Hubungan antara peran ayah dengan pembentukan identitas remaja - USD Repository

HUBUNGAN ANTARA PERAN AYAH DENGAN PEMBENTUKAN

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Disusun Oleh: Ancilla Ansherlya Diorani Ujulawa 099114068

HALAMAN MOTTO

  

Ketika kamu berhenti memikirkan apa yang orang lain pikirkan,

kamu dapat melangkah lebih jauh daripada yang kamu harapkan

  • -Hitam Putih-

  

Don’t wait for tomorrow cause you’ll never get today back

  • -AADU-

  

Usaha, yakin, percaya dalam Yesus semua baik dan

indah pada waktu-Nya

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Karya yang sederhana dan jauh dari sempurna ini penulis persembahkan untuk Yesus dan Bunda Maria tercinta yang memberikan mukjizat di setiap prosesnya

  Bapakku Daniel Udjulawa Ibuku Maria Anna Dwi Poncowati

  Kakakku Masedonius Andrew Pradana Ujulawa Adikku Angela Melita Revinda Ujulawa

  Pacarku Paulus Yuliantoro Dan

  Diriku sendiri

HUBUNGAN ANTARA PERAN AYAH DENGAN PEMBENTUKAN

  

Ancilla Ansherlya Diorani Ujulawa

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran ayah dengan

pembentukan identitas remaja. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara

peran ayah dengan pembentukan identitas remaja. Penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling yang melibatkan 203 subjek remaja akhir, berstatus mahasiswa dengan usia 18 sampai

dengan 21 tahun dan terdiri dari 99 laki-laki serta 104 perempuan. Alat pengumpulan data yang

digunakan adalah skala pembentukan identitas dan skala peran ayah. Reliabilitas dari skala

pembentukan identitas adalah 0.896 dan skala peran ayah adalah 0.967. Metode analisis data

dengan korelasi Pearson Product Moment menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.203 dengan

probabilitas 0.004 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis awal yang menyatakan

adanya hubungan positif antara peran ayah dengan pembentukan identitas remaja diterima.

  Kata kunci: pembentukan identitas, peran ayah, remaja.

  CORRELATION BETWEEN FATHER ’S ROLE WITH ADOLESCENT

IDENTITY FORMATION

  

Ancilla Ansherlya Diorani Ujulawa

ABSTRACT

The research was aimed to investigate the correlation between father’s role with adolescent identity formation. The hypothesis of this research that father’s role had a positive

relationship with adolescent identity formation. This research used purposive sampling method,

involved 203 subjects late adolescent who consist of student of university, which 18 until 21 years

old and consist of 99 male and 104 female. The used instruments were identity formation scale and

father’s role scale. Identity formation scale reliability is 0.896 and father’s role scale is 0.967.

Methods of data analysis with correlation Pearson Product Moment showed that correlation

coefficient is 0.203 with probability number 0.004 (p<0.05). These results showed early indicate

that there is a positive relationship between father’s role with adolescent identity formation its

mean accepted. Keyword: identity formation, father’s role, adolescent

KATA PENGANTAR

  Kemulian kepada Allah, Bapa, Putra, Roh Kudus dan teristimewa pada Bunda Maria atas segala limpahan berkat serta kasih yang tak henti-hentinya diberikan selama menyelesaikan penulisan skripsi ini. Perjuangan dalam menyelesaikan semua ini sungguh luar biasa. Selama berproses penulis menyadari banyak pihak yang ikut ambil bagian dalam mendukung, membantu, membimbing, dan setia mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini.

  Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang ikut ambil bagian dalam penelitian ini. Beberapa pihak tersebut adalah:

  1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberikan ijin untuk penelitian ini.

  2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar mendampingi, memberikan perhatian, semangat, saran, dan kritik yang membangun untuk penyelesaian skripsi.

  3. Ibu Debri Pristinella, M.Si. dan Ibu MM. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi. selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk penelititan ini sehingga bisa lebih bermanfaat bagi pembaca.

  6. Seluruh dosen psikologi yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya sehingga membuat penulis bersyukur dan merasa bangga berada di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  7. Segenap staf Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni yang membantu memperlancar segala administrasi selama kuliah disini.

  8. Mitra dan petugas perpustakaan yang telah melayani dengan baik sehingga membuat penulis merasa nyaman saat seharian mengerjakan apapun di perpustakaan.

  9. Orangtuaku tersayang yang selalu dengan penuh kesabaran menanti kelulusan penulis, terima kasih untuk semua doa dan kasih sayang yang tak henti- hentinya dilimpahkan pada penulis walaupun harus terpisah oleh jarak.

  10. Kakak dan adikku yang selalu menjadi rival sekaligus orang yang membuatku mempunyai motivasi besar untuk membahagiakan kalian, terima kasih untuk semua pengalaman yang sudah kita alami bersama.

  11. Pacarku sayang yang setia mendampingi, sabar menghadapi sikap dan sifat penulis yang sering tidak stabil, menjadi tempat penulis berkeluh kesah, mengisi hari-hari dengan semua pengalaman suka, duka, tawa, tangis yang

  13. Asti dan Rea yang mau mengajarkan banyak hal kepada penulis supaya skripsi ini bisa terselesaikan. Kesabaran kalian benar-benar luar biasa karena kemampuan penulis yang sedikit kurang dan kalian masih mampu bertahan untuk mengajari.

  14. Rani dan Hani yang selalu memberikan saran dan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang penulis ajukan.

  15. Vero, Ayu, Ovina teman-teman yang suka bergosip ria dan curhat-curhatan dimana pun dan kapan pun berada, hari-hari yang membosankan bisa terisi dengan kehadiran kalian.

  16. Ita, Adi, Sendy, Hani, Agatha, Dimas, Ria, Muslimah, Beby, teman-teman rusunawa yang telah membantu untuk menyebarkan skala penelitian. Maaf untuk segala hal yang membuat kalian merasa kerepotan. Usaha kalian untuk membantu pasti akan mendapat upah dari surga.

  17. Pak Eka dan Fery yang mengijinkan penulis untuk bisa beristirahat di kopma hall dan terkadang berkeluh kesah sehingga penulis merasa mendapatkan hiburan.

  18. Pak Toni dan teman-teman P2TKP yang mengisi hari-hari penulis dengan semua cerita-ceritanya di kantor. Terima kasih telah menjadi bagian selama menjadi hal-hal indah yang membuat kita selalu rindu saat kita semua berjauhan.

  20. Teman-teman penulis yang sering bercerita, bermain, dan menghabiskan waktu bersama, Pingkan, Vero, Gita, Riri, Ayu, Ovina, Bryan, Gatyo, Putra.

  Terima kasih sudah menjadi teman-teman yang selama 4 tahun terakhir mengisi hari-hari penulis dan terkadang kita dapat tersenyum bahkan tertawa untuk setiap masa-masa yang dulu pernah kita lewati bersama.

  21. Seluruh partisipan dalam penelitian ini yang telah dengan rela dan ikhlas meluangkan waktunya dan menggunakan energinya untuk berpikir demi mengisi skala penelitian.

  22. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan skripsi hingga selesai.

  Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis sangat terbuka dalam menerima saran dan kritik sehingga karya ini menjadi lebih baik. Penulis berharap karya ini nantinya bisa bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

  Yogyakarta, 23 Januari 2014

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii

  

ABSTRACT .......................................................................................................... viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL...............................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

  BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8 A. Pembentukan Identitas ............................................................................... 8

  1. Pengertian Pembentukan Identitas ........................................................ 8

  2. Aspek- aspek Pembentukan Identitas ................................................... 9

  3. Domain Pembentukan Identitas ............................................................ 11

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas ................. 13

  B. Peran Ayah................................................................................................. 15

  1. Pengertian Peran ................................................................................... 15

  2. Pengertian Peran Ayah .......................................................................... 16

  3. Aspek-aspek Peran Ayah ...................................................................... 17

  4. Kehadiran Peran Ayah .......................................................................... 21

  5. Dampak Ketidakhadiran Peran Ayah .................................................... 23

  C. Perkembangan Remaja .............................................................................. 26

  D. Hubungan antara Peran Ayah dengan Pembentukan Identitas Remaja ..... 27

  E. Hipotesis .................................................................................................... 32

  F. Skema ........................................................................................................ 33

  BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 34 A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 34

  2. Peran Ayah ............................................................................................ 36

  D. Subjek Penelitian ....................................................................................... 37

  1. Berusia 18-21 tahun .............................................................................. 38

  2. Berdomisili di Yogyakarta .................................................................... 38

  3. Masih memiliki ayah............................................................................. 38

  E. Metode dan Instrumen Penelitian .............................................................. 38

  1. Metode .................................................................................................. 38

  2. Instrumen Penelitian ............................................................................. 39

  F. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 44

  1. Validitas ................................................................................................ 44

  2. Seleksi Aitem ........................................................................................ 44

  3. Reliabilitas ............................................................................................ 48

  G. Analisis Data .............................................................................................. 48

  1. Uji Asumsi ............................................................................................ 48

  2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 49

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 50 A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 50

  1. Persiapan Penelitian .............................................................................. 50

  1. Uji Asumsi Penelitian ........................................................................... 52

  2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 55

  3. Analisis Tambahan................................................................................ 56

  D. Pembahasan ............................................................................................... 57

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 61 A. Kesimpulan ................................................................................................ 61 B. Saran .......................................................................................................... 61

  1. Saran Bagi Subjek ................................................................................. 61

  2. Saran Bagi Orangtua ............................................................................. 61

  3. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ........................................................ 62 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63 LAMPIRAN ........................................................................................................ 68

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Blue Print Skala Pembentukan Identitas Sebelum Uji Coba ………. 40 Tabel 2. Blue Print Skala Peran Ayah Sebelum Uji Coba ..........................

  …. 43 Tabel 3. Blue Print Skala Pembentuka n Identitas Seleksi Aitem …………… 45 Tabel 4. Blue Print Skala Peran

  Ayah Seleksi Aitem ……………………….. 47 Tabel 5. Deskripsi Usia

  Subjek Penelitian …………………………………... 52 Tabel 6. Deskripsi Jenis Kelam in Subjek Penelitian ………………………… 52 Tabel 7.

  Uji Normalitas ……………………………………………………… 53 Tabel 8. Uji Linear itas ……………………………………………………….. 54 Tabel 9. Hasil Uji Hip otesis ………………………………………………….. 55 Tabel 10.

  Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel …………………………….. 57

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Skala Uji Coba …………………………………………………. 69 Lampiran 2

  . Reliabilitas Skala Penelitian …………………………………… 86 Lampiran 3. Uji Normalitas …………………………………………………. 92 Lampiran 4. Uji Linearitas …………………………………………………... 94 Lampiran 5. Uji

  Hipotesis …………………………………………………… 96 Lampiran 6. Mean Empiris dari Variabel ………………………………….... 98 Lampiran 7. Skala Penelitian ..

  ………………………………………………. 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan tahapan yang penuh dinamika sekaligus penuh harapan dan tantangan sepanjang rentang kehidupan manusia (Purwadi, 2004). Pada tahap ini, remaja mendapat tugas perkembangan untuk pembentukan

  identitas (Klimstra et al, 2010), belajar menjadi otonom, individu yang mandiri dan tetap terlibat dalam hubungan erat dengan orangtua, saudara, serta teman sebaya (Buist et al, 2004). Tujuan utama dari seluruh perkembangan pada masa remaja adalah pembentukan identitas (Erikson dalam Gunarsa, 2009).

  Pembentukan identitas remaja merupakan tahap yang unik dalam perkembangan masa hidup manusia. Menurut Erikson (dalam Mullis, 2003) tugas pembentukan identitas pada masa remaja, yaitu dengan membuat pilihan dari berbagai alternatif dan kemudian berkomitmen pada pilihan yang telah dibuat.

  Remaja melakukan banyak cara untuk membentuk identitasnya. Salah satu cara yang dilakukan remaja untuk membentuk identitasnya yaitu dengan melakukan peniruan pada model dan lifestyle yang ditawarkan media massa (Deaux, 1993). menonjolkan dirinya dan menjadi pusat perhatian di masyarakat. Kegagalan yang dialami mahasiswa terkait akademis membuatnya menjadi tidak mampu menunjukkan eksistensinya. Hal tersebut membuat remaja berperilaku yang berkonsekuensi negatif seperti kriminal dan kehamilan di usia dini (Papalia et al, 2008).

  Penelitian lainnya menunjukkan bahwa remaja yang merokok, minum minuman berakohol, ketergantungan obat, melakukan kekerasan fisik, dan seks bebas untuk menunjukkan eksistensinya agar menjadi pusat perhatian di masyarakat (Cheng & Iwamoto (2012), Thai & Tebes (2010)).

  Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembentukan identitas pada masa remaja menjadi hal yang penting agar remaja mampu mengenali segala hal tentang dirinya dan akhirnya mampu menentukan identitas.

  Pada kasus-kasus diatas, eksplorasi yang dilakukan remaja dalam pembentukan identitas kurang berjalan baik. Eksplorasi merupakan usaha untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait alternatif pilihan dalam rangka pembentukan identitas (Santrock, 2002). Usaha yang dilakukan remaja membutuhkan bantuan orang-orang terdekatnya terutama orangtua. Saat remaja memutuskan untuk berkomitmen, maka dapat bertanggungjawab pada pilihannya

  (Dagun, 1990). Peran orangtua penting dalam perkembangan anak yang sedang memasuki masa remaja (Hurlock, 1995). Remaja melakukan eksplorasi dengan pendampingan dari orangtua. Saat remaja berkomitmen, orangtua memberikan dukungannya agar remaja mampu bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambilnya.

  Pada studi Lamb tahun 1975, ayah merupakan kontributor yang terlupakan dalam perkembangan anak. Peran ayah dalam perkembangan emosi dan sosial anak mereka sangat sedikit (Shaffer, 2002). Selama tahun 1970-an menurut Fein serta Lamb (Phares, 1996), peran ayah dalam perkembangan anak mulai mengalami perubahan. Hasil penelitian McIntyre, Nass dan Battistone (2005) mengenai peran ayah dalam pengasuhan anak menemukan bahwa 88% responden menyatakan bahwa ayah mempunyai peran yang sama pentingnya dengan ibu. Meskipun penelitian tentang ayah selama tiga dekade mengalami peningkatan, akan tetapi penelitian terkait tentang keluarga lebih banyak dilakukan pada figur ibu (Roggman dkk, 2000). Untuk itu peneliti tertarik untuk melihat peran ayah dalam pembentukan identitas remaja.

  Sosok ayah memiliki peran besar yang dalam keluarga (Berk, 1997). Ayah mempunyai peran yang sentral dalam keluarga, salah satunya sebagai teladan bagi

  Bagi remaja, peran ayah tersebut mampu mempengaruhi kehidupannya sehari-hari dalam melewati masa remaja (Dagun, 1990 & Santrock, 2007).

  Penelitian Montemayor (1997) menunjukkan bahwa keterlibatan ayah bagi remaja putra memiliki pengaruh yang besar. Ayah diibaratkan sebagai cermin dan model dalam berinteraksi dengan teman-temannya (Lamb, 1981). Penelitian Dirgagunarsa & Dirgagunarsa (2004) menguatkan pernyataan Lamb bahwa cermin remaja putra dilihat ayah sebagai dirinya, sedangkan remaja putra melihat ayahnya sebagai cermin dirinya di masa depan. Untuk itu, remaja putra mengidentifikasi sosok dan peran ayah.

  Penelitian juga menunjukkan bahwa kedekatan ayah pada masa kanak- kanak berpengaruh positif pada anak perempuan dewasa (Amato, 1994). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki kedekatan dengan ayahnya akan mencari pasangan mirip dengan sifat ayahnya. Pada penelitian tersebut terlihat bahwa figur ayah bagi anak perempuan remaja penting karena mempengaruhi rasa percaya pada sosok laki-laki. Berdasarkan penelitian- penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan dan peran ayah sangat mempengaruhi perkembangan remaja, baik bagi remaja laki-laki maupun perempuan. melakukan aktivitas fisik. Untuk itu, saat ayah tidak berperan maka eksplorasi diri yang dilakuakan terkait dengan aktivitas fisik akan terhambat.

  Menurut Hart (1999) peran ayah juga mampu menjadi teladan bagi remaja. Perilaku ayah dalam keluarga dijadikan oleh remaja sebagai teladan. Untuk itu, baik perilaku positif ataupun negatif menjadi tolak ukur remaja untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku negatif akan mampu memberikan teladan yang buruk bagi remaja. Hal tersebut dapat menghambat remaja dalam melewati tahap pembentukan identitas. Peran ayah sebagai problem solver dan penasehat mampu membantu remaja saat mengalami permasalahan. Masa remaja adalah masa dimana remaja banyak mengalami permasalahan (Santrock, 2002).

  Penelitian yang dilakukan oleh Watson & Lindgren (1973) menyimpulkan bahwa kelompok anak yang tidak merasakan peran ayah cenderung memiliki kemampuan akademik menurun, aktivitas sosial terhambat, dan interaksi sosial terbatas. Pada pembentukan identitas, dampak tersebut mampu menghambat remaja untuk mengeksplorasi diri terkait dengan prestasi dan relasinya. Absennya peranan ayah dalam keluarga memiliki dampak negatif yang lebih signifikan bagi anak dibanding absennya peranan ibu. Untuk itu, US Departemen of Justice pada tahun 1988 menyatakan bahwa ketidakadaan peranan ayah dalam pendidikan anak proses eksplorasi dalam pembentukan identitas dan penelitian Luyckx (2007) terkait dengan pembentukan identitas yang terjadi pada remaja laki-laki serta perempuan. Untuk itu, penelitian ini bermaksud untuk meneliti lebih lanjut hubungan antara peran ayah dengan pembentukan identitas remaja.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang dibuat oleh peneliti yaitu: apakah ada hubungan antara peran ayah dengan pembentukan identitas remaja? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara peran ayah dengan pembentukan identitas remaja.

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumbangsih bagi ilmu psikologi dan bisa menjadi acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya

  Hasil penelitian ini diharapkan juga mampu menjadi bahan evaluasi dari peran ayah dalam merawat dan mengasuh anaknya, sehingga mampu mengurangi tingkat permasalahan yang terjadi pada remaja.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembentukan Identitas

1. Pengertian Pembentukan Identitas

  Menurut Erikson (dalam Marcia, 1993) pembentukan identitas merupakan tahapan yang sangat penting pada masa remaja. Tugas utama yang terdapat di dalamnya yaitu mencari dan menegaskan eksistensi serta jati dirinya, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mencari arah dan tujuan, menjalin hubungan dengan orang yang dianggap penting.

  Erikson (dalam Cremers, 1989) mengemukakan bahwa pembentukan identitas merupakan tugas perkembangan yang penting pada masa remaja dan tidak langsung berakhir saat itu juga. Proses ini secara definitive tidak mampu ditetapkan karena sifatnya dinamis. Marcia (dalam Desmita, 2007) menguatkan pendapat Erikson bahwa adanya pembentukan identitas remaja awal mampu menimbulkan krisis bila pada remaja akhir tidak terselesaikan. Menurut Erikson (dalam Cremers, 1989) remaja yang mempunyai identitas mampu melihat perbedaan dirinya dengan orang lain, menyadari potensi-potensi dan

  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peneliti memberikan batasan bahwa pembentukan identitas merupakan proses pada remaja untuk mengenali diri secara spesifik dengan menemukan potensi-potensi dan keterbatasannya, sehingga mampu menemukan tujuan hidup dan dapat menunjukkan eksistensinya dengan memiliki relasi sosial yang baik.

  Peneliti memilih variabel pembentukan identitas dalam penelitian ini karena pembentukan identitas menjadi awal untuk mencari dan menentukan suatu identitas yang membuat remaja merasa nyaman dalam menjalaninya.

2. Aspek-aspek Pembentukan Identitas

  Menurut Erikson (dalam Santrock, 2002) aspek-aspek dalam pembentukan identitas antara lain: a. Eksplorasi.

  Merupakan usaha untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait alternatif pilihan dalam rangka pembentukan identitas. Semakin banyak remaja menemukan alternatif pilihan dan mengetahui masing- masing kelebihan serta kekurangannya, maka tingkat eksplorasi semakin tinggi. Pada aspek ini, terdapat dua indikator yang menunjukkan adanya b. Komitmen.

  Merupakan pengambilan keputusan dengan memilih salah satu dari setiap alternatif pilihan yang ada dan setia pada pilihannya. Semakin banyak indikator dari komitmen yang muncul, maka tingkat komitmen remaja juga semakin tinggi. Berikut ini empat indikator yang menunjukkan adanya komitmen yaitu:

  1. Kegiatan yang diarahkan, yaitu usaha remaja untuk mengarahkan kegiatannya sesuai dengan identitas yang telah dipilihnya.

  2. Identifikasi model, yaitu usaha remaja untuk mengidentifikasi model yang dianggap sukses karena memiliki pilihan identitas yang sama.

  3. Proyeksi ke masa depan, yaitu kemampuan membuat gambaran dirinya di masa depan dengan pilihan identitasnya.

  4. Daya tahan terhadap goncangan, yaitu kesetiaan pada komitmen walaupun selama proses menjalani pilihan identitas mengalami banyak tantangan.

  Indikator yang digunakan dalam aspek eksplorasi yaitu penguasaan pengetahuan dan pertimbangan alternatif. Pada aspek komitmen, indikator yang digunakan yaitu kegiatan yang diarahkan, proyeksi ke masa depan, dan

3. Domain Pembentukan Identitas

  Pembentukan identitas ini akan semakin mengalami perubahan dan terus menerus berjalan lebih lancar. Hal ini karena eksplorasi dan komitmen semakin meningkat. Pembentukan identitas juga tidak hanya dilihat dari aspek dan indikator-indikator, tetapi tidak terlepas dari domain yang ada di masyarakat. Domain merupakan area yang mewakili tingkat eksplorasi dan komitmen pada identitas remaja.

  Domain tersebut dilihat berdasarkan alternatif pilihan identitas yang ada di masyarakat. Alternatif tersebut telah dibagi Erikson sesuai dengan cakupan dari identitas yang terdiri dari (dalam Santrock, 2012):

  a. Vokasional/pekerjaan yaitu pilihan karir/ pilihan pekerjaan saat ini atau yang diinginkan di masa yang akan datang. Pilihan-pilihan pekerjaan seperti apa yang ditawarkan di masyarakat dan mampu mendukung remaja untuk mengeksplorasi diri.

  b. Politis yaitu keyakinan-keyakinan terkait dengan sikap, nilai politik yang dianut dan menurutnya ideal bila dijalankan di masyarakat.

  c. Spritual yaitu keyakinan agama, sikap-sikap terhadap agama, praktik dan perilaku yang menunjukkan moralnya (Upton, 2012). Munculnya sikap identik dengan teman sebaya (Santrock, 2012). Aktivitasnya lebih banyak dilakukan di luar rumah dan membuatnya menghabiskan waktu bersama teman sebayanya. Teman sebaya memberikan pengaruh dalam kehidupan remaja. Salah satunya, remaja mengeksplorasi banyak hal baru karena pengaruh tersebut.

  e. Prestasi yaitu seberapa besar tingkat remaja termotivasi untuk berprestasi.

  Pada remaja, kebutuhan untuk diakui dan diterima sangatlah penting. Remaja ingin menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan yaitu melalui pencapaian prestasi.

  f. Seksual yaitu orientasi seksual remaja terhadap partnernya yaitu cenderung mengarah pada heteroseksual, homoseksual, atau biseksual. Pada domain ini, terlihat saat remaja mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Remaja lebih berorientasi dengan lawan jenisnya.

  g. Minat yaitu hal-hal yang senang dilakukan remaja seperti: olahraga, musik, membaca, dan sebagainya. Banyaknya aktivitas remaja di luar rumah, membuatnya menemukan hal-hal baru yang mulai disukainya.

  h. Etnis/budaya yaitu latar belakang negara dari remaja dan seberapa kuat budaya asalnya dapat diidentifikasi. Domain ini nampak jelas pada remaja lain atau bahkan menarik simpati lawan jenisnya. Remaja yang memiliki gambaran ideal tentang dirinya menilai sendiri sejauh mana perkembangan fisiknya saat ini. j. Kepribadian yaitu karakteristik-karakteristik individual yang menentukan pola tertentu, seperti ekstrvert, introvert, pemalu, pemarah, ramah, pencemas, dan sebagainya.

  Menurut peneliti, domain yang akan digunakan dalam penelitian yaitu vokasional/pekerjaan, politis, relasi, prestasi, seksual, dan fisik. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Purwadi (2004) bahwa enam domain tersebut lebih mudah untuk dipahami oleh remaja Indonesia.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas

  Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan identitas yaitu (Erikson, dalam Marcia 1993): a. Pola asuh dengan orang yang membesarkan

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan Purwadi (2000), pengasuhan orangtua memiliki hubungan yang signifikan dengan pembentukan identitas diri remaja. Pengasuhan yang diberikan orangtua yaitu terkait cara mendidik perilaku orangtua akan memberi pengaruh dalam menentukan dan membentuk sikap dan perilaku anak. Santrock (1997) menguatkan pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa ayah-ibu yang kooperatif dan saling menghormati dalam membantu anak akan membentuk sikap yang positif.

  b. Harapan sosial tentang pilihan identitas dalam keluarga, sekolah, dan kelompok teman sebaya.

  Munculnya harapan-harapan dari lingkungan sekitar akan membuat remaja merasa memiliki tuntutan dalam hidupnya yang harus terpenuhi.

  Lingkungan di sekitar ini terdiri dari keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama, sekolah sebagai lingkungan kedua dalam bersosialisasi, dan kelompok teman sebaya sebagai lingkungan yang banyak digemari oleh para remaja untuk mengekspresikan diri. Saat individu bergaul maka, lingkungan tempat ia tinggal memiliki nilai dan kriteria tersendiri berdasarkan ukuran masyaraktnya. Hal ini membuat individu berusaha memenuhi tuntutan tersebut sehingga dipandang baik oleh lingkungannya. Untuk itu, kriteria yang diberikan masyarakat akan mempengaruhi remaja dalam membentuk identitasnya. melalui media cetak, media elektronik ataupun langsung ditemukan dan dialami di lingkungan sekitar. Makin banyak mengungkap alternatif pilihan tersebut maka pembentukan identitas semakin matang.

  d. Kepribadian pra-remaja memberikan fondasi untuk mengatasi kekhawatiran identitas.

  Kepribadian yang dimiliki individu sebelum masa remaja akan menjadi fondasi yang kuat untuk pembentukan identitas. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Reese (dalam Dusek, 1977) bahwa tahap perkembangan satu dengan tahap perkembangan yang lain merupakan kelanjutan, sehingga sifat kepribadian pada masa sebelumnya memiliki peran yang sangat penting bagi pembentukan identitas remaja.

B. Peran Ayah

1. Pengertian Peran

  Salah satu variabel dalam penelitian ini mengenai peran ayah. Namun didefinisikan terlebih dahulu arti kata peran itu sendiri. English & English (1958) menyatakan bahwa peran dalam lingkup ilmu sosial merupakan suatu fungsi yang dibawakan oleh seseorang ketika menduduki suatu karakteristik

  Kesimpulan dari beberapa pendapat tersebut, peran adalah fungsi yang dimiliki seseorang dan perilaku terpola yang dibawakan oleh individu dan ditujukan pada individu lain terkait dengan posisinya dalam suatu situasi terkait hak serta kewajibannya.

2. Pengertian Peran Ayah

  Ayah merupakan laki-laki yang secara hukum memiliki hubungan darah dan hidup bersama anaknya dalam rentang tertentu (Fajar, 2003).

  Pembagian tugas dalam keluarga yang diberikan bagi ayah seringkali dibatasi. Ayah mendapat tugas terkait dengan hal-hal di luar lingkungan keluarga (Gunarsa dkk, 2001). Menurut Fein serta Lamb (2004), selama tahun 1970-an terdapat fokus baru pada perubahan peranan ayah dalam keluarga.

  Perubahan secara sosial, ekonomi, serta budaya memberi pengaruh pada masyarakat terkait peran figur ayah dalam pengasuhan dan perkembangan anak. Kebijakan saat ini, ayah diberikan kesempatan untuk mengekspresikan diri dalam proses parenting (pengasuhan). Pada perkembangan anak, pengalaman yang dialami bersama ayah dapat mempengaruhi seorang anak hingga dewasa nantinya. Singkatnya, peran ayah yang mulanya bersifat tunggal

  Dalam penelitian ini, peran ayah adalah laki-laki yang memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga dalam keluarganya. Peran ayah ini dinilai berdasarkan persepsi dari remaja.

3. Aspek-aspek Peran Ayah

  Gunarsa dkk (2001) mengungkapkan bahwa ayah dibutuhkan oleh anak bukan hanya sebagai pemenuh materi, tetapi juga sebagai pengarah perkembangannya. Peran ayah mampu menentukan peran anaknya di kemudian hari. Menurut Hart (1999) aspek-aspek peran ayah adalah sebagai berikut:

  a. Pemberi nafkah (economic provider) Pandangan tradisional, ayah dilihat sebagai pemenuh kebutuhan finansial dan melindungi keluarganya. Walaupun ayah tidak tinggal bersama dengan keluarganya, mereka tetap mendapat tuntutan dari keluarga untuk memenuhi sandang, pangan, dan papan. Bila kebutuhan tersebut tidak mampu dipenuhi maka akan mempengaruhi interaksi ayah dan anak baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang panjang. Ayah yang bekerja sepanjang waktu untuk memenuhi kebutuhannya tetap menjadi bahwa anak lebih senang dan puas melakukan aktivitas bersama dengan ayah dibandingkan dengan ibu. Melalui permainan dengan anak, ayah dapat bergurau, dapat menjalin hubungan yang baik sehingga dapat membantu perkembangannya.

  c. Sebagai pengawas/pendisiplin (monitor and disciplinarian) Dua tahun pertama usia perkembangan anak, ayah bukan merupakan pemeran utama dalam mendidik kedisiplinan anak. Pernyataan tersebut dikarenakan ibu yang banyak berperan dalam perkembangan awal anak. Ayah memiliki andil dalam memonitor dan mengawasi perilaku anak. Bila muncul tanda-tanda awal penyimpangan bisa segera didisiplinkan.

  d. Pemberi perlindungan (protector) Peran ayah terlihat saat mulai mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak. Hal ini dilakukan agar anak dapat terbebas dari risiko bahaya, sehingga bisa mengajarkan cara menjaga keamanan saat tidak bersama orangtua.

  e. Penasehat (advocate) Ayah berperan untuk menjamin kesejahteraan anaknya. Dalam hal ini, ayah membantu, mendampingi dan membela anak jika mengalami selanjutnya. Hal ini dilakukan dengan yang sederhana terlebih dahulu sesuai usia anak. Ayah banyak mengajari anak dengan cara menjadi model terlebih dahulu, sehingga anak dapat meneladani dan mengidentifikasi perilaku positif yang dicontohkan oleh ayah.

  g. Pengasuh (caregiver) Ayah melakukan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk sehingga membuat anak merasa nyaman dan penuh kehangatan. Stimulasi tersebut tidak hanya bisa dilakukan oleh ibu, akan tetapi beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa ayah bisa merawat anak sehangat dan sebaik ibu.

  h. Resource Keberhasilan yang didapatkan oleh anak dikarenakan mendapatkan dukungan dari balik layar oleh ayah, sehingga ayah berusaha dengan berbagai cara untuk mendukung anaknya.

  Menurut Evans (Slameto, 2002) aspek-aspek peran ayah di kenal dengan istilah Five P yaitu: a. Problem-Solver

  Peran ayah muncul saat menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam keluarga. Ayah mampu memberikan solusi yang terbaik dan bisa c. Punisher Mendisiplinkan anak merupakan salah satu peran ayah. Terkadang ayah mendidik anak-anaknya dengan memberikan hukuman.

  d. Provider Peran ayah sebagai penyedia yaitu dengan menyediakan kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan oleh anak.

  e. Preparer Ayah berperan merencanakan dan menyediakan sebaik mungkin untuk masa depan anaknya.

  Peranan ayah menurut Emory Bogardus (dalam Irwanto, 1986) meliputi beberapa aspek-aspek berikut: a. Sumber kekuatan untuk identifikasi

  Ayah memiliki otoritas dalam keluarganya. Otoritas tersebut yang membuat anak-anak mengidentifikasi sosoknya. Dasar identifikasi tersebut telah tertanam sejak dini dalam diri anak-anaknya.

  b. Penghubung dengan dunia luar Ayah berperan memperkenalkan lingkungan sosial bagi anak- anaknya dan mengajak bersosialisasi dengan tetangga sekitar. Peran ayah d. Pendidikan disiplin dan tanggung jawab Peran ayah menjadi sosok yang memberikan dan menanamkan pendidikan kedisiplinan dalam kehidupan. Ayah memberikan teladan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam keluarga.

  Berdasarkan uraian terkait aspek-aspek peran ayah, maka secara garis besar peneliti menyimpulkan aspek-aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: ayah berperan sebagai teman (playmate), sebagai teladan, sebagai pemecah masalah (problem solver), sebagai penasehat serta sebagai penghubung dunia luar. Dalam penelitian ini, aspek-aspek tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk melihat hubungan peran ayah dengan pembentukan identitas remaja.

4. Kehadiran Peran Ayah

  Sosok ayah dalam keluarga memberikan kontribusi bagi keluarga terutama anak-anaknya. Menurut Freud (dalam Dagun, 1990) peran ayah muncul pada tahap akhir masa kanak-kanak. Dagun (1990) mengungkapkan bahwa kehadiran ayah mampu berperan bagi anak-anaknya antara lain: a. Anak akan lebih mampu bergaul dengan orang lain b. Memiliki kepercayaan diri Anak mampu menumbuhkan kepercayaan diri karena ayah mampu menjadikan dirinya sebagai pelindung. Adanya peran ayah dalam keluarga mampu membuat anak memiliki kepercayaan diri. Palkovits (2002) juga menambahkan bahwa tingkat kepercayaan diri anak menjadi tinggi berkat keterlibatan ayahnya.

  c. Bagi anak perempuan, hubungan dengan lawan jenis cenderung berjalan lancar Peran ayah di keluarga, membuat anak perempuan belajar untuk berinteraksi dengan lawan jenisnya. Saat anak tersebut berada di lingkungan luar akan mampu menjalin hubungan yang lancar dengan lawan jenisnya. Pernyataan yang menyatakan bahwa perempuan lebih mudah depresi dapat ditolak karena adanya keterlibatan ayah didalamnya (Dubowits dkk, 2001; Formoso dkk, 2007)

  d. Bagi anak laki-laki, mampu meneladani tanggungjawab yang dimiliki ayahnya Adanya kesamaan jenis kelamin, membuat anak laki-laki meneladani sikap ayah. Tanggung jawab yang diperlihatkan ayah dalam keluarga,

5. Dampak Ketidakhadiran Peran Ayah

  Menurut Dagun (1990), ketidakhadiran peran ayah memberikan dampak negatif bagi anaknya yaitu: a. Perkembangan anak menjadi pincang

  Orangtua memberikan kontribusinya dalam mengasuh anak. Tingkat dari kontribusi tersebut tidak sama. Hilangnya kontribusi dari pihak ayah mampu membuat perkembangan anak terhambat dan menjadi tidak maksimal.

  b. Kemampuan akademis menurun Anak menjadikan ayahnya sebagai tolak ukur dalam meraih prestasi.

  Pencapaian prestasi yang dimiliki ayah, diteladani agar dapat meningkatkan akademisnya. Hilangnya peran ayah mampu membuat kemampuan akademis menurun.

  c. Aktivitas dan interaksi sosial menjadi terhambat Ayah yang berperan sebagai penghubung dunia luar, membuat anak memiliki kepercayaan diri untuk berinteraksi dan beraktivitas di lingkungannya. Bila peran ayah tidak ada maka akan mengalami hambatan selama prosesnya. juga akan di model oleh anak. Hilangnya peran ayah membuat ciri kemaskulinan tersebut menjadi kabur.

  Mavis Hetherington (dalam Dagun, 1990) menyebutkan bahwa dampak ketidakhadiran peran ayah bagi anaknya yaitu: a. Sikapnya kurang mandiri

  Kemandirian banyak diajarkan oleh ayah. Ayah melatih anaknya untuk tidak mudah bergantung dengan orang lain. Sosok ibu yang lebih perasa seringkali cenderung memanjakan dan membuat anak merasa tergantung. Bila peran ayah tidak ada maka anak menjadi kurang mandiri.

  b. Kurang tegas Ayah memiliki sikap yang tegas dalam keluarganya. Perannya sebagai kepala keluarga membuatnya memiliki sikap tersebut. Anak terkadang mengidentifikasi sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, saat peran ayah hilang maka anak cenderung bersikap kurang tegas.

  c. Bagi anak laki-laki tidak menyukai permainan secara fisik (seperti: bola kaki, tinju) Ayah dan anak yang laki-lakinya memiliki jenis kelamin yang sama,

  Ayah mampu menumbuhkan kepercayaan diri anaknya dalam berinteraksi dengan orang lain. Bagi anak perempuan, bila sosok ayah tidak ada dalam kehidupannya maka menjadi mudah cemas berada di lingkungan anak laki-laki.

  Menurut Martin L. Hoffman (dalam Dagun, 1990) menunjukkan bahwa ketidakhadiran peran ayah memberikan dampak sebagai berikut: a. Anak menjadi kurang konsisten terhadap peraturan Sosok ayah yang tegas, membuatnya berperan sebagai pendisiplin.

  Untuk itu, ayah mengajarkan dan menjadi teladan dalam bersikap untuk mematuhi peraturan yang ada.

  b. Sikap dan nilai moral anak rendah Anak menjadikan ayahnya sebagai tolak ukur bersikap dan berperilaku. Teladan sikap dan penanaman nilai yang diberikan ayah mempu membuat anak tumbuh dengan baik.

  Berdasarkan uraian para ahli, ayah berperan penting dalam perkembangan anaknya. Peneliti menyimpulkan bahwa ketidakhadiran peran ayah bagi anak mampu mempengaruhi berbagai hal. Peneliti mengelompokkan dampaknya dalam perkembangan fisik (misal: aktivitas fisik terhambat),