sehingga belum bisa ditentukan secara pasti usia ibu saat hamil dan juga usia kehamilan yang rentan terhadap kejadian fluor albus patologis.
3,8
Perubahan kualitas dan kuantitas sekret serviks akan mempengaruhi organ sekitar serviks hingga vagina, sehingga bakteri anaerob akan dengan mudah
berkembang biak dan adanya kelembaban yang meningkat, menyebabkan jamur yang mulanya bersifat oportunis terhadap mukosa vagina-serviks menjadi infeksi
sekunder akibat perubahan ini.
21
Ketidakstabilan estrogen dan progesteron juga mempengaruhi keadaan torsio serviks ditambah dengan perilaku higienitas dari ibu. Hal ini terlihat saat di
lapangan, banyak ditemukan kecenderungan terjadi perubahan bentuk dan pertumbuhan mukosa abnormal pada permukaan torsio serviks, seperti polip
serviks. Sayangnya, belum ada literatur ataupun penelitian yang menunjukkan hubungan bermakna antara kejadian polip serviks dengan fluor albus pada masa
kehamilan. Kondisi ini menyebabkan beberapa subyek dengan polip serviks dari populasi di masukkan ke dalam kriteria eksklusi, sehingga tidak didapatkan data
lebih lanjut. Higienitas lingkungan ibu hamil, seperti air dan perilaku ibu terhadap
kebersihan organ genital eksternal, juga menjadi faktor risiko pada kejadian fluor albus.
15
Air merupakan alat utama untuk kebersihan individu ataupun masyarakat. Sitorus,dkk 2004, menyatakan bahwa air adalah faktor terpenting dalam perilaku
dan sikap individu terhadap higienitas diri maupun lingkungan.
22
higienitas diri dan lingkungan merupakan penyebab sebagian besar penyakit dan penyebarannya
di Indonesia.
22
Menurut penelitian Rahadi dan Kardena 2009, daerah industri memiliki kandungan zat kimia organik yang cukup tinggi di dalam air tanah yang
biasa digunakan untuk kegiatan sehari-hari.
22,23
Hal ini sangat mungkin menjadi faktor risiko yang menyebabkan perbedaan antara rerata usia kehamilan pada
kejadian fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu pada penelitian ini dengan penelitian Baxendale Brett, 2001.
8
Terjadinya eliminasi subyek akibat penemuan kondisi yang tidak memungkinkan untuk diteliti ini terjadi akibat pengambilan data dilakukan hanya
pada saat itu saja dan tidak ada pengamatan lebih lanjut terhadap subyek penelitian.
4.3 Keterbatasan Penelitian
a. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, dimana tidak dapat di
teliti hubungan antara sebab-akibat dari variabel yang diteliti. b. Pelaksana Pengukuran
Penelitian ini dikerjakan oleh satu peneliti dan dua spesialis kandungan, baik untuk uji makroskopis, kadar pH ataupun uji KOH
10 . Pada penelitian Munzila,dkk 2007 serta , setiap uji di periksa oleh peneliti yang berbeda dengan kriteria yang telah disamakan,
sehingga kemungkinan Bias observer lebih rendah. c. Tolak ukur penelitian
Tolak ukur pada penelitian ini merupakan uji standar dari variabel dependen, berupa pH dan uji KOH. Secara teori, bisa dilakukan uji
lainnya, seperti pewarnaan gram dan mikroskopis untuk menilai variabel dependen fluor albus lebih akurat dan hasil yang lebih
spesifik. d. Jumlah Sampel
Jumlah Ibu dengan usia kehamilan 11-24 minggu yang berkunjung ke RS Medirossa Cikarang untuk periode April-Juni 2013 rata-rata 3-4
pasien dalam seminggu, sehingga untuk periode penelitian 2 bulan hanya di dapatkan 30 ibu hamil.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai perubahan pH vagina dengan fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24 minggu, yaitu :
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar pH vagina dengan
perubahan kualitas fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24
minggu p = 0,017 b.
Secara makroskopis, warna dan viskositas yang didapatkan dari fluor
albus pada sampel ibu hamil di usia kehamilan 11-24 minggu adalah 60,9 sekret yang kuning dengan 69,6 sekret positif kental dan negatif
kental sebesar 30,4 . c.
Dari hasil uji KOH 10 didapatkan sebesar 56,5 positif bau dan 43,5 negatif terdapat bau.
5.2 Saran
5.2.1 Ibu Hamil
a. Perlunya perhatian yang lebih terhadap higienitas diri dan lingkungan ibu selama kehamilan
b. Dianjurkan membersihkan fluor albus dengan bilasan air agar bersih, terutama sebelum shalat. Hadits Shahih dari Imam Bukhari dan Muslim
menyatakan :
“Cucilah kemaluanmu dan berwudhulah kamu.”- c. Kunjungan antenatal rutin dan teratur selama kehamilan sangat dianjurkan
untuk ibu d. Penggunaan sabun untuk vagina dan spa vagina tidak disarankan untuk
dilakukan selama fluor albus masih terjadi
33
5.2.2 Petugas Medis
a. Pentingnya melakukan pemeriksaan fisik genitalia untuk mendukung anamnesis pada keluhan fluor albus khususnya pada
ibu dengan usia awal dan pertengahan kehamilan b. Diperlukan adanya perhatian dan penanganan lebih lanjut pada ibu
hamil yang datang dengan fluor albus c. Perlunya edukasi mengenai personal hygiene selama kehamilan
kepada ibu oleh dokter ataupun bidan disertai pemantauan pelaksanaannya.
5.2.3 Peneliti
a. Perlu dilanjutkan penelitian ini dengan jenis penelitian yang lebih spesifik, seperti desain cohort dan waktu penelitian yang lebih lama agar
didapatkan jumlah sampel yang lebih besar dan hasil yang lebih spesifik serta relevan
b. Perlunya mengetahui hubungan antara penggunaan sabun khusus vagina atau pembalut herbal dengan kejadian fluor albus pada ibu hamil
c. Perlu penelitian serupa dengan uji sekret vagina yang lebih spesifik untuk bakteri di dalamnya dan dihubungkan dengan sikap dan perilaku ibu
selama kehamilan di usia 11-24 minggu
d. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara frekuensi pemeriksaan antenatal rutin di usia 11-24 minggu dengan kejadian fluor
albus