Gambar 2.5 : Perubahan hormonal selama kehamilan
Sumber : Baxendale Brett,2001
Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.4 diatas, bahwa progesteron mengalami peningkatan yang signifikan sejak usia kehamilan 11 hingga 24
minggu yang disebabkan oleh adanya corpus luteum yang dipertahankan hingga usia kehamilan mencapai trimester II akhir, sehingga progesteron kadarnya terus
meningkat.
10
Hal ini tentunya akan memberikan efek yang cukup signifikan terhadap organ-organ yang memiliki reseptor terhadap kedua hormon ini.
8
Estrogen yang mengalami sedikit peningkatan akan berikatan dengan reseptornya misal : ER2 dan ER3 pada endometrium dan kelenjar mukosa pada
serviks , kemudian menyebabkan penebalan jaringan penyusun pada area tersebut, sehingga pertumbuhan janin terlindungi dan mendapatkan cukup nutrisi.
Dan juga, normalnya estrogen akan membuat sekret kelenjar pada dinding rahim serta serviks lebih jernih dan cair. Produksi progesteron juga mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan yang terjadi pada estrogen, dimana progesteron akan meningkatkan jumlah kapiler darah pada dinding endometrium
serta asupan glikoprotein pada kelenjar dinding rahim dan juga serviks, sehingga akan dihasilkan lebih banyak sekret kental dan sedikit keruh. Sekret ini kaya akan
glikoprotein, jaringan ikat dan juga mediator kimia yang berfungsi sebagai pertahanan untuk daerah ruang uterus, serviks hingga saluran vagina.
8,
Perubahan estrogen Perubahan progesteron
Gambar 2.4 Perubahan estrogen dan progesteron selama kehamilan
Sumber : Baxendale and Brett. Motherhood and Memory : A review Psychoendocrinology.2010.
8
2.1.2 Mikroorganisme dan Perubahan pH pada Saluran Vagina
Penelitian yang dilakukan oleh Gustafsson, et al 2011 pada wanita dengan usia produktif di Swedia menyatakan, bahwa perkembangan mikroorganisme
dalam saluran reproduksi wanita bergantung pada usia dan juga kondisi hormonal saat itu.
9
Wanita pada usia 26-40 tahun akan mengalami perubahan pH ± 4,5-4,8 dan juga ditemukan pertumbuhan mikroorganisme, seperti : Lactobacillus sp,
Streptococcus group B, Gardnerella vaginalis, serta jamur Candida albicans.
10,11
Keempat mikroorganisme ini akan berkurang pada masa menopause dan postmenopause disertai dengan perubahan pH yang signifikan ± 5-5,3
12
, namun bakteri Lactobacillus sp lebih memberikan pengaruh dominan terhadap perubahan
pH yang mungkin terjadi pada saluran vagina.
13
Adanya perubahan keasaman dan pertumbuhan mikroorganisme ini juga dipengaruhi oleh kebersihan ibu selama kehamilan, contohnya dalam
membersihkan tepi luar vagina ataupun dalam berhubungan seksual.
14
2.1.2.1 Lactobacillus sp
Bakteri ini adalah jenis bakteri anaerob yang hidup di beberapa organ pada manusia. Sifatnya yang mampu menguraikan glikogen dalam proses fermentasi
dan menjadikannya asam laktat, menjadi faktor utama yang menjadikan bakteri ini bakteri normal dalam tubuh kita. Selain itu, di duga hasil metabolisme dari
bakteri ini mampu menyingkirkan pertumbuhan bakteri patogen.
15
Lactobacillus sp banyak ditemukan pada saluran gastrointestinal dan saluran reproduksi
wanita.
15
Menurut penelitian asosiasi ahli mikrobiologi tahun 1975, lactobacilli yang sering ditemukan di dalam saluran reproduksi wanita adalah L.Crispatus dan
L.Jensenii
13
. Kedua bakteri ini dikatakan memberikan tingkat keasaman yang hampir sama terhadap saluran vagina, namun untuk menghasilkan asam laktat
mereka memerlukan bahan yang berbeda dalam proses fermentasi nya.
16
L.Acidophilus mampu menguraikan laktosa dan menjadikannya ikatan asam laktat yang kuat maupun lemah, sedangkan L.Jensenii hanya mampu
menghasilkan ikatan asam laktat yang sederhana. Hal lain yang menguntungkan
dari bakteri ini adalah kemampuan dalam menghasilkan H
2
O
2
yang berfungsi mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain dalam saluran reproduksi wanita.
13
Dalam kondisi sehat dan sistem imun yang baik, jumlah H
2
O
2
yang dihasilkan bakteri batang ini diduga tidak memberikan efek korosif terhadap epitel saluran
reproduksi wanita.
12
2.1.3 Fluor Albus
Fluor albus keputihan keluarnya cairan dari organ reproduksi wanita melalui vagina Wishnuwarhani, 2008. Pemeriksaan makroskopis , berupa warna,
bau dan kekentalan adalah cara untuk menilai dan mengkategorikan fluor albus, Namun kekentalan dari fluor albus seringkali tidak di jadikan suatu tolak ukur
yang akurat mengingat besarnya kemungkinan terjadi subyektifitas pada sekret yang diperiksa.
11,14,15
Fluor albus ini bisa terjadi pada dua kondisi, yaitu :
2.1.3.1 Fisiologis
Dikatakan fisiologi, bila cairan tersebut berwarna bening, tidak berbau, jumlahnya tidak berlebihan, dan tidak menimbulkan keluhan, seperti : gatal-gatal,
rasa panas, dan sebagainya. Fluor albus fisiologis ini sering terjadi pada wanita menjelang haid, ketika stress secara emosional, ataupun saat terangsang secara
seksual.
16
Secara fisiologis, sekret vagina memberikan proteksi alami terhadap pertumbuhan bakteri aerob di sekitar serviks dan vagina. Pertahanan ini bersifat
asam yang dibantu dengan bakteri anaerob yang mengkonsumsi glikoprotein sekret dan akan menghasilkan sisa metabolisme dengan fermentasi, sehingga
sekret vagina tetap terjaga keasamannya.
16
2.1.3.2 Patologis
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, fluor albus dikatakan patologis, bila cairan yang didapatkan berwarna hijaukuningkeabu-abuan, berbau tidak sedap,
jumlahnya berlebihan, dan menimbulkan gejala gatal, rasa panas di daerah kewanitaan, nyeri, dan sebagainya.
14
Gambaran fluor albus patologis yang sering ditemukan pada wanita
15
: