KAJIAN TEORITIS 1. Menempatkan Sudut Pandang Tentang Desa
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
11
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. KAJIAN TEORITIS A.1. Menempatkan Sudut Pandang Tentang Desa
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa Departemen Dalam Negeri, sesuai dengan pemikiran dan konteks empirik
yang berkembang di Indonesia, memahami setidaknya ada tiga tipe bentuk Desa:
6
1. Tipe Desa adat atau sebagai self governing community sebagai
bentuk Desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep otonomi asli sebenarnya diilhami dari pengertian Desa adat ini. Desa adat
mengatur dan mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa campur tangan negara. Desa adat tidak
menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan oleh negara. Saat ini Desa pakraman di Bali yang masih tersisa sebagai bentuk
Desa adat yang jelas. 2. Tipe Desa administratif
local state government adalah Desa sebagai satuan wilayah administratif yang berposisi sebagai
kepanjangan negara dan hanya menjalankan tugas-tugas administratif yang diberikan negara. Desa administrati secara
substansial tidak mempunyai otonomi dan demokrasi. Kelurahan yang berada di perkotaan merupakan contoh yang paling jelas dari
6
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Desa
, Jakarta: Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen
Dalam Negeri, hlm. 83-84.
BAB II
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
12
tipe Desa administratif.
7
Pada uraian sebelumnya
8
disebutkan bahwa Desa administratif
the local state government atau disebut orang Bali sebagai Desa Dinas.
3. Tipe Desa otonom atau dulu disebut sebagai Desapraja atau dapat juga disebut sebagai
local self government, seperti halnya posisi dan bentuk daerah otonom di Indonesia. Secara konseptual,
Desa otonom adalah Desa yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi sehingga mempunyai kewenangan penuh untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Desa otonom berhak membentuk pemerintahan sendiri, mempunyai badan
legislatif, berwenang membuat peraturan Desa dan juga memperoleh desentralisasi keuangan dari negara. Pada uraian
sebelumnya
9
disebutkan bahwa Desa otonom local self
government atau yang dalam UU No. 191965 disebut Desa Praja,
10
yakni Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang berhak dan berwenang mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
7
Penjelasan Umum UU 322004: Undang-Undang ini mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengannsebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah
desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedang terhadap
desa di luar desa geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan
lain yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan dari
desa itu sendiri. Jadi, yang dimaksud dengan dengan Desa Administratif atau desa yang bersifat administratif oleh pembentuk UU 322004 adalah desa bentukan baru di luar
desa genealogis atau desa yang memiliki otonomi asli.
8
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit
., hlm. 3.
9
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit
., hlm. 12.
10
Desapraja menurut pembentuk UU 191965 dipersiapkan sebagai daerah tingkat III. Nama UU ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desapraja
Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III Di Seluruh Wilayah Republik Indonesia.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
13
Berdasarkan pemahaman tersebut, terdapat empat rujukan tipe desa, yakni:
1. Desa adat self governing community sebagai bentuk Desa
asli dan tertua di Indonesia. Pasal 18B ayat 2 menyebutnya kesatuan masyarakat hukum adat, dan Penjelasan Pasal 18
UUD 1945
pra-perubahan menyebutnya
sebagai v
olksgemeenschappen. 2. Desa administratif
local state government adalah Desa, yakni desa dinas dan kelurahan. Tipe ini mendapat dasar hukumnya
dalam Pasal 18 ayat 7 UUD 145. 3. Desa otonom
local self government atau dulu disebut sebagai Desapraja. Pasal 18 UUD 1945 dan Penjelasan pra-perubahan
menyebutnya sebagai zelfbesturende landchappen
yang termasuk dalam daerah-daerah kecil. Dalam UUD 1945
mendapatkan dasar hukum pada Pasal 18B ayat 1, yakni sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
istimewa. 4. Desa otonom sebagai daerah tingkat III Provinsi sebagai
daerah tingkat I dan kabupatenkota sebagai daerah tingkat II, sebagaimana direncanakan dulu dalam UU 191965.
Rujukan konstitusionalnya adalah Pasal 18 ayat 7 UUD 1945. Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa
Departemen Dalam Negeri juga mengemukakan adanya pola pilihan, yang disebutnya
optional village, dalam menentukan karakteristik desa yang akan dianut:
11
11
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit
., hlm. 85-87.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
14
Pertama, integrasi fungsi pemerintahan Desa ke dalam pemerintahan adat sebagaimana terjadi di Sumatera Barat. Forum diskusi bersama
Dewan Perwakilan Daerah DPD di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur tampaknya juga mengarah pada bentuk Desa yang
terintegrasi itu. Adapun disain kelembagaannya adalah sebagai berikut: 1. Secara prinsipil integrasi Desa dan adat
integrated village adalah bentuk Desa otonom
local self government, dengan tetap mengakomodasi spirit dan pola
self governing community. 2. Dalam
integrated village, terjadi peleburan antara Desa adat dan Desa dinas menjadi sebuah institusi yang batas-batas wilayah
yang jelas. 3. Nomenklatur Desa disesuaikan dengan nomenklatur lokal, seperti
nagari, pakraman, lembang, negeri dan lain-lain. 4. Struktur pemerintahan
integrated village mengakomodasi struktur adat yang ada. Struktur ini bukan dalam posisi dan pengertian
sebagai lembaga kemasyarakatan, tetapi sebagai struktur resmi pemerintahan Desa. Sebagai contoh di nagari Sumatera Barat
terdapat wali nagari sebagai kepala eksekutif, Badan Perwakilan Nagari sebagai lembaga legislatif seperti Badan Perwakilan Desa,
Kerapatan Adat Nagari KAN sebagai institusi asli yang
menjalankan fungsi peradilan adat dan wadah permusyawaratan besar para penghulu adat, serta Majelis Adat, Syarak dan Ulama
sebagai lembaga pertimbangan bagi lembaga lain yang terkait dengan adat dan agama.
5. Integrated village tidak mengenal dualisme kepemimpinan,
melainkan dipimpin oleh seorang pimpinan eksekutif seperti kepala Desa.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
15
Kedua, integrasi masyarakat adat dalam Desa. Dalam model ini, nilai, istitusi, dan mekanisme yang dikenal dalam masyarakat adat diakomodasi
dalam pemerintahan Desa. Ketiga, koeksitensi antara masyarakat adat dengan Desa dimana
masing-masing saling behubungan dan saling memperkuat. Dalam model ini,
Desa administratif menjalankan kewenangannya tanpa harus meniadakan masyarakat adat.
Sebagai kosekusensi dari keragaman Desa berdasarkan optional
village, maka kewenangan Desa pun disesuaikan dengan Desa yang dipilih:
12
1. Desa integrated memiliki tiga kewenangan, yakni kewenangan asal-usul, kewenangan atributif, dan kewenangan pembantuan.
2. Desa yang koeksistensi dengan masyarakat adat, memiliki dua kewenangan, yakni kewenangan atributif dan kewenangan
pembantuan, sedangkan
kewenangan asal usul menjadi kewenangan kesatuan masyarakat hukum adat desa adat.
3. Kepala Desa dibantu oleh unsur pemerintah Desa yang meliputi sekretaris Desa dan perangkat Desa.
4. Struktur organisasi pemerintah Desa ditetapkan melalui
Peraturan Desa dengan memperhatikan model dan kewenangan Desa.
Adapun penjelasan kewenangan asal-usul, kewenangan atributif, dan kewenangan pembantuan, yakni:
1. Kewenangan asal-usul yang diakui oleh negara: mengelola aset sumberdaya alam, tanah ulayat, tanah kas Desa dalam
wilayah yurisdiksi Desa, membentuk struktur pemerintahan
12
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,
Naskah ..., Op. Cit
., hlm. 88.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
16
Desa dengan mengakomodasi susunan asli, menyelesaikan sengketa secara adat dan melestarikan adat dan budaya
setempat. 2. Kewenangan melekat atributif mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat yang berskala lokal Desa: perencanaan pembangunan dan tata ruang Desa, membentuk
struktur dan organisasi pemerintahan Desa, menyelenggarakan pemilihan kepala Desa, membentuk Badan Perwakilan Desa,
mengelola APBDes, membentuk lembaga kemasyarakatan, mengembangkan BUMDes, dan lain-lain.
3. Kewenangan urusan yang bersifat tambahan, yakni
kewenangan dalam bidang tugas pembantuan delegasi yang diberikan oleh pemerintah. Prinsip dasarnya, dalam tugas
pembantuan ini Desa hanya menjalankan tugas-tugas
administratif mengurus di bidang pemerintahan dan pembangunan yang diberikan pemerintah. Tugas pembantuan
disertai dengan dana, personil dan fasilitas. Desa berhak menolak tugas pembantuan jika tidak disertai dengan dana,
personil dan fasilitas.
13
Kewenangan yang dimiliki Desa sebagai akibat pola pilihan Desa tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Pola Pilihan Desa dan Kewenangannya
POLA PILIHAN DESA KEWENANGAN
Kewenangan Asal- Usul
Kewenangan Atributif
Kewenangan Pembantuan
Desa integrasi integrasi fungsi
pemerintahan Desa ke dalam pemerintahan
memiliki memiliki
memiliki
13
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa,
Naskah ..., Ibid
.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
17
adat atau integrasi kesatuan masyarakat
hukum adat dalam Desa
Desa yang koeksistensi dengan
kesatuan masyarakat hukum adat
tidak memiliki kewenangan asal
usul menjadi kewenangan kesatuan
masyarakat hukum adat desa adat.
memiliki memiliki
Sumber: Diolah dari Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa
Sampai sat ini Pemerintahaqn Kabupaten Badung masih menganut pola Desa yang koeksistensi dengan kesatuan masyarakat hukum adat,
yakni Desa Adat. Oleh karena itu Desa yang dimaksud dalam penelitian naskah akademik ini adalah Desa Dinas, yang memiliki kewenangan
atributif dan kewenangan pembantuan, sedangkan kewenangan asal usul menjadi kewenangan Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat hukum
adat.
A.2. Pengertian Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
Pengertian Pedoman. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
14
mengemukakan beberapa pengertian pedoman, dua diantaranya adalah:
1. kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan.
2. hal pokok yang menjadi dasar pegangan, petunjuk, dsb untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu.
Pengertian pedoman dapat ditelusuri dari beberapa peraturan perundang-undangan yang menggunakan judul pedoman, yakni:
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1993,
Kamus Besar Bahasa Indonesia
, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 740.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
18
1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan
Hidup. Di dalam Lampiran I perihal Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup KA-ANDAL,
A. Penjelasan Umum, angka 2 perihal Fungsi pedoman penyusunan KA-ANDAL, dijelaskan: Pedoman penyusunan KA-
ANDAL digunakan sebagai dasar bagi penyusunan KA-ANDAL ... . Dengan melakukan abstraksi, yakni menghilangkan unsur yang
khusus, maka pedoman berarti dasar bagi penyusunan sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa struktur organisasi.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri. Lampiran. angka II. perihal Ruang Lingkup Pedoman Evaluasi LAKIP, huruf
A perihal Maksud dan Tujuan, dijelaskan: Pedoman Evaluasi LAKIP unit kerja di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri
dimaksudkan sebagai panduan dalam rangka pelaksanaan evaluasi
LAKIP. Dengan
melakukan abstraksi,
yakni menghilangkan unsur yang khusus, maka pedoman berarti
panduan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan. Merujuk pada pengertian-pengertian pedoman tersebut di atas,
dalam penelitian naskah akademik ini, pedoman diartikan sebagai dasar bagi penyusunan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa.
Pengertian Struktur Organisasi. Sondang P. Siagian,
15
mendefinisikan Organisasi sebagai:
15
Sondang P. Siagian, 1982a,
Peranan Staf dalam Managemen,
Jakarta: Gunung Agung, hlm. 20. Lihat juga Sondang P. Siagian, 1984,
Filsafat Administrasi
, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 7.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
19
setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara
formal dalam suatu ikatan hirakhi dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan
seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Pandangan tersebut tidak jauh berbeda dengan beberapa pandangan berikut:
1. Edwin B. Flippo menyatakan bahwa: organisasi adalah sistem hubungan antara sumber daya
among resources yang
memungkikankan pencapaian sasaran. 2. James D. Mooney berpendapat bahwa:
Organization is the form of every human association for the attainment of coomon
purpose Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk
pencapaian tujuan bersama. dalam Djatmiko, 2003:2. 3. Gitosudarmo 2000:1, mengemukakan pengertian organisasi
adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekolmpok
orang untuk mencapai suatu tujuan.
16
Pengertian-pengertian organisasi tersebut memuat unsur-unsur seagai berikut: 1 sekelompok manusia; 2 terdapat pemimpin dan yang
dipimpin; 3 bekerja sama; dan 3 untuk mencapai tujuan bersama. Lazimnya pembahasan tentang organisasi ditinjau dari segi statis dan
segi dinamis. Sebagaimana dikemukakan Sondang P. Siagian,
17
berbagai literatur tentang teori organisasi memberikan petunjuk bahwa para ahli
16
Terkutip dalam Arifin Tahir, 2014,
Buku Ajar Perilaku Organisasi
, Yogyakarta: Deepublish, hlm. 21-22.
17
Sondang P. Siagian, 1982b,
Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi,
Jakarta: Gunung Agung, hlm. 9-11. Uraian tersebut terdapat pula dalam Sondang P. Siagian, 1982a,
Ibid
. Bandingkan dengan Soewarno Handayaningrat, 1985,
Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen
, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 42.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
20
lumrah melakukan pembahasan tentang organisasi dari dua segi
pandangan, yaitu organisasi yang ditelaah dengan pendekatan struktural dan organisasi yang disoroti dengan pendekatan keperilakuan. Pendekatan
yang sifatnya struktural menyoroti organisasi sebagai wadah. Pendekatan demikian melihat organisasi sebagai sesuatu yang relatif statis.
Berikutnya dikemukakan, organisasi dalam arti statis adalah wadah tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan penggambaran yang
jelas tentang hirarki kedudukan, jabatan serta jaringan saluran wewenang dan pertanggungjawaban. Pendekatan keperilakuan menyoroti organisasi
sebagai suatu organisme yang dinamik. Pengertian organisasi dari segi dinamikanya merupakan proses kerjasama yang serasi antara orang-orang
di dalam perwadahan yang sistematis, formal dan hirarkis yang berpikir dan bertindak seirama demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
dengan efisien, efektif, produktif dan ekonomis yang pada gilirannya memungkinkan terjadinya pertumbuhan baik dalam arti kuantitatif
maupun kualitatif. Sebagaimana telah dikemukakan pengertian-pengertian organisasi
tersebut memuat unsur-unsur sebagai berikut: 1 sekelompok manusia; 2 terdapat pemimpin dan yang dipimpin; 3 bekerja sama; dan 3
untuk mencapai tujuan bersama. Pada unsur pemimpin dan yang dipimpin menunjukkan adanya hirarki kedudukan, jabatan serta jaringan saluran
wewenang dan pertanggungjawaban. Dengan perkataan lain, di dalam suatu organisasi terdapat susunan
hirarkis kedudukan, jabatan, wewenang, dan pertanggungjawaban. Mengenai hal ini Prayudha Wijaya, Adam Nugroho, Sugeng Rahardjo
18
, mengemukakan struktur organisasi atau yang biasa disebut bagan
18
Prayudha Wijaya, Adam Nugroho, Sugeng Rahardjo,
Eds
, 2008,
Panduan Membentuk Organisasi Pengelola Keuangan dan Aset Daerah OPKAD
, Jakarta: LGSPLocal Governance Support Program, hlm. 9.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
21
organisasi ialah suatu lukisan yang dimaksudkan untuk menggambarkan susunan organisasi baik mengenai fungsi-fungsinya, bidang-bidang
pekerjaannya maupun mengenai tingkatan-tingkatannya atau eselonering, rentang kendali dan sebagainya. Pengertian tentang sebuah struktur dapat
disederhanakan menjadi suatu cara dimana bagian-bagian disusun menjadi satu kesatuan.
Untuk mendapat pemahaman yang lebih memadai relevan mengutip beberapa pengertian berikut:
19
1. Organization Chart
Bagan Organisasi. Gambar struktur organisasi yang ditunjukkan dengan kotak-kotak atau garis-garis
yang disusun menurut kedudukannya masing-masing memuat fungsi tertentu dan satu sama lain dihubungkan dengan garis-
garis saluran wewenang dan tanggung jawab. 2.
Organization Structure Struktur Organisasi. Kerangka yang
terdiri dari satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing mempunyai
peranan serta hubungan tertentu dalam lingkungan kesatuan yang utuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
3. Structural Organization Chart Bagan Organisasi Struktur. Bagan
organisasi yang isinya menunjukkan susunan organisasi dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan-satuan organisasi yang
berkedudukan terbawah dengan mencantumkan sebutan satuan organisasi serta nama masing-masing satuan organisasi.
Dengan demikian struktur organisasi adalah susunan dari satuan- satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang
19
Pariata Westra, Sutarto, dan Ibnu Syamsi,
Eds
, 1977,
Ensiklopedi Administrasi
, Jakarta: Gunung Agung, hlm. 232, 233, 323.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
22
yang terjalin dalam hubungan
pertanggungjawaban dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Pengertian Tata Kerja. Secara etimologis dibentuk oleh kata tata
dan kata kerja . Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
20
mengartikan kata tata, kerja, dan tata kerja sebagai berikut:
1. tata, merupakan kata benda, berarti aturan biasanya dipakai dl kata majemuk; kaidah, aturan, dan susunan; cara menyusun;
sistem; 2. kerja, merupakan kata benda, berarti
kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu yg dilakukan diperbuat;
3. tata kerja berarti aturan sistem dsb bekerja; Dari pengertian leksikal tersebut dikaitkan dengan pengertian
organisasi, maka tata kerja dapat diartikan sebagai aturan atau cara melaksanakan tugas dan wewenang untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian Pemerintah Desa. Struktur organiasi yang dimaksud adalah struktur organisasi Pemerintah Desa, dan tata kerja yang dimaksud
adalah tata kerja Pemerintah Desa. Oleh karena itu penting merumuskan pengertian Pemerintah Desa. UU 62014 telah merumuskan pengertian itu
di dalam Pasal 1 angka 7, yakni Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa. Perangkat
Desa terdiri atas: a. secretariat Desa; b. pelaksana kewilayahan; dan c. pelaksana teknis Pasal 8 UU 62014.
Pengertian Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. Merujuk pada pengertian-pengertian tersebut di atas, yakni adalah
dasar bagi penyusunan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008,
Kamus Bahasa Indonesia
, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 703, 1547.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
23
Pengertian-pengertian tersebut merupakan definisi. Definisi, menurut JJ. H. Bruggink, adalah sebuah pengertian dengan sifat-sifat khusus.
Maksud sebuah definisi adalah untuk menentukan batas-batas sebuah pengertian secermat mungkin, sehingga jelas bagi tiap orang dalam setiap
keadaan, apa yang diartikan oleh pembicara atau penulis dengan sebuah perkataan atau istilah tertentu.
21
Terkait dengan penyusunan konsep awal rancangan peraturan perundang-undangan, definisi dituangkan dalam bab
ketentuan umum, atau pasal yang memuat ketentuan umum. Definisi dirumuskan dalam formulasi definiendum dan definien.
Definiendum adalah perkataan yang harus didefinisikan dan definien adalah perkataan-perkataan yang mewujudkan definisi.
22
Berikut definisi- definisi berkenaan dengan pedoman struktur organisasi dan tata kerja
Pemerintah Desa diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 2.2. Definisi-definisi berkenaan dengan pedoman struktur
organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa
DEFINIENDUM DEFINIEN
Pedoman adalah dasar bagi penyusunan.
Struktur Organisasi adalah susunan dari satuan-satuan organisasi yang
didalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang yang terjalin dalam hubungan pertanggungjawaban.
Tata Kerja adalah cara melaksanakan tugas dan wewenang.
Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa yang terdiri
atas sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, pelaksana teknis.
Pedoman Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah Desa adalah dasar bagi penyusunan struktur organisasi
dan tata kerja Pemerintah Desa.
21
JJ. H. Bruggink, 2011,
Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-pengertian Dasar dalam Teori Hukum
, alihbahasa B. Arief Sidharta, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 71.
22
JJ. H. Bruggink, 2011,
Ibid.
, hlm. 72.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
24 B. KAJIAN TERHADAP ASASPRINSIP YANG TERKAIT DENGAN
PENYUSUNAN NORMA
Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, sebelumnya dikenal secara teoritik dan praktik pembentukan peraturan
perundang-undangan. Di Indonesia, asas ini telah dipositifkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 UU 102004, kemudian dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Asas yang berifat formal diatur dalam Pasal 5
23
dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal 6. Pengertian masing-masing asas ini dikemukakan dalam penjelasan pasal.
Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang bersifat formal berikut pengertiannya, sebagaimana tampak dalam tabel
berikut.
Tabel 2.3. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat Formal Berdasarkan Pasal 5 UU 122011 dan Penjelasannya
Pasal 5 UU 122011 Penjelasan Pasal 5 UU 122011
Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus
dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
a. kejelasan tujuan
bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan
yang jelas yang hendak dicapai. b.
kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
bahwa setiap jenis Peraturan Perundang- undangan harus dibuat oleh lembaga negara
atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang- undangan yang berwenang. Peraturan
Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh
lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.
c. kesesuaian antara jenis,
bahwa dalam Pembentukan Peraturan
23
Sebelumnya, dalam UU 102004, Pasal 5 huruf b dan huruf c masing memuat asas kelembagaan dan organ pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis dan
materi muatan , dalam UU 122011, Pasal 5 huruf b dan huruf c, menjadi kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan .
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
25
hierarki, dan materi muatan
Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai
dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan.
d. dapat dilaksanakan
bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara
filosofis, sosiologis, maupun yuridis.
e. kedayagunaan dan
kehasilgunaan bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan
dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. kejelasan rumusan
bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan
Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum
yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi
dalam pelaksanaannya.
g. keterbukaan
bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
Sumber: Diolah dari Pasal 5 UU 122011 dan Penjelasan Adapun asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang bersifat
materiil berikut pengertiannya, sebagaimana tampak dalam tabel berikut.
Tabel 2.4. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat Materiil Berdasarkan Pasal 6 yat 1 dan ayat 2 UU 122011 dan Penjelasan
PASAL 6 UU 122011 PENJELASAN PASAL 6 UU 122011
Ayat 1 Materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan asas:
a. pengayoman
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi
memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
b. kemanusiaan
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
26
pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga
negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. kebangsaan
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat
dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. kekeluargaan
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. kenusantaraan
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
f. bhinneka tunggal ika
bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang- undangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. keadilan
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
h. kesamaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintahan
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status sosial.
i. ketertiban dan kepastian
hukum bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
kepastian hukum.
j. keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan,
antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.
Ayat 2 Peraturan Perundang-undangan
tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
antara lain: a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas
legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
27
Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.
asas praduga tak bersalah; b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam
hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan
itikad baik. Sumber: Diolah dari Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 UU 122011 dan Penjelasan
Asas-asas tersebut di atas digunakan sebagai landasan penyusunan norma berkenaan pedoman struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah
Desa. Berdasarkan Pasal 6 ayat 2 UU 122011, maka prinsip-prinsip profesionalitas, transparan dan akuntabel, dan teknokrasi dibutuhkan
sebagai kerangka administratif bagi Desa, terutama berkaitan dengan keperangkatan Desa. Prinsip-prinsip ini digunakan pula sebagai landasan
penyusunan norma, dengan memperhatikan konteks lokal seperti hak asal-usul dan nilai sosial budaya masyarakat.
C. KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN, KONDISI YANG ADA, SERTA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
MASYARAKAT
Sesuai dengan judul tersebut di atas, maka Bagian ini membahas tiga hal penting berkenaan dengan aspek empirik, yakni:
Tabel 2.5.
Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, Serta
Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat
PERTANYAAN JAWABAN
ANALISIS 1. Praktik
penyelenggaraan Perda Badung 32007.
1 Pasal 2 ayat 5 Perda Badung 32007:
Jumlah Perangkat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat 4 disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi budaya masyarakat
setempat. Berapa jumlah
perangkat desa di Jumlah perangkat desa di
Kabupaten Badung adalah sama, yg terdiri dari: 1
satu orang Kepala Desa; 1 satu orang Sekretaris
Desa; dan 5 lima orang Kepala Urusan sebagai
pelaksana teknis yang terdiri atas Kaur Umum,
Kaur Keuangan, Kaur Pembangunan, Kaur Kesra,
Pelaksanaan sesuai dengan Perda Badung
32007
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
28
setiap desa di Badung dan rinciannya?; Apa
yang dimaksud dengan Pelaksana Teknis
Lapangan di Badung?; Apakah setiap Desa
memiliki Pelaksana Teknis Lapangan?;
dan Kaur Pemerintahan. Sedang untuk Kelian Banjar
Dinas, jumlahnya berbeda sesuai dengan jaumlah
Banjar Dinas yang ada pada masing-masing desa.
2 Pasal 3 ayat 1 Perda Badung 32007:
Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa ditetapkan dengan
Peraturan Desa. Apakah setiap telah
memiliki Perdes tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
dan sejak kapan?; Desa di Kabupaten Badung
belum memiliki Peraturan Desa tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.
Dalam pelaksanaannya langsung mengacu pada
Perda No. 32007. Pelaksanaan tidak sesuai
dengan Perda Badung 32007, karena tidak
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa tidak
ditetapkan dengan Peraturan Desa.
3 Pasal 4 Perda Badung 32007: Susunan
Organisasi Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
dilaporkan oleh Perbekel kepada Bupati
melalui Camat. Apakah ada Perbekel yang
tidak melaporkan Susunan Organisasi
Pemerintahan Desa kepada Bupati melalui
Camat? Perbekel melaporkan
Susunan Organisasi Pemerintahan Desa kepada
Bupati melalui Camat. Semua Perbekel
melaporkan Susunan Organisasi Pemerintahan
Desa kepada Bupati melalui Camat.
Telah sesuai dengan Perda 32007. Perlu
dipertimbangkan tentang pengaturan bentuk dan
tata cara pelaporannya untuk diatur dalam perda
yang akan dibentuk.
4 Hal lainnya: Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang Perbekel?; Kewajiban
Perbekel?; Larangan Perbekel?; tugas
Perangkat Desa?; tugas Kepala Urusan?;
tugas Kelian Banjar Dinas?
[tidak ada jawaban] Perlu dipertegas
pengaturan tentang tugas, wewenang, dan larangan
Perbekel dan Kelian Banjar Dinas dalam perda yang
akan dibentuk.
5 Dalam melaksanakan tugasnya Perbekel dan
Perangkat Desa menerapkan prinsip
Koordinasi dan sinkronisasi belum sepenuhnya dapat
dilakukan secara optimal, khususnya antara Perbekel
Perlu pendalaman tentang ketidakloyalan Kelian
Banjar Dinas kepada Perbekel
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
29
koordinasi dan sinkronisasi;
bagaimana pelaksanaannya?
dengan Kelian Banjar Dinas. Salah satu penyebabnya
adalah ada pada ketidak loyalan Kelian Banjar Dinas
kepada Perbekel, karena Kelian Banjar Dinas merasa
bahwa duduknya sebagai Kelian Banjar Dinas adalah
karena melalui pemilihan langsung oleh warganya.
Walaupun pengangkatannya diusulkan oleh Perbekel.
Perlu pengaturan tentang bentuk koordinasi dan
sinkronisasi antara Perbekel dan Perangkat
Desa dalam menjalankan tugasnya.
2. Kondisi yang ada pada penyelengga-raan
pemerintahan desa setelah Perda Badung
32007 kehilangan dasar hukumnya,
sebagai akibat adanya reformasi kebijakan
desa.
1 Apakah Perda Badung 32007 masih
digunakan dalam penyusunan organisasi
dan tata kerja pemerintahan desa?
2 Dalam hal masih digunakan, apakah
disesuaikan dengan UU 62014 dan peraturan
pelaksanaannya? Oleh karena belum ada
Perda yang baru maka Perda 32007 masih tetap
diberlakukan.
Dalam pelaksanaannya, apabila ada hal yang
bertentangan dengan UU No. 62014, PP No.
432014, dan Permendagri yang berhubungan dengan
itu, maka disesuaikan dengan UU, PP, dan
Permendagri dimaksud. Sesuai dengan Pasal 119
UU 62014 dan Pasa 157 PP 432014.
Perlu dibentuk Perda untuk menjabarkan perintah dari
UU 62004 dan PP No. 432014.
Perlu pendalaman tentang
apabila ada hal yang bertentangan dengan UU
No. 62014, PP No. 432014, dan maka
disesuaikan dengan UU, PP,
3 Apakah kondisi tersebut menimbulkan
masalah dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa? Permasalahan yang ada
adalah, adanya keinginan dari beberapa Perbekel
yang mengusulkan agar dalam pengangkatan
Sekretaris Desa dapat diisi oleh salah seorang Kepala
Urusan yang paling berkompeten dilihat dari
umur, masa kerja, dan pengalaman. Usulan ini
masih memerlukan Jawaban tidak termasuk
dalam ruang lingkup materi muatan Perda
Badung 32007, akan tetapi perlu pendalaman
untuk mengetahui kemungkinan diatur dalam
Perda lain.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
30
pertimbangan untuk dapat diatur dalam Perda yang
akan dibentuk. 3. Permasalahan yang
dihadapi masyarakat sebagai akibat Perda
Badung 32007 kehilangan dasar
hukumnya.
1 Apakah kondisi tersebut menimbulkan
masalah dalam masyarakat, khususnya
masyarakat desa?. Adanya keinginan dari
beberapa desa untuk tetap mempertahankan Kelian
Banjar Dinas yang telah habis masa jabatannya dan
tidak dapat diangkat kembali mengingat batasan
umurnya telah melebihi 43 tahun
Jawaban tidak termasuk dalam ruang lingkup
materi muatan Perda Badung 32007, akan
tetapi perlu pendalaman untuk mengetahui
kemungkinan diatur dalam Perda lain.
2 Apakah kondisi tersebut menyebabkan
pemerintahan desa tidak optimal
memberikan pelayanan kepada
masyarakatnya? Permasalahan seperti
dikemukakan di atas mengakibatkan tidak
optimalnya pelayanan kepada masyarakat, karena
Kelian Banjar Dinas tersebut tidak tidak memiliki dasar
hukum untuk menjalankan tugas sebagai Kelian Banjar
Dinas. Jawaban tidak termasuk
dalam ruang lingkup materi muatan Perda
Badung 32007, akan tetapi perlu pendalaman
untuk mengetahui kemungkinan diatur dalam
Perda lain.
3 Apakah masyarakat pernah mengajukan
keluhan terhadap kondisi tersebut?
Ada keluhan dari masyarakat yang
disampaikan dalam rapat- rapat koordinasi Perbekel
dengan Camat ke BPMD Pemdes.
Sedangkan keluhan dari Kelian Banjar Dinas,
dilakukan melalui protesdemo yang pernah
dilakukan ke Kantor Bupati, yang selanjutnya ditindak
lanjuti dengan mengajak perwakilan Kelian Banjar
Dinas berkonsultasi ke Dirjen PMD pada
Kementerian Dalam Negeri. Jawaban tidak termasuk
dalam ruang lingkup materi muatan Perda
Badung 32007, akan tetapi perlu pendalaman
untuk mengetahui kemungkinan diatur dalam
Perda lain. Masalah tersebut
menyangkut pengangkatan perangkat
desa.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
31
Praktik penyelenggaraan dan kondisi yang ada adalah tidak bekerjanya Pasal 3 ayat 1 Perda Badung 32007 yang menentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Sekaligus ini merupakan permasalahan yang perlu
dicarikan solusinya. Permasalahannya adalah Desa di Kabupaten Badung belum
tepatnya adalah tidak memiliki Peraturan Desa tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa. Sekalipun tidak memiliki Peraturan Desa, Desa-desa di Badung langsung mengacu pada Perda No.
32007 dan menetapkan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. Permasalahan tersebut kemungkinan akan terulang lagi dalam
periode berlakunya pengaturan yang baru. Oleh karena itu perlu dirumuskan ketentuan berkenaan dengan mekanisme pelaksanaan dan
evaluasi atau strategi implementasi dalam peraturan yang baru. Permasalahan lainnya mengenai rincian tugas dan wewenang
perangkat desa. Tidak terdapat pengaturannya dalam peraturan lama dan tidak mendapatkan data primer tentang hal itu. Hal ini memerlukan rincian
tugas dan wewenang perangkat desa di dalam perda yang akan dibentuk, sehingga menjadi jelas tanggung jawab perangkat desa.
D. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU YANG AKAN DIATUR DALAM PERATURAN DAERAH TERHADAP
ASPEK KEHIDUPAN
MASYARAKAT DAN
DAMPAKNYA TERHADAP ASPEK BEBAN KEUANGAN DAERAH
Sesuai dengan judul tersebut di atas, maka Bagian ini menguraikan implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam peraturan daerah
terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Perda terhadap aspek beban keuangan
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
32
daerah. Untuk itu diajukan sejumlah pertanyaan kepada SKPD terkait. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 2.6. Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam Peraturan Daerah Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya
Terhadap Aspek Beban Keuangan Daerah
PERTANYAAN JAWABAN
ANALISIS 1. Implikasi penerapan
sistem baru yang akan diatur dalam
peraturan daerah terhadap aspek
kehidupan masyarakat.
1 Apakah penerapan sistem baru yang
akan diatur dalam Perda menimbulkan
pengaruh positif misalnya
menguntungkan terhadap aspek
kehidupan masyarakat?:
Siapakah yang diuntungkan?;
Mengapa menguntungkan?
Penerapan sistem baru yang akan dibentuk
tentu memberikan pengaruh positif
khususnya untuk memberikan kepastian
hukum dan pedoman bagi para pemangku
kepentingan pemerintah daerah, masyarakat desa
dan perangkat desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Menekankan pada unsur
kepastian hukum dari trilogi keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian hukum.
2 Apakah penerapan sistem baru yang
akan diatur dalam Perda menimbulkan
pengaruh negatif misalnya
merugikan terhadap aspek kehidupan
masyarakat?; Siapa yang dirugikan?;
Mengapa dirugikan? Penerapan sistem baru
juga akan merugikan bagi para kelian Banjar
Dinas yang habis masa jabatannya tetapi tidak
bisa diangkat lagi karena umur lebih dari 42 tahun.
Jawaban tidak termasuk dalam ruang lingkup
materi muatan Perda Badung 32007, akan
tetapi perlu pendalaman untuk mengetahui
kemungkinan diatur dalam Perda lain.
Masalah tersebut menyangkut
pengangkatan dan masa jabatan perangkat desa.
2. Dampaknya penerapan sistem
baru yang akan diatur dalam Perda
terhadap aspek beban keuangan
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
33
daerah. 1 Apakah penerapan
sistem baru yang akan diatur dalam
Perda memberikan beban keuangan
daerah. Penerapan sistem baru
yang akan diatur dalam perda akan memberikan
beban kuangan daerah khususnya dalam
melaksanakan kewenangan berkenaan
dengan perangkat desa. Misalnya seperti perlu
adanya rekomendasi Camat dalam
pengangkatan perangkat desa Kaur dan Kelian
Banjar Dinas. Untuk menghindari masalah
hukum terhadap rekomendasi yang akan
dikeluarkan maka Camat akan melakukan rapat
untuk mengkaji berkenaan rekomendasi
tersebut. Perlu pendalaman
tentang memberikan beban kuangan daerah
khususnya dalam melaksanakan
kewenangan berkenaan dengan perangkat desa
2 Dalam hal memberikan beban,
seberapa banyak beban yang
ditimbulkan pada keuangan daerah
dari PAD, 5 dari pengeluaran daerah,
5 dari ... dalam APBD?
Secara prosentase, beban yang ditimbulkan
untuk penerapan sistem baru tersebut sangat
kecil dari APBD Kabupaten Badung dan
melekat dalam Rencana Kegiatan anggaran RKA
di masing-masing SKPD yang membidangi
pemerintahan desa. Tanpa menyebut
prosentase, namun secara kualitatif
disebutkan bebannya kecil.
3 Apakah beban atau biaya itu lebih kecil
atau lebih besar dari manfaatnya?
Beban yang ditimbulkan lebih kecil dari manfaat
yang diperoleh, karena pentingnya penerapan
sistem baru yang akan diatur dalam Perda yang
akan dibentuk menyesuaikan dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan
peraturan pelaksanaannya sebagai
Secara kualitatif disebutkan bahwa biaya
lebih kecil dari manfaat, mengingat pentingnya
penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
Perda yang akan dibentuk.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
34
payung hukum dan pedoman bagi para
pemangku kepentingan.
SKPD terkait, dalam hal ini Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Badung mengemukakan pendapatnya, bahwa peraturan
daerah yang akan dibentuk akan memberikan pengaruh positif, yakni memberikan kepastian hukum dan pedoman bagi para pemangku
kepentingan pemerintah daerah, masyarakat desa dan perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Terhadap beban yang ditimbulkan untuk penerapan peraturan yang baru
terhadap APBD Kabupaten Badung, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Badung menyatakan beban tersebut
sangat kecil dari APBD Kabupaten Badung dan melekat dalam Rencana Kegiatan anggaran RKA di masing-masing SKPD yang membidangi
pemerintahan desa. Dikaitkan dengan manfaatnya, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Badung menyatakan bahwa beban yang
ditimbulkan lebih kecil dari manfaat yang diperoleh, karena pentingnya penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Perda yang akan dibentuk
menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan peraturan pelaksanaannya sebagai payung hukum dan pedoman bagi para
pemangku kepentingan. Dengan perkataan lain, biaya lebih kecil dari manfaatnya.
Uraian tersebut di atas menunjukan urgensi penyusunan Peraturan Daerah tentang Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa di Kabupaten Badung. Ini berkaitan dengan dengan asas perlunya pengaturan.
Asas perlunya pengaturan het noodzakelijkeheids beginsel
merupakan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
35
baik beginselen van behoorlijke regelgeving yang bersifat formal dalam
pembagian I.C. van der Vlies, yang diikuti A. Hamid S. Attamimi. Asas ini untuk memastikan pencapaian tujuan memang harus dilakukan dengan
membuat suatu peraturan dan bermaksud untuk menghindarkan kemungkinan dikeluarkannya suatu peraturan yang sebenarnya tidak
diperlukan. Asas ini tumbuh karena selalu terdapat alternatif untuk menyelesaikan suatu masalah pemerintahan selain dengan membentuk
peraturan perundang-undangan.
24
Asas perlunya pengaturan, dalam UU No 122011, disebut sebagai asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, bahwa setiap Peraturan
Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Pasal 5 huruf e dan Penjelasannya.
25
24
I.C. van der Vlies, 2005,
Buku Pegangan Perancangan Peraturan Perundang- undangan
, terjemahan Linus Doludjawa dari judul asli:
Handboek Wetgeving
, Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI, hlm. 271-274, 284. A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara , Disertasi
Doktor, Jakarta: Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia, hlm. 338, 345. Yuliandri, 2007, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik dalam Rangka
Pembuatan Undang-Undang Berkelanjuan , Disertasi Doktor, Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga, hlm. 142-145.
25
Asas perlunya pengaturan juga dikenal dalam praktek pembuatan kebijakan publik pada negara-negara
anggota
Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Organization for Economic Cooperation and Development
OECD, yang terlingkup dalam Analisis Dampak Peraturan
Regulatory Impact Analysis
atau RIA. RIA adalah sebuah metode yang bertujuan menilai secara sistematis pengaruh negatif dan positif peraturan
yang sedang diusulkan ataupun yang sedang berjalan. Salah satu prinsipnya adalah regulasi efektif minimum, bahwa untuk menjamin iklim peraturan yang kondusif, maka
peraturan hanyalah merupakan kebutuhan minimum untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya, memang ada masalah yang nyata dan perlu dipecahkan, serta tidak
ada alternatif non-peraturan yang tersedia untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu langkah yang dianjurkan program RIA adalah pemilihan alternatif tindakan yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk alternatifnya adalah 1
self regulation
; 2
quasi regulaton
; dan 3
explicit regulation
. Ida Nurseppy, Paryadi, dan David Ray, 2002, Buku Pedoman Kaji Ulang Peraturan Indonesia , Disampaikan pada
Seminar 28 Nopember, Nusa Dua Provinsi Bali, Kerjasama Balitbang Indag Depperindag, Disperindag Provinsi Bali, PEG, USAID, hlm. 4-5, 10-11.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
36
Jadi, pemikiran yang melandasi perlunya peraturan daerah yang baru mengenai pedoman struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa,
dalam pemahaman BPMD Badung, adalah untuk memberi kepastian hukum bagi pemerintahan desa dalam penyusunan struktur organisasi dan
tata kerja pemerintah desa dan bagi SKPD terkait dalam melakukan melakukan fasilitasi, pembinaan dan pengawasan.
Perlunya peraturan daerah yang baru tersebut sejalan dengan asas- asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik
beginselen van behoorlijke regelgeving yang dikenali secara teoritik, yakni asas
perlunya pengaturan het noodzakelijkeheids beginsel dan secara hukum
positif dikenal sebagai asas kedayagunaan dan kehasilgunaan.
LAPORAN PENELITIAN HUKUM
|hn-doc-sotk-bdg-2015|Naskah Akademik Ranperda Kabupaten Badung tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
37
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT