IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT :STUDY KASUS DI DESA SAWO CANGKRING KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO).
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
(Study Kasus di Desa Sawocangkring, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo)
SKRIPSI
Oleh :
WINDA PUJI ASTUTIK E04212039
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016
(2)
Nama NIM Jurusan
Judul Skripsi
Bisn: illahirrahrnanirrah im
Yang bertanda temgan cJibawirh ini saya :
: Winda Puji Astutik
:804212039
: Politik Islam
: IMPLEMENTASI PH.S{;RAM PENTNGKATAN FERANAI$
WANITA MEI{UJT1 KELUARGA SEHAT SEJAHTERA
DALAM PBNIT{GKATAiT EKONOMI MASYARAKAT
(Studi Kasus di flesa Sawocangkring" Kecan,atan Wonoayu" Kabupaten Sidoa4o)
IV{enyatakiur sesungguhnya bahr.va :
Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan pada lembaga pendidikan manapun untuk
mendapatkan gelar akademik apapun.
Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya secara mandiri dan bukan rnerupakan plagialatas karya orang lain.
Apabila skripsi ini dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan sebagai hasil
plagiasi saya bersedia menacggwrg segala konsekeensi hukum yang terjadi.
Surabay4 16 Agustus 20i6
Winda Puji Astutik (8,04212A36) 1.
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo dalam meningkatan perekonomian serta faktor – faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat dalam implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder yang berkaitan dengan situasi dan kondisi dilapangan tentang implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan observasi guna memperoleh data primer mengenai Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Dengan berdasar data tersebut penulis berupaya mendeskripsikannya secara sistematis.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa semua pihak pelaksana telah melaksanakan program tersebut sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi masing-masing. Namun apabila dikaitkan dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya peningkatan ekonomi keluarga masih kurang. Artinya Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo tersebut hanya dilakukan saja tanpa adanya tindak lanjut dari program tersebut sehingga program tersebut terkesan hanya program yang sia-sia. Untuk itu perlu dari pihak terkait khusunya pemerintah melakuakan tindakan pemberdayaan secara berlanjut supaya masyarakat bisa merasakan manfaat dari program tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo adalah komunikasi, sumber daya, struktur organisasi dan sikap pelaksana. Saran yang diberikan penulis secara garis besar adalah terus melakukan pendampingan dan pemantauan pada kelompok binaan sampai tewujudnya kelompok binaan yang mandiri.
Kata Kunci : Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS)
(7)
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulilah segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo)”
Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang ditemui penulis, namun tidak sedkit pula bantuan, perhatian dan dorongan berupa saran dan kritikan hingga terselesaikannya skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya. Prof. DR. Abdul A’La M.Ag beserta jajarannya. 2. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya. DR. Muhid M.Ag
beserta jajarannya
3. Laili Bariroh M.Si, Kepala Prodi Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya, beserta dosen – dosen Prodi Politik Islam.
4. DR. H.M. Ismail M.Si selaku pembimbing, ucapan terima kasih tiada taranya kami sampaikan atas bimbingannya hingga selesai skripsi ini.
(8)
5. Kepala beserta staf akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
6. Bapak, Ibu, Saudara, serta Suami tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil.
7. Kepala Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo beserta jajaranya
8. Ibu-Ibu Penggerak PKK dan Pelaksana Program P2WKSS Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo yang telah memberikan informasi dalam proses penelitian ini.
9. Kepada Sahabat-sahabatku angkatan 12 (khususnya SALAK dan RIP) juga semua pihak yang telah mendoakan serta turut andil membantu penulis dalam menyelasaikan tulisan ini.
Akhirnya tanpa mengingkari adanya kekurangan dan kelemahan tulisan ini, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan merupakan sumbangan bagi kajian ilmu politik.
Surabaya, 17 Agustus 2016
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……..………i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Tinjauan Pustaka... 10
1.6. Penegasan Judul ... 19
1.7. Sistematika Penulisan ... 21
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Teori Kebijakan Publik... 22
2.1.1. Pengertian Kebijakan ... 22
2.1.2.Pengertian Publik ... 23
2.1.3.Pengertian Kebijakan Publik ... 24
2.2. Implementasi Kebijakan ... 26
2.2.1.Pengertian Implementasi Kebijakan ... 26
2.2.2.Model-Model Implementasi Kebijakan ... 27
2.2.3.Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan ... 30
(10)
2.4. Teori Gender ... 36
2.4.1. Definisi Gender ... 36
2.4.2. Faktor – Faktor adanya Gender ... 37
2.5. Teori Pembangunan Perempuan ... 38
2.6. Teori Kemiskinan ... 39
2.6.1.Konsep Tentang Kemiskinan ... 39
2.6.2. Latar belakang kemiskinan ... 41
2.6.3. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ... 44
2.6.4. Pendekatan Perempuan dalam Kemiskinan ... 47
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis , Pendekatan, dan Fokus Penelitian ... 52
3.1.1. Jenis Penelitian ... 52
3.1.2. Pendekatan Penelitian ... 52
3.1.3. Fokus peneltian ... 54
3.2. Sampel Penelitian ... 55
3.3. Lokasi Penelitian ... 57
3.4. Sumber Data ... 58
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 59
3.6. Analisis Data ... 61
3.7. Tahap - Tahap Penelitian ... 63
3.8. Keabsahan Data ... 66
3.9. Teknik Analisis Data ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 69
4.1.1.Sejarah Desa Sawocangkring ... 69
4.1.2.Letak Geografis Desa Sawocangkring ... 70
4.1.3.Kondisi Fisik Desa Sawocangkring ... 72
4.1.4.Letak Demografi Desa Sawocangkring ... 73
4.1.5.Sarana dan Prasarana ... 74
4.2. Penyajian Data ... 80
4.2.1. Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat ... 80
4.2.2. Proses Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera ... 87
(11)
4.2.2.1. Rencana Implementasi Kebijakan ... 87
4.2.2.2. Jenis Kegiatan ... 88
4.2.2.3. Pertanggung jawaban Implementasi Program P2WKSS ... 91
4.2.2.4. Mekanisme Implementasi Program ... 92
4.2.2.5. Sumber Dana ... 95
4.2.2.6. Ketepatan Sasaran ... 96
4.2.2.8. Pelaksanaan Kegiatan ... 99
4.3. Analisis Data ... 111
4.4.Proses Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo ... 118
4.4.1. Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa Sawocangkring ... 118
4.4.2.Indikator Keberhasilan Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera di di Desa Sawocangkring ... 128
4.5. Faktor penghambat Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Desa Sawocangkring. ... 130
4.6.Hasil Temuan ... 132
BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan ... 136
5.2. Saran ... 138
DAFTAR PUSTAKA ...140 LAMPIRAN
(12)
PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah
Ketimpangan relasi dan gender antara laki- laki dan perempuan terjadi karena adanya aturan, tradisi dan hubungan sosial timbal balik yang menentukan batas antara feminitas dan maskulinitas. Semua ini mengakibatkan adannya pembagian kekuasaan antara perempuan dan laki-laki, selanjutnya berimbas dalam kehidupan sosial.1
Nilai - nilai pembagian kerja yang menekankan bahwa dunia rumah tangga sepenuhnya milik perempuan menyebabkan tugas-tugas perempuan hanya terfokus pada sumur, dapur dan kasur. Kondisi ini yang menyebabkan kiprah perempuan di dunia publik tertinggal dari laki- laki. Peran perempuan hanya merawat rumah sementara dunia publik sepenuhnya ,milik laki- laki2
. Dominasi laki- laki dalam berbagai aspek kehidupan menyebabkan perempuan mengalami beragam diskriminasi baik dalam aspek pendidikan, ekonomi, maupun politik.
Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa penduduk Indonesia usia 10 tahun keatas yang buta huruf pada tahun 2015 sebesar 8,56 persen, dimana
1
Pusat Study Wanita Uin Syarif h idayatulla Ja karta , Pengantar Kjian Gender, :Pusat study wanita uin syarif hoidayatullah Ja karta, 2003). Ha l. Vii
2
(13)
perempuan masih mendominasi angka buta huruf sebesar 5,95 persen sedangkan laki- laki hanya 2,61%. Sama halnya dengan kelompok usia tertentu, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menunjukkan bahwa angka melek huruf bagi laki- laki berumur 15 tahun ke atas sekitar 97,11 persen sedangkan perempuan mencapai 93,34 persen pada umur yang sama. Angka melek huruf tersebut lebih rendah bila dibandingkan laki- laki pada umur 15 tahun keatas. Dengan rendahnya tingkat pendidikan perempuan bisa berimplikasi pada rendahnya kapasitas perempuan untuk berpatisipasi aktif dalam pembangunan.3
Tabel 01
Jumlah Penduduk Indonesia diatas 10 tahun yang buta huruf (dalam persen)
Jenis Kelamin 2013 2014 2015
Laki - Laki 3.23 2.92 2.61
Perempuan 7.69 5.86 5.95
Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional 2015
3
(14)
Tabel 02
Jumlah Penduduk Indonesia diatas 15 tahun yang melek huruf (dalam persen)
Jenis Kelamin 2013 2014 2015
Laki – Laki 96.47 96.79 97.11
Perempuan 91.40 93.45 93.34
Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional 2015
Dampak dari buta huruf salah satunya adalah kemiskinan. Pada bulan September 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapi 11,13 persen, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 10,96 persen.4
Tabel 03
Prosentase penduduk miskin tahun 2013 -2015
2013 2014 2015
Perkotaan 8.52 8.16 8.22
Pedesaan 17.46 13.76 14.09
Jumlah 11.47 10.96 11.13
Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional 2015
4
(15)
Dari data diatas Selama dapat dilihat , jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan naik sebanyak 0,33 persen dari 13,76 persen menjadi 14,09 persen.5
Kenaikan angka kemiskinan pada pedesaan disebabkan banyak faktor. Salah satunya adalah keikutsertaan pemerintah dalam pasar bebas atau yang kita kenal dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada awal tahun 2015. Akibatnya serbuan produk asing membuat produk lokal kalah bersaing sehingga pendapatan masyarkat berkurang. Masyarkat pedesaan yang menyandarkan hidup dari berproduksi bahan mentah kalah bersaing dengan bahan impor yang bisa dikatakan lebih murah daripada produk dalam negeri.
Keterangan diatas menujukkan bahwa diperlukan adanya pembangunan nasional bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional tersebut merupakan serangkain proses perubahan yang diupayakan pemerintah Indonesia bersama seluruh masyarakat Indonesia, dengan mengharapkan terwujudnya masyarakat Indonesia yang memiliki kualitas hidup lebih baik. Pembangunan tersebut harus di topang oleh seluruh anggota masyarakat, baik pria dan wanita, yang meliputi seluruh bidang kehidupan.6
Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan di Indonesia tercantum dalam Inpres No. 9 Tahun 200 tentang Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres No. 9 Tahun 2000 dengan jelas
5
Ibid Bps Indonesia www.bps.go.id 6
Menteri Nnegara Urusan Peranan Wanita, Modul latihan Menejemen dan k epemimpinan Wanita dalam Pmebangunan, Potensi dan Peranan W anita dalam Pembangunan (Jakarta: Menteri Nnegara urusan Peranan Wanita, 1991),Ha l. 6
(16)
mengintruksikan pelakasnaan pengarustmaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fngsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah.7
Indonesia juga telah menyepakati Komitmen Internasional seperti CEDAWA (Convertion on the Elimination off All Forms of Discrations Against Women) dan Lnadasan Aksi Beijing, maka pembangunan pemeberdayaan perempuan merupakan komitmen nasional yang dijadikan sebgai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia, dimaksudkan untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki- laki,8
Sejalan dengan itu dalam upaya menurunkan angka kemiskinan perlu adanya pembinaan bagi masyarakat agar mampu bersaing dalam berbagai hal khususnya bidang ekonomi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan peran wanita. peningkatan peran wanita tersebut diarahkan pada upaya pengetasan kemiskinan, peningktan kualitas dan kemandirian serta kemajuan sumber daya manusia, masyarakat dan bangsa
7
Menteri Negara Pe mberdayaan Pere mpuan Republik Indonesia, Pnaduan Pelatihan Regional Pengarustamaan gender Di Bidang Kesehatan Reproduk si dan Kependuduk an (Jakarta: Menteri Nnegara Pe mberdayaan Pre mpuan Republik Indonesia , 2001)hal.1
8
Menteri Negara Pe mberdayaan Pere mpuan dan Perlindungan Anak “Pedoman P2WKSS”diakses pada tanggal 08 me i 2016 dari http://menegpp.go.id
(17)
Indonesia, serta mendorong dan meningkatkan peran aktif dan swadaya seluruh masyarakat.
Salah satu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk penaggulangan kemiskinan melalui peningkatan peran perempuan dalam pembangunan adalah melalui Program Terpadu Pningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Program ini merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam serta lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat sejahtera dan bahagia untuk pembangunan masyrakat dengan perempuan sebgai penggeraknya.9
Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sidoarjo dalam rangka pembangunan nasional, tercantum pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Sidoarjo.10
Melalui PERDA tersebut, maka dibuatlah badan-badan yang berhubungan langsung dengam masyarakat sebgai perpanjangan tangan dari pemerintah daerah untuk menangani permasalahan social kemasyarakatan di Kabupaten Sidoarjo.
Pemberdayaan masyarakat tersebut dalam proses perencanaannya dilakukan oleh unit kerja pemerintah atau satuan kerja daerah (SKPD)
9
Ibid,.Pedoman P2WKSS,www.mengepp.go.id 10
Faisal Riza l,Kabupaten Sidoarj Out Look 2013 Pencapain Pembangunan 2011-2013 (Sidoarjo : Smart Ide Indonesia, 2013)ha l.63
(18)
Kabupaten Sidoarjo. Dalam kaitannya dengan perberdayaan perempuan, maka dibuatlah sebuah lembaga yang bernama Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB).
BPMPPKB memilki tiga jenis bidang. Masing- masing mengenai Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Pemberdayaan Perempuan, dan Bidang Kelurga Berencana.11
Dalam pelakasanaanya Pemberdayaan tersebut maka dibuatlah daerah-daerah binaan program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang berada pada kelurahan-kelurahan Kabupaten Sidoarjo. Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) adalah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan, secara terkoordinasi, dengan upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas.
Pada tahun 2015 lokasi binaan P2WKSS di Kabupaten Sidoarjo bertempat di 18 Desa di bagi ke 18 Kecamatan. Perempuan-perempuan yang berada di lokasi binaan P2WKSS tersebut dibina dan diberikan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan edukasi pangan loka, pelatihan tataboga, pelatihan daur ulang sampah, pelatihan menjahit, menyulam, dan lain sebagainya.
11
BPMPPKB Kabupaten Sidoarjo “Badan Pemberdayaan Masyarak at Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana”. Dia kses pada tanggal 16 juni 2016 dari http://bpmppkb.sidoarjo.go.id
(19)
Maka selanjutnya berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah karya ilmiah dan menuangkannya ke dalam sebuah skripsi berjudul : “Imple mentasi Program Peningkatan Peranan Wanita me nuju Keluarga Sehat Sejahte ra dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi kasus di Desa Sawocangkring, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo)
1.2. Rumusan Masalah
Setelah menyimak, latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah pokok yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi kebijakan Pemerintah melalui program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo?
2. Faktor – faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam implementasi program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo?
(20)
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana implementasi program Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) dalam proses peningkatan kualitas peran wanita di bidang pembangunan ekonomi keluarga demi meningkatan pendapatan perkapita keluarga guna mengentaskan kemiskinan di negeri ini.
2. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi, mendukung serta menghambat implentasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejatera di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengatahuan lebih mendalam tentang program, Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Dan juga kita akan lebih mengetahui tentang bagaimana implementasi tentang adanya kebijakan ini. dalam hasil peneltian ini juga nantinya akan bisa memberikan referensi baru bagi mahasiswa prodi politik islam tentang program peningkatan peranan wanita P2WKSS
(21)
2. Manfaat akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan referensi baru untuk khususnya masisiwa prodi politik islam. Dan juga bisa dijadikan referensi strategi dalam peningkatan peranan wanita. dan juga menjadi bahan bacaan bagi khalayak umum.
1.5. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis perlu melakukan tinjauan pustaka untuk memastikan tidak ada tulisan karya ilmiah yangbsama dengan skripsi yang penulis susun.
Tabel 04 Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Ket
1 Dhani Permadi, Jurusan Kesejahteraan Sosial, FAKULTAS Ilmu Dakwah dan Komunikasi Analisis Perencanaan Kebijakan Terhadap Implenetasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kota Tanggerang Selatan
Pembahasan dalam skripsi tersebut mengenai perencanaan kebijakan dan program
pemerintah daerah dalam pemberdayaan ,masyarakat di Kota Tanggerang selatan. Didalamnya meliputi SKPD Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Tranmigrasi
(Dinsosnakertrans), Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(22)
(BPMPPKB) dan Pemerintah Kota Tanggerang Selatan bagian kesejahetraan Rakyat (Kabag Kesra).
2. Sisti Habibah, jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Sayrif Hidayatulla Jakarta. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Wirausaha Daur ulang Sampah Kering Di Kelurhan Pasar Minggu
Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan ekonomi perempeuan yang dilakukan oleh ibu- ibu Kelompok Lingkungan (I2KL) yang berdomisili di kelurahan Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu. Kegiatan dari
pemberdayaan tersebut adalah pengolahan daur ulang sampah dengan cara mengumpulkan sampah yang dibuang oleh warga ke Bank sampah, setelah itu dipilih oleh warga dan pemulung berdasarkan jenisnya, lalu dijual kembali kepada warga untuk di daur ulang untuk bisa dijadikan barang kerajinan seperti paying tas, dan lain- lain sebgainya. Selanjutnya akan dijual kembali pada konsumen seperti
(23)
setempat.
3. Hafiz Kurnia, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fkultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kleurahan Terhadap Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) di Kelurahan Manggarai Selatan
Skripsi tersebut membahas tentang Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(PPMK), PPMK adalah suatu model pembangunan Kelurahan yang menggunakan pendekatan pemebrdayaan di tingkat Rukun Warga (RW), dimana
masyarakat diberi kepercayaan untuk mengelola dan Bantuan Langsung Mayarakat (BLM) yang bersumber dari Aanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk merencanakan, melaksnakan dn mengawasi sendiri program pembangunan yang ada di kelurahan masing-masing. Program ini meliputi pembinaan tiga bidang pembangunan, yakni bina ekonomi berupa pinjaman bergulir, bina social berupa pelatihan keterampilan masyarakat dan bina fisik lingkungan berupa
(24)
pembangunan sarana dan prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat.
4. Endang Tri Santi Program Study Ilmu Poltiik, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Implementasi Kebijakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Study terhadap Tap Meng No 08/2010 Tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggar Responsif Gender Bidang Ketanagakerjaan dan ketransmigrasian)
Skripsi tersebut membahas tentang kebijakan dan implementasi kementruan Pemberdayaan dan Penganggaran Reponseif Gende Bidang Ketenagkerjaan dan ketransmigrasian. penulis lebih memfokuskan pada keterlibatan dan partipasi perempuan pada pelaksnaan pembangunan melalui program Terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yeng merupakan sebuah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan secara terkoordinasi dalam pelaksanaannya di kota
Tanggerang Selata, Dilakukan oleh Badan Pemberdayaan
(25)
Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana (BPMPPKB) sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota
Tanggerang Selatan. Kajian yang penulis gunakan dalam penelitian tersebut adalah teori gender dan pembangunan (Gender and Development)
dengan menggunakan metode kualitatif perspektif gender analisi deskriptif.
1. Dhani Permadi, Jurusan Kesejahteraan Sosial, FAKULTAS Ilmu Dakwah dan Komunikasi dengan judul “Analisis Perencanaan Kebijakan Terhadap Implenetasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kota Tanggerang Selatan” Pembahasan dalam skripsi tersebut mengenai perencanaan kebijakan dan program pemerintah daerah dalam pemberdayaan ,masyarakat di Kota Tanggerang selatan”. Didalamnya meliputi SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Tranmigrasi (Dinsosnakertrans), Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(26)
(BPMPPKB) dan Pemerintah Kota Tanggerang Selatan bagian kesejahetraan Rakyat (Kabag Kesra).
2. Sisti Habibah, jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi
“Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Wirausaha Daur ulang Sampah Kering Di Kelurahan Pasar Minggu”. Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan ekonomi perempeuan yang dilakukan oleh ibu-ibu Kelompok Lingkungan (I2KL) yang berdomisili di kelurahan Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu” Kegiatan dari pemberdayaan tersebut adalah pengolahan daur ulang sampah dengan cara mengumpulkan sampah yang dibuang oleh warga ke Bank sampah, setelah itu dipilih oleh warga dan pemulung berdasarkan jenisnya, lalu dijual kembali kepada warga untuk di daur ulang untuk bisa dijadikan barang kerajinan seperti paying tas, dan lain- lain sebgainya. Selanjutnya akan dijual kembali pada konsumen seperti perisahaan atau warga setempat.
3. Hafiz Kurnia, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fkultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kleurahan Terhadap Pengembangan Ekonomi Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) di Kelurahan Manggarai Selatan”. Skripsi tersebut membahas tentang Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), PPMK adalah suatu model pembangunan Kelurahan yang
(27)
menggunakan pendekatan pemebrdayaan di tingkat Rukun Warga (RW), dimana masyarakat diberi kepercayaan untuk mengelola dan Bantuan Langsung Mayarakat (BLM) yang bersumber dari Aanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk merencanakan, melaksnakan dn mengawasi sendiri program pembangunan yang ada di kelurahan masing-masing. Program ini meliputi pembinaan tiga bidang pembangunan, yakni bina ekonomi berupa pinjaman bergulir, bina social berupa pelatihan keterampilan masyarakat dan bina fisik lingkungan berupa pembangunan sarana dan prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat.
4. Endang Tri Santi Program Study Ilmu Poltiik, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul skripsi “Implementasi Kebijakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Study terhadap Tap Meng No 08/2010 Tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggar Responsif Gender Bidang Ketanagakerjaan dan ketransmigrasian)”. Skripsi tersebut membahas tentang kebijakan dan implementasi kementruan Pemberdayaan dan Penganggaran Reponseif Gende Bidang Ketenagkerjaan dan ketransmigrasian. penulis lebih memfokuskan pada keterlibatan dan partipasi perempuan pada pelaksnaan pembangunan melalui program Terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yeng merupakan sebuah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan secara terkoordinasi dalam pelaksanaannya di kota
(28)
Tanggerang Selata, Dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana (BPMPPKB) sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Tanggerang Selatan. Kajian yang penulis gunakan dalam penelitian tersebut adalah teori gender dan pembangunan (Gender and Development) dengan menggunakan metode kualitatif perspektif gender analisi deskriptif.
Kelebihan dari skripsi tersebut adalah :
a. Penciptaan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga dengan membuat keterampilan dari bahan-bahan daur ulang sampah.
b. Peningkatan penghasilan pada masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan sosial di dalam keluarga maupun lingkungan sosial.
c. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman dalam menjaga lingkungan agar terlihat indah, bersih dan rapi.
Kekurangan dari skripsi tersebut adalah
a. Kurangnya melibatkan peran serta laki- laki untuk mencapai kemitrasejajaran, karena penyelenggara kegiatan tersebut adalah ibu-ibu PKK.
(29)
b. Kurang bervariasi program pemberdayaan.
c. Bantuan pemberdayaan masyarakat dari Pemerintah DKI langsung diarahkan pada masyarakat (RW) tanpa melalui unit kesatuan atau lemmbaga SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) milik Pemerintah.
Berbeda dengan keempat penulis sebelumnya, penulis lebih memfokuskan pada proses implementasi serta faktor- faktor yang menjadi pendukung dan penghambat proses implementasi program terpadu Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang merupakan sebuah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan secara terkoordinasi.
Dalam pelaksanaannya di Kabupaten Sidoarjo, dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Sidoarjo. Kajian yang penulis gunakan dalam penelitian tersebut adalah teori implementasi kebijakan, teori keluarga, serta teori pembangunan perempuan, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif .
(30)
1.6. Penegasan Judul
Untuk memfokuskan pemahan dalam penulisan karya skripsi ini maka penulis perlu menegaskan kata-kata judul ini sebgai berikut:
Implementasi : Pelaksanaan
Pelaksanaan pembuatan Kebijakan dengan cara-cara lain. Implementasi atau penerapan bisa juga didefinisiakan sebagai sebuah proses dalam mendapatkan sumberdaya tambahan tambahan sehingga dapat mengukur apa-apa yang telah dikerjakan.
Pemberdayaan : Pemberdayaan kata terkait dengan penggalian potensi masyarakat, kartasasmita mengatakan bahwa : “setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, sehingga pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran kan potensi yang dimilki dan mengembangkannya.
Wanita : Sebutan yang digunakan untuk homo sapien berjenis kelamin yang mempunyai alat reproduksi
(31)
berupa vagina. Lawan jenis dari wanita adalah pria atau laki- laki.
Keluarga : Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik mental, emosional, serta social dari setiap anggota keluarga.
Kemiskinan : Kemiskinan menunjukkan adanya sekelompok orang yang serba kekurangan. Masyarakat subsisten yang tidak berpenghasilan atau berpenghasilan tapi rendah, bisa jadi tidak merasa miskin karena mereka meras sudah terpenuhi kebutuhannya.
Ekonomi Masyarakat : Adalah sebuah kegiatan sekelompok manusia di sebuh Negara yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari baik kebutuhan primer maupun sekunder atau yang lainya.
(32)
1.7. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebgai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Isi dari Bab Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, pemabtasan masalah dn perumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori : Dalam bab ini, penulis membahas tentang teori Implementasi kebijakan, pengertian Kebijakan Publik, Faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, pengertian Kelurga, Teori kemiskinan. Dan Teori Gender.
BAB III Metodologi Penelitian: memaparkan jenis penelitian, sumber data, metode yang di gunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data, fokus penelitian, lokasi penelitian yang di pilih peneliti.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pe mbahasan : memaparkan hasil penelitian yang meliputi deskripsi lokasi penelitian, Penyajian data, Analisis data, dan hasil temuan.
(33)
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Teori Kebijakan Publik
2.1.1. Pengertian Kebijakan
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai suatu pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever governments choose to do or not to do). Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan beberapa definisi lain dari David Easton, Lasswell dan Kaplan, serta Carl Friedrich. Easton menyebutkan kebijakan pemerintah sebagai “kekuasaan pengalokasian nilai- nilai untuk masyarakat secara keseluruhan”.1
Hal ini mengandung konotasi tentang kewenangan pemerintah meliputi keseluruhan kehidupan bermasyarakat. Sementara itu Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktik. Sedangkan Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan
1
(34)
adalah adanya tujuan, sasaran, atau kehendak.2
Jadi kebijakan merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk memecahkan masalah atau mewujudkan tujuan yang diinginkan masyarakat.
2.1.2. Pengertian Publik
Publik dalam rangkaian kata public policy memiliki tiga konotasi yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah, sehingga salah satu cirri kebijakan adalah “what governments to do or not to do”. Kebijakan dari pemerintah dapat dianggap kebijakan yang resmi, sehingga mempunyai wewenang yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya. 3
Dalam dimensi lingkungan yang dikenai kebijakan, pengertian publik disini adalah masyarakat. Oleh karena itu keputusan pemerintah baru bisa dikatakan kebijakan publik apabila keputusan itu menyangkut semua orang dalam hubungannya dengan permasalahan yang ada. Jadi publik disini adalah pemerintah, masyarakat dan lingkungan.
2 Ibid hal : 6
3
(35)
2.1.3. Pengertian Kebijakan Publik
Diatas sudah dijelaskan tentang pengertian dari kebijakan dan publik, jadi kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang di peruntukan bagi masyarakat luas. Adapun cirri-ciri kebijakan antara lain:
1. Berorientasi pada tujuan artinya kebijakan harus memiliki tujuan tertentu dalam penerapannya
2. Kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari kebijakan lain. Namun , ia berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam masyarakat dan berorientasi pada implementasi, interpretasi dan penegakan hukum.
3. Kebijakan adalah apa yang dilakukan pemerintah, bukan apa yang masih ingin atau dikehendaki untuk dilakukan oleh pemerintah
4. Kebijakan dapat berbentuk melarang dan juga arahan atau anjuran
5. Kebijakan harus berdasarkan hukum, sehingga mempunyai kewenangan untuk memaksa masyarakat mengikutinya
(36)
Sebagai sebuah sistem yang terdiri atas subsistem atau elemen maka kebijakan publik itu harus memiliki unsur- unsur yaitu tujuan, masalah, tuntutan, dampak, dan sarana atau alat kebijakan. Selain itu kebijkan yang baik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
1) Kompleksitas ; hal ini berkaitan dengan banyak aspek yang terkait, luas wawasan yang terpaut dan banyak pihak yang terlibat. Semakin luas kebijakan semakin kompleks atau rumit keadaannya.
2) Dinamis ; hal ini berhubungan dengan keadaan masyarakat yang dikenai kebijakan. Perbedaan suku, adat istiadat, budaya dan agama membuat kebijakan harus bersifat dinamis.
3) Berupa Keputusan ; kebijakan publik pada dasarnya adalah keputusan publik sehingga sebagai keputusan publik tidak hanya berkenaan dengan pemilihan terbaik melainkan berhubungan dengan aplikasi dari keputusan itu, sehingga pengambilan keputusan publik harus sesuai dengan kriteria supaya tepat sasaran.
(37)
2.2. Implementasi Kebijakan
2.2.1. Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu program dan telah menjadi jaringan yang tampak. Edward III mendifeniskan implementasi kebijakan sebagai tahapan dalam proses kebijakan yang berada dalam tahapan penyusunan kebijakan dan hasil atau konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut (output dan outcame).4 Beberapa variable yang berhungan dengan
imoplementasi kebijakan adalah : a. Komunikasi
Setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program dengan kelompok sasaran. Selain itu, apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan juga harus dipahami dengan baik oleh pelaksanan dan juga penerima/sasaran program.
b. Sumber Daya
Dalam hubungan dengan kebijakan ini maka sumber daya yang utama adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dan tersedianya infrastruktur pendukung proses pelaksanaan kebijakan yang telah di tetapkan.
4
(38)
c. Disposisi atau Sikap Pelaksana
Dalam pendekatan pelaksanaan kebijakan dengan pola “top – down”, program kebijakan dapat terlasan dengan baik bila tersedia prakondisi-prakondisi yang memungkinkan untuk mempertahankan mekanisme kompleks.
d. Struktur Birokrasi
Pada pelaksanaan konvensional struktur birokrasi memegang peranan penting dalam pelaksanaan kebijakan tertentu.
2.2.2. Model-Model Imple mentasi Kebijakan
a. Model Girindle
Menurut Girindle ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi kebijakan yaitu:
1. Memerinci tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang dirumuskan secara umum akan memberikan banyak penafsiran dalam pelaksanaannya. Perumusan tujuan berguna untuk mempermudah opersional kebijakan.
2. Membentuk program-program kegiatan. Program kegiatan sebaiknya dirumuskan dalam bentuk yang luas, meliputi keadaan geogrfafis, social, ekonomi, dan budaya.
3. Alokasi dana. Penyediaan dan pengalokasian dana sangat menentukan keberhasilan kebijakan. Ketepatan dalam
(39)
pengalokasian dana akan mempecepat keberhasilan tujuan kebijakan.5
Keberhasilan atau kegagalan implementasi, dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengopersionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya. Keseluruhan proses implementasi dapat dievaluasi dengan cara mengukur atau membandingkan atara hasil akhir dari program tersebut dengan tujuan kebijakan
b. Model Van Meter dan Van Horn
Menurut kedua pakar ini perubahan, control dan kepatuhan bertindak merupakan konsep yang penting dalam prosedur implementasi. Dengan memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka permasalahan yang perlu dikaji dalam hubungan ini ialah hambatan-Seberapa jauhkah tingkat efektifitas mekanisme control pada setiap jenjang struktur? Seberapa pentingkah ketertarikan masing masing orang dalam kebijakan? Atas dasar pandangan seperti ini Van Meter dan Van Horn6, berusaha untuk membuat
tipologi kebijakan menurut : (a) jumlah masing- masing perubahan yang diharapakan (b) jangkauan atau ruang lingkup kesepakatan
5
Ibid hal : 46
6
(40)
terhadap tujuan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.
Hubungan antara kebijakan dan implementasi dipisahkan oleh beberapa variable yang saling berkaitan yaitu : ukuran dan tujuan kebijakan, sumber kebijakan, cirri-ciri pelaksana, komunikasi antar pihak terkait, sikap para pelaksana, lingkungan.
Bagan 1
Model Implementasi Van Matter and Van Horn
Sumber : Teori-teori Sosial dan Kebijakan Publik
Komunikasi antar Organisasi dan Pelaksana Kebiajkan
kinerja kebijakan Ukuran dan
Tujuan Kebijakan
Karakteristik badan pelakasana
kebijakan
Disposisi pelaksanan Sumber daya
Lingkungan social, ekonomi
(41)
2.2.3. Faktor Penghambat Imple mentasi Kebijakan
Menurut Bambang Sunggono implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat7
, yaitu:
a. Isi kebijakan
Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana-sarana dan penerapan prioritas, atau program-program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Kedua, karena kurangnya ketetapan intern maupun ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan.
Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasiakan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan-kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik dapat terjadi karena kekurangan- kekurangan yang menyangkut sumber daya-sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.
b. Informasi
Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang
7
Isla my, Irfan, M. Prinsip-Prinsip Perumusan Kk ebijak snaan Negara,Bumi aksara : Ja karta:2002. Hal.86
(42)
perlu atau sangat berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Informasi ini justru tidak ada, misalnya akibat adanya gangguan komunikasi.
c. Dukungan
Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut.
d. Pembagian Potensi
Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan masalah- masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan- pembatasan yang kurang jelas. Adanya penyesuaian waktu khususnya bagi kebijakan-kebijakan yang kontroversial yang lebih banyak mendapat penolakan warga masyarakat dalam implementasinya.8
8
(43)
Menurut James Anderson yang dikutip oleh Bambang Sunggono, faktor- faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu :9
a. Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, dimana terdapat beberapa peraturan perundang-undangan atau kebijakan public yang bersifat kurang mengikat individu-individu;
b. Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau perkumpulan dimana mereka mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai atau bertentangan dengaan peraturan hukum dan keinginan pemerintah
c. Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantara anggota masyarakat yang mencenderungkan orang bertindak dengan menipu atau dengan jalan melawan hukum
d. Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan “ukuran” kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidakpatuhan orang pada hukum atau kebijakan public
e. Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan) dengan sistem nilai yang dianut masyarakat secara luas atau kelompok- kelompok tertentu dalam masyarakat.
9
Eva luasi, Revisi, Risk Management Da la m Kebija kan Publik, Kebijakan Sebagai The Fifth Estate – Metode Penelitian Keb ija kan. Ja karta : PT. Ele x Media Ko mputindo – Ke lo mpok Gra med ia.. hal. 117
(44)
Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai manfaat positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Sehingga apabila perilaku atau perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka suatu kebijakan publik tidaklah efektif.
2.3. Teori Keterlibatan atau Partisipasi
Partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu, perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta. Sedangkan berpartisipasi yaitu melakukan partispasi; berperan serta (dalam kegiatan), ikut serta10. Macam- macam Partisipasi Menurut Jules yaitu:
1. Partispasi Manipulatif
Adalah suatu kondisi dimana masyarkat atau wakil masyarakat terlibat dalam suatu kegiatan atau lembaga, namun keberadaan mereka terjadi tanpa proses pemilihan dan tidak memiliki kekuatan berupa dukungan atau keabsahan.
2. Partisipasi Pasif
Adalah kondisi dimana masyarakat diperintah untuk melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam kondisi ini
10
(45)
keputusan dilakukan searah oleh pemerintah atau administrator kegiatan tanpa memperdulikan masyarakat. Infomasi hanya milik para ahli yang berasal dari luar masyarakat.
3. Partisipasi Berdasarkan Kosultasi
Adalah suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta melalui proses konsultasi, atau dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Para ahli (pihak Luar) mendefinisikan masalah dan proses pengumpulan informasi, dan dengan demikian mengendalikan analisa masalah. Proses konsultatif seperti ini tidak memungkinkan terjadinya keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan para ahli tidak berkewajiban untuk mengajukan atau membela pandangan masyarakat.
4. Partisipasi untuk Intensif Material
Adalah suatu kondisi dimana masyarakat berpartisipasi melalui imbalan berupa makanan, uang atau lainnya. Warga dapat menyumbangkan lahan dan tenaga dalam suatu kegiatan namun tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
5. Partisipasi Fungsional
Adalah suatu kondisi dimana pihak luar memandang partisipasi sebagai alat untuk mencapi tujuan proyek, terutama penghematan biaya. Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Keterlibatan masyarakat dapat
(46)
berbentuk interaktif (timbal balik) dan umumnya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Yang cendurung setelah keputusan ditentukan oleh para ahli ada kemungkinan masyarakat masih terkooptasi demi pencapaian tujuan yang ditentukan oleh pihak luar.
6. Partisipasi Interaktif
Adalah suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta dalam analisa secara bersama, pengembangan langkah- langkah kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan local. Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Proses ini melibatkan berbagai pendekatan untuk mencari keragaman pandangan dan menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur.
7. Mobilasi Diri
Adalah suatu kondisi dimana masyarakat berpartisipasi secara mandiri untuk melakukan perubahan. Mereka menjalin hubungan dengan pihak luar untuk memperoleh sumber daya dan pendapat teknis yang mereka butuhkan, tetatp memegan kendali atas sumber daya yang akan digunakan. Mobilisasi diri dapat berkembang luas jika pemerintah memberikan dukungan yang konstruktif.
(47)
2.4. Teori Gender
2.4.1. Definisi Gender
Kata seks berasal dari bahasa inggris sex, yang berarti jenis kelamin. Pemahan ini diperjelas dalam kamus lainnya bahwa “sex is the Characteristic wich distinguish the mal from female “ yakni cirri-ciri yang membedakan antara jenis kelamin laki- laki dan perempuan yang bersifat biologis menurut bahasa , kata gender diartikan sebgai “the grouping of words into masculine, feminine and neuther according as they are regereded as male, female or without sex” artinya gender adalah kelompok kata yang mempunyai sifat maskulin, feminine, atau tanpa keduanya. Netral.11
Di dalam encyclopedy of Femenism dikatakan untuk seks dan gender bahwa :
“Gender adalah sebuah istilah yang menunjukkan pembagian parn antara laiki-laki dn perempuan dan ini mengacu pada pembirian cirri emosional dan psikologis yang diharapkan oleh budaya tertentu yang disesuaikan dengan fisik laki-laki dan perempuan. Adapun istilah seks mengacu kepada perbedaan secara bialogis dan antomis perempuan. Konsep gender secara mendasar berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis : laki-laki atau perempuan merupakan pemeberian dari tuhan, namun jalan yang menjadikan masulin feminine adalah gabungan antara blok-blok bangunan biologis mendasar dan interpertasi bilogis oleh kultur social. Gender dalah seperangkat peran
11
Fadillah Sura laga, dkk,. Pengantar k ajian Geender , (ja katra: pusat study wanita uin syarif hidayatulla Jaka rta, 2003), hal. 53
(48)
yang dimainkan laki-laki dan perempuan tampak dari diri mereka dan dilihat oleh orang lain bahawa seseorang itu adalah feminine dan maskulin.”
2.4.2. Faktor – Faktor adanya Gende r
Arif budiman menyebutkan bahwa faktor - faktor yang mempertahankan pembagian peran atau kerja laki- laki dan perempuan yakni pertama faktor sosial ekonomi yang didasarkan pada kebtutuhan nyata. Dari sistem masyarakat itu. Kedua faktor idiologi atau sistem patriarki yang bukan hanya sistem kepercayaan abstrak belka akan tetapi didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan ayang menyebarkan mengembangbiakkan dan melestarikan.
Ada dua sistem budaya yang selama ini dianggap menyudutkan posisi perempuan di dalam masyarakat, yakni budaya petrilinial dan
patriarki. Budaya petrilinial adalah budaya di mana masyarakatnya mengikuti garis laki- laki seperti anak bergaris keturuan ayah. Sedangkan patriarki dipahami secara harfiah yang berarti “kekeusaan bapak” atau patriarki yang digunakan untuk menyebut “kelurga yang dikuasai kaum laki- laki, hubungan kekuasaan dengan apa laki- laki menguasai perempuan, serta sistem perempuan tetap dikuasai melalui bermacama-macam cara.12
12
(49)
Patriarki cenderung pada penerapan hidup yang didominasi oleh laki- laki. Cirri khas dari budaya tersebut ditopang dan dilembagaan, seningga menjadi landasan dan pendangan hidup secara umum.
2.5. Teori Pe mbangunan Pere mpuan
Konferensi internasional peratam, puncak dari tahun perempun internasional, yang diadakan oleh perserikatan Bangsa-Bangsa di Mexico bertajuk “konferensi sedunia tahun perepuan internasional, berhasil mengidentifikasi tiga isu poko. yaitu: peneyetaraan dan penghapusan diskriminasi gender penegetegrasian dan partispasi penuh kaum perempuan dalam pembangunan, serta peningkatan kontribusi perempuan dalam perdamaian dunia .13
Partisipasi perempuan dalam pembangunan masyarakat rettruksi di setiap institusi. Kesetraan gender hanya bisa diraih melalui perubhana setiap instutusi masyarakat, termasuk relasi perempuan dan laki- laki dalam ranah privat. Dikotomi rnah public dan privat adalha pokok analisa cukup signifikan, teruama bila dikaitkan dengan proses pembangunan ekonomi yang dijalankan suatu negra. Negara menyusun dan mengembangkan ideology gender yang dipakai untuk mendukung dan menjalankan model- model pembangunan ekonomi politik. Bila sistem ekonomi berubah maka peran-peran gender yang selam itu
13
Liza Hadis,. Jurnalperempuan dalam wacana politik orde baru: pilhan artik el Prisma (Jakarta: pustaka. LP3ES Indonesia. Tanggal 15 juli 2016
(50)
telah diidealkan akan turut bergeser seiring dengan terjadinya perubahan idelogi gender.
2.6. Teori Kemiskinan
2.6.1. Konsep Tentang Kemiskinan
Kemiskinan memiliki sifat plural sehingga kemiskinan menunjukkan adanya sekelompok orang yang serba kekurangan. Masyarakat subsisten yang tidak berpenghasilan atau berpenghasilan tapi rendah, bisa jadi tidak merasa miskin karena mereka meras sudah terpenuhi kebutuhannya. Sebaliknya penduduk urban yang berpenghasilan sedang, mungkin merasa selalu kekurangan karena gaya hidup hedonis yang mereka jalani, atau lingkungan budaya tidak sehat yang mereka hadapi (misalnya seperti perangkap narkoba ataupun judi) Dalam hal ini meski kelihatannya mereka berkecukupan, namun apabila selalu Merasa kekurangan,mereka bisa dikatakan miskin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan dengan standar garis kemiskinan (poverty line) makanan dan non makanan. Garis kemiskinan makanan yaitu nilai pengeluaran konsumsi kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kalori per kapita per hari. Garis kemiskinan non makanan adalah besarnya rupiah untuk memenuhi
(51)
kebutuhan minimum non makanan seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, angkutan, pakaian dan barang jasa lainnya.14
Garis kemiskinan ini memiliki kesamaan dengan garis kemiskinan menurut Bank Dunia yaitu diukur menurut pendapatan seseorang. Sedangkan BKKBN menggunakan satuan rumah tangga untuk mengukur Tingkat kemiskinan. Kemiskinan berada pada keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan Keluarga Sejatera (KS I) yang ditandai oleh kesulitan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan non ekonomi. Di samping merujuk kepada individu dan rumah tangga penduduk miskin, ukuran kemiskinan juga dengan pendekatan melalui pengamatan daerah miskin.terdapat hubungan yang kuat antara wilayah miskin dengan penduduk miskin, sehingga dengan mengetahui wilayah miskin dapat diharapkan ditemui mayoritas penduduk miskin.
Bappenas dalam mendefinisikan kemiskinan sebagai Kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki- laki dan perempuan, tidak mamputi memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak- hak dasar masyarakat antaralain,terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan air bersih, pertanahan, sumberdaya
14
(52)
alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan social politik,baik bagi perempuan maupun laki- laki.15
2.6.2. Latar belakang ke miskinan
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia Karen kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah;
3. Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal. Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan 16
Adanya keterbelakangan, ketidak-sempurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan
15
Bappenas,Pembangunan Dalam Angk a, Jakarta,1998.
16
Ala, Andre Bayo, Kemisk inan dan Strategi Memerangi Kemisk inan, Liberty, Yogyakarta, 1981.ha l. 105
(53)
seterusnya. Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran setan kemiskinan, pada hakikatnya Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh ketiadaan pembangunan masa lalu tetapi juga disebabkan oleh hambatan pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini Nurkse mengatakan : “Suatu negara menjadi miskin karena ia merupakan negara miskin” (A country is poor because it is poor). Menurut pendapatnya, inti dari lingkaran setan kemiskinan adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hambatan terhadap terciptanya tingkat pembentukan modal yang tinggi.17
Di satu pihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat tabungan, dan di lain pihak oleh perangsang untuk menanam modal. Di negara berkembang kedua faktor itu tidak memungkinkan dilaksanakannya tingkat pembentukan modal yang tinggi. Jadi menurut pandangan Nurkse, terdapat dua jenis lingkaran setan kemiskinan yang menghalangi negara berkembang mencapai tingkat pembangunan yang pesat, yaitu dari segi penawaran modal dan dari segi permintaan modal. Dari segi penawaran modal lingkaran setan kemiskinan dapat dinyatakan secara berikut.
Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah, menyebabkan kemampuan
17
(54)
masyarakat untuk menabung juga rendah. Ini akan menyebabkan tingkat pembentukan modal yang rendah. Keadaan yang terakhir ini selanjutnya akan dapat menyebabkan suatu negara menghadapi kekurangan barang modal dan dengan demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah. Dari segi permintaan modal, corak lingkaran setan kemiskinan mempunyai bentuk yang berbeda. Di negara-negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal rendah karena luas pasar untuk berbagi jenis barang terbatas, dan hal yang belakangan disebutkan ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah.18
Sedangkan pendapatan yang rendah disebabkan oleh produktivitas yang rendah yang diwujudkan oleh pembentukan modal yang terbatas pada masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang untuk menanam modal. Di sisi lain Nurkse menyatakan bahwa peningkatan pembentukan modal bukan saja dibatasi oleh lingkaran perangakap kemiskinan seperti yang dijelaskan di atas, tetapi juga oleh adanya international demonstration effect. Yang dimaksudkan dengan ini adalah kecenderungan untuk mencontoh gaya konsumsi di kalangan masyarakat yang lebih maju.19
18
Ibid. hal. 80
19
(55)
2.6.3. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Tidak terlalu sulit menentukan faktor- faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit untuk menentukan mana yang merupakan penyebab sebenarnya atau utama, atau faktor- faktor mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan. Jika diuraikan satu persatu, jumlah faktor- faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan cukup banyak. Mulai dari tingkat laju pertumbuhan output atau produktivitas, tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, tingkat investasi, tingkat inflasi, pajak dan subsidi, alokasi serta kualitas sumber daya alam, penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam di suatu wilayah, etos kerja dan motivasi kerja, kultur budaya atau tradisi, bencana alam hingga peperangan, politik dan lain- lain.20
Menurut Lembaga Penelitian SMERU, penyebab dasar kemiskinan antara lain:
• Kegagalan kepemilikan, terutama tanah dan modal
• Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana, dan prasarana
• Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sector
20
(56)
• Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung
• Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern)
• Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat
• Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkungan
• Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance)
• Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan
Menurut Bank Dunia penyebab dasar kemiskinan adalah:
1. kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sector
2. adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung
3. adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern)
(57)
4. rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat)
5. budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganyatidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance)
6. pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.
Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di masyarakat khususnya di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki, yaitu :
a. Natural assets: seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk mata pencahariannya
b. Human assets: menyangkut kualitas sumber daya manusia yang relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi).
c. Physical assets: minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan jalan, listrik, dan komunikasi di pedesaan.
d. Financial assets: berupa tabungan (saving), serta akses untuk memperoleh modal usaha.
(58)
e. Social assets: berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.
2.6.4. Pendekatan Perempuan dalam Ke miskinan
1. Pendekatan anti kemiskinan
Pendekatan antikemiskinan terhadap perempuan dalam pembangunan lebih mengambil kemiskinan sebagi pangkal tolaknya dan dibangun untuk memperbaiki pendapatan kaum perempuan miskin. Pendekatan ini mencerminkan prioritas Bnak dunia ILO maupun “strategi kebutuhan pokok”, dengan tujuan utamanya memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan, pakaian, tempat berteduh dan lain- lain. Perempuan yang berpendapatan rendah diidentifikasi sebgai kelompok sasaran khusus, setidaknya bukan dikarenakan peran sentralnya dalam menyediakan kebutuhan pokok ini bagi keluarganya. Pendekatan anti kemiskinan menitik beratkan perhatian guna menghasilkan pendapatan bagi perepauan melalui akses yang lebih baik terhadap sumber daya produktif, seperti tanah dan kredit.21
21
(59)
2. Perempuan daalam Pembangunan (WID)
WID (Prempuan dalam Pembangunan) diciptakan pada awal 1970-an oleh women’s Committee of the Washington DC Chater of the society for international Development sebgai bagian dari strategi cermat untuk membawa pemikiran baru Bouscrup dan lain- lainnya agar menjadi perhatian para pembuat kebijakan di Amerika. WID digunakan sebagai steno bagi pendektan terhadap isu perempuan dan pembangunan yang sebgaian besar didasrkan pada paradigm modernisasi.
Pendekatan WID difokuskan kepada inisiatif seperti pengembangan tekhnologi yang lebih baik, yang tepat, yang akan meringankan beban kerja perempuan. WID bertujuan untuk benar-benar menekankan sisi produktif kerja dan tenaga perempuan-perempuan khususnya penghasil pendapatan dengan mengabaikan sisi reproduktifnya.
3. Pendekatan Efisisensi
Pendekatan efisiensi terhadap perempuan dalam pembangunan digambarkan dengan baik oleh Bak Dunia dan ODA Inggris. Kepala unit Women And Development, Barbara Herz menulis sebagai berikut :
“kami ingin memperlihatkan apa yang sebenarnya bisa dilakukan untuk memsukkan perempuan dalam program-program pembangunan dan bagaimana hal itu bisa memberikan sumbangan kepada kinerja ekonomi, mengurangi kemiskinan dan tujuan-tujuan pembangunan
(60)
lainnya… pendekatan yang lebih epoerasional, terhadap perempuan dalam pembangunan.. pendektan ini menekankan hasil dalam peroduktivitas ekonomi yang bisa diperoleh melalui ketrlibatan perempuan secara lebih efektif dan menitikberatkan kepada cara-cara paraktis untuk melibatkan perempauan dalam operasi-operasi normal dibidang pertania, pendidikan, dan PHN (Primary Healty and Nutrition).”
Pernyataan kebijakan ODA tercatat tehun 1989 dan berbunyi :
Untuk mencapai perlakuan yang lebih baik bagi perempuan, sekaligus dan pada saat yang sama, merupakan langkah utam menuju kearah penghapusan kemiskinan, perluasan kesempatan social dan rangsangan bagi pembangunan ekonomi. Perempuan merupakan bagian yang lebih besar dari kelopmpok termiskin dari yang miskin. Membantu mereka bisa memebri sumbangan besar guna mengurangi kemiskinan. Perempuan memegang kunci bagi masyarakat yang lebih produktif dan dinamis. Jika mereka sendiri sehat dan berpengetahuan, keretampilan dan kredit, mereka akan lebih produktif secara ekonomis. Selain itu, perempuan memiliki pengaruh dominan terhadap generasi yang akan datang melalui sikap, pendidikan, dan kesehatan mereka. Persamaan dan peretumbuhan ekonomi berjalan bersama. Jika tantangan terhadap keberanian berusaha ini cukup hebat, maka akan menumbuhkan keberhasilan.”
Kedua pernyataan ini mengandung satu hal penting: keyakinan bahwa akan efisiensi hanya akan efisien bila perempuan dilibatkan.
Pengakuan bahwa “50 persen sumber daya manusia bagi
pembangunan disia - siakan atau tidak dimanfaatkan sepenuhnya”. Oleh karenanya pedekatan efisiensi oleh MOSER dengan cepat diambil sebgai model WAD (Women and Development) . secra historis pendekatan efisiensi muncul dari kemunduran perekonomian
(61)
dunia sejak pertengahan tahun 1970-an yang berimplikasi bagi perempuan tidak hanya sebagai penghasil keturuan. Tetapi juga semakin meningkat menjadi manager komunitas.22
Pendekatan efisiensi bekerja pada tingkat yang berbeda pertam, memastikan efisiensi dalam projek pembangunan menuntut keterlibatan perempuan karena sering lebih efisien dan setia disbanding laik-laki. Kedua, kebijakan pembangunan pada tingkat makro yang dikejar oleh pemrintah, yang didukung oleh organisasi seperti Bnak Dunia dan IMF, juga menuntut efiesi dan produktivitas dalam program penyesuain struktural23
4. Perempuan dan Pembangunan
Merupakan satu pendekatan feminisme-Marxis, yang muncul dalam paruh terakhir 1970-an yang berasal dari suatu kepedulian terhadap keterbatasan teori ,modernisasi. Bukannya menitik-beratkan pada strategi untuk mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan, pendekatan ini justru menunjukkan bahwa perempuan selalu penting secara eknomi, dan kerja yang dilakukannya dalam rumah tangga dan komunitasnya sangat mendasar untuk memepertahankan masyarakat mereka. WAD mengakui bahwa laki-laki miskin juga menjadi korban dari proses pembangunan yang
22
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pmebangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pela jar. 1992). Ha l. 206
23
(62)
mengabaikan mereka, tetapi proses itu cenderung mengelompokkan perempuan tanpa menganalisis pembagian kelas, ras dan etnis diantara mereka secara memadai.24
24
(63)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis , Pendekatan, dan Fokus Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghas ilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.1
Adapun bentuk penelitiannya adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam situasi tertentu.
3.1.2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dan empiris dalam penelitian sangat diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif (deskriptif kualitatif). Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
1
(64)
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.2
Penulis menggunakan penelitian kualitatif karena mempunyai tiga alasan yaitu: pertama, lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataaan yang berdimensi ganda. Kedua, lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian. Ketiga, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.3
Sedangkan menggunakan pendekatan deskriptif, karena tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan suatu gejala atau keadaan yang diteliti secara apa adanya serta diarahkan untuk memaparkan fakta-fakta, kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat.4 Jadi, melalui penelitian deskriptif ini agar peneliti mampu
mendiskripsikan tentang implemetasi kebijakan Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera di Desa Sawocangkring Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo
2
Ibid hal : 5
3
Margono, Metodologi Penelitian Pendidik an (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 41
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendek atan Prak tek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 309
(65)
3.1.3. Fokus peneltian
Dalam penelitian ini ada beberapa fokus yang harus ditentukan untuk menghindari peneliti dari pengumpulan data yang tidak perlu maka penelitian ini perlu kiranya ada fokus yang sesuai dengan rumusan masalah dihalaman sebelumnya. Fokus penelitian ini memilki dua fokus diantaranya adalah:5
a) Penetepan fokus untuk membatasi study, yang berarti dengan adanya fokus penentuan tempat penilaian menjadi lebih layak. b) Penetepan fokus secara efektif menetapkan kriteria
inklusi-eksklusi (terpisah dari yang lain, peneliti) untuk menyaring informasi yang mengalir masuk. Mungkin ada suatu data yang menarik, tetapi jika dipandang tidak relevan maka data itu tidak perlu dimasukkan.
Oleh sebab itu, penetapan fokus penelitian ini juga tidak terlepas dari konsep bahwa membatasi diri kepada sekelompok orang yang terkait bahkan sebagai pelaku dalam kasus terkait. Pendalaman terhadap alasan-alasan mengapa berprilaku atau bertindak, berfikir, berpendapat dan memberikan manfaat bagi penelitinya.
5
(66)
Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, seorang peneliti tahu persis data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana pula yang hanya sebagai informasi, walaupun mungkin menarik, karena tidak relavan, tidak perlu diamsukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan. Berdasarkan latar belakang, dari masalah dan tujuan penelitian, maka fokus penelitian ini adalah:
• Pembuat, Pelaksana dan Sasaran program P2WKSS
• Faktor yang mendukung atau menghambat program pemberdayaan wanita sehat sejahtera khususnya di bidang ekonomi
3.2. Sampel Pe nelitian
Teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang non kualitatif. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, partisipan, atau informan. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.6
Sampling dalam penelitian kualitatif adalah pilihan penelitian meliputi aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada suatu saat dan situasi tertentu, karena itu dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian. Penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil dan
6
(67)
lebih mengarah ke penelitian proses daripada produk dan biasanya membatasi pada satu kasus.7 Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering
digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Perkembangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian.
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.8 Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu seorang peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seperti dalam tabel berikut:
7
Ibid hal : 298
8
(68)
Tabel 05 Sampel Penelitian
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sawocangkrig, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Desa ini merupakan salah satu dari 14 Desa/Kelurahan di wilayah Kabupaten Sidoarjo yang menjadi sasaran program Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS).
Tabel 06
Desa/Kelurahan Peserta Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) Kabupaten Sidoarjo
No. Status Jumlah
1. Penyuluh Program P2WKSS 1 orang
2. Struktu Pelaksana Program P2WKSS 2 orang
3. Keluarga Binaan 5 orang
4. Keluarga Binaan yang sudah mulai bisnis 2 orang
Jumlah 10 orang
No Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Krian Ponokawan
2 Sedati Buncitan
3 Porong Siring
4 Jabon Keboguyang
5 Krembung Jenggot
6 Prambon Gampang
(69)
Sumber : BPMPPKB Sidoarjo 2015
3.4. Sumber Data
Data merupakan hal yang esensi untuk menguatkan suatu permasalahan dan juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Peneliti memperoleh data yang ada kaitannya dengan Implentasi kebijakan program pningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera dengan cara memperoleh data yang obyektif sesuai dengan sasaran yang menjadi obyek penelitian, dan sumber data tersebut diperoleh dari:
1. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh selama melaksanakan studi kepustakaan, berupa literatur maupun data tertulis yang berkenaan dengan penelitian di desa.
2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari informan yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang sedang diteliti. Informan
8 Tarik Klantingsari
9 Balongbendo Singkalan
10 Buduran Damarsi
11 Candi Kedungkendo
12 Sukodono Cangkringsari
13 Tanggulangin Boro
14 Tulangan Kenongo
15 Waru Tambak Oso
16 Taman Tawangsari
17 Gedangan Ganting
(70)
adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi dalam penelitian.9 Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari data-data yang didapat dari hasil wawancara dengan informan yaitu:
a. Koordinator program sebagai obyek penelitian diindikasikan sebagai pelaku yang aktif dalam melakukan berbagai kegiatan program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera.
b. Anggota PKK sebagai informan yang mempunyai peran yang cukup banyak dalam pelaksanaan program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera
c. Warga Binaan merupakan informan yang menjadi sasaran pelaksanaan program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Data adalah bahan mentah yang dikumpulkan peneliti dari lapangan penelitian. Data merupakan bahan spesifik dalam melakukan analisis.10 Untuk
memperoleh data yang valid dan aktual, maka didalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
9
Le xy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Re ma ja Rosdakarya, 2005) ha l : 236
10
(71)
1. Metode Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto, observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.11
Terkait dengan pokok permasalahan dalam penelitian, metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
a. Implementasi kebijkan program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera.
b. Kondisi Desa Sawocangkring setelah diterapkannya program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera
2. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab dengan subyek penelitian tentang permasalahan yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti. Sebagaimana pendapat Sutrisno Hadi, bahwa wawancara harus dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.12 Jenis data yang
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta, Rineka Cipta, 2006), 156-157
12
(72)
digali dengan metode ini meliputi seluruh data yang dibutuhkan dalam penelitian dan sumbernya terdiri dari informan yang terdapat di Desa Sawocangkring.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang menyelidiki bagan, struktur organisasi, grafik, arsip-arsip, foto dan lain- lain.
3.6. Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci suatu usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis data yaitu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari observasi, wawancara dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian seperti dokumen pribadi, dokumen resmi,
(1)
137
2. Di lihat dari Indikator keberhasilan program P2WKSS memang belum
terlaksananya semua jenis kegiatan program terpadu P2WKSS yaitu : Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) dan Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP). Serta terwujudnya tujuan dari program P2WKSS antara lain :
• Tujuan umum yaitu, meningkatkan peran perempuan dalam
pembangunan dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas.
• Tujuan khusus :
a) meningkatkan status kesehatan perempuan b) Meningkatkan status pendidikan perempuan
c) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi produktif
d) meningkatkan partisipasi perempuan dalam pelestarian lingkungan hidup
e) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat
(2)
138
f) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawsan kengasaan.
Dalam pengimplementasianya di Desa Sawocangkring program terpadu P2WKSS belum berhasil hanya Kelopok Kegiatan Dasar (KKD) saja yang dilakukan oleh pelaksana program P2WKSS
3. Faktor – faktor penghambat implementasi Program P2WKSS di Desa
Sawocangkring antara lain : Modal Usaha, Sarana dan Prasarana (kondisi jalan yang rusak dan tidak adanya jaringan internet), Dukungan orang terdekat serta pemasaran hasil usaha dari keluarga binaan P2WKSS di Desa Sawocangkring, Kecamatan Wonoayu. Kabupaten
Sidoarjo.
5.2. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Sidoarjo, penulis memberikan saran sebgai berikut:
(3)
139
a) Saran Akade misi
1. Memberikan kontribusi dalam pelaksanaan kegiatan program
P2WKSS di lokasi binaan.
2. Memperkaya teori, bimbingan dan penyuluhan berprespektif gender.
b) Sarana Praktisi
1. Memperluas jangkauan informasi tentang program dan kegiatan
P2WKSS, serta memperluas sasaran atau kelompok binaan P2WKSS.
2. Memperbanyak program pemberdayaan atau kegiatan
pelatihan-pelatihan keterampilan dan pemasaran.
3. Terus melakukan pendampingan dan pemantauan pada kelompok
(4)
140
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 1997. Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara. Abidin, Said Zainal, 2002.Kebijakaan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta.
Soetomo, H, 2007. Teori – Teori Sosial dan Kebijkan Publik. . Prenada, Jakarta Adams, D. W ( 1984 ), Are the Arguments for Cheap Agricultural Credit Sound?, Undermining Rural Development With Cheap Credit, Westview Press, London Amirullah & Hanafi Rindyah,2002. Pengantar Manajemen, Graha Ilmu. Jakarta A. M. W. Pranarka dan Vidhandika Moeljarto, “ Pemberdayaan (Empowerment)”,dalam Onny
S. Prijono dan A.M.W Pranarka (eds), 1996. Pemberdayaan :Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS, Jakarta, hal.44-46
Andreson, James E, 1970. Publik Policy Making, reinhart and Wiston, New York
Anwar, 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Albeta, Bandung.
Azwar, Saifuddin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Badjuri, Abdulkahar dan Yuwono, Teguh, 2002, Kebijakan Publik: Konsep dan
Strategi. Semarang: Universitas Diponegoro
Bungin, H.M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmuu sosial lainnya. Jakarta. Kencana Perdana Media Group
Bradley, Harriet. 2008. Gender. Cambridge: Polity Press.
Chege, Rose. Training of trainersin gender mainstreaming. Kenya: imagemata Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB 160
Creswell, Jhon W, Research Design : Qualitativ and Quantitative Approach.
(5)
141
Darwin, Muhadjir M. 2005. Memanusiakan Rakyat Penanggulangan Kemiskinan
Sebagai Arus Utama Pembangunan. Benang Merah, Yogyakarta.
Daulay, Harmona. 2007. Perempuan dalam Kemelut Gender. Medan: USU press
Dewayanti dan Erna Ermawati Chotim, 2004. Marjinalisasi dan eksploitasi
perempuan usaha mikro di perdesaan Jawa, Yayasan Akatiga, Bandung.
Dunn, William, 2003 (versi terjemahan); Pengantar Analisis Kebijakan Publik, edisi kedua. Yogyakarta; Gadjah Mada Universitas Press
---. 1992. Analisis Kebijaksanaan Publik. Terjemahan Muhajir Darwis. Yogyakarta : Penerbit PT. Hanindita.
---. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.
Terjemahan Samodra Wibawa,dkk. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University Press.
Dwiyanto, Agus, 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta.
---.2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi.Gramedia Pustaka Utama , Jakarta.
Dwidjowijoto, Riant Nugroho, 2003, Analisa Privatisasi BUMN di Indonesia, Jurnal Ilmu social dan politik Vol 6 No 3 Maret 2003.
Echols, Jhon M. dan Hassan Shadily, 1983. Kamus Inggris- Indonesia. Gramedia , Jakarta
Edward III, George C (edited), 1984, Public Policy Implementing, Jai Press Inc, London- England
Effendy, Onong Uchjana. (1989). Kamus Komunikasi. Bandung:Informatika 161
Engelen, O.E., dkk. 1997. Lahirnya Satu bangsa dan Negara. Jakarta : UI-Press.
Elizabeth, R., 2007. “Peran Ganda Wanita tani Sebagai Pelaku Usaha Mencapai
(6)
142
dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian.
Gibson, Ivancevich., Donnely. 1997, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, alih bahasa wahid, Jakarta : Erlangga
Goggin, Malcolm L et al, 1990. Implementation, Theory and Practice: Toward a
Third Generation, Scott, Foresmann and Company, USA.
Grindle, Merilee S, 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World, Princnton University Press, New Jersey.
Hastuti, 2004, Pemberdayaan Petani dan Kelembagaan Lokal dalam Perspektif