35
Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kulit mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari,
kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak. Sehingga sel-sel mati yang bertumpuk pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit
menjadi kurang halus. Akibatnya kulit tampak lebih kasar Bogadenta, 2012.
4.2.3. Pore pori
Hasil pengukuran besarnya pori pada kulit dari semua kelompok marmut dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.7
Data besarnya pori pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak daun teh hijau 0,02, 0,2, 2 dan vitamin C 2 pada saat sebelum penyinaran,
setelah penyinaran, serta pemulihan pada minggu ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4.
F O
R M
U L
A M
A R
M U
T
Pore pori Sebelum
penyinaran Setelah
penyinaran Pemulihan
minggu I Pemulihan
minggu II Pemulihan
minggu III Pemulihan
minggu IV I
1 35
94 75
63 62
46 2
37 63
62 60
50 46
3 24
96 73
46 41
37 32±7,00
84,3±18,50 70±7,00
56,3±9,07 51±10,53
43±5,19 II
1 27
86 48
44 44
31 2
8 58
54 39
24 20
3 5
75 33
33 22
20 13,3±11,93
73±14,10 45±10,81
38,7±5,50 30±12,16
23,7±6,35 III
1 37
100 56
56 46
35 2
12 69
52 44
30 19
3 14
98 60
27 25
18 21±6,89
89±17,34 56±4,00
42,3±14,57 33,7±10,96
22,3±8,14 IV
1 12
43 43
44 33
20 2
20 100
100 50
43 20
3 16
46 44
27 24
24 16±2,30
63,00±27,61 62,33±28,55
40,33±11,54 33,33±9,50
21,33±2,67 V
1 20
65 58
48 39
20 2
20 75
37 29
25 20
3 24
50 44
41 41
41 21,33±,30
63,33±12,5 46,33±10,6
39,33±9,0 35,00±8,7
27,00±12,1
Keterangan : Formula I : Marmut kelompok blanko
Formula II : Marmut kelompok ekstrak daun teh hijau 0,02
Formula III : Marmut kelompok ekstrak daun teh hijau 0,2
Formula IV : Marmut kelompok ekstrak daun teh hijau 2
36
Formula V :Marmut kelompok viamin C 2 sebagai
pembanding Parameter hasil pengukuran
0 - 19 : Kecil
20 - 39 : Beberapa besar
40 - 100 : Sangat besar
Gambar 4.3 Grafik rata-rata besarnya pori pada kulit marmut kelompok blanko, daun
teh hijau 0,02, 0,2, 2 dan vitamin C 2 pada saat sebelum dan setelah penyinaran serta pemulihannya pada minggu ke-1, ke-2, ke-3 dan
ke-4.
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semua kelompok marmut yang sebelum penyinaran memiliki ukuran pori yang kecil kecuali pada
marmut kelompok blanko dengan ukuran pori rata-rata beberapa besar sebelum penyinaran. Perhitungan secara statistik dengan Anova menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan pada saat sebelum penyinaran dan setelah penyinaran p0,05. Pada pemulihan disetiap minggunya, terjadi penurunan ukuran pori-pori
kulit pada setiap kelompok marmut. Perhitungan statistik Anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p 0,05 mulai pada minggu ke-3 dan ke-4.
Kelompok blanko mempunyai perbedaan yang signifikan pada pemulihannya di
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Sebelum UV Setelah UV pemulihan I pemulihan II pemulihan III pemulihan IV
b e
sa rn
y a
p o
ri
Pore
blanko Daun teh hijau 0,02
Daun teh hijau 0,2 Daun teh hijau 2
vitamin C 2
37
minggu ke-3 yaitu antara kelompok yang menggunakan ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis L. 0,2 dan vitamin C. Hal yang sama terjadi pada pemulihan
minggu ke-4, didapat perbedaan yang signifikan antara marmut kelompok blanko dengan kelompok ekstrak daun teh hijau konsentrasi 2 p 0,05.
Dari Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa konsentrasi 0,2 dan 2 ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis L. memberikan hasil yang hampir sama yaitu
dapat mengembalikan ukuran pori kembali ke normal pada pemulihan minggu ke- 4. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan konsentrasi 0,2 ekstrak
daun teh hijau sudah dapat memberikan aktivitas antioksidan minimum yang dapat mengecilkan ukuran pori-pori pada kulit.
Bogadenta 2012 menyebutkan, bahwa tanda-tanda penuaan dini salah satunya pori-pori kulit tampak membesar. Hal ini disebabkan selain karena
bertambahnya usia pori-pori kulit akan menjadi semakin besar karena semakin berkuranya elastisitas juga dikarenakan sering terkena sinar matahari secara terus
menerus sehingga sel-sel kulit mati menumpuk. Banyaknya aktivitas meningkatkan suhu tubuh yang akan memperbesar ukuran pori.
4.2.4. Spot Noda