Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Tradisi Bunuk di Jemaat PNIEL Bunu
“Makna Tradisi Bunuk Di Jemaat PNIEL Bunu”
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Memenui Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi
Oleh :
Hamonangan H Ully 712004069
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
(2)
“ Makna Tradisi Bunuk Di Jemaat PNIEL Bunu”
Oleh :
Hamonangan H. Ully 712004069
SKRIPSI
Diajukan kepada fakultas teologi
Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan-Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Sains Teologi
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
( Dr. David Samiyono ) ( Pdt. Dr. Thobias A. Messakh )
Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
(3)
Dipertahankan di depan Dewan penguji skripsi fakultas teologi dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Science Theology.
Pada Hari : Senin
Tanggal : 13 Februari 2012
Penguji I Penguji II
( Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS, Ph. D ) ( Dr. David Samiyono )
Disahkan : Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana Dekan
(4)
Motto :
Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu pada-ditinggikan-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu.
(5)
SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA :
Papa Sam dan Mama Ros Ully-Sialagan Yang Tercinta...
(Skripsi Ini adalah satu-satunya ungkapan terimakasih terbaik yang bisa diberikan untuk papa dan mama atas semua dukungan Doa, Cucuran keringat, dan Pengorbanannya...)
(6)
Pernyataan Keaslian
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini didasarkan pada karya asli oleh penyusun dan studi terhadap karya-karya yang telah dipublikasikan seperti yang telah ditunjukkan dan disebutkan dalam teks.
Tanda Tangan
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kuasa, tuntunan dan penyertaannya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penyusun sungguh menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Dia sebagai sumber kebenaran dan kehidupan.
Dalam menjalani proses penulisan skripsi ini, campur tangan dan dukungan dari berbagai pihak sungguh penyusun rasakan sehingga membantu penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penyusun ingin menyampaikan limpah terimakasih kepada :
1. Pertama-tama terimakasih Tuhan Yesus buat semua bimbingan dan penyertaanNya dalam seluruh kehidupan penulis khususnya dalam proses studi, penulisan hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis yakin bahwa tanpa bimbingan, campur tangan dan penyertaanNya penyusun tidak dapat melakukan apa-apa. Terimakasih untuk kesempatan ini Tuhan.
2. Terimakasih buat kedua dosen pembimbing Bpk. David Samiyono dan Bpk. Thobias Messakh yang sudah mencurahkan begitu banyak waktu, tenaga dan kesabaran selama ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, kiranya Tuhan selalu memberkati dalam setiap hidup dan pelayanannya.
3. Terimakasih kepada semua dosen Fakultas Teologi UKSW : Dekan Ibu. Retnowati, Kaprogdi Bpk. Yusak B. Setiawan, Dosen wali Bpk. Flip Litay, Bpk. Jhon Titaley, Bpk Daniel Nuhamara, Bpk. Tony Tampake, Bpk. Jacob D Angel, Bpk Izak Latu, Ibu. Dien Sumiatiningsih, Ibu. Henderika Watimena. Bpk. Basuki Djatiutomo, Ibu Mariska
(8)
Lauterboom, Ibu Irene Ludji, yang telah membagikan ilmu selama penyusun duduk di bangku kuliah sehingga penyusun boleh menyelesaikan studi dengan baik.
4. Terimakasih Buat keluarga besar Jemaat Pniel Bunu yang telah menerima penyusun untuk melakukan penelitian. Terimakasih buat Bpk Fredominggus Bako S.Th beserta keluarga, Bpk, Obet Beti dan keluarga, Bpk Sachariaz Tae sekeluarga, Opa Benyamin Nauf sekeluarga, Bpk. Som Liunome Sekeluarga, Sdr Ipson Alunat sekeluarga, serta seluruh anggota jemaat lainnya yang turut membantu penyusun; Terimakasih atas semua bantuannya serta kelancaran selama penelitian di sana. Tuhan yang akan membalas semua kebaikan itu. 5. Terimakasih kepada Gereja GPIB Tamansari Salatiga yang telah menerima penyusun untuk melakukan PPL (PPL I-IV), GKI Klaten untuk praktek Homilitika, Yayasan Bina Dharma Salatiga untuk PPL V dan GMIT Getzemani Tarus Timur untuk PPl VI (untuk ibu Pendeta R.A.M Sunbanu-Nenobais beserta keluarga dan seluruh anggota Majelis Jemaat dan jemaat yang telah menerima penyusun dalam praktek PPL VI selama kurang lebih empat bulan. Terimakasih banyak untuk semua waktu, dana dan tenaga serta keterbukaannya menerima penulis selama melakukan praktek.
6. Terimakasih buat Papa Sam dan Mama Ros tercinta: Inilah yang terbaik yang anakmu dapat berikan kepada papa dan mama. Terimakasih untuk semua keringat, perjuangan dan kerja kerasnya. Terimakasih telah menjadi orangtua, teman, guru, dan untuk semua didikannya dalam hidup. Penyusun menyadari bahwa penyusun bukanlah anak yang baik namun Tuhan memberikan orangtua yang terbaik buat penyusun. Tidak ada kata yang lebih sempurna selain terimakasih untuk papa dan mama.
7. Terimakasih buat K’Iren; Terimakasih untuk semua pengorbanan dan kesabarannya. Buat
(9)
semua bantuan dan dukungannya. Terimakasih buat Adek Her, Io dan Queen, terimakasih buat semua semangat selama ini. Terimakasih buat Opa Johanis Ully dan Alm. Oma Yakomina Ully untuk semua kasih sayang dan didikan selama penyusun berada di bangku bersekolah. Terimakasih buat Ma Ina dan Bapa Finus beserta keluarga, Om Ba’i beserta keluarga, Om Rudi beserta keluarga, Ma Otta Beserta Keluarga, Ma’Titi beserta keluarga, Ma Reny beserta keluarga, Ma Feny beserta keluarga, Bapa Hanis dan Ma Jenna besarta keluarga, Ma Oma dan Om Beny beserta keluarga, Om Opa beserta keluarga. Terimakasih buat semua kasih sayang dan dukungannya. Semoga Tuhan memberkati.
8. Terimakasih Buat Bapa Alek dan Mama Ina Pau, Kaka Dyno, Om Puy, Kaka Nyong Adi, Ama Da’i, Lala, Ontoeng, Ba’i Af dan keluarga, mama Nahari dan semua keluarga besar Ully, Pau di Tarus, Terimakasih untuk semua bantuan, dukungannya, biarlah Tuhan yang akan selalu memberkati.
9. Terimakasih buat keluarga besar Tunliu-Johanis, Buat Bapa Piet dan Mama Emy, buat Nona, Esty, Evy, Ota, Adi, Yoan; Om FunQ dan tanta Eda, Kaka Whan beserta Ince dan
Leon, K’ Ina, No Ice, Om Melek beserta keluarga, Om Edu, Ma Yo, Lesty, Om Beny dan
tanta Len, Tanta Mince, Kaka Roni dan Mar, Tanta Ros, Om Centis, Kaka Ren bersama keluarga, dan seluruh rumpun keluarga besar yang tidak sempat disebutkan disini; Terimakasih buat semua dukungan doa, materi dan suportnya. Tuhan selalu berkati dan akan membalas semua kebaikan itu.
10. Terimakasih buat kekasih hati Imelda Tunliu, buat semua dukungan doa, materi, dan berbagai dukungan lainnya baik selama penyusun mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan skrispi ini. “Kamu adalah anugerah terbaik yang Tuhan brikan kepadaku”
(10)
11. Terimakasih untuk semua saudara dalam perhimpunan Ikmasti Salatiga. Terimakasih telah menjadi teman, saudara, sahabat dalam suka dan duka selama penyusun berada di Salatiga. “Usif Neno Nokan Kit Ok-Oke”.
12. Terimakasih buat semua anak kost dan kontrakan yang pernah bersama-sama menikmati susah senang hidup di Pulau Jawa. Buat anak kost Mabes, Lantis, Yitno Racing Team, Kontrakan Cemara II No 8 dan 45, kontrakan Belah Duren, Kontrakan Ganteng, Kontrakan cinta, Nginden 6a, Gang semampir dan semua basodara Flobamora di Salatigga. Trimakasih banyak buat semuanya.
Salatiga, Maret 2012 Penyusun
(11)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI xi
SARI PATI xiv
BAB I : Pendahuluan
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 5
3. Identifikasi Masalah 5
4. Rumusan Masalah 6
5. Tujuan Penelitian 6
6. Metode Penelitian 6
7. Tekhnik Pengumpulan Data 7
8. Kerangka Penulisan 7
BAB II : Makna Ritual Bunuk Dan Usaha Kontekstualisasi
1. Pandangan Antropologi Budaya Tentang Ritual Bunuk 9
1.1. Pandangan tentang Kosmos 12
1.2. Pandangan tentang Anthropos 18
1.3. Pemahaman Bunuk Dalam Kepercayaan Orang Timor 23 2. Ritual Bunuk Dan Usaha Kontekstualisai 22
1. Sikap Radikal 23
2. Sikap Akumodasi 26
3. Sikap Sintesik 27
(12)
5. Sikap Transformatif 29
a) Penciptaan 29
b) Kejatuhan manusia 30
c) Berkaitan dengan sejarah 30
1. Model Terjemahan 32
2. Model Antropologis 33
3. Model Praksis 34
4. Model Sintetik 34
5. Model Transendental 35
6. Model Budaya Tanding 36
3. Kesimpulan 37
BAB III : Praktek Dan Pemahaman Warga Jemaat Pniel Bunu Tentang Tradisi Bunuk
1. Gambaran umum daerah penelitian 40
1.1 Keadaan Umum Wilayah Desa Bunu 41
1.2 Letak Geografis Dan Topografis 42
1.3 Penduduk dan mata pencaharian 43
2. Gambaran Jemaat Imanuel Bunu 44
2.1 Keadaan Jemaat 44
2.2 Sejarah Gereja 44
3. Bunuk Dalam Agama Asli Suku Timor 47
3.1 Sistem Kepercayaan Orang Timor 47
3.2 Penyembahan Kepada Roh Nenek Moyang 47
3.3 Pengertian Bunuk 49
3.4 Proses Bunuk 50
3.5 Peran Tua Adat 50
3.6 Tahap-Tahap Pelaksanaan Bunuk 51
3.7 Pemahaman Agama Asli Tentang Bunuk 52
(13)
3.9 Pemahaman Warga Jemaat Tentang Bunuk 54
3.9.1. Proses dan Jenis-jenis Bunuk 55
3.9.2. PeranTua-Tua Adat 58
3.9.3. Makna yang diberikan Gereja terhadap Bunuk 60 BAB IV : Analisa Dan Refleksi Teologis Terhadap Ritual Bunuk Dalam Budaya Jemaat
Pniel Bunu
1. Analisa sosial terhadap Ritual Bunuk 62
2. Refleksi 67
3. Sikap Orang Kristen Terhadap Ritual Bunuk 72
3.1Sikap Orang Kristen terhadap kebudayaan 72
a) Sikap Antagonistis 72
b) Sikap Akomodatif 73
c) Sikap Dominasi 73
d) Sikap Dualistis 74
e) Sikap Transformasi atau Pembaruan 74
3.2Sikap yang harus dikembangkan terhadap Ritual Bunuk 76 BAB V : Penutup
1. Kesimpulan 80
a) Makna Bunuk Menurut Warga Jemaat 80
b) Makna Ritual Bunuk Menurut Gereja 84
2. Saran 85
a) Gereja 85
b) Jemaat 86
c) Pihak Adat 86
d) Fakultas 86
Daftar Pustaka 88
(14)
SARIPATI
Ritual bunuk adalah salah satu ritual dalam budaya orang Timor (Atoni Pah Meto) yang dilakukan terhadap tanaman peliharaan untuk menjaga hasil panen tanaman tersebut dari pengrusakan. Ritual ini adalah warisan dari leluhur orang Timor (Atoni Pah Meto) yang telah dilakukan semenjak turun-temurun saat mereka masih berada dalam agama suku mereka. Karena itu ritual ini kental dengan praktek agama suku itu, yakni berhubungan dengan pemujaan terhadap leluhur. Sejauh ini, ada dua alasan utama gereja menolak ritual ini; Pertama, ritual ini merupakan praktek penyembahan berhala dan bertentangan dengan ajaran Kristen. Kedua, ritual ini bisa mencelakakan orang lain; bunuk tidak hanya membuat orang untuk bertobat melainkan dapat mencelakakan bahkan hingga mencabut nyawa orang lain sehingga bertentangan dengan ajaran Kristen. Oleh karena itu, tidak boleh dilakukan oleh anggota jemaat yang sudah menjadi Kristen.
Walaupun demikian, sebagian besar jemaat terus mempraktekkan ritual ini. Hal ini disebabkan karena ritual ini memeberikan berbagai manfaat positif bagi kehidupan mereka yakni; Ritual ini merupakan simbol agar setiap manusia yang hidup harus bekerja keras. Melalui kerja keras ini, semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan pelanggaran misalnya pencurian tidak akan terjadi. Dari alas an ini, dapat dikatakan bahwa ritual ini memberikan pemahaman kepada jemaat bahwa setiap manusia yang hidup dalam suatu lingkungan sosial selalu terikat dengan norma-norma sosial yang berlaku di dalamnya. Norma-norma itu berupa adat istiadat dan berbagai kebiasaan yang harus dipatuhi. Sehingga perilaku baik harus tetap dijaga dan dipelihara sehingga relasi dengan Tuhan dan sesama menjadi lebih baik dan hidup menajadi lebih sejahtera.
(1)
semua bantuan dan dukungannya. Terimakasih buat Adek Her, Io dan Queen, terimakasih
buat semua semangat selama ini. Terimakasih buat Opa Johanis Ully dan Alm. Oma
Yakomina Ully untuk semua kasih sayang dan didikan selama penyusun berada di bangku
bersekolah. Terimakasih buat Ma Ina dan Bapa Finus beserta keluarga, Om Ba’i beserta keluarga, Om Rudi beserta keluarga, Ma Otta Beserta Keluarga, Ma’Titi beserta keluarga, Ma Reny beserta keluarga, Ma Feny beserta keluarga, Bapa Hanis dan Ma Jenna besarta
keluarga, Ma Oma dan Om Beny beserta keluarga, Om Opa beserta keluarga. Terimakasih
buat semua kasih sayang dan dukungannya. Semoga Tuhan memberkati.
8. Terimakasih Buat Bapa Alek dan Mama Ina Pau, Kaka Dyno, Om Puy, Kaka Nyong Adi, Ama Da’i, Lala, Ontoeng, Ba’i Af dan keluarga, mama Nahari dan semua keluarga besar Ully, Pau di Tarus, Terimakasih untuk semua bantuan, dukungannya, biarlah Tuhan yang
akan selalu memberkati.
9. Terimakasih buat keluarga besar Tunliu-Johanis, Buat Bapa Piet dan Mama Emy, buat
Nona, Esty, Evy, Ota, Adi, Yoan; Om FunQ dan tanta Eda, Kaka Whan beserta Ince dan Leon, K’ Ina, No Ice, Om Melek beserta keluarga, Om Edu, Ma Yo, Lesty, Om Beny dan tanta Len, Tanta Mince, Kaka Roni dan Mar, Tanta Ros, Om Centis, Kaka Ren bersama
keluarga, dan seluruh rumpun keluarga besar yang tidak sempat disebutkan disini;
Terimakasih buat semua dukungan doa, materi dan suportnya. Tuhan selalu berkati dan akan
membalas semua kebaikan itu.
10. Terimakasih buat kekasih hati Imelda Tunliu, buat semua dukungan doa, materi, dan
berbagai dukungan lainnya baik selama penyusun mengikuti perkuliahan hingga
(2)
11. Terimakasih untuk semua saudara dalam perhimpunan Ikmasti Salatiga. Terimakasih telah
menjadi teman, saudara, sahabat dalam suka dan duka selama penyusun berada di Salatiga. “Usif Neno Nokan Kit Ok-Oke”.
12. Terimakasih buat semua anak kost dan kontrakan yang pernah bersama-sama menikmati
susah senang hidup di Pulau Jawa. Buat anak kost Mabes, Lantis, Yitno Racing Team,
Kontrakan Cemara II No 8 dan 45, kontrakan Belah Duren, Kontrakan Ganteng, Kontrakan
cinta, Nginden 6a, Gang semampir dan semua basodara Flobamora di Salatigga. Trimakasih
banyak buat semuanya.
Salatiga, Maret 2012
Penyusun
(3)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI xi
SARI PATI xiv
BAB I : Pendahuluan
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 5
3. Identifikasi Masalah 5
4. Rumusan Masalah 6
5. Tujuan Penelitian 6
6. Metode Penelitian 6
7. Tekhnik Pengumpulan Data 7
8. Kerangka Penulisan 7
BAB II : Makna Ritual Bunuk Dan Usaha Kontekstualisasi
1. Pandangan Antropologi Budaya Tentang Ritual Bunuk 9
1.1. Pandangan tentang Kosmos 12
1.2. Pandangan tentang Anthropos 18
1.3. Pemahaman Bunuk Dalam Kepercayaan Orang Timor 23 2. Ritual Bunuk Dan Usaha Kontekstualisai 22
1. Sikap Radikal 23
2. Sikap Akumodasi 26
3. Sikap Sintesik 27
(4)
5. Sikap Transformatif 29
a) Penciptaan 29
b) Kejatuhan manusia 30
c) Berkaitan dengan sejarah 30
1. Model Terjemahan 32
2. Model Antropologis 33
3. Model Praksis 34
4. Model Sintetik 34
5. Model Transendental 35
6. Model Budaya Tanding 36
3. Kesimpulan 37
BAB III : Praktek Dan Pemahaman Warga Jemaat Pniel Bunu Tentang Tradisi Bunuk
1. Gambaran umum daerah penelitian 40
1.1 Keadaan Umum Wilayah Desa Bunu 41
1.2 Letak Geografis Dan Topografis 42
1.3 Penduduk dan mata pencaharian 43
2. Gambaran Jemaat Imanuel Bunu 44
2.1 Keadaan Jemaat 44
2.2 Sejarah Gereja 44
3. Bunuk Dalam Agama Asli Suku Timor 47
3.1 Sistem Kepercayaan Orang Timor 47
3.2 Penyembahan Kepada Roh Nenek Moyang 47
3.3 Pengertian Bunuk 49
3.4 Proses Bunuk 50
3.5 Peran Tua Adat 50
3.6 Tahap-Tahap Pelaksanaan Bunuk 51
3.7 Pemahaman Agama Asli Tentang Bunuk 52
(5)
3.9 Pemahaman Warga Jemaat Tentang Bunuk 54
3.9.1. Proses dan Jenis-jenis Bunuk 55
3.9.2. PeranTua-Tua Adat 58
3.9.3. Makna yang diberikan Gereja terhadap Bunuk 60
BAB IV : Analisa Dan Refleksi Teologis Terhadap Ritual Bunuk Dalam Budaya Jemaat Pniel Bunu
1. Analisa sosial terhadap Ritual Bunuk 62
2. Refleksi 67
3. Sikap Orang Kristen Terhadap Ritual Bunuk 72 3.1Sikap Orang Kristen terhadap kebudayaan 72
a) Sikap Antagonistis 72
b) Sikap Akomodatif 73
c) Sikap Dominasi 73
d) Sikap Dualistis 74
e) Sikap Transformasi atau Pembaruan 74
3.2Sikap yang harus dikembangkan terhadap Ritual Bunuk 76
BAB V : Penutup
1. Kesimpulan 80
a) Makna Bunuk Menurut Warga Jemaat 80
b) Makna Ritual Bunuk Menurut Gereja 84
2. Saran 85
a) Gereja 85
b) Jemaat 86
c) Pihak Adat 86
d) Fakultas 86
Daftar Pustaka 88
(6)
SARIPATI
Ritual bunuk adalah salah satu ritual dalam budaya orang Timor (Atoni Pah Meto) yang dilakukan terhadap tanaman peliharaan untuk menjaga hasil panen tanaman tersebut dari pengrusakan. Ritual ini adalah warisan dari leluhur orang Timor (Atoni Pah Meto) yang telah dilakukan semenjak turun-temurun saat mereka masih berada dalam agama suku mereka. Karena itu ritual ini kental dengan praktek agama suku itu, yakni berhubungan dengan pemujaan terhadap leluhur. Sejauh ini, ada dua alasan utama gereja menolak ritual ini; Pertama, ritual ini merupakan praktek penyembahan berhala dan bertentangan dengan ajaran Kristen. Kedua, ritual ini bisa mencelakakan orang lain; bunuk tidak hanya membuat orang untuk bertobat melainkan dapat mencelakakan bahkan hingga mencabut nyawa orang lain sehingga bertentangan dengan ajaran Kristen. Oleh karena itu, tidak boleh dilakukan oleh anggota jemaat yang sudah menjadi Kristen.
Walaupun demikian, sebagian besar jemaat terus mempraktekkan ritual ini. Hal ini disebabkan karena ritual ini memeberikan berbagai manfaat positif bagi kehidupan mereka yakni; Ritual ini merupakan simbol agar setiap manusia yang hidup harus bekerja keras. Melalui kerja keras ini, semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan pelanggaran misalnya pencurian tidak akan terjadi. Dari alas an ini, dapat dikatakan bahwa ritual ini memberikan pemahaman kepada jemaat bahwa setiap manusia yang hidup dalam suatu lingkungan sosial selalu terikat dengan norma-norma sosial yang berlaku di dalamnya. Norma-norma itu berupa adat istiadat dan berbagai kebiasaan yang harus dipatuhi. Sehingga perilaku baik harus tetap dijaga dan dipelihara sehingga relasi dengan Tuhan dan sesama menjadi lebih baik dan hidup menajadi lebih sejahtera.