EFEKTIFITAS PRESENSI MELALUI FINGER PRINT TERHADAP KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI 2 SEDATI.

(1)

EFEKTIFITAS PRESENSI MELALUI

FINGER PRINT

TERHADAP

KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU

DI SMP NEGERI 2 SEDATI

SKRIPSI

Oleh:

UMMUL AZIZAH

D01211075

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM


(2)

(3)

(4)

Ummul Azizah, D01211075, 2015. Efektifitas Presensi Melalui Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru Di SMP Negeri 2 Sedati.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi di lapangan terkadang masih belum sesuai dengan konsep-konsep pembelajaran yang ditawarkan, bagaimana menjadikan pendidik yang berdisiplin waktu dan perbuatan.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1). Bagaimana penggunaan presensi melalui finger print di SMP Negeri 2 Sedati? (2). Bagaimana kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati? (3). Apakah presensi melalui finger print efektif terhadap kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, interview, angket, dan dokumentasi. Peneliti mencoba menjawab dengan metode analisa deskriptif, penjabaran hasil data dihitung dengan nilai frekuensi prosentasi relatif. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh presensi melalui finger print terhadap kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati digunakan rumus korelasi product moment dan hasilnya diinterpretasikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pengunaan presensi melalui finger print di SMP Negeri 2 Sedati dalam kategori cukup. Kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati dalam kategori cukup. Dan presensi melalui finger print mempunyai pengaruh terhadap kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati, dibuktikan dari hasil rxy > r tabel. Sehingga (Ha) diterima. Dan dinyatakan presensi

melalui finger print efektif terhadap kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati. Dan dari hasil penelitian “rxy” berada pada interpretasi “cukup”. Sehingga

Efektifitas Presensi Melalui Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru di SMP Negeri 2 Sedati adalah dalam kategori cukup.


(5)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Hipotesis Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Tentang Penggunaan Absensi Finger Print 1. Pengertian Absensi Finger Print... 12


(6)

2. Sejarah Perkembangan Finger Print ... 13

3. Keunggulan Mesin Finger Print ... 19

4. Tujuan Penggunaan Finger Print ... 24

B. Kajian Tentang Kedisiplinan Mengajar Guru 1. Pengertian Kedisiplinan Mengajar Guru ... 25

2. Dasar dan Tujuan Kedisiplinan Mengajar Guru ... 28

3. Macam-Macam Disiplin... 33

4. Ciri-ciri Kedisiplinan ... 36

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin... 41

6. Pentingnya Kedisiplinan Mengajar ... 44

C. Hubungan Presensi Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Rancangan Penelitian ... 50

C. Identifikasi Variabel ... 51

D. Populasi dan Sampel ... 52

E. Jenis dan Sumber Data ... 53

F. Metode Pengumpulan Data ... 54

G. Instrumen Penelitian... 59


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Singkat Obyek Penelitian ... 65

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMPN 2 Sedati ... 65

2. Letak Geografis Obyek Penelitian ... 66

3. Visi dan Misi ... 67

4. Profil Sekolah ... 69

5. Pengembangan Kurikulum ... 71

6. Struktur Organisasi ... 73

7. Keadaan Guru dan Siswa ... 74

8. Keadaan Sarana dan Prasarana... 79

B. Penyajian Data 1. Data Tentang Penggunaan Absensi Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru SMPN 2 Sedati ... 83

2. Data Tentang Kedisiplinan Mengajar Guru di SMPN 2 Sedati ... 87

C. Analisis Data Penelitian 1. Data Tentang Penggunaan Absensi Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru di SMPN 2 Sedati ... 93

2. Data Tentang Kedisiplinan Mengajar Guru di SMPN 2 Sedati ... 94

3. Data Tentang Efektifitas Presensi Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru di SMPN 2 Sedati ... 95


(8)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Hubungan Penggunaan Presensi Finger Print Dengan Kedisiplinan mengajar Guru ... 103 2. Efektifitas Presensi Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar

Guru ... 104

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Tabel Interprestasi ... 64

TABEL 4.1 Profil Sekolah ... 70

TABEL 4.2 Struktur Organisasi ... 73

TABEL 4.3 Daftar Nama Guru ... 74

TABEL 4.4 Daftar Keadaan Siswa ... 77

TABEL 4.5 Keadaan Bangunan ... 81

TABEL 4.6 Skor Angket ... 83

TABEL 4.7 Data Nilai Angket Pengunaan Presensi Finger Print ... 84

TABEL 4.8 Daftar Prosentase... 87

TABEL 4.9 Data Nilai Angket Kedisiplinan Mengajar Guru... 88

TABEL 4.10 Daftar Prosentase... 91


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Pendidikan nasional ini merupakan pendidikan yang brakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri keoribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah arah yang hendak dicapai demi terwujudnya tujuan hidup manusia. Hidup sesuai dengan harkat dan martabat manusia dengan segenap kandungannya, yaitu berkembangnya secara optimal hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan pancadaya.2

Selain itu untuk terwujudnya tujuan pendidikan tersebut, maka perlu didukung oleh guru yang merupakan salah satu factor penunjang keberhasilan

1

UU RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaanya.( Jakarta : Sinar Grafika,1995).2.

2


(11)

2

dalam proses pembelajaran. Hal ini harus diakui karena guru merupakan ujung tombak dalam mengarahkan peserta didik untuk membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia di masa mendatang. Sedangkan dalam undang-undang guru dan dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.3 Guru sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu pendidikan di madrasah atau sekolah. Pendidik menjadi harapan, sumber inspirasi dan energy bagi bergeraknya proses pendidikan. Peserta didik juga meniru sesuatu dari pendidiknya, sehingga pendidik dituntut untuk menjadi tokoh dan teladan yang layak ditiru oleh peserta didik.

Disiplin adalah sikap mental seseorang yang mengandung kerelaan mematuhi, ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Dalam bidang pendidikan kata disiplin sudah sering didengar namun kata disiplin guru masih cukup jarang di dengar. Salah satu hal yang sering dianjurkan oleh pemerintah dengan adanya Gerakan Disiplin Nasional dimana salah satu yang ada di dalamnya adalah disiplin mengajar bagi guru. Arti disiplin sangat penting bagi kehidupan manusia.

3


(12)

3

Untuk itulah harus ditanamkan secara terus menerus supaya disiplin menjadi suatu kebiasaan.

Fungsi disiplin dalam mewujudkan kedisiplinan guru maupun murid mencangkup banyak hal yang salah satunya adalah menciptakan lingkungan yang kondusif. Karena disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah untuk guru maupun siswa, kemudian di implementasikan secara konsisten dan konsekuen.4

Karena, kedisiplinan guru akan memotivasi belajar siswa yang akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Demikian pula sebaliknya jika guru tidak disiplin mungkin murid akan malas sehingga berpengaruh pada hasil belajar. Untuk itu, disiplin guru dituntut untuk dalam hal waktu mengajar supaya tujuan yang diharapkan bisa dicapai dengan baik.

Berdasarkan dengan uraian diatas dapat dipahami bahwa fungsi dan tugas guru sangat penting dalam rangka menciptakan peserta didik menjadi generasi harapan bangsa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, Negara dan bangsanya, serta memiliki potensi fisik emosi, sikap, moral, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri, karena guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik, dan membimbing para peserta didik.

4Tulus Tu’u,


(13)

4

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di era globalisasi saat ini terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya melahirkan era informasi global, tetapi juga melahirkan media informasi dan telekomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Pengaruh global juga dirasakan pada bidang pendidikan yang saat ini sangat berkaitan dengan teknologi, yakni dengan munculnya peralatan-peralatan teknologi canggih yang memudahkan usaha manusia terutama guru dalam meningkatkan kinerja dan produktifitas untuk menghadapi persaingan diantara institusi atau sekolah. Disamping kecanggihan teknologi tersebut, sekolah juga dituntut untuk mampu menghadapi tingkat persaingan yang tinggi tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

System pengidentifikasian sidik jari dulu hanya digunakan dikalangan aparat keamanan untuk menemukan jati diri korban atau tersangka kejahatan. Kini kegunaanya telah bergeser hingga ke dunia pendidikan. Sidik jari manusia merupakan bukti materi yang sangat penting. Tidak ada sidik jari yang identik di dunia ini sekalipun diantara dua saudara kembar. Dalam dunia sains pernah dikemukakan bahwa jika ada lima juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian,. Mengigat betapa akuratnya mengidentifikasi seseorang lewat sidik jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan system elektronik. Alat ini pertama kali digunakan Federal Bereau


(14)

5

Investigation atau populer dengan sebutan FBI di Amerika Serikat sekita tahun 1960-an.

Sejak tahun 2008, alat ini sudah dipergunakan oleh sekolah-sekolah. Efisiensi menjadi dasar penggunaan system identifikasi sidik jari di sekolah, alat ini mendorong sekolah untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus menjamin kebenarannya. Dengan demikian, bukti kehadiran guru ( absensi) bisa didapat melalui alat ini. Tentu saja hal ini sangat membantu divisi sumber daya manusia untuk mengevaluasi kedisiplinan dalam mengajar para guru .

Pada saat ini system presensi manual yang masih menggunakan kertas disekolah belum efektif karena selain pemborosan kertas juga masih banyak kemungkinan untuk dicurangi oleh guru. Padahal tingkat kehadiran saat ini diperlukan untuk salah satu syarat mengetahui kedisiplinan mengajar guru.

Pada awal tahun 2011, SMPN 2 Sedati mulai menerapkan absensi guru dengan menggunakan sidik jari. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korupsi waktu yang sering dilakukan oleh guru dengan cara menitip absen kepada guru yang lainnya. Untuk itu pemerintah menyediakan di masing-masing sekolah sebuah alat finger print, yaitu peralatan absensi canggih yang merekam sidik jari guru saat jam datang dan jam pulang. Para guru tidak lagi bisa menitip absen kepada temannya, karena peralatan ini hanya merekam sidik jari guru yang bersangkutan, selain itu peralatan ini bekerja secara online dan dapat dipantau dari computer yang terhubung


(15)

6

dengan peralatan tersebut. Finger print ini juga memudahkan bagi administratornya untuk merekap absensi para guru.

Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang berhubungan dengan

presensi guru, dengan judul “ Efektifitas Presensi Melalui Finger Print

Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan presensi finger print di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo

2. Bagaimana kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo 3. Adakah efektifitas presensi guru melalui finger print terhadap kedisiplinan

mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang jelas sebab dengan mempunyai tujuan yang jelas kegiatan itu tidak akan sia-sia. Adapun tujuan dalam penelitian tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui penggunaan presensi finger print di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo


(16)

7

2. Untuk kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo

3. Untuk membuktikan apakah efektif presensi melalui finger print terhadap kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Akademik Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya dalam menambah pengetahuan, menambah wawasan keilmuan penelitian, dan dalam kedisiplinan mengajar guru dalam mewujudkan guru profesional dalam sebuah proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitihan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam membentuk karakter guru yang profesional dalam meningkatkan kedisiplinan guru dan pedoman untuk melaksanakan usaha pengajaran menuju tercapainya tujuan yang dicita-citakan.


(17)

8

E. Hipotesis Penelitian

Secara etimologi, hipotesa dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan kata thesis. Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian.5

Sedangkan Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan di terima jika fakta-fakta membenarkannya.6

Sehubungan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka terdapat hipotesis dalam penelitian ini yang perlu dibuktikan kebenarannya yaitu:

1. Hipotesis Kerja (Ha) atau disebut hipotesis alternatif yang menyatakan hubungan antara variable X dan variable Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok.7 Dalam penelitian ini hipotesis kerja (Ha) adalah adanya Efektifitas Presensi Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo.

5

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif ( Jakarta, Putra grafika,2009).75.

6

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset,1989), 62.

7

Suharsimi Arikunto, Preosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta :Rineka Cipta), 73.


(18)

9

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang di definisikan yang dapat diamati atau diobservasikan atau di teliti. Konsep ini sangat penting karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.8

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian dalam judul skripsi ini, maka penulis tegaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yaitu:

a. Efektifitas

Berasal dari kata dasar efektif yang artinya seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu di tentukan. 9

b. Finger Print

Berasal dari bahasa inggris yang berarti sidik jari. Sidik jari adalah gurat-gurat yang terdapat di kulit ujung jari.10

Teknologi finger print juga merupakan alat untuk memudahkan para guru dalam melakukan presensi dan juga menghindari adanya manipulasi data

8

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998),76

9

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Gasindo,2003). 284

10

Eko Nugroho, Biometrika Mengenal Sistem Identifikasi Masa Depan, (Yogyakarta : Andi offset,2009).17


(19)

10

presensi yang sangat mudah dilakukan apabila presensi masih dilakukan secara manual.

c. Kedisiplinan Mengajar

Suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam memberikan pelajaran pada siswa tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung dan kepatuhan tersebut didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan tersebut.11

G. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembahasan pada judul skripsi ini penulis mengatur secara sistematis dan untuk menghindari kerancuan pembahasan, maka peneliti membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab I , merupakan BAB Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Hipotesis penelitian, definisi operasional, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

11


(20)

11

Bab II , merupakan BAB Landasan Teori yang terdiri dari; yang pertama, tentang presensi finger print yang Kedua tentang kedisiplinan mengajar guru.

Bab III , merupakan BAB metode penelitian, yang terdiri dari: jenis dan rancangan penelitian, variabel, indikator dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab IV , merupakan BAB hasil penelitian yang terdiri dari: pertama,

deskripsi data. Kedua, analisis data dan pengujian hipotesis.

Bab V , merupakan BAB pembahasan hasil penelitian

Bab VI , merupakan BAB Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran-saran.


(21)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Pengunaan Absensi Finger Print

1. Pengertian Absensi Finger Print

Absensi adalah daftar kehadiran pegawai/siswa/guru yang berisi jam datang dan jam pulang serta alasan atau keterangan kehadirannya. Absensi ini berkaitan dengan penerapan disiplin yang ditentukan oleh masing-masing perusahaan atau institusi.

Fingerprint berasal dari bahasa inggris yang berarti sidik jari. Sidik jari adalah gurat-gurat yang terdapat dikulit ujung jari. Sidik jari berfungsi untuk member gaya gesek lebih besar agar jari dapat memegang benda lebih erat.12

Dalam literature lain, dijelaskan bahwa fingerprint biasanya berbentuk garis-garis horizontal dan vertical atau gabungan keduanya dan juga ada yang berbentuk lengkungan-lengkungan. Seluruh manusia didunia diciptakan dengan sidik jari yang berbeda satu sama lainnya. Karena itu, setiap sidik jari digunakan untuk mengidentifikasi setiap manusia. Selain itu, karena keunikan itu juga, sidik jari saat ini digunakan untuk memonitor kehadiran seseorang disebuah kantor atau disekolah.

12

Eko Nugroho, Biometrika Mengenal Sistem Identifikasi Masa Depan, (Yogyakarta :Andi offset,2009),17


(22)

13

Pemonitoran kehadiran seseorang dengan sidik jari ini menggunakan mesin absensi sidik jari. Mesin presensi sidik jari kebanyakan disebut

fingerprint atau fingerspot13. Jadi, maksud dari fingerprint dalam penelitian ini adalah mesin presensi yang menggunakan sidik jari.

2. Sejarah Perkembangan Finger Print

Para ahli telah sepakat bahwa pada dasarnya, setiap organ tubuh seseorang bersifat unik. Tidak ada dua orangpun yang mempunyai bentuk tubuh yang sama. Hal inilah yang melandasi perkembangan sistem biometrika14. Maka dari itu, sebelum membahas tentang sejarah perkembangan fingerprint, penulis mengenalkan terlebih dahulu tentang biometrika. Karena fingerprint merupakan bagian dari biometrika, sehingga sejarah perkembangan fingerprint tidak bisa lepas dari perkembangan biometrika itu sendiri.

Secara harfiah, biometrika atau biometrics berasal dari kata bio

dan metrics. Bio berarti sesuatu yang hidup, dan metrics berarti mengukur. Biometrika merupakan teknologi untuk mengenali seseorang secara unik.

Biometrika berarti mengukur karakteristik pembeda

(distinguishing traits) pada badan atau perilaku seseorang yang digunakan untuk melakukan pengenalan secara otomatis terhadap identitas orang

13

http://sidik-jari.com/identifikasi-sidik-jari-untuk-absensi/#.UJsgV2dMbIU, diakses pada tanggal 8 Nopember 2014

14


(23)

14

tersebut, dengan membandingkannya dengan karakteristik yang sebelumnya telah disimpan pada suatu database. Pengertian pengenalan secara otomatis pada definisi biometrika di atas adalah penggunaan teknologi (komputer). Pengenalan terhadap identitas seseorang dapat dilakukan secara waktu nyata (realtime), tidak membutuhkan waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk proses pengenalan itu15.

Secara singkat, Dr. Ir. Eko Nugroho memberi definisi biometrika sebagai teknologi untuk mengenali seseorang secara unik16. Secara umum, karakteristik pembeda tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : a. Karakteristik fisiologis atau fisik (physiological/physical

characteristic).

Biometrika berdasarkan karakteristik ini menggunakan bagian-bagian fisik dari tubuh seseorang sebagai kode unik untuk pengenalan, seperti DNA, telinga, jejak panas pada wajah, geometri tangan, pembuluh tangan, wajah, sidik jari, iris, telapak tangan, retina, telinga, gigi dan bau (komposisi kimia) dari keringat tubuh. Ungkapan yang bisa

melekat pada biometrika ini adalah “badanmu adalah password-mu”.

15

Darma Putra, Sistem Biometrika, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), hal 21

16

Eko Nugroho, Biometrika, Mengenal Sistem Identifikasi Masa Depan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), hal 15


(24)

15

b. Karakteristik perilaku (behavioral characteristic).

Biometrika berdasarkan karakteristik ini menggunakan perilaku seseorang sebagai kode unik untuk melakukan pengenalan, seperti gaya berjalan, hentakan tombol, tanda tangan, dan suara17.

Pengenalan biometrika untuk mengenali seseorang sebenarnya sudah digunakan sejak ribuan tahun silam. Wajah seseorang telah digunakan untuk pengenalan, baik untuk orang yang dikenali maupun tidak dikenali. Melalui suara, seseorang juga bisa mengenal orang lain, meski tidak melihat orang tersebut secara langsung. Seseorang juga bisa dikenali dari cara berjalannya.

Sejarah telah mencatat penggunaan berbagai biometrika pada zaman dulu. Tanda tangan digunakan pada lukisan di gua-gua prasejarah, yang diperkirakan telah berusia 31.000 tahun. Pada lukisan prasejarah tersebut didapati tanda tangan manusia purba yang membuat lukisan itu.

Sidik jari digunakan pada transaksi bisnis orang Babilonia dengan menyimpan sidik jari pada cetakan tanah liat. Jao De Barros, penjelajah dan penulis Spanyol, menulis tentang pedagang China yang menggunakan sidik jari untuk keamanan transaksinya.

Dalam sejarah awal Mesir, pedagang diidentifikasi dari fisiknya untuk meningkatkan keamanan transaksinya.

17


(25)

16

Pada revolusi industri, tingkat pertambahan penduduk semakin tinggi. Para pedagang dihadapkan dengan mobilisasi populasi. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan untuk mengenali individu-individu yang sering melakukan perpindahan sehingga mereka kemudian mengembangkan metode untuk mengenali individu.18

Ada 2 metode yang dikembangkan, yang pertama adalah Sistem Bertillon yang dikembangkan di Prancis, yang mencatat berbagai ukuran dimensi tubuh, seperti tinggi badan, panjang lengan, dan berbagai parameter lain. Ukuran yang didapat lalu dicatat dalam kartu.Sistem pengenalan ini disebut anthropometrics. Metode yang kedua menggunakan sidik jari, yang dilakukan oleh departemen kepolisian. Metode ini diterapkan di Afrika Selatan. Pada akhir abad 19, sistem sidik jari yang ada telah diindeks untuk mendapatkan kumpulan record

berdasarkan pola sidik jari dan ridge. Sistem yang lebih handal untuk sidik jari dikembangkan di India, dikenal sebagai Sistem Henry. Pada saat itu, Sir Edward Henry, Inspektur Polisi Bengal, melakukan penelitian untuk mengatasi kelemahan metode anthropometric. Henry berkonsultasi dengan Sir Francis Galton berkaitan dengan sidik jari untuk metode identifikasi kriminal. Ketika sistem dengan sidik jari diimplementasikan, salah seorang bawahan Henry, Azizul Haque, mengembangkan metode

18


(26)

17

penyimpanan untuk memudahkan klasifikasi dan penyimpanan yang memudahkan pencarian. Henry kemudian membuat kumpulan file sidik jari pertama di London. Sistem yang dikembangkan Henry ini adalah sistem perintis yang kemudian digunakan bertahun-tahun oleh FBI dalam mengidentifikasi pelaku kriminal dengan kesepuluh jarinya19.

Loncatan pengembangan sistem Henry terjadi pada tahun 1969, ketika itu FBI mendesak agar sistem pengenalan sidik jari dikembangkan menjadi otomatis. Untuk pengembangan sistem pengenalan sidik jari otomatis ini, FBI mengontrak NIST (National Institute Standards and Technology). NIST menemukan 2 tantangan kunci, yaitu (1) kartu

scanning sidik jari dan identifikasi minusi, dan (2) perbandingan dan pencoocokan daftar minusi20.

Baru pada tahun 1974, hadir perangkat komersial biometrika pertama setelah penerapan sistem pengenalan sidik jari otomatis. Sistem ini diimplementasikan dengan tiga tujuan utama, yaitu control akses fisik; waktu dan kehadiran serta identifikasi personal21.

Tidak berhenti sampai disitu, teknologi biometrika (salah satunya

fingerprint) terus dikembangkan. Menurut Mark Lockie, seorang editor

Biometric Technology Today, tahun 2000 menjadi tahun penentuan

19

Eko Nugroho, Biometrika, Mengenal Sistem Identifikasi Masa Depan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), hal 12

20

Ibid, 14.

21


(27)

18

perkembangan biometrika. Pendorong berkembangnya biometrika adalah besarnya perhatian orang akan keamanan jaringan/network, perdagangan

online, juga dengan menurunnya harga perangkat keras. Dengan demikian, tidak salah jika International Biometric Industry Association

(IBIA) meramalkan bahwa pada tahun 2003, penjualan perangkat keras biometrika akan mencapai AS $ 600 Juta, sedangkan penjualan untuk perangkat lunaknya bisa mencapai 2 – 3 kali lipat. Artinya, penggunaan teknologi ini akan semakin meluas. Dari beberapa teknologi yang saat ini dikomersialkan (sidik jari, mata, muka, suara, dan tanda tangan), teknologi sidik jari (fingerprint) yang paling luas dipergunakan. Sistem ini memiliki kelebihan dalam hal harga maupun biaya operasional yang murah, ukuran fisik yang kecil, dan kecocokannya dalam proses identifikasi, akurasinya terhitung baik, demikian juga kemudahan pakainya22.

Arymurty mengatakan, seperti yang dikutip dalam Hasil Studi Kasus Politeknik Negeri Bandung tentang Aplikasi Pencatatan dan Informasi Kehadiran Mahasiswa Dengan Sensor Sidik Jari dan SMS Gateway, bahwa sidik jari memiliki beberapa sifat atau karakteristik, diantaranya adalah parennial nature, immutability, dan individuality. Parennial nature yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada manusia seumur hidup. Immutability yang berarti bahwa sidik jari

22


(28)

19

seseorang tak akan berubah kecuali sebuah kondisi yaitu terjadi kecelakaan yang serius sehingga mengubah pola sidik jari yang ada. Dan

individuality yang berarti bahwa keunikan sidik jari merupakan originalitas pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun dimuka bumi ini sekalipun pada seorang yang kembar identik23.

Hal tesebut juga menjadi faktor yang menjadikan fingerprint

sebagai teknologi biometrika yang paling banyak dipakai masyarakat umum. Hingga saat ini, sistem ini banyak dipakai sebagai alat pencatat kehadiran (presensi) baik di perusahaan atau instansi lain, termasuk sekolah, karena banyaknya kekurangan pada alat presensi konvensional.

3. Keunggulan Mesin Finger Print

Menggunakan mesin absensi sidik jari untuk absensi suatu pilihan yang tepat dibandingkan dengan yang lain. Berikut ini perbandigannya : a. Kartu absensi dan mesin pencetak waktu

Factor kelemahannya : ketidak jujuran karyawan via “buddy

punching” (teman sekerja yang mencatat kehadiran) seringkali terjadi

karena kartu absensi digunakan bersama-sama, manipulasi atau hilangnya kartu mungkin terjadi karena kartu absensi dapat di pertukarkan antar rekan sekerja/hilang, kesalahan atau ketidak

23

Katermia A. Sinaga, dkk, Aplikasi Pencatatan dan InformasiKehadiran Mahasiswa dengan Sensor Sidik Jari dan SMS Gateway (StudiBandung Politeknik Negeri Bandung), diakses dari Respository.politekniktelkom.ac.id padatanggal 30 Nopember 2014


(29)

20

akuratan pencatatan waktu kurang akurat karena pencetak waktu dapat diset atau reset manual sehingga pencatatan menjadi tidak akurat, otomatisasi sistem pelaporan dan integrasi dengan sistem informasi kepegawaian pada alat ini digunakan secara manual kemungkinan kesalahan penyalinan data dari kartu absensi cukup besar.24

b. Magnetic tape reader / bar code reader

Factor kelemahanya : ketidak jujuran karyawan via “buddy punching

(teman sekerja yang mencatat kehadiran) dapat terjadi karena kartu magnetik dapat digunakan bersama-sama, manipulasi atau hilangnya kartu absensi mungkin terjadi karena kartu magnetik dapat di pertukarkan juga antar rekan sekerja, kesalahan atau ketidak akuratan pencatatan waktu pada alat ini akurat karena pencatatan waktu menggunakan komputer sangat akurat, dan otomatisasi sistem pelaporan pada alat ini dilakukan secara otomatis dan mungkin dapat di integrasikan dengan sistem terkomputerisasi.

c. Finger Print

Factor kelemahanya : ketidak jujuran karyawan via “buddy punching

(teman sekerja yang mencatat kehadiran) tidak mungkin terjadi karena sidik jari tidak dapat digunakan oleh rekan sekerja lainnya, manipulasi atau hilangnya kartu absensi tidak mungkin terjadi karena tidak

24


(30)

21

menggunakan kartu dan sidik jari seseorang selalu unik (tidak ada yang sama) dapat menggunakan lebih dari 1 jari sebagai indentifikasi, kesalahan atau ketidak akuratan pencatatan waktu pada alat ini akurat karena pencatatan waktu menggunakan komputer jadi hasilnya sangat akurat, otomatisasi sistem pelaporan dilakukan secara otomatis dan integrasi ke sistem kepegawaian dan selalu dapat dilakukan otomatisasi pelaporan menggunakan sistem yang terintegrasi.25

Dan berikut ini beberapa faktor mengapa memilih mesin absensi menggunakan mesin absensi sidik jari sebagai pilihan yang tepat dan berbagai keunggulannya, yaitu :

a. Sidik jari tiap individu adalah unik, belum pernah ditemukan ada persamaannya.

b. Tidak ada titip absen dan rapel absen

c. Objektif (jam masuk dan jam pulang tercatat) d. Kenyamanan

Dimulai dari registrasi yang simple,pegawai tidak perlu repot membawa kartu pegawai maupun kertas atau kartu dan setiap pegawai tidak akan lupa membawa alat absensinya atau jari yang telah di regristrasi. Dalam berabsensi kita tidak perlu menekan password atau

25

http://www.informatika.lipi.go.id/jurnal/implementasi-teknologi biometric-untuk absensi/


(31)

22

pin yang merepotkan, yang dilakukan hanya meletakkan jari tepat diatas sensor sidik jari.

e. Keamanan

Sejak menggunakan mesin absensi sidik jari tingkat keamanan sangat tinggi dikarenakan setiap sidik jari pengguna berbeda-beda atau unik. Jadi pengguna tidak bisa saling menitipkan absensi seperti yang dilakukan ketika kita menggunakan absensi tanda tangan, amino atau menggunakan kartu.

f. Menghindari penyalahgunaan daftar hadir

g. Mengurangi pekerjaan administratif secara manual h. Pegawai lebih tepat waktu

i. Mendukung peningkatan produktivitas j. Mendukung pembinaan kepegawaian k. Efektivitas waktu

Perubahan pertama ketika instansi menggunakan mesin absensi sidik jari si pengguna atau pegawai akan datang lebih tepat waktu beda dengan hari sebelumnya menggunakan absensi sidik jari. Dalam penggunaan absensi lebih cepat dari pada amino, barcode apalagi tanda tangan manual. Absensi sidik jari pada umumnya mempunyai kecepatan pembacaan kurang dari 0,5 detik dan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi. Dalam pendataan dapat terpusat dalam satu


(32)

23

database. Dengan mesin absensi sidik jari data dapat terpusat walau diluar kota tanpa menunggu terlalu lama karena dalam pembuatan laporan kita tidak perlu repot merekap manual satu persatu. Dengan faktor ini kita bisa meningkatkan produktivitas berdasarkan kedisiplinan.

l. Efisiensi Biaya

Absensi sidik jari lebih efisien jika dibandingkan dengan identifikasi dengan suara maupun retina mata atau dengan anamo yang setiap bulannya harus mengeluarkan biaya membeli kertas, tinta maupun

maintenance yang repot.26 Dengan mesin absensi sidik jari juga dapat mengurangi kecurangan jam kerja yang bisa saja membuat rugi institusi, jika di bidang pendidikan membuat rugi anak didik.

4. Tujuan penggunaan Finger Print

Tujuan dari penggunaan finger print sebagai mesin absensi yaitu :

a. Meningkatkan produktivitas pegawai terhadap organisasi yang berawal dari kedisiplinan atas kehadiran di tempat kerja.

b. Memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam proses absensi pada kepegawaian dan dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan absensi bagi unit kerja, khususnya bagian kepegawaian.

26


(33)

24

c. Meningkatkan sistem paperless pada organisasi yang dimulai dengan sistem absensi sidik jari yang dapat mengurangi biaya dalam materi maupun operasional

d. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pimpinan dan bagian kepegawaian yang berhubungan dengan kedisiplinan pegawai berupa absensi kehadiran kerja yang merupakan salah satu dari syarat kerja serta memberikan informasi loyalitas pegawai yang dapat dijadikan dasar dalam penilaian kinerja.

Dalam rangka meningkatkan disiplin, maka upaya pengendalian dan pengawasan disiplin perlu dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai alat pengawasan dan pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran yang secara periodik dievaluasi. Sistem pelaporan absensi manual yang selama ini dilakukan cenderung manipulasi dan tidak menyampaikan laporan kehadiran pegawai dengan apa adanya.


(34)

25

B. Kajian Tentang Kedisiplinan Mengajar Guru

1. Pengertian Kedisiplinan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

Di dalam kehidupan sosial dilingkungan sekolah, disiplin merupakan suatu sikap jiwa yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalankan tugasnya, agar suatu tindakan dan kegiatan pendidikan itu dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur.

Istilah disiplin secara umum mempunyai makna dan konotasi yang berbeda-beda ada yang mengartikan sebagai hukuman, pengawasan, kepatuhan, latihan dan kemampuan tingkah laku.27

Sedangkan disiplin itu sendiri di definisikan oleh beberapa pakar pendidikan diantaranya adalah :

a. Menurut Drs.Cece Wijaya dan A.Tabrani disiplin adalah sesuatu yang terletak di dalam jiwa seseorang yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sebagaimana ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku.28

b. Menurut Drs. Subari, disiplin adalah penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya suatu tujuan peraturan itu.29

27

Piet Suhertian, Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), 126

28

Cece Wijaya, A.Tabrani, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991), 18

29

Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Mengajar (Jakarta:Bumi Aksara, 1994), 164


(35)

26

c. Menurut A.G. Hope, disiplin yang dimaksud disini bukanlah tata tertib sekolah, melainkan sifat tanggung jawab dari anak terhadap peraturan-peraturan di sekolah. 30

Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditegaskan bahwa disiplin hal yang dominan, karena tanpa didasari kedisiplinan seluruh kegiatan yang ada pada suatu kelompok mustahil akan bisa tercapai tujuan akhir dari kelompok tersebut.

Menurut soerjono Soekanto “ Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan yang telah di tetapkan sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah tersebut biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib , suatu keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.31

Sedangkan mengajar yang secara umum dipahami sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh guru, oleh S.Nasution dalam bukunya

“didaktik asas-asa mengajar” dengan berbagai pengertian yaitu :

a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada anak b. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada anak

30

Dra. Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaan (Jakarta :CV Raja Grafindo Persada, 1985), 205

31


(36)

27

c. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar.32

Jadi yang dimaksud dengan kedisiplinan mengajar guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam mengajar disekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan.33

Guru memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembelajaran dan perilaku para siswanya. Jika para dapat bersikap disiplin terhadap tata tertib yang ada disekolah, maka cenderung para siswa pun akan meniru sikap disiplin para gurunya tersebut. Dengan membiasakan diri untuk bersikap disiplin, maka diharapkan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang diembannya dan dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang baik.

2. Dasar dan Tujuan Kedisiplinan Mengajar Guru

a. Dasar Kedisiplinan

Sebagian dari langkah yang terarah dan terprogram, disiplin yang merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan khususnya dalam pendidikan harus dilandasi oleh dasar pijakan yang

32

Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta :Bumi Aksara,1995), 4

33


(37)

28

menjadi landasan dari pelaksanaan disiplin itu sendiri. Dasar pelaksanaan disiplin itu sendiri bisa berarti suatu yang mendorong dilaksanakannya disiplin serta membenarkannya dalam suatu tindakan agar mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Adapun dasar disiplin yang dimaksud adalah :

1. Dasar Yuridis

Sebagai landasan hukum yang dilaksanakan dalam suatu Negara tidak lepas pula dari landasan Negara tersebut yang mana Negara kita berlandaskan Pancasila sebagai falsafah kehidupan dan UUD 45 yang keduanya merupakan landasan idiil dan konstitusional bagi setiap arah langkah kebijakan di Negara kita.

Adapun landasan operasional dan pelaksanaan pendidikaan, utamanya pelaksanaan disiplin mengajar bagi guru. Tentang tujuan ini tertuang dalam UU RI No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pada bab VI pasal 25 ayat 1 yang berbunyi : Setiap peserta didik diwajibkan mematuhi semua peraturan yang berlaku baik dari pihak siswa, guru, dan kepala sekolah.

Jadi, setiap sekolah-sekolah wajib mematuhi peraturan yang berlaku, baik peraturan yang berlaku di seluruh Indonesia atau nasional atau regional yang berlaku di lingkungan sekolah tersebut demi untuk kelancaran dan kemajuan sekolahnya.


(38)

29

Atas dasar pijakan ini maka sekolah akan menindak setiap personal baik siswa atau guru yang melanggar aturan-aturan. Sekolah melalui peraturan dan tata tertib ini diharapkan pelaksanaan pendidikan atau proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan bersama.

2. Dasar Agama

Agama Islam banyak mengajarkan agar mau mengikuti aturan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya agar ia dapat mendapat kebahagiaan dimana kebahagiaan di dunai dan akhirat, seperti halnya firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 153 :











Artinya : “ Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”34

34

Surat Al-An’am: 153, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: CV Karya Utama Surabaya. 2005), 146.


(39)

30

Berdasarkan ayat diatas kiranya dapat kita ambil pelajaran bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan harus pula mengikuti aturan yang telah di tetapkan sebagaimana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat kita harus mengikuti jalan Allah seperti yang telah ditetapkan di Al-Qur’an dan hadist Nabi.

3. Dasar Psikologis

Manusia sebagai makhluk yang sempurna karena mempunyai akal pikiran, perasaan maupun emosi, dalam bertindak dan bertingkah laku tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik semata-mata tetapi juga berdasarkan akal pikiran, perasaan dan emosi yang dalam hal ini disebut dorongan psikologis.

Dalam melakukan hubungan dengan lingkungan terdapat beberapa hal yang mendasari manusia dalam melaksanakan disiplin antara lain :

a. Keinginan manusia untuk menjadi terbaik b. Keinginan manusia untuk hidup secara aman

Jadi sebenarnya dalam diri manusia itu sendiri secara psikologis terdapat dorongan untuk melaksanakan disiplin, baik berupa dorongan untuk untuk mencapai hasil yang optimal atau dorongan untuk hidup tentram yang bisa terwujud hanya memalui


(40)

31

usaha secara kontinyu dan teratur serta mengikuti peraturan yang ada, keduanya merupakan salah satu dari aspek disiplin.

b. Tujuan Disiplin

Secara umum tujuan disiplin adalah untuk mencapai hasil suatu usaha secara maksimal. Baik menyangkut hasil usaha kelompok maupun secara individu atau kelompok. Hal itu tidak berarti hanya dengan disiplin tujuan tersebut sudah dapat tercapai akan tetapi masih banyak factor lain yang ikut juga menentukan keberhasilan tujuan tersebut.

Pelaksanaan disiplin dimaksudkan pula agar setiap individu dapat memperoleh perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban dan antara satu dengan yang lainnya, dengan demikian akan tercapai suatu lingkungan yang aman dan tentram. Disamping itu pelaksanaan disiplin diharapkan akan menciptakan individu yang mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Menurut Elsbree dalam bukunya

Leadership in Elementary School Administration and Supervisi yang dikutip oleh Sahertian menyatakan :

he should accept the philosophy that discipline any action hause to purpose”35

35


(41)

32

Kedua tujuan yang dimaksud adalah :

1) Menolong guru menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan kea rah tidak bergantung.

2) Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.

Berdasarkan uraian diatas kiranya dapat kami ambil kesimpulan bahwa disiplin kaitannya dengan pendidikan mempunyai beberapa tujuan antara lain :

a) Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan tertib dan lancar, karena dengan mengetahui hak-hak dan kewajiban masing-masing mempermudah bagi individu yang mengarahkan dan berkompeten dalam mengelola pendidikan.

b) Agar tercipta suasana yang menggairahkan dan penuh semangat bagi pihak-pihak yang berkecimpungvdalam pendidikan karena dengan didasarkan pada kesadaran yang membuat seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab tanpa ada unsur keterpaksaan.


(42)

33

c) Agar pelaksanaan pendidikan dapat mencapai hasil yang maksimal yaitu dengan memanfaatkan setiap kesempatan dan sarana prasana pendidikan secara optimal.

3. Macam-Macam Disiplin

Disiplin mempunyai jangkauan yang luas meliputi seluruh kehidupan manusia, baik dalam hubungan keduniawian maupun dalam hubungan dengan keakhiratan. Masing-masing hubungan itu diwujudkan dalam disiplin amaliyah dan disiplin ubudiyah.

Disiplin amaliyah adalah disiplin yang berkaitan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk social. Sedangkan disiplin ubudiyah

adalah disiplin yang berkaitan dengan status manusia sebagai hamba Allah SWT yang harus dan wajib berbakti pada Sang Khaliq. Baik disiplin

amaliyah maupun disiplin ubudiyah, kedua-duanya sama-sama memiliki objek yang sama, yaitu waktu dan perbuatan, baik secara terpisah maupun bersamaan.

Memang aturan yang melahirkan disiplin pada umumnya terdiri atas dua hal yang diatur, yaitu mengenai waktu dan mengenai perbuatan. Oleh karena itu, disiplin juga memiliki dua objek, yaitu disiplin terhadap waktu dan disiplin terhadap perbuatan.


(43)

34

Dua macam disiplin tersebut ada kalanya keduanya tergabung menjadi satu, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Disiplin terhadap waktu misalnya:

- Jam kerja, jam belajar, jam pertunjukan, tanda lalu lintas yang memakai batas waktu.

-Waktu sholat bagi umat Islam.

-Batas waktu permulaan dan penyelesaian pekerjaan atau tugas.

Disini yang menjadi perhatian utama adalah waktu mulai dari detik sampai tahun. Arti disiplin terhadap waktu ialah apabila sesuatu telah ditetapkan, maka ia harus tepat waktu. Misalnya dimulai jam 05.00 WIB maka pada jam menunjukkan tepat 05.00 WIB sesuatu tersebut harus dimulai.

Dengan demikian, waktu menjadi sangat berharga bagi kehidupan manusia dan organisasi. Tidak ada pengaturan kepada manusia yang tidak menyangkut waktu. Bahkan Allah SWT sendiri meyakinkan kepada manusia mengenai kegunaan waktu dengan menyebut “masa” sebagai andalan, tersebut dalam surat Al Asr ayat 1 s/d 3, yaitu :




















(44)

35

Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al Ashr:1-3)36

Jenis disiplin yang kedua ialah disiplin terhadap perbuatan. Disiplin jenis ini mengharuskan orang untuk mengikuti dengan ketat perbuatan atau langkah tertentu dalam perbuatan, agar mencapai atau menghasilkan sesuatu sesuai dengan standar. Langkah atau perbuatan yang ada dalam administrasi bisaanya disebut prosedur, tata cara atau tata kerja37.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi kedisiplinan pada kedisiplinan waktu dan kedisiplinan perbuatan. Kedisiplinan waktu berkaitan dengan ketepatan waktu hadir guru. Sedangkan kedisiplinan perbuatan meliputi beberapa perbuatan guru, yaitu: guru tidak pulang sebelum waktunya, guru melaksanakan presensi fingerprint, dan guru tidak hadir dengan surat keterangan yang jelas.

36

Surat Al-Ashr: 1-3, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: CV Karya Utama Surabaya. 2005), 454

37

A.S. Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian,(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983), hal 182-185


(45)

36

4. Ciri- ciri Kedisiplinan

Disiplin mengandung ciri-ciri sebagai berikut38 :

1. Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik guru atau siswa karena tata tertib yang belkau merupakan aturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses pendidikan tersebut yang meliputi :

a. Patuh terhadap peraturan sekolah atau lembaga tertentu

b. Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku disekolah atau lembaga tertentu.

c. Tidak membangkang pada peraturan yang berlaku d. Tidak berbohong

e. Tingkah laku yang menyenangkan f. Rutin dalam mengajar

g. Tidak suka malas dalam mengajar

h. Tidak menyuruh orang untuk bekerja demi dirinya i. Tepat waktu dalam belajar mengajar

j. Tidak pernah keluar dalam jam belajar mengajar k. Tidak penah membolos dalam jam belajar mengajar

38


(46)

37

2. Taat terhadap kebijaksanaan yang berlaku

a. Menerima, menganalisis dan mengkaji berbagai pembaharuan pendidikan

b. Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan yang ada

c. Menguasai dan intropeksi diri

Adapun indikator disiplin menurut Singgih D.Gunarsa adalah tepat waktu, tegas dan bertanggung jawab.39 Dari ciri-ciri tersebut, penulis akan menjelaskan secara singkat yaitu sebagai berikut :

a. Jujur

Jujur menurut Cece Wijaya adalah tulus ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, sesuai dengan peraturan yang berlaku tidak pamrih dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.40

Sementara menurut Hamzah Ya’qub jujur adalah kesetiaan, ketulusan hati dan kepercayaan. Artinya suatu sikap pribadi yang setia, tulus hati dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya baik berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban.41Seorang yang jujur selalu menepati janji, tidak cepat mengubah haluan, teliti dalam

39

Cece Wijaya, A.Tabrani, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991), 65

40Hamzah Ya’qub,

Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Gramindo, 1983),54

41


(47)

38

melaksanakan tugas, berani mengakui kesalahan dan kekurangan sendiri dan selalu berusaha agar tindakannya tidak bertentangan dengan perkataannya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa jujur adalah sifat benar dapat dipercaya baik dalam perkataan dan perbuataan dan dapat menjaga kepercayaan orang lain yang dibebankan kepadanya.

Sifat jujur sudah seharusnya dimiliki oleh guru, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari disekolah dirumah dan di masyarakat. Selain itu, sifat jujur harus diterapkan di dalam pembelajaran. Artinya apa yang disampaikan kepada siswa harus diterapkannya dalam kehidupannya dan ia harus jujur dalam menyampaikan ilmunya. Artinya, ia harus mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kejujuran bagi seorang guru mutlak dibutuhkan, guru yang tidak jujur akan merugikan siswa dan lembaga pendidikan. Apabila sifat jujur telah dimiliki oleh guru berarti ia memiliki sifat disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar dan pendidik.

b. Tepat Waktu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tepat mengandung arti betul, lurus, kebetulan benar.42 Sedangkan waktu mempunyai arti saat

42


(48)

39

tertentu untuk melakukan sesuatu.43 Dengan demikian tepat waktu dalam mengajar berarti suatu aktivitas mengajar yang dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau sesuai dengan aturan.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu berada disekolah untuk setiap guru merupakan salah satu syarat untuk memperoleh hasil yang baik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk siswa. Sikap untuk selalu hadir tiap waktu ini adalah suatu tanda kedisiplinan untuk guru dalam mengajar.

Disiplin waktu guru dalam mengajar merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam belajar. Seorang guru harus menjadi suri tauladan yang baik bagi setiap siswanya, maka dengan demikian setiap siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Kalau setiap guru tidak disiplin waktu dalam mengajar atau selalu terlambat, maka bagaimana guru itu dapat menjadi suri tauladan bagi setiap siswanya.

Dan apabila guru sudah dapat disiplin dalam mengajar, maka siswanya akan termotivasi dengan baik, tetapi sebaliknya jika guru tidak disiplin waktu dalam mengajar mungkin siswanya malas untuk mengikuti pelajaran, maka hasilnya pun akan jelek atau tidak memuaskan.

43


(49)

40

Dengan demikian seorang guru dituntut untuk disiplin dalam mengajar agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

c. Tegas

Tegas artinya adalah jelas dan tenang benar, nyata.44Setiap guru hendaknya memiliki sikap tegas, karena dengan memiliki sikap ini setiap siswa akan patuh dan taat untuk dapat belajar dengan baik, guru yang tegas akan mendorong siswa pada perbuatan yang baik dan menegur siswa apabila melakukan hal-hal yang melanggar aturan. d. Tanggung Jawab

Seorang guru yakin bahwa pada hakekatnya mengajar atau mendidik adalah amanat yang sangat suci dan muliayang diberikan oleh Allah. Dengan demikian seorang guru benar-benar menyadari dan menjalankan amanat tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Setelah timbulnya rasa tanggung jawab pada diri seorang guru, maka akan tumbuh pula dalam diri seorang guru rasa disiplin akan haknya menjalankan tugas. Adapun tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengajar dan mendidik, dengan demikian guru bertanggung jawa terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat dicapai dengan baik, maka guru dapat dikatakan bertanggung jawab.

44


(50)

41

Oleh karena itu, maka dapat dipahami bahwa seorang guru hendaknya menanamkan rasa bertanggung jawab terhadap tugasnya yang dibebankan kepadanya, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, tugas mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahun dan teknologi, sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Disamping itu, tidak boleh dilupakan pula tugas-tugas dan pekerjaan lain yang memerlukan tanggung jawabnya. Selain tugasnya sebagai guru disekolah, guru pun merupakan anggota masyarakat yang mempunyai tugas dan kewajiban lain.

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin

Dalam hal ini secara umum mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin seseorang terdiri dari 3 faktor yaitu : faktor perasaan takut, faktor kebiasan, faktor kesadaran untuk berdisiplin. Dari ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut45 :

a. Perasaan Takut

Pendekatan disiplin yang digunakan adalah kekuasaan dan kekuatan. Hukuman dan ancaman dalam hal ini diberikan kepada pelanggar

45

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hal 167-169


(51)

42

peraturan untuk membuatnya jera dan menakutkan, sehingga mereka tidak berbuat lagi kesalahan yang serupa, yang akhirnya membuat mereka patuh pada peraturan dan tata tertib yang berlaku.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pendekatan disiplin yang berupa hukuman dan ancaman ini, apabila digunakan akan menjerakan dan menakutkan bagi si pelanggar dan akibatnya akan menjadi disiplin. Namun, di sisi lain disiplin semacam ini dipandang kurang baik, karena ada kemungkinan perilaku disiplin tersebut hanya bersifat sementara, artinya si pelanggar akan berperilaku disiplin, jika ada yang mengawasi sedangkan bila tidak ada yang mengawasi maka si pelanggar tidak akan berdisiplin.

b. Kebiasaan

Kebiasaan mempunyai dua arti yaitu : sesuatu yang biasa dikerjakan dan pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seseorang individu dan yang dilakukanya secara berulang untuk hal yang sama.46

Perbuatan yang sering diulang-ulang melakukanya tentulah akan menjadi kebiasaan. Bila kebiasaan diulang-ulang terus akhirnya akan menjadi watak seseorang. Dan bila watak itu telah menjadi cap dari diri orang tersebut dengan cara mempratekkan sesuatu perbuatan yang

46


(52)

43

sama tadi, maka orang tersebut artinya berkepribadian tertentu. Dan kepribadian itulah yang nantinya membuat orang lain tahu siap dia itu sebenarnya.47

Dari kutipan diatas, maka jelaslah bahwa betapa pentingnya aspek kebiasaan ditanamkan dalam seluruh segi kehidupan manusia, dan akhirnya bila hal itu telah biasa niscaya kepribadian orangpun akan tampak secara terang. Tentunya dalam hal ini kebiasaan yang positif karena kebiasaan baiklah yang tentu mesti terus dipupuk dan dibina secara konsisten dan konsekuen. Kebiasaan dapat diperoleh dengan jalan peniruan dan pengulangan secara terus-menerus, semua latihan itu berlangsung secara disadari, lambat laun menjadi kurang disadari untuk melanjutkan secara otomatis, sehingga mekanistis tidak disadari. Kebiasaan bisa bersifat positif misalnya rajin bekerja, cermat dan lain-lain.

Oleh karena itu, disiplin akan terlaksana dengan frekuensi yang relatif stabil dan dapat dipertahankan. Dalam perwujudannya disiplin dapat berbentuk ketaatan terhadap aturan yang berlaku.

c. Kesadaran untuk Berdisiplin

Idealnya, seseorang yang tidak berhasil dalam suatu pencapaian tujuan, akan berusaha menyadari dan memperbaiki dengan lebih giat

47


(53)

44

dan lebih baik lagi dalam berusaha. Ia akan mendisiplinkan dirinya untuk berbuat. Disiplin dari orang yang optimal pada setiap individu diharapkan mampu mengarahkan perilaku secara terkonsentrasi pada masalah yang dihadapi.

Kesadaran melaksanakan aturan atau tata tertib misalnya tata tertib sekolah diharapkan akan menumbuhkan perilaku disiplin positif, sebab disiplin positif inilah yang nantinya menjadi pola perilaku yang relatif menetap. Artinya , dengan adanya kesadaran dalam melakukan suatu perbuatan tanpa paksaan atau hukuman atau perasaan takut akan ancaman, menjadi dasar bagi terbentuknya kedisiplinan seseorang dalam kehidupannya48.

6. Pentingnya Kedisiplinan Mengajar

Mengajar merupakan salah satu tugas pokok guru, karena sesuai dengan fungsinya sebagai pendidik dan pengajar. Maka guru berkewajiban untuk mengajar atau melaksanakan tugas dengan baik. Sedangkan proses belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan pendidikan di sekolah. Karena melalui proses belajar mengajarlah di peroleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta perubahan perilaku yang merupakan tujuan akhir dari seorang guru demi untuk sistem pengajaran.

48


(54)

45

Agar guru dapat melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dengan baik dan teratur sepanjang tahun ajaran, diperlukan suatu kedisiplinan yang tinggi, karena tanpa memiliki kedisiplinan yang tinggi, guru akan banyak mengalami gangguan-gangguan dan hambatan-hambatan dalam mengajar misalnya tidak menyiapkan bahan yang akan diajarkan, tidak membuat satuan pelajaran, malas melakukan evaluasi pembelajaran. Karena, tanpa adanya kedisiplinan yang tinggi di dalam setiap diri seorang guru, maka alam kelabu akan selalu menutupi dunia pendidikan dan pengajaran.

Karena proses belajar mengajar merupakan inti dari pengajaran di sekolah maka dengan demikian guru sebagai penentu pengajaran dan memegang peranan yang sangat pentingm agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, teratur dan lancar, diperlukan suatu kedisiplinan mengajar guru. Dengan demikian kedisiplinan mengajar penting dalam rangka kegiatan belajar mengajar khususnya dan pendidikan pada umumnya.


(55)

46

3. Hubungan Presensi Finger Print Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru

Kedisiplinan merupakan ketaatan terhadap aturan atau tata tertib.49 Tata tertib berarti seperangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur. Tata tertib ini berisi kewajiban, larangan dan sanksi yang harus dipatuhi oleh guru maupun siswa.50

Ketepatan waktu kehadiran guru merupakan salah satu isi tata tertib sebagian besar sekolah dan bahkan seluruh sekolah. Informasi secara mendalam dan terperinci mengenai kehadiran seorang guru dapat menentukan prestasi seorang siswa, karena hal itu merupakan salah satu indikator kedisiplinan. Maka dari itu, alat pencatatan kehadiran guru menjadi hal yang sangat penting. Alat pencatatan kehadiran guru bisa disebut dengan presensi.

Penerapan alat presensi konvensional memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah :

a. Memiliki tingkat manipulasi data yang sangat tinggi. Selain banyak celah, juga disebabkan banyaknya intervensi petugas yang diperlukan dalam proses pencatatan kehadiran guru, sehingga memerlukan tingkat kejujuran

49

Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Arkola,2001)121

50

A.S. Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi terhadap Pembinaan Kepegawaian,(Jakarta:Pt.Gunung Agung,1983) 181.


(56)

47

yang tinggi baik dari petugas maupun guru itu sendiri. Kasus yang sering terjadi adalah buddy punching (titip absen).

b. Kurang akurat dalam pencatatan waktu kehadiran guru. Mayoritas tidak mencatat waktu tepat guru hadir hanya mencatat seorang guru hadir atau tidak.

c. Sistem pelaporan dan integrasi dengan sistem informasi sekolah bersifat manual. Artinya, proses merekap presensi pada jangka waktu tertentu dan sesuai dengan kategori tertentu dilakukan secara manual. Kemungkinan kesalahan dalam proses ini sangat besar. Proses ini juga membutuhkan banyak waktu dan tenaga, padahal bersifat repetitive (berulang-ulang).51

Seperti telah dijelaskan di pembahasan sebelumnya, bahwa pengembangan teknologi presensi kehadiran guru menjadi sebuah keniscayan sebagai upaya pendisiplinan guru. Pengembangan tersebut harus dilakukan untuk menanggulangi kelemahan presensi konvesional. Berikut ini kelebihan presensi dengan menggunakan sidik jari (fingerprint) :

a. Sidik jari tidak dapat digandakan atau dipalsukan.

b. Cukup akurat, karena hasil presensi akan menampilkan kapan waktu tepat guru melakukan presensi dengan memakai sidik jarinya.

51

Ade Cahyana, Artikel Implementasi Teknologi Biometric untuk system Absensi perkantoran. Diakses pada tanggal 28 November 2014 di www.Digilib.umm.ac.id.


(57)

48

c. Sistem pelaporan terintegrasi dengan sistem informasi sekolah. Pencatatan presensi dan pelaporan bersifat otomatis, sehingga mengurangi besarnya kemungkinan kesalahan jika dilakukan secara manual.


(58)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Artinya apabila seseorang yang akan mengadakan penelitian ilmiah dengan menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Metodologi penelitian merupakan ilmu-ilmu yang mempelajarai metode-metode dalam penelitian. Sedangkan metode-metode penelitian menurut Arif Furchan adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang ada di dalam penelitian.52

Penelitian adalah suatu proses yang sistematis dan analisis yang logis terhadap data untuk menentukan suatu tujuan tertentu, sedangkan metode merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti menggunakan metode-metode yang sesuai, maka bagi seorang peneliti hendaknya mengetahui secara pasti jenis-jenis dan sifat penelitian, agar memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

52

Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), , 50.


(59)

50

A. Jenis Penelitian

Dalam rancangan penelitian ini dijelaskan tentang jenis penelitian yang dilaksanakan ditinjau dari segi tujuan dan sifatnya. Dilihat dari judul penelitian yang penulis teliti yaitu Efektifitas Presensi Melalui Finger Print

Terhadap Kedisiplinan Mengajar Guru Di SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo, penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data-data lengkap yang berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.53

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu strategi yang mengatur latar penelitian agar memperoleh data yang valid dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini secara garis besar rancangan penelitiannya sebagai berikut:

Pada tahap pertama yaitu menentukan sampel. Sampel diambil berdasarkan pertimbangan jumlah populasi dari seluruh Guru di SMP Negeri 2 Sedati sebanyak 44 Guru.

Selanjutnya pada tahap kedua penentuan metode pengumpulan data dan instrumen penelitian. Adapun metode yang digunakan untuk

53


(60)

51

mengumpulkan data diantaranya metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket.

Berikutnya tahap ketiga atau yang terakhir adalah menentukan teknik analisis data. Analisis yang dipakai adalah menggunakan teknik korelasi produk moment.

C. Identifikasi Variable

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Dalam penelitian ini memberlakukan dua jenis variabel yang menjadi obyek penelitian, yaitu:

1. Independent variable (variabel X) yaitu variabel yang mempengaruhi dan mempunyai suatu hubungan dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini adalah penggunaan presensi finger print. Adapun indikatornya adalah kesesuaian finger print dengan kedisiplinan, kesesuaian finger print dengan ketepatan waktu.

2. Dependent variable (variabel Y) yaitu variabel yang menjadi akibat dari variabel bebas. Dependent variable pada penelitian ini adalah kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati. Adapun indikatornya adalah ketepatan waktu guru masuk kelas dan keaktifan guru dalam mengajar.


(61)

52

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Untuk memperoleh data yang pasti, maka diperlukan adanya populasi yang diteliti, sebab tanpa adanya populasi peneliti akan kesulitan dalam mengolah data yang masuk.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Guru SMP Negeri 2 Sedati yang berjumlah 44 Guru.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.54 Sedangkan mengenai jumlah sampel yang akan diambil, maka peneliti mendasarkan kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa, "Apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya adalah populasi, Akan tetapi, bila subyeknya lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan untuk mengambil sampel 10% -15% atau 20% - 25% atau lebih”.

Mengingat jumlah subyek yang diteliti kurang dari 100 orang, maka peneliti menggunakan penelitian populasi. Artinya yang menjadi obyek

54


(62)

53

penelitian adalah seluruh Guru SMP Negeri 2 Sedati yang berjumlah 44 Guru.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.

a. Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.55 yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek penelitian, meliputi: sejarah singkat berdirinya, letak geografis obyek, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, serta pelaksanaan absensi finger print.

b. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah: Jumlah guru, siswa dan karyawan, jumlah sarana dan prasarana, serta hasil angket.

55


(63)

54

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa di SMP Negeri 2 Sedati.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumentasi dan angket merupakan sumber data sekunder.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi disebut juga pengamatan, yang meliputi kegiatan pemantaun perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan


(64)

55

seluruh alat indera, jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.

1) Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

a) Observasi partisipatif dan non partisipatif

b) Observasi sistematis dan observasi non sistematis c) Observasi eksperimental

2) Kelebihan dan kelemahan observasi

Observasi sebagai alat penilaian non tes, mempunyai beberapa kelebihan antara lain:

a) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.

b) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.

c) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari tekhnik lain, misalnya wawancara atau angket.

d) Observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Kelemahan:

a) Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan


(65)

56

b) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang. c) Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang

tidak dapat dikontrol sebelumnya.56

Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum dari obyek penelitian, pelaksanaan presensi finger print serta kedisiplinan mengajar guru SMP Negeri 2 Sedati.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal.57 Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden (orang yang diwawancarai).58 Interview ini dilakukan oleh peneliti dengan responden yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian yang bertujuan mencari informasi.

Kelebihan wawancara yaitu:

1) wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi, hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.

56

Sanjaya, Kurikulum, (Bandung: CV. Raja Putra, 2005), h, 357.

57

S. Nasution, Metode Research, (Bandung: Bumi Aksara, 1996), h, 133.

58

Burhan Bungis, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h, 133.


(1)

106

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan penulis tentang efektifitas presensi finger

print terhadap kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati menghasilkan 3 kesimpulan penting, yaitu :

1. Penggunaan presensi finger print di SMP Negeri 2 Sedati sudah berjalan

cukup. Hal ini di tunjukkan dari data yang di peroleh menunjukkan bahwa

presensi finger print sudah berjalan dengan tertib dan baik. Dan dari hasil

penyebaran angket juga menunjukkan bahwa pengunaan presensi finger

print di SMP Negeri 2 Sedati mencapai 70,6%, maka dari itu dapat

diketahui bahwa penggunaan presensi finger print terhadap kedisiplinan

mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati cukup , karena berada diantara (56% - 75%)

2. Kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati selama proses belajar

mengajar sebelum di gunakannya presensi finger print banyak mengalami

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar seperti datang ke sekolah terlambat dan pulang sebelum

waktunya, tetapi setelah diterapkannya presensi finger print kedisiplinan


(2)

107

diperoleh dan dari hasil penyebaran angket juga menunjukkan bahwa kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati mencapai 65,6%, maka dapat dikatakan bahwa kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati tergolong cukup. Karena berada diantara (56% - 75%).

3. Efektifitas presensi finger print terhadap kedisiplinan mengajar guru di

SMP Negeri 2 Sedati cukup baik dan berjalan dengan efektif , dikarenakan kerjasama yang baik para guru dalam menciptakan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh dan dari hasil penyebaran angket juga menunjukkan dari hasil rxy = 0,436, dan

dari hasil tersebut berarti menunjukkan bahwa rxy > r tabel berarti Ha

diterima yaitu adanya efektifitas presensi finger print terhadap

kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri 2 Sedati. Dan diketahui

besarnya rxy= 0,436 terletak antara 0,40-0,70. Yang artinya Antara variabel

X dan variabel Y terdapat pengaruh yang cukup. Berarti ”efektifitas

presensi finger print terhadap kedisiplinan mengajar guru di SMP Negeri

2 Sedati adalah “cukup”.

B. Saran

Dengan menggunakan presensi finger print, SMP Negeri 2 Sedati bisa

dikatakan lembaga pendidikan yang update dalam pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi di lembaga pendidikan adalah suatu hal yang baik, karena teknologi informasi di kembangkan untuk


(3)

108

mempermudah pekerjaan manusia, termasuk pendisiplinan guru. Namun, setelah penulis melakukan berbagai macam pengamatan dan penelitian di lembaga ini ada beberapa catatan dan masukan yang mungkin berguna untuk

meningkatkan pendisiplinan guru melalui penggunaan presensi finger print di

SMP Negeri 2 Sedati Sidoarjo.

1. Operator Finger print seharusnya melaksanakan langkah-langkah

pengunaan presensi finger print sesuai dengan prosedur agar semua fitur

bisa dimanfaatkan sekolah.

2. Proses cetak hasil finger print seharusnya dilakukan secara berkala agar

sekolah memiliki arsip hardcopy terkait dengan kedisiplinan guru. Arsip tersebut juga bisa digunakan untuk menganalisis kedisiplinan guru dan kemudian menindak lanjutinya.

3. Diperlukan aturan khusus, atau bahkan sanksi tegas untuk guru yang tidak

melakukan presensi finger print.

4. Kepala sekolah hendaknya melakukan supervisi baik secara rutin ataupun

isidentil untuk mengevaluasi pelaksanaan pendisiplinan guru melalui

pengunaan finger print.

Begitulah sekelumit catatan serta saran yang bisa saya berikan kepada sekolah sehingga menjadi bahan acuan untuk menjadi lebih baik kedepannya. Amin.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta. 2010.

Bungis, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University

Press. 2001.

Muhiddin, Ali. Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung:

Pustaka Setia. 2007.

Moenir, A.S. Pendekatan manusiawi dan organisasi terhadap pembinaan

kepegawaian, Jakarta: PT. Gunung Agung.1983.

Nugroho, Eko. Biometrika, Mengenal Sistem Identifikasi Masa Depan, Yogyakarta:

Andi Offset.2009.

Partanto, Pius . Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola.2001

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya.1991

Putra, Darma. Sistem Biometrika, Yogyakarta: Andi Offset.1991

Suhertien, Piet. Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Surabaya : Usaha

Nasional.1994

Wijaya,Cece. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung :

Remaja Rosda Karya.1991.

Subari. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Mengajar, Jakarta:Bumi

Aksara.1994.

Kartono, Kartini. Bimbingan Dan Dasar Pelaksanaanya, Jakarta : CV Raja Grafindo

Persada.1985.

Soekanto, Soejono. Remaja dan Masalahnya, Jakarta: Balai Pustaka.1990.


(5)

Imran, Ali. Pembinaan Guru Di Indonesia, Malang : PT. Dunia Pustaka Jaya.1995.

Yaqub, Hamzah. Menajemen Pendidikan, Jakarta : Gramindo.1983.

Poerwadarmita. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kurnia.2000.

Furchan, Arif. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

1982.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. 1989.

UU RI No.2. Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaanya,

Jakarta:Sinar Grafika.1995.

Prayitno. Dasar Teori dan Praktis, Jakarta: PT.Gramedia Widiarsana Indonesia.2009.

Data Dokumentasi, Sarana dan Prasarana, SMP Negeri 2 Sedati, 2014-2015.

Data Dokumentasi, SMP Negeri 2 Sedati, Pada Tanggal 15 Desember 2014.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. 2011.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

2006.

Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. 2010.

Margono. Metodologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 1997.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rakesarasin. 1996.

Nasir, M. Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.

Nasution, S. Metode Research, Bandung: Bumi Aksara. 1996.

Nazir, Moh. Metode Penelitian, Jakarta: Chalia Indonesia. 2003.

Observasi, di lingkungan sekolah SMP Negeri 2 Sedati, Pada Tanggal 15 Desember 2014.

Surat Al-Ashr: 1-3, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: CV. Karya Utama


(6)

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998.

http://sidik-jari.com/identifikasi-sidik-jari-untuk-absensi/#.UJsgV2dMbIU, diakses

pada tanggal 8 Nopember 2014

Katermia A. Sinaga, dkk, Aplikasi Pencatatan dan InformasiKehadiran Mahasiswa

dengan Sensor Sidik Jari dan SMS Gateway (StudiBandung Politeknik Negeri

Bandung), diakses dari Respository.politekniktelkom.ac.id padatanggal 28 Nopember 2014

Interview, Retno Untari Hadi P selaku Kepala SMP Negeri 2 Sedati, Pada Tanggal 15 Desember 2014.