Bab 2 Profil Kabupaten Bandung - DOCRPIJM 76851eab2d BAB IIBab 2 Profil KBI

Bab 2 Profil Kabupaten Bandung

2.1 KONDISI UMUM

2.1.1 PROFIL GEOGRAFIS

  Secara Geografis Kabupaten Bandung terletak diantara 6 49’0” – 7 18’ Lintang Selatan dan 107

  14’ – 107 56’ Bujur Timur. Sedang luas wilayah Bandung adalah 176.238,67 Ha yang dilingkupi oleh beberapa Kabupaten yang ada disekitarnya. Batas Administrasi Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : ▪

  : Kabupaten Bandung Barat ,Kota Bandung dan Bagian Utara

  Kabupaten Sumedang ▪ : Kab. Garut dan Kabupaten Cianjur

  Bagian Selatan ▪

  : Kab. Sumedang dan Kabupaten Garut Bagian Timur

  ▪ Bagian Barat : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan

  Kota Cimahi ▪

  : Kota Bandung dan Kota Cimahi Bagian Tengah

  Secara Administratif Kabupaten Bandung terdiri dari 31 Kecamatan yang terbagi dalam 270 Desa dan 10 Kelurahan. Jumlah desa terbanyak terdapat di Kecamatan Ciparay yaitu 14 desa . Sedangkan jumlah Desa yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Margahayu yaitu 5 desa dan 1 kelurahan. Selengkapnya gambar administratif Kabupaten Bandung terlihat pada gambar dibawah ini.

Tabel 2.1 Luas dan Administrasi Kabupaten Bandung

  Luas Wilayah No Kecamatan

  Jumlah Desa

  

(Ha)

  1 Ciwidey 4.847

  7

  2 Rancabali 14.837

  5

  3 Pasirjambu 23.958

  10

  4 Cimaung 5.500

  10

  5 Pangalengan 19.541

  13

  6 Kertasari 15.207

  8

  7 Pacet 9.194

  13

  8 Ibun 5.457

  12

  9 Paseh 5.103

  12

  10 Cikancung 4.014

  9

  11 Cicalengka 3.599

  12

  12 Nagreg 4.930

  8

  13 Rancaekek 4.525

  14

  14 Majalaya 2.536

  11

  15 Solokanjeruk 2.401

  7

  16 Ciparay 4.618

  14

  17 Baleendah 4.156

  8

  18 Arjasari 6.498

  11

  19 Banjaran 4.292

  11

  20 Cangkuang 2.461

  7

  21 Pameungpeuk 1.462

  6

  22 Katapang 1.572

  7

  23 Soreang 2.551

  10

  24 Kutawaringin 4.730

  11

  25 Margaasih 1.835

  6

  26 Margahayu 1.054

  5

  27 Dayeuhkolot 1.103

  6

  28 Bojongsoang 2.781

  6

  29 Cileunyi 3.158

  6

  30 Cilengkrang 3.012

  6

  31 Cimenyan 5.308

  9 Jumlah 176.240 280

  2 - 3

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bandung Kondisi geografis wilayah Kabupaten Bandung yang bervariasi menyebabkan keragaman sumber daya alam. Komoditi unggulan yang diusahakan bervariasi di setiap wilayah, baik dari sektorpetanian maupun dari sektor industri pengolahan yang memanfaatkan bahan baku hasil pertanian. Komoditi-komoditi unggulan yang dimiliki masing-masing wilayah di Kabupaten Bandung, terdapat beberapa komoditi yang menjadi unggulan tidak hanya di tingkat kabupaten tetapi sampai ke tingkat provinsi dan nasional. Komoditi-komoditi tersebut dapat dikategorikan sebagai komoditi khas Kabupaten Bandung.

Tabel 2.2 Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung No Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) Persentase (%)

1 Kawasan Budidaya 227,013 72.84%

  A. Budidaya Pertanian 182,013 58.52% Hutan Produksi 24,943 8.02% Hutan Rakyat 5,375 1.73% Lahan Basah 57,200 18.39% Lahan Kering 39,805 12.80% Perkebunan 53,975 17.35% Peternakan 324 0.10% Perikanan 391 0.13%

  B. Budidaya Non Pertanian 44,559 14.33% Permukiman 28,719 9.23% Fasum/Fasos 246 0.08% Perdagangan/Jasa 1,211 0.39% Militer 1,973 0.63% Pertambangan 62 0.2% Kawasan Industri 4,470 1.58% Zona Industri 4,470 1.44% Cadangan/Lain-lain 3,408 1.10%

2 Kawasan Lindung 84,462 27.16%

  Hutan Lindung/Konservasi 48,917 15.73% Sempdan 3,853 1.24% Suaka/Pelestarian Alam 4,391 1.41% Rawan Bencana 19,569 6.29% Peraiaran 7,732 2.49%

  Total Luas 311,034 Sumber : RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012

2.1.2 PROFIL DEMOGRAFI

  Kabupaten Bandung dengan luas wilayah 176.238,67 Ha, yang terdiri dari 31 Kecamatan memiliki jumlah penduduk 3.470.393 jiwa dengan kepadatan penduduk 20 jiwa/Ha pada Tahun 2014. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2010-2014

  17 Baleendah 4.156 224.324 233.336 239.623 250.771 251.996

  31 Cimenyan 5.308 104.212 107.355 109.834 101.103 113.720 Jumlah 176.240 2.682.262 3.096.399 2.750.505 3.463.231 3.470.393

  30 Cilengkrang 3.012 4.662 48.247 49.302 47.442 51.578

  29 Cileunyi 3.158 164.095 173.114 18.029 164.529 192.312

  28 Bojongsoang 2.781 103.976 108.884 11.299 106.795 119.188

  27 Dayeuhkolot 1.103 113.334 114.577 11.467 116.195 116.889

  26 Margahayu 1.054 120.375 122.335 123.176 124.836 126.119

  25 Margaasih 1.835 13.441 138.871 141.876 152.598 147.971

  24 Kutawaringin 4.730 89.544 92.036 93.197 92.955 97.051

  23 Soreang 2.551 104.388 107.198 10.889 119.500 112.839

  22 Katapang 1.572 109.739 114.054 117.113 120.092 122.973

  21 Pameungpeuk 1.462 69.566 71.276 7.252 75.158 74.685

  20 Cangkuang 2.461 64.963 67.507 69.201 72.151 72.762

  19 Banjaran 4.292 114.475 117.016 118.247 128.161 122.042

  18 Arjasari 6.498 91.033 92.888 94.027 93.538 96.534

  16 Ciparay 4.618 151.011 154.072 155.594 174.566 160.087

  No Kecamatan Luas Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

  7 Pacet 9.194 101.116 10.297 103.821 106.460 106.584

  1 Ciwidey 4.847 73.026 7.426 74.772 82.722 76.649

  2 Rancabali 14.837 477 48.449 48.731 52.489 49.889

  3 Pasirjambu 23.958 79.958 81.297 81.858 92.225 83.887

  4 Cimaung 5.500 7.301 74.502 75.749 82.025 77.437

  5 Pangalengan 19.541 138.843 141.285 142.317 150.654 146.030

  6 Kertasari 15.207 65.714 66.659 66.995 66.038 68.469

  8 Ibun 5.457 75.776 77.321 7.791 75.572 80.358

  15 Solokanjeruk 2.401 77.557 78.978 79.807 84.381 81.748

  9 Paseh 5.103 11.957 122.206 123.371 121.539 127.418

  10 Cikancung 4.014 82.222 84.455 86.031 82.759 88.942

  11 Cicalengka 3.599 109.111 111.374 112.412 121.653 115.828

  12 Nagreg 4.930 47.865 4.898 49.478 56.160 51.194

  13 Rancaekek 4.525 16.646 170.325 171.929 186.489 177.998

  14 Majalaya 2.536 151.555 154.161 155.317 161.675 159.216

  Sumber : Kabupaten Dalam Angka 2010-2014

Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2014

  Kepadatan Luas Wilayah Penduduk No Kecamatan Penduduk (Ha) (Jiwa)

  (Jiwa/Ha)

  1 Ciwidey 4.847 76.649

  16

  2 Rancabali 14.837 49.889

  3

  3 Pasirjambu 23.958 83.887

  4

  4 Cimaung 5.500 77.437

  14

  5 Pangalengan 19.541 146.030

  7

  6 Kertasari 15.207 68.469

  5

  7 Pacet 9.194 106.584

  12

  8 Ibun 5.457 80.358

  15

  9 Paseh 5.103 127.418

  25

  10 Cikancung 4.014 88.942

  22

11 Cicalengka 3.599 115.828

  32

  12 Nagreg 4.930 51.194

  10

  13 Rancaekek 4.525 177.998

  39

  14 Majalaya 2.536 159.216

  63

  15 Solokanjeruk 2.401 81.748

  34

  16 Ciparay 4.618 160.087

  35

  17 Baleendah 4.156 251.996

  61

  18 Arjasari 6.498 96.534

  15

  19 Banjaran 4.292 122.042

  28

  20 Cangkuang 2.461 72.762

  30

  21 Pameungpeuk 1.462 74.685

  51

  22 Katapang 1.572 122.973

  78

  23 Soreang 2.551 112.839

  44

  24 Kutawaringin 4.730 97.051

  21

  25 Margaasih 1.835 147.971

  81

  26 Margahayu 1.054 126.119 120

  27 Dayeuhkolot 1.103 116.889 106

  28 Bojongsoang 2.781 119.188

  43

  29 Cileunyi 3.158 192.312

  61

  30 Cilengkrang 3.012 51.578

  17

  31 Cimenyan 5.308 113.720

  21 Kab.Bandung 176.240 3.470.393

  20 Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2015 a.

  Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

  Dari sisi demografis, jumlah penduduk Kabupaten Bandung 3.470.393 jiwa pada tahun 2014 (Data BPS 2015), terdiri dari laki-laki sebanyak 1.761.460 jiwa (50,75 %) dan perempuan sebanyak 1.708.933 jiwa (49,24 %). Jumlah ini meningkat 1,35 % dibandingkan tahun 2013, dimana pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten

  Bandung mencapai lk 3.415.700 jiwa, terdiri atas : laki-laki 1.712.839 jiwa (50,15 %) dan perempuan 1.702.861 jiwa (49,85 %). Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2014, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 67,30 %, jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 27,65% % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 5,05%. Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan sebesar 2,25 %, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) menurun 0,44 %, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) meningkat 2,69 %.

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung

  Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2013 2014 No Kelompok Umur

  Penduduk % Penduduk %

  1 Muda 1.000.072 29,28 959.649 27,65 ( 0 - 14 Tahun)

  2 Produktif 2.255.104 66,02 2.335.585 67,30 (15 - 64 Tahun)

  3 Tua 160.524 4,70 175.159 5,05 ( 65 + tahun) Jumlah 3.415.700 100,00 3.470.393 100,00

  Sumber : RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012

  Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban ketergantungan (dependency ratio) sebesar 54,10 %, ini artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung lk. 54 orang penduduk tidak produktif. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, dependency ratio pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 5,15 poin, sedangkan dependency ratio pada tahun 2013 sebesar 48,95 %. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Bandung.

  b.

  Laju Pertumbuhan Penduduk

  Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Bandung pada tahun 2014 sebesar

  3.470.393

  0,21% dengan jumlah penduduk Jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai LPP Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.6 LPP Kabupaten Bandung Jumlah No Tahun Penduduk LPP (Jiwa)

  1 2010 2.682.262

  2 13% 2011 3.096.399

  3 -13% 2012 2.750.505

  4 21% 2013 3.463.231

  5 0,21% 2014 3.470.393

  Sumber : Hasil analisis Tahun 2016 c.

  Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  Perkembangan penduduk usia 10 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan (ijazah tertinggi yang dimiliki), secara keseluruhan yang belum mempunyai ijazah untuk tahun 2014 adalah 8,55%, lulus SD/setara 30,33%, SLTP/Setara 18,93%, SLTA/Setara 27,91% dan yang mempunyai ijazah perguruan tinggi adalah 4,55%. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk yang memiliki ijzah adapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Kabupaten Bandung Tahun 2014 No Ijazah Jumlah Persentase

  1 Tdk/Blm Punya Ijazah 296.641 8,55

  2 SD/Setara 1.052.549 30,33

  3 SLTP/Setara 656.828 18,93

  4 SLTA/Setara 621.556 17,91

  5 Perguruan Tinggi 157.699 4,55 Sumber : Bandung Dalam Angka 2015 d.

  Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan

  Salah satu Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat tergambarkan dari laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja pada suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal sebaliknya dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), persentase kesempatan kerja, persentase angkatan kerja yang bekerja dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah.

  Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak (peningkatan kemampuan daya beli). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 mencapai 53,44 %, terdiri dari : TPAK laki-laki sebesar 70,56 % dan TPAK perempuan sebesar 35,72 %. TPAK tahun 2014 ini meningkat 1,44 poin bila dibandingkan dengan tahun 2013, di mana TPAK tahun 2013 mencapai 52 %. Terdapat ketimpangan yang cukup tajam antara TPAK laki-laki dengan perempuan, perempuan cenderung kurang memiliki akses untuk memasuki dunia kerja, hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar perempuan usia produktif berada pada posisi sebagai ibu rumah tangga.

  Tingginya TPAK seyogyanya diimbangi dengan besarnya kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja, sehingga dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Tahun 2014 kesempatan kerja pada lapangan usaha di Kabupaten Bandung mencapai 89,80 % sedangkan tingkat pengangguran terbuka mencapai 10,20 %. Angka kesempatan kerja ini mengalami peningkatan sebesar 2,31 poin dibandingkan tahun 2013, di mana pada tahun 2013 kesempatan kerja mencapai 87,49 %, sedangkan tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 2,31 poin dibandingkan tahun 2013, sedangkan pada tahun 20013 tingkat pengangguran terbuka mencapai 12,51 %. Angka pengangguran ini pada umumnya didominasi oleh perempuan, hal ini disebabkan karena lapangan kerja yang ada belum sesuai dengan ketersediaan kualitas tenaga kerja perempuan di Kabupaten Bandung.

  Pada umumnya, lapangan pekerjaan di Kabupaten Bandung bergerak pada sektor : pertanian, industri, perdagangan, jasa dan lainnya (pertambangan, listrik gas dan air, angkutan dan komunikasi, koperasi dan lembaga keuangan). Pada tahun 2014 penyerapan tenaga kerja (usia 10 tahun ke atas) mengalami pergeseran dari sektor pertanian dan industri ke sektor perdagangan, jasa dan lainnya, di mana angkatan kerja yang bekerja pada sektor perdagangan mengalami peningkatan sebesar 1,75 poin, yaitu dari 18,75 % pada tahun 2009 menjadi 20,50 % pada tahun 2014. Demikian pula angkatan kerja yang bekerja pada sektor jasa dan lainnya pada tahun 2014 mengalami peningkatan masingmasing sebesar 1,65 poin dan 0,2 poin dibandingkan tahun 2013.

2.1.3 PROFIL TOPOGRAFI

  Wilayah Kabupaten Bandung terletak pada ketinggian ± 110 meter dpl,lokasi tertinggi yaitu Kecamatan Cipeundeuy sampai ketinggian 2.429 meter dpl di Gunung Patuha. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 2.000 meter dpl sebagian besar berada di Kecamatan Ciwidey, Rancabali, Kertasari, dan Pasirjambu. Wilayah dengan ketinggian tempat di atas 2.000 meter dpl merupakan wilayah yang paling sempit, yaitu seluas 14.863.500 Ha atau 4,81% dari luas wilayah yang tersebar di Kecamatan Banjaran, Kertasari, Pacet, Pangalengan, dan Pasirjambu.

  Morfologi Kabupaten Bandung terdiri dari wilayah datar/landai, kaki bukit, dan pegunungan dengan kemiringan lereng beragam antara 0

  • – 8%, 8% - 15% hingga di atas 45%. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-puncaknya adalah: sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m). Sebelah selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya berbatasan dengan Kabupaten Garut. Dataran Kabupaten Bandung terhampar luas di bagian tengah Cekungan Bandung dengan kemiringan 0
  • – 2% dan 2 – 8% ke arah barat dan ke arah Sungai Citarum yang membelah wilayah dari timur ke barat Wilayah ini merupakan kawasan pesawahan yang subur yang sebagian diantaranya rawan banjir. Kota – kota yang merupakan satelit dan sembrani tandingan (counter magnet) dari Kota Bandung terdapat diwilayah ini. Secara rinci proporsi tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Bandung disajikan sebagai berikut 1.

  Daerah datar (0

  • – 8%) meliputi areal seluas 119.636,62 Ha atau seluas 37,68% dari seluruh luas daratan yang ada tersebar di sepanjang alur Sungai Citarum 2.

  Daerah landai (8

  • – 15%) meliputi areal seluas ± 42.897,83 Ha atau seluas13,51% dari seluruh areal yang ada 3.

  Daerah agak curam (15

  • – 25%) meliputi areal seluas ± 85.076,60 Ha atau seluas 26,79% dari seluruh areal yang ada

  4. Daerah curam (25

  • – 40%) meliputi areal seluas ± 61.187,77 Ha atau seluas 19,27% dari seluruh areal yang ada 5.

  Daerah Sangat curam (> 40%) meliputi areal seluas ± 8.758,45 Ha atau seluas 2,76% dari seluruh areal yang ada.Daerah ini merupakan punggung

  • – punggung pegunungan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung.

  2.1.4 PROFIL KLIMATOLOGI

  Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata

  • – rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm pertahun. Suhu udara berkisar antara 12 C sampai 14 C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.

  2.1.5 PROFIL SOSIAL BUDAYA

  A. Profil Sosial

  Keberhasilan pembangunan manusia/kualitas sumber daya manusia baik fisik maupun non fisik dapat terlihat dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencangkup 3 (tiga) komponen dasar yang digunakan untuk merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga komponen dasar tersebut berkaitan dengan pengetahuan (pendidikan), peluan hidup (kesehatan) dan hidup layak (kemampuan daya beli). Kesehatan dan kemampuan daya beli dapat mencerminkian kondisi fisik manusia, sedangkan pendidikan dapat mencerminkan kondisi non fisik manusia. Tahun 2014 IPM Kabupaten Bandung mencapai 75,69 yang berasal dari : 1.

  Indeks pendidikan sebesar 85,28 2. Indeks kesehatan sebesar 75,90

  3. Indeks daya beli 65,89

  IPM tahun 2014 Kabupaten Bandung meningkat 0,29 point, dimana pada tahun 2013 mencapai 75,40. Peningkatan IPM ini didukung oleh adanya peningkatan indeks pendidikan sebesar 0,05 point, kesehatan 0,34 point dan daya beli 0,47 point.

  B. Profil Budaya

  Pembangunan kebudayaan di Kabupaten Bandung ditujukan untuk melestasikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta sebagai suatu bentuk untuk mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah ditengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Pembangunan seni dan budaya di Kabupaten Bandung sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya dan penggunaan bahasa daerah Sunda. Namun demikian upaya peningkatan jati diri masyarakat Kabupaten Bandung seperti halnya solidaritas social, kekeluargaan, budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa masih perlu terus ditingkatkan. Hal ini dikarenakan semakin memudarnya kebersamaan dan kemandirian, sehingga diperlukan adanya suatu kegiatan yang dapat mengembalikan dan menggali kembali kearifan local dalam kehidupan masyarakat.

2.1.6 PROFIL EKONOMI

A. Potensi Unggulan

  Potensi unggulan Kabupaten Bandung salah satunya dapat dilihat dari sektor-sektor yang menjadi unggulan di wilayah Kabupaten Bandung, seperti : sektor pertanian, pariwisata, perindustrian dan sebagainya. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan Kabupaten Bandung. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Bandung yang bekerja di sektor pertanian lk 18,91 %. Selain itu, dapat dilihat dari luas lahan yang digunakan untuk area pertanian yaitu mencapai lk. 48,6 % dari luas wilayah Kabupaten Bandung (176.239 ha), yang terdiri dari : lahan sawah seluas 36.212 ha dan lahan kering bukan sawah seluas 140.027 ha (sumber : Distanbunhut Kab. Bandung)). Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung mencapai 7,53 %. Sektor pertanian berkontribusi terbesar ke-3 setelah sektor industri pengolahan dan sector perdagangan, hotel, restoran.

  Dari sisi produksi pertanian, sampai dengan tahun 2014 Kabupaten Bandung masih merupakan salah satu pemasok utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi daerah perkotaan/ konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, serta pasar lokal, baik Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat maupun pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri. Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung memasok kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta (Sumber : Distanbunhut Kab. Bandung) . Sedangkan komoditas sayuran, sebanyak 50% produksi sayuran Kabupaten Bandung dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, sebanyak 25% dijual ke pasar Kota Bandung dan sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Khusus untuk komoditas kentang, Kabupaten Bandung merupakan penghasil produksi tertinggi di Jawa Barat, yaitu mencapai 70% dan sisanya sebesar 30% untuk tingkat Nasional. Produksi lainnya yaitu komoditas perkebunan (teh, kopi, cengkeh) dan hortikultura (sayuran dan buahbuahan) baik yang berasal dari perkebunan negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat merupakan komoditas yang sebagian besar di ekspor. Rata- rata pendapatan penduduk di bidang pertanian per bulan per ha meningkat 16,03 % yaitu Rp 2.509.723 pada tahun 2013 menjadi 2.912.039 pada tahun 2014. Potensi lainnya yang dimiliki adalah potensi peternakan dengan jenis ternak antara lain : sapi perah, sapi potong, domba dan unggas. Dari komoditi sapi perah, Kabupaten Bandung memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan susu segar baik level Jawa Barat maupun Nasional.

  Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, saat ini Indonesia masih mengandalkan impor yang mencapai 70 % (mayoritas dalam bentuk olahan) dan sisanya (30 %) dari produksi dalam negeri, sehingga peluang pengembangan ternak sapi perah masih cukup tinggi. Komoditi lain yang juga potensial dikembangkan adalah sapi potong. Saat ini kebutuhan daging Kabupaten Bandung dan Kota Bandung sebagian besar masih dipenuhi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di lain pihak, bibit bakalan sapi potong yang berasal dari pedet jantan sapi perah di Kabupaten Bandung lebih banyak dijual ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini tentunya menjadi suatu peluang bila Kabupaten Bandung mampu menyediakan sapi potong bagi konsumen di Kabupaten Bandung dan sekitarnya. Selain sapi potong, domba merupakan jenis ternak yang potensial dikembangkan. Memelihara ternak domba sudah menjadi kultur masyarakat petani/peternak di perdesaan. Ternak domba berfungi sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan bila diperlukan, di samping sebagai penghasil pupuk yang sangat diperlukan untuk bercocok tanam. Saat ini permintaan daging domba semakin meningkat, sementara ternak bakalan masih sulit didapat.

B. Pariwisata

  Dalam pengembangan sektor pariwisata, Kabupaten Bandung mempunyai cukup banyak potensi dan sebagian besar merupakan wisata alam dan agro. Rincian wisata dan lokasi adalah sebagai berikut:

  • Kawasan Pariwisata Alam, meliputi Gunung Patuha/Kawah Putih, Ranca Upas,

  Cimanggu, Walini, Situ Patengan, Kawah Cibuni, Curug Cisabuk (Kecamatan Rancabali), Gunung Puntang, arung jeram lamajang (Kecamatan Cimaung), Cibolang, Punceling, Situ Cileunca, Kawah Gunung Papandayan, Arung Jeram Palayangan (Kecamatan Pangalengan), Situ Cisanti (Kecamatan Kertasari), Kawah kamojang, Situ Ciarus (Kecamatan Ibun), Gunung Keneng (Kecamatan Ciwidey), Curug Cinulang (Kecamatan Cicalengka), Curug Eti (Kecamatan Paseh), Situ Sipatahunan (Kecamatan Baleendah), Oray Tapa (Kecamatan Cimenyan), Batukuda (Kecamatan Cilengkrang), Curug Cilengkrang (Kecamatan Cilengkrang);

  • Kawasan Pariwisata Budaya, meliputi Gunung Padang (Kecamatan Ciwidey), Rumah adat Cikondang, Rumah Hitam (Kecamatan Pangalengan), Rumah Adat Bumi Alit (Kecamatan Banjaran), Situs Kampung Mahmud (Kecamatan Margaasih), Situs Karang Gantung (Kecamatan Pacet), Situs Bojongmenje (Kecamatan Rancaekek), Sentra Seni Jelekong (Kecamatan Baleendah), Sentra Seni Cimenyan (Kecamatan Cimenyan), Sentra Kerajinan (Kecamatan Pasirjambu), Sentra wisata seni Benjang (Kecamatan Cileunyi);
  • Kawasan Pariwisata Agro, meliputi:

  ✓ Agrowisata Strawberry: Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali,

  Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Pacet, Kecamatan Arjasari, Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Ibun, Kecamatan Paseh;

  ✓ Agrowisata Teh: Kertamanah, Malabar (Kecamatan Pangalengan), Rancabali

  (Kecamatan Rancabali), Gambung (Kecamatan Pasirjambu); ✓

  Agrowisata Sayuran: Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali, Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Pacet, Kecamatan Kertasari, Kecamatan Arjasari, Kecamatan Pangalengan;

  ✓ Agrowowisata Herbal: Kecamatan Rancabali, Kecamatan pasirjambu, Kecamatan Ciwidey.

Gambar 2.2 Stadion Si Jalak Harupat (kiri), Kawah Putih (Kanan)

  • Kawasan Pariwisata Terpadu dan Olahraga, meliputi Stadion Si Jalak Harupat (Kecamatan Kutawaringin), Arena Golf Margahayu/BIG (Kecamatan Margahayu), arena Dago Golf (Kecamatan Cimenyan), Kawasan Wisata Terpadu Cimenyan (Kecamatan Cimenyan), serta Kawasan Pariwisata Terpadu Sekitar Situ Cileunca (Kecamatan Pengalengan).

Gambar 2.3 Ranca Bali (kiri), Kampung Mahmud (Kanan)

C. Industri

  Potensi lain yang dimiliki adalah sektor industri, yang terdiri dari industri kecil, industri menengah dan industri besar. Pada tahun 2012 jumlah industri di Kabupaten Bandung sebanyak 741 buah, terdiri dari : industri kecil sebanyak 374 buah, industri menengah sebanyak 215 buah dan industri besar sebanyak 152 buah. Penyerapan tenaga kerja pada sejumlah industri tersebut sebanyak 64.226 orang, dengan nilai investasi sebanyak Rp 1.395.176.370.085. Jumlah industri tahun 2013 ini meningkat 3,93 % dibandingkan dengan tahun 2013, yang mana pada tahun 2013 jumlah industri tersebut sebanyak 713 buah. Selain jumlah industri, penyerapan tenaga kerja dan nilai investasi pun meningkat, yaitu penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 2,41 % dan nilai investasi meningkat sebesar 3,03 %.

Tabel 2.8 Jumlah Industri, Nilai Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja

  

Kabupaten Bandung

2012 2013

Penyerapan

  Jenis Penyerapan No

  Jumlah tenaga Jumlah Industri Nilai Investasi (Rp) Nilai Investasi (Rp) tenaga Kerja (Unit) Kerja (unit)

  (Orang)

(Orang)

  

1 Kecil 369 51,506,446,789 4,939 374 54,026,800,000 5,105

  

2 Menengah 213 135,025,854,500 14,736 215 136,841,464,500 14,861

  

3 Besar 131 1,167,556,855,585 43,039 152 1,204,308,105,585 44,260

Jumlah 713 1,354,089,156,874 62,714 741 1,395,176,370,085 64,226 Sumber : RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2015

  Potensi industri di Kabupaten Bandung baik industri kecil, industri menengah maupun industri besar lebih banyak didominasi oleh industri tekstil dan produk tekstil; serta industry kimia dan bahan bangunan. Sementara itu jumlah industri yang sangat langka di Kabupaten Bandung adalah industri kerajinan dan aneka; serta industri logam mesin dan elektronika.