DESKRIPSI KECERDASAAN EMOSIONAL REMAJA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DESKRIPSI KECERDASAAN EMOSIONAL REMAJA SISWA
KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
Benni Sitanggang
NIM: 051114001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DESKRIPSI KECERDASAAN EMOSIONAL REMAJA SISWA
KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
Benni Sitanggang
NIM: 051114001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Siapapun bisa marah, marah itu mudah.
Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang
tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik bukanlah hal yang mudah.
(Aristoteles) Tanpa emosi hidup kita akan menjadi kering, dingin, dan klise;
dengan menahan emosi, kita kan menjadi literal, terkekang, dan kaku;
jika disemangati emosi-emosi itu akan mengharumkan kehidupan;
jika dikecilkan, emosi-emosi itu akan meracuninya. (Joseph Collins)
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Keluarga tercinta Ayah A. Sitanggang dan Ibu N. Br. Hombing atas segala kebesaran kasih dan cinta yang telah diberikan selama ini. Tak ada kata yang mampu membalas semua kebaikan dan cinta kasih, teriring doa dan kasih semoga Tuhan selalu memberkati dan memberi kebahagiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
DESKRIPSI KECERDASAAN EMOSIONAL REMAJA SISWA KELAS VIII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
KELOMPOK
Benni Sitanggang
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingginya aspek-aspek kecerdasanemosional remaja siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
2011/2012.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian adalah
siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Sampling
berjumlah 59 orang yang terdiri dari kelas VIII Sukesih (29 orang) dan kelas VIII
Utari ( 30 orang). Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti.
Kuesioner yang digunakan untuk penelitian memuat 54 pernyataan. Teknik analisis
data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan 1 (PAP tipe 1).Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) aspek mengenali emosi diri:
sangat rendah 0%, rendah 5%, cukup 51%, tinggi 39% dan sangat tinggi 5%, (2)
aspek mengelola emosi: sangat rendah 3%, rendah 15%, cukup 63%, tinggi 17%, dan
sangat tinggi 2%, (3) aspek memotivasi diri sendiri: sangat rendah 3%, rendah 10%,
cukup 54%, tinggi 26%, dan sangat tinggi 7%, (4) aspek mengenali emosi orang lain:
sangat rendah 0%, rendah 7%, cukup 51%, tinggi 32%, dan sangat tinggi 10%, (5)
aspek membina hubungan: sangat rendah 2%, rendah 15%, cukup 46%, tinggi 22%,
dan sangat tinggi 5%.Usulan topik-topik yang akan digunakan pada bimbingan kelompok dibuat
berdasarkan butir item-item terendah. Usulan-usulan topik tersebut antara lain;
perananan kecerdasan emosional, love your self, manajemen emosi, cerdas merasa,
empati, cara-cara mengatasi konflik, dan kerjasama.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
DESCRIPTION OF THE TEENAGERS’ EMOTIONAL INTELLIGENCE OF
THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT SMP STELLA DUCE 2
YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2011/2012 AND ITS IMPLICATIONS
TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF GROUP GUIDANCE
By:
Benni Sitanggang
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2012
This study aimed to find out the teenagers’ emotional intelligence of the
eighth grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year.
This research belongs to a descriptive research. The sample of this study wasthe eighth grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic
year. There were 59 people consisting of class VIII Sukesih (29 people) and class
VIII Utari (30 people). The research instrument was a questionnaire prepared by the
researcher himself, which consisted of 54 statements. The technique of data analysis
used was the assessment of standard reference evaluation (PAP type 1).The results of this study showed: (1) aspect of knowing emotions: 0% very
low, 5% low, 51% average, 39% high and 5% very high, (2) aspect of managing
emotions: 3% very low, 15% low, 63% average, 17% high, and 2% very high, (3)
aspect of motivating oneself: 3% very low, 10% low, 54% average, 26% high, and
7% very high, (4) aspect of recognizing others’ emotions: 0% very low, 7% low, 51%
average, 32% high, and 10% very high, (5) aspect of managing relationships: 2%
very low, 15% low, 46% average, 22% high, and 5% very high.The suggested topics of the group guidance were created based on the lowest
items, which covered the role of emotional intelligence, love yourself, emotion
management, intelligence feeling, empathy, ways to resolve conflicts, and
cooperation.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan sang Maha Guru, atas segala
kebaikan dan kebijaksanaanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak menerima bantuan, semangat,
dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:1. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing serta mendampingi peneliti pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Gendon Barus M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik serta membagikan pengetahuan dan ilmunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Seluruh pihak SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
5. Ayah A. Sitanggang, Ibu Br. Hombing saudara Hendri Sitanggang dan Kristo
Sitanggang dan saudari Marlina Sitanggang serta seluruh keluarga besar yang tidak berhenti memberikan dukungan doa dan material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Rosalina Sirait yang selalu memberikan semangat dan harapan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Antonius Udhay, Agnes Dwijayanti Ningrum, Anna Miranti, Marselus
Gondu, Siswa Wulandary, Hendrayani, Sendy Laksono dan semua teman BK angkatan 2005 atas kerjasama dan dukungannya selama peneliti menempuh masa studi dan menyelesaikan skripsi.Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 16 April 2012 Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….……........i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………….…………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………….iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………..………………………….v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………….vi
ABSTRAK………………...…………………………………………………..…….vii
ABSTRACT …………………………………………………...…...…………..…....viii
KATA PENGANTAR ………………………………………...……………………..ix
DAFTAR ISI …………………………………………………...……………………xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...……..…xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………..………….….………..xv
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………...………………..……..1 B. Rumusan Masalah …………………………………………..………....……...5 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...…...………6 D. Manfaat Penelitian …………………………………..........................………..6 E. Batasan Istilah ………………………………………............................……...7 BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional ………………………………………….……………8
1. Pengertian Emosi …………………………………………………………8
2. Kecerdasan Emosional …………………………………………………..10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Siswa Sebagai Remaja ………………………………………………………18
1. Pengertian Remaja ………………………………………………………18
2. Keadaan Emosi Selama Masa Remaja ………………………….………20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja …………………………………...……………………...25 C. Bimbingan Kelompok ………………………………………………………32
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………………………………………….………….…...…..34 B. Subyek Penelitian ………………………………………………….………..34 C. Instrumen Penelitian ……………………………………………….………..35
1. Skala Pengukuran Kecerdasan Emosional ……………………….……...35
2. Indikator Kecerdasan Emosional …………………………….………….36
3. Susunan Kuesioner ……………………………………….……………..36
4. Penskoran ………………………………………….………….……...….36
5. Validitas dan Reliabilitas ………………………………….…………….38
D. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………….……......42
1. Tahap Persiapan ……………………………………………….……...…42
2. Tahap Penelitian ……………………………………………….………..44
E. Teknik Analisis Data ……………………………………………….…….....45
BAB IV: HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN-USULAN TOPIK BIMBINGAN A. Deskripsi Tingkat Masing-masing Aspek Kecerdasan Emosional Remaja Siswa SMP Kelas VIII Stella Duce 2 Yogyakarta
1. Tingkat Aspek-aspek Kecerdasan Emosional…..……………………….48
2. Skor Item-item Terendah……………………………………….……….52
C. Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok untuk Remaja Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta…………………………………57
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………….…………….……..60 B. Saran ……………………………………………………………….……….62 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….…………….……..63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Kecerdasan Emosional .…………….37
Tabel 2. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe 1 ……………………………..47
Tabel 3. Penggolongan Tinggi Masing-masing Aspek KecerdasanEmosional Remaja Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta …………………………………………………………..47 Tabel 4. Pengkategorisasisan Aspek Kecerdasan Emosional Remaja Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta …..…………..…………49
Tabel 5. Skor Item-item Terrendah ……………………………………….…..56
Tabel 6. Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok Remaja Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ………..………….….…58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan Kelompok …………………...65
Lampiran 2. Kuesioner Kecerdasan Emosional ………………………….………..70
Lampiran 3. Tabulasi Skor Ujicoba Kuesioner Kecerdasan Emosional………………………………………………….……..….74Lampiran 4. Item-Total Statistik …………………………………………….……77
Lampiran 5. Tabulasi Skor Penelitian ……………………………………………79
Lampiran 6. Skor Masing-masing Aspek Kecerdasan Emosional Remaja Siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 YogyakartaTahun Ajaran 2011/2012 ……………………………………..…..…85
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian …………………………………………..…..…95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan hidup manusia dipengaruhi oleh berbagai macam aspek
kemampuan atau kecerdasan dalam dirinya. Berbagai macam kecerdasan itu antara lain adalah IQ, EQ, dan SQ. Intelligence Quotient (IQ) adalah kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun masalah strategis. Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kemampuan untuk bersikap kreatif, mengubah
aturan, mengubah situasi, dan menangkap makna. Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa IQ lebih dominan untuk mengantar orang sampai pada kesuksesan hidup. Perkembangan selanjutnya justru EQ mempunyai peranan yang besar juga untuk menentukan kesuksesan seseorang dalam kehidupannya. Harapannya EQ juga semakin dikenal oleh masyarakat dan penerapannya dalam masyarakat semakin meluas terutama dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya dalam penelitian ini EQlah yang menjadi dasar teori pemikiran dan sebagai sumber utama dalam menyusun penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perhatiannya terhadap EQ adalah Daniel Goleman. Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasaan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20 % bagi kesuksesan, sedangkan 80 % adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain diantaranya 30 % adalah sumbangan kecerdasaan emosional atau Emotional
Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan kerjasama. Rasio perbandingan antara kecerdasaan intelektual dan kecerdasaan emosional tidak jauh berbeda yakni 20 % dan 30 % sehingga dapat dikatakan kedua kecerdasaan tersebut memiliki peranan yang sama penting dan besarnya dalam menentukan keberhasilan.
Penelitian ini difokuskan pada tingkat kecerdasaan emosional remaja awal khususnya pada siswa SMP. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu, awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Secara lebih khusus penelitian ini dilakukan pada masa awal remaja atau siswa SMP kelas delapan. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja.
Menurut Hurlock (1994) masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan“, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kondisi baru. Sebagian besar remaja mengalami masa badai dan tekanan dan ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Menurut Gessel dan kawan-kawan, remaja empat belas tahun sering mudah marah, dan emosinya cenderung meledak, tidak berusaha mengendalikan perasaannya (Hurlock, 1994:213). Tekanan dan badai dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
Remaja memproses informasi mengenai emosi secara berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Remaja awal (usia 11 sampai 13 tahun) cenderung menggunakan amigdala, bagian otak dalam lobus temporal yang kecil dan berbentuk seperti kacang almond, yang berperan besar dalam reaksi emosional dan instingual. Remaja yang lebih matang, seperti orang dewasa, cenderung menggunakan lobus frontalis, yang memungkinkan penilaian yang lebih akurat dan beralasan. Maka, pada remaja awal, perkembangan otak yang belum matang dapat membuat perasaan atau emosi mengalahkan akal sehat.
Hal inilah yang menjadi alasan yang memungkinkan remaja untuk membuat pilihan yang tidak bijaksana, seperti penyalahgunaan alkohol atau narkoba dan melakukan aktivitas seksual beresiko.
Ketidakstabilan emosi, ketidakmatangan otak, masa transisi dan adanya periode badai pada remaja turut melahirkan berbagai ekses negatif. Beberapa ekses negatif berupa peningkatan perilaku kekerasaan baik yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
umum terjadi di lingkungan pendidikan saat ini. Permasalahan-permasalahan ini muncul karena anak didik semakin kesulitan dalam mengurangi ekses- ekses gejolak emosi. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa masyarakat, baik itu para pendidik, orangtua dan siswa sendiri belum menaruh perhatian yang serius terhadap kecerdasaan emosional anak remaja.
Perkembangan budaya dan kemajuan teknologi yang begitu pesat juga melahirkan beragam tuntutan terhadap manusianya terlebih pada remaja. Pada budaya modernitas individualitas semakin meningkat. Efek lain dari masyarakat modernitas ini adalah semakin sempitnya ruang-ruang sosial yang berperan sebagai wadah untuk remaja berinteraksi secara emosional. Individualitas dan penyempitan relasi sosial mengakibatkan remaja mengalami pertumbuhan yang lambat secara emosional dan semakin berkurangnya ruang-ruang pendistribusian emosi secara konstruktif. Emosi merupakan dorongan untuk bertindak mengatasi masalah bila tidak ditata dengan baik maka akan mempengaruhi tindakan kita. Pada saat ini dimana berbagai tekanan dan kecenderungan mental semakin kompleks sehingga dibutuhkan juga kesiapan diri untuk mengembangkan kecerdasaan emosionalnya agar mampu menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Problematika yang telah diutarakan sebelumnya juga terjadi pada lingkup yang lebih kecil yakni dalam lingkungan sekolah SMP Stella Duce 2.
Berdasarkan sharing, diskusi dan obrolan ringan bersama teman-teman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimana siswa baik secara perorangan maupun kelompok siswa membutuhkan bantuan pendampingan dalam mengembangkan aspek-aspek kecerdasaan emosionalnya. Kurangnya kebersamaan dan rendahnya perhatian dalam keluarga, kesulitan dalam mengekspresikan emosi, munculnya kekerasan baik secara fisik maupun verbal berupa ejekan, kelas yang selalu ramai, hasil akademik yang tidak memuaskan menjadi permasalahan yang harus diselesaikan. Sekian permasalahan yang terjadi di masyarakat kita dan khususnya SMP Stella Duce 2 serta mengingat sangat pentingnya kecerdasaan emosional dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa maka penulis tertarik untuk meneliti : ” Deskripsi Kecerdasan Emosional Remaja Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok”.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat masing-masing aspek kecerdasan emosional para siswa SMP Kelas
VIII Stella Duce 2 Yogyakarta dan melihat implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan dalam bidang kecerdasan emosional.
Secara khusus, pertanyaan yang hendak dijawab adalah :
1. Seberapa tinggikah masing-masing aspek kecerdasan emosional para siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terindikasi rendah yang dapat diusulkan sebagai topik bimbingan yang sesuai bagi para Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :
1. Mengetahui tingginya masing-masing aspek kecerdasan emosional siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
2. Dapat menyusun suatu usulan topik bimbingan berdasarkan butir-butir terendah dalam setiap aspek kecerdasan emosional yang sesuai bagi para siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai tingkat kecerdasan emosional para siswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak :
1. Guru pembimbing Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan demi peningkatan mutu pelayanan bimbingan mengenai kecerdasan emosional kepada para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
emosional para siswanya.
3. Peneliti Menambah informasi bagi peneliti mengenai tingkat aspek- aspek kecerdasaan emosional remaja SMP kelas VIII.
E. Batasan Istilah
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya melalui keterampilan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecerdasaan Emosional
1. Pengertian Emosi
Secara etimologis emosi berasal dari kata kerja latin yakni movere yang berarti ”menggerakkan, bergerak”. Awalan e dalam kata emosi menunjukkan penambahan arti yakni ”bergerak menjauh”. Arti ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Dalam makna yang lebih harafiah, Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan emosi sebagai satu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Menurut King, emosi (emotion) adalah perasaan, atau afeksi yang dapat melibatkan ransangan fisiologis (seperti denyut jantung cepat), pengalaman sadar (seperti memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang), dan ekspresi perilaku (sebuah senyuman atau raut muka cemberut), (King, 2010: 98). Menurut Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Pada dasarnya semua emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan berangsur-angsur oleh evolusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Goleman (2007: 411) mengelompokkan emosi dalam beberapa golongan, yaitu : a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan tindak kekerasan dan kebencian patologis.
b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.
c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was- was, perasaan takut sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, fobia dan panic.
d. Kenikmatan: bahagia, ringan, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, maniak.
e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasamaran, kasih.
f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
g. Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Pengelompokan emosi di atas tetap mengalami perkembangan. Pengelompokan emosi pada empat emosi (takut, marah, sedih dan senang) berlaku dalam berbagai kebudayaan bangsa-bangsa. Hal inilah yang menunjukkan adanya universalitas perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our
emotional life with intelligence ); menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya ( the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Lebih lanjut kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan, seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa (Goleman, 2007: 45).
3. Aspek-aspek Kecerdasaan Emosional
Kecerdasan emosional terbagi pada lima wilayah utama (Goleman, 2007: 57):
a. Mengenali Emosi Diri Kesadaran diri-mengenali perasaan sendiri sewaktu perasaan itu terjadi- merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waku ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan (Goleman, 2007: 57-59). Mengenali emosi sendiri merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
emosi itu terjadi dan mampu mengambil tindakan yang tepat sehingga emosi tidak menghasilkan efek yang negatif bagi orang yang bersangkutan maupun orang yang berada disekitarnya. Oleh karena itu kesadaran akan diri sendiri sangat diperlukan sebagai langkah awal bagi seseorang untuk mengenali emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002: 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Menurut Goleman (2002: 404) aspek mengenali emosi diri terdiri dari : 1) Kesadaran emosi Orang yang memiliki kesadaran emosi yang tinggi mampu: a) Mengetahui emosi mana yang sedang dirasakannya dan mengapa.
b) Menyadari keterkaitan antara perasaan, pikiran, perbuatan, dan apa yang dikatakannya, c) Mengetahui bagaimana perasaannya mempengaruhi cara kerjanya,
d) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk mencapai nilai-nilai dan tujuannya.
2) Penilaian diri Orang yang memiliki penilaian diri secara teliti dan tinggi mampu:
a) Menyadari kekuatan dan kelemahannya
b) Memiliki kemampuan untuk mengadakan refleksi diri,
c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang dirinya sendiri dengan perspektif yang luas.
3) Kepercayaan diri Orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi memiliki kecenderungan: a) berani tampil dengan keyakinan diri dan berani menyatakan keberadaannya b) berani mengungkapkan pendapat dan bersedia berkorban demi kebenaran, c) bersikap tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.
b. Mengelola Emosi Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Kemampuan mengelola emosi ditinjau dari kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karna gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan (Goleman, 2007: 58). Menurut Goleman (2002: 404) orang yang memiliki kemampuan mengelola emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) toleransi yang lebih tinggi terhadap frustrasi dan pengelolaan amarah, 2) berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang kelas, 3) lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, tanpa berkelahi, 4) berkurangnya larangan masuk sementara dan skors, 5) berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri, 6) perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, 7) lebih baik dalam menangani ketengangan jiwa, 8) berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan.
Orang yang kemampuan mengelola emosinya rendah, menerima kritik sebagai serangan pribadi, bukan sebagai keluhan yang harus diatasi, kurang memiliki kendali diri, mudah mencemooh atau menghina, bersikap menutup diri atau sikap bertahan yang pasif, mudah patah semangat (Goleman 2002: 214-215).
Menurut Goleman aspek kemampuan mengelola emosi meliputi: 1) Mengendalikan emosinya sendiri
Orang yang dapat mengendalikan emosinya sendiri secara tepat mampu: a) mengelola dengan baik emosi-emosi yang menekan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang paling berat,
c) berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam keadaan tertekan.
2) Dapat dipercaya Orang yang dapat dipercaya mampu:
a) bertindak seturut etika dan tidak pernah mempermalukan orang lain,
b) membangun kepercayaan dengan sikap apa adanya dan jujur,
c) mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan yang tidak dapat diterimanya, d) berpegang kepada prinsip secara teguh walaupun akibatnya adalah menjadi tidak disukai.
c. Memotivasi Diri Sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional-menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati-adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang.
Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan (Goleman, 2007: 58). Kemampuan memotivasi diri sendiri menurut Goleman meliputi aspek:
1) Dorongan untuk berprestasi Orang yang memiliki dorongan berprestasi memiliki kemampuan:
a) berorientasi pada tujuan dengan semangat juang yang tinggi untuk meraihnya, b) menetapkan tujuan yang menantang dan berani mengambil resiko,
c) mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih tepat, d) terus belajar untuk meningkatkan prestasi. 2) Memiliki komitmen
Orang yang memiliki komitmen tinggi mampu:
a) berkorban demi tercapainya tujuan,
b) merasakan dorongan semangat dalam mencapai tujuan yang utama dalam hidupnya, c) mempertimbangkan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat untuk mengambil keputusan, d) mencari peluang untuk memenuhi kebutuhannya. 3) Memiliki inisiatif
Orang yang memiliki inisiatif mampu:
a) memanfaatkan peluang untuk memajukan dirinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c) berani melanggar batas-batas dan aturan yang tidak prinsip apabila perlu, agar tugas dapat dilaksanakan, d) berani mengajak orang lain bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
4) Optimis Orang yang memiliki sifat optimis mampu :
a) bersikap tekun dalam mengejar cita-citanya meskipun banyak hambatan, b) bekerja atau belajar dengan harapan untuk sukses dan tidak takut gagal, c) berani belajar dari kegagalan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut empati. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. Orang-orang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi dan mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Goleman (2002: 404) orang yang memiliki kemampuan mengenali emosi orang lain cenderung atau memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain. 2) Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain. 3) Lebih baik dalam mendengarkan orang lain.
e. Membina Hubungan Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Kemampuan membina hubungan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2007: 59).
Menurut Goleman (2002: 404-405) orang yang memiliki kemampuan membina hubungan yang tinggi cenderung atau memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan persengketaan, 2) lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam hubungan, 3) lebih tegas dan trampil dalam berkomunikasi, 4) lebih populer dan mudah bergaul; bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya, 5) lebih dibutuhkan oleh teman sebaya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7) lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam kelompok, 8) lebih suka berbagi rasa, bekerjasama, dan suka menolong, 9) lebih demokratis dalam bergaul dengan orang lain.
B. Siswa Sebagai Remaja
1. Pengertian Remaja atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata
Adolescence
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1994: 206). Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Singgih,1979:17). Masa remaja juga diartikan sebagai masa atau periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio- emosional (Santrock, 2007: 20).
Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun, yaitu