelompok masyarakat
madani selain dapat mengungkapkan laporan pelanggaran HAM juga
dapat mendorong upaya pemajuan dan perlindungan HAM di seluruh
dunia.
Sebagai bagian dari masyarakat internasional, Indonesia juga perlu
mendorong berkembanganya pemajuan dan perlindungan HAM. Pemajuan
dan perlindungan HAM di Indonesia di satu sisi mengalami kemajuan yang
sangat

pesat

sekali,

namun

dalam

kenyataannya

pemajuan

dan

perlindungan HAM di Indonesia belum terlalu memuaskan. Tantangan
sebenarnya

terletak

pada

upaya

untuk

melaksanakannya.

Perlu

keseriusan dari pemerintah dalam pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Budiardjo Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Bahia Tahzib-Lie, W. Cole Durham, Tore Lindholm. Kebebasan Beragama
Atau Keyakinan. Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Iskandar Pranoto. Hukum HAM Internasional. Cianjur: IMR Press, 2010.

Jemadu Aleksius. Politik Global Dalam Teori & Praktik. Sleman: Graha Ilmu,
2008.
Lemhanas. Keadilan Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Monib Muhammad. Islam Dalam Pandangan Nurcholis Madjid. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Sudarsono Juwono. Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan
Tantangan Masa Depan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1996.
Suhelmi Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001.
Ubaedillah Ahmad & Rozak Abdul. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana, 2012.
Yuana Ari Kumara. The Greatest Philosophers. Yogyakarta: Andi, 2010.

Internet:


Nurhayati.”Enam
Fungsi
KOMNAS
HAM”.
Bangka
(http://bangka.tribunnews.com), diunduh 2 Januari 2013.

Pos.