pada umumnya yaitu posterior terhadap vesika urinaria dan anterior terhadap rectum.
7
2.1.1.1 Fisiologi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keberhasilan dalam proses fertilisasi pada fase ovulasi dalam siklus menstruasi. Siklus menstruasi adalah siklus hormonal yang
berperan dalam kematangan folikel dalam ovarium. Siklus ini di regulasi oleh aksis Hipothalamus-Hipofisis-Gonad ovarium pada wanita. Aksis ini tidak
hanya mengatur siklus hormonal, namun secara tidak langsung juga berperan dalam perkembangan organ reproduksi sekunder manusia.
7
Normalnya, siklus menstruasi berawal dari aktivasi GnRH Gonadotropin Releasing Hormone di hipothalamus dan akan mengaktivasi FSH Follicle
Stimulating Hormone dan LH Luteinizing Hormone pada hipofisis anterior yang nantinya akan mempengaruhi folikel primordial pada ovarium untuk
berkembang menjadi folikel primer yang memiliki sel teka internal dan eksternal. Sel teka internal akan mengubah kolesterol yang didapatkan dari sel teka eksternal
menjadi androgen, kemudian mengirimkannya ke sel granulosa yang memiliki enzim 5-alpha-reductase sehingga androgen mampu diubah menjadi estrogen.
Estrogen ini sebagian akan disimpan di dalam ruang yang disebut antrum serta membantu pertumbuhan oogonia hingga menjadi oosit matang di dalam folikel
yang juga akan terus berkembang dan sisanya dikembalikan ke aliran darah sistemik. Estrogen memiliki autoregulasi di dalam aliran sistemik. Bila produksi
estrogen telah mencukupi, ia akan memberikan feedback negatif ke hipothalamus dan hipofisis sehingga produksi GnRH serta FSH akan terhambat dan LH
mengalami peningkatan. Fase ini terjadi kurang lebih selama 14 hari terhitung sejak awal folikel mulai banyak mengalami perkembangan dan menjadi folikel
matang yaitu folikel de Graaf serta dinamakan fase Folikular.
7
Sementara GnRH dan FSH terus di hambat, sel teka juga semakin berkembang dan mengalami penebalan ditambah dengan sel granulosa + sel lutein
yang di aktivasi oleh peningkatan LH yang begitu dahsyat saat estrogen mencapai tingkat maksimumnya. Penebalan folikel ini menyebabkan folikel terisi penuh
dengan sel dan menjadikannya corpus luteum badan kuning . Sel teka luteal dan
Setelah melewati fimbriae, oosit ini akan menjadi ovum dan melewati tuba falopii bagian ampulla. Bila di bagian ampulla ovum bertemu dengan sperma,
maka sperma dengan enzim dan badan akrosomal yang ia miliki akan menembus dinding ovum yang terdiri dari korona radiata, zona pellucida, dan membran
plasma maka inti sel dari sperma akan di lepaskan ke dalam sitoplasma ovum dan bertemu dengan inti sel ovum. Bila kedua inti sel ini berhasil menggabungkan
kode genetik yang mereka miliki, maka inilah yang akan berkembang menjadi morulla, blastula dan seterusnya hingga terjadi implantasi di dinding uterus bagian
dalam endometrium.
7
2.1.1.2 Efek Perubahan Hormon selama Kehamilan
Selain perubahan secara anatomi dan fisiologis dari sistem reproduksi ibu, juga terjadi perubahan hormon estrogen dan progesteron yang signifikan. Hormon
estrogen dalam bentuk estradiol dan progesteron menjadi faktor lain yang meningkatkan resiko ibu mengalami fluor albus pada masa kehamilan.
8
Gambar 2.3: Perjalanan folikel matang ke endometrium
Sumber : Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Sytem.2010.
7
Gambar 2.5 : Perubahan hormonal selama kehamilan
Sumber : Baxendale Brett,2001
Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.4 diatas, bahwa progesteron mengalami peningkatan yang signifikan sejak usia kehamilan 11 hingga 24
minggu yang disebabkan oleh adanya corpus luteum yang dipertahankan hingga usia kehamilan mencapai trimester II akhir, sehingga progesteron kadarnya terus
meningkat.
10
Hal ini tentunya akan memberikan efek yang cukup signifikan terhadap organ-organ yang memiliki reseptor terhadap kedua hormon ini.
8
Estrogen yang mengalami sedikit peningkatan akan berikatan dengan reseptornya misal : ER2 dan ER3 pada endometrium dan kelenjar mukosa pada
serviks , kemudian menyebabkan penebalan jaringan penyusun pada area tersebut, sehingga pertumbuhan janin terlindungi dan mendapatkan cukup nutrisi.
Dan juga, normalnya estrogen akan membuat sekret kelenjar pada dinding rahim serta serviks lebih jernih dan cair. Produksi progesteron juga mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan yang terjadi pada estrogen, dimana progesteron akan meningkatkan jumlah kapiler darah pada dinding endometrium
serta asupan glikoprotein pada kelenjar dinding rahim dan juga serviks, sehingga akan dihasilkan lebih banyak sekret kental dan sedikit keruh. Sekret ini kaya akan
glikoprotein, jaringan ikat dan juga mediator kimia yang berfungsi sebagai pertahanan untuk daerah ruang uterus, serviks hingga saluran vagina.
8,
Perubahan estrogen Perubahan progesteron
Gambar 2.4 Perubahan estrogen dan progesteron selama kehamilan
Sumber : Baxendale and Brett. Motherhood and Memory : A review Psychoendocrinology.2010.
8