Fisiologis Patologis Fluor Albus

a. Fluor albus yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau keputih-putihan, berbau busuk dengan rasa gatal. Fluor albus semacam ini akan memberi dampak bagi tubuh wanita, diantaranya rasa terbakar di daerah kemaluan saat buang air kecil. b. Cairan fluor albus yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau seperti jamur atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang disebabkan jamur atau ragi yang di sistem reproduksi sekunder wanita, terutama vagina dan serviks. c. Cairan fluor albus yang kental seperti susu dengan bau yang amis. Keadaan ini dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob oportunis yang menjadi infeksi sekunder akibat ketidakseimbangan suasana asam-basa di vagina atau serviks. d. Cairan fluor albus yang encer seperti air, berwarna coklat atau keabu- abuan dengan bercak-bercak darah, dan berbau busuk. Kondisi infeksi urogenitalia yang bersifat kronik adalah penyebab tersering timbulnya cairan fluor albus dengan karakteristik di atas. Fluor albus terjadi akibat adanya perubahan suasana pada mukosa vagina yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya perubahan hormon sehingga mempengaruhi kerja kelenjar mukosa pada serviks dan faktor pertumbuhan mikroorganisme anaerob pada saluran vagina dan serviks baik bagian endo ataupun ektoserviks. 14 Tak hanya faktor internal, faktor eksternal seperti pendidikan, higienitas diri, pendapatan keluarga, dan juga kondisi pasangan seksual juga mempengaruhi perubahan pH pada vagina melalui sikap dan perilaku higienis terhadap diri dan lingkungan sekitar mereka. 15 Penggunaan pakaian dalam dan juga cara membersihkan alat genitalia saat mandi adalah salah satu contoh perilaku higienis yang memiliki pengaruh besar dalam kesehatan alat reproduksi. Ibu dengan kelebihan glukosa dalam darah Diabetes Mellitus, juga akan mengalami hal serupa mengingat sekret vagina dipengaruhi oleh susunan glikoprotein ikatan antara glukosa dengan protein di dalamnya. 15

2.1.4 Cara Diagnosis

Keadaan patologis pada fluor albus, seperti Bakterial Vaginosis ataupun fluor albus akibat Infeksi Menular Seksual, membutuhkan uji laboratorium sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan baik uji sederhana, yaitu dengan pemeriksaan makroskopis maupun yang menggunakan reagen kompleks. 13,14 Pemeriksaan makroksopis terdiri dari pemeriksaan bau, warna, keasaman dan kekentalan pada sekret vagina. Bau, warna, dan keasaman seringkali menjadi penentu utama dalam kejadian fluor albus, sedangkan penilaian kekentalan yang tidak menjadi prioritas dalam penentu fluor albus karena masih adanya kemungkinan subyektifitas dari observer dalam penilaiannya.

2.1.4.1 Dipstick Test

Uji dipstick adalah uji semi kuantitatif menggunakan stick yang sudah memiliki reagen untuk beberapa zat yang mungkin ditemukan di dalam sediaan atau preparat. Sediaan yang dapat menggunakan uji ini adalah urine atau apusan vagina, yaitu berupa sekret dari saluran vagina ataupun porsio serviks. Pada apusan vagina, uji dipstick digunakan untuk mengukur pH yang didapatkan dari apusan tersebut. 14,15,16 Gambar 2.7 Stik dengan 3 reagen untuk uji dipstick Sumber :kamera pribadi, Juli 2013

2.1.4.2 Uji KOH

Uji menggunakan larutan basa KOH 10 ini biasa digunakan untuk mengetahui bakteri gram pada sediaan, namun uji KOH tidak bisa membedakan secara pasti sifat gram dari bakteri tersebut. Hasil yang didapatkan untuk mengetahui sifat gram nya hanya dilihat dari ada atau tidaknya lendir pada sediaan setelah diteteskan larutan KOH 10 ini. 15 Pada jamur seperti Candida albicans, uji KOH cukup membantu untuk melihat jamur ini secara mikroskopis. Selain itu, uji ini mampu mengeluarkan bau tidak sedap dari sediaan yang didapatkan dari pasien dengan diagnosis Infeksi saluran reproduksi khususnya seperti Bakterial Vaginosis. 16,17 Larutan ini digunakan setelah apusan mukosa vagina dengan cotton swab telah dilakukan. Sekret yang ada di letakkan diatas kaca objek secara memutar dan perlahan. 15,16,17 Gambar 2.8 Larutan KOH 10 yang digunakan untuk mengetahui perubahan bau pada fluor albus Sumber :kamera pribadi, Juli 2013 Gambar 2.9 Cotton Swab untuk mengambil fluor albus pada vagina Sumber :kamera pribadi, Juli 2013

2.2 Kerangka Teori

Lonjakan progesteron yang signifikan Peningkatan metabolisme tubuh ibu Meningkatkan jumlah kelenjar mukosa pada serviks dan dinding rahim Meningkatkan glikogen dan protein dalam darah Meningkatkan kadar glikoprotein dalam sekret kelenjar mukosa serviks Akan difermentasikan oleh mikroorganisme anaerob biasanya Lactobacillus sp pada serviks dan vagina Mengalir hingga ke saluran vagina Sekret lebih banyak, kental, dan keruh namun tidak berbau Menghasilkan asam laktat dan pH menjadi asam Higienitas saat kehamilan kurang baik Kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme lain di dalam saluran vagina hingga ke serviks Flora normal akan tersingkirkan karena adanya mikroorganisme yang dominan Jamur mudah berkembang biak pada kondisi basa Uji KOH + Peningkatan sekret untuk proses fagositosis sebagai mekanisme pertahanan Duhpus sebagai Hasil dari fagositosis Bau amis bau tidak sedap dari sekret + Kadar pH akan berubah menjadi lebih basa Faktor pendidikan dan ekonomi keluarga Masa Gestasi Kehamilan

Dokumen yang terkait

MIKROORGANISME PENYEBAB FLUOR ALBUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

1 24 23

Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013

0 30 76

Hubungan Gula Darah Sewaktu Dengan Kejadian Fluor Albus Pada Wanita Hamil Usia 13-40 Minggu Di RS Prikasih Periode Januari-April 2014

0 3 89

Hubungan gula darah sewaktu dengan kejadian fluor albus pada wanita hamil usia 13-40 minggu di RS. Prikasih periode Januari-April 2014.

0 11 89

Hubungan gula darah sewaktu dengan kejadian fluor albus pada wanita hamil usia 13-40 minggu di RS Prikasih Pondok Labu periode Januari-April 2014

0 3 86

Hubungan Profil Sitologi Cairan Pleura Dengan Profil Pasien Kanker Paru Di RS Immanuel Bandung Periode Juli 2010 - Juni 2013.

0 1 24

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN PADA PRIMIGRAVIDA USIA KEHAMILAN 36 - 40 MINGGU DENGAN LAMA PERSALINAN DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 49

SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA SANTRIWATI DI PESANTREN PUTRI AL-MAWADDAH PONOROGO

0 1 21

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “U” G2P1A0 27 MINGGU KEHAMILAN NORMAL DENGAN KELUHAN FLUOR ALBUS DI BPM NY. LILIS, S.ST., M.KES SAMBONG DUKUH JOMBANG LAPORAN TUGAS AKHIR - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY”U” G2P1A0 UK 27 MINGGU DENGAN FLUOR ALB

0 3 159

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSI PADA KEHAMILAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2017

0 0 12