Hasil penelitian di LP Anak tentang tindak pidana Narkotika yang dilakukan anak

53 tanpa sepengetahuan orang tua anak mengeksplorasikan tindakannya tanpa ia sadari bahwa tindakannya tersebut adalah termasuk dari tindakan kriminal. 93

C. Hasil penelitian di LP Anak tentang tindak pidana Narkotika yang dilakukan anak

Berdasarkan hasil penelitian diatas, mengenai alasan mengapa para terdakwa melakukan tindak pidana narkotika ,sesuai dengan teori sebab terjadinya kejahatan yang telah di uraikan diatas, yaitu faktor lingkungan sebagai pemicu anak melakukan kejahatan tersebut. Oleh sebab itu sangat diperlukannya pengawasan dari orang tua kepada anak-anaknya yang mulai mengalami perubahan beranjak kearah remaja. Tabel hasil penelitian Tindak Pidana di LP Kelas II A Anak Tanjung Gusta Medan Tahun 2015 No Jenis Kejahatan Pengaturan Pasal KUHPUU Jumlah Kasus 1 Kesusilaan 281-297 4 2 Perjudian 303 12 3 Penculikan 324-336 1 4 Pembunuhan 338-350 19 5 Penganiayaan 351-356 6 6 Pencurian 361-364 178 7 Perampokan 365 89 8 Pemerasan 368-369 3 9 Penggelapan 372-375 20 10 Penipuan 378 10 11 Penadahan 380-381 7 12 Narkotika UU NO. 35 Tahun 2009 212 13 Perlindungan Anak UU NO. 35 Tahun 2014 82 Berdasarkan uraian table diatas, diketahui bahwa jumlah tertinggi Kejahatan Tindak Pidana yang dilakukan oleh para narapidana di LP Kelas II A Anak Medan Tanjung Gusta adalah Tindak Pidana Narkotika, yang rata-rata dari mereka adalah sebagai Penyalahguna Narkotika. 93 Hasil Wawancara dengan Narapidana pelaku tindak pidana narkotika 54 Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pelaku Tindak Pidana Narkotika tersebut, ternyata diketahui bahwa latar belakang dari mereka adalah anak-anak yang tidak lagi mengikuti pendidikan wajib belajar 9 tahun, alias putus sekolah karena keterbatasan biaya sehingga kegiatan sehari- hari yang mereka laluipun tidak terarah dan bergaul bebas dengan teman-teman yang memliki latar belakang sebagai pemakai obat terlarang tersebut. 94 94 Hasil penelitian di LP Kelas II A Anak Medan Tanjung Gusta Dari hasil penelitian tersebut, terbukti bahwa sasaran utama kejahatan narkotika adalah generasi muda bangsa, padahal “ Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan dan bangsa di masa depan. Oleh sebab itu, upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah dan orang tua adalah pengawasan yang lebih efisien terhadap anak agar anak tidak terjerumus dalam kasus Tindak Pidana Narkotika. 55

BAB III PENGATURAN SANKSI TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

NARKOTIKA A. Ketentuang Pidana Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana kita ketahui kejahatan narkotika sudah sedemikian rupa hingga perlu pengaturan yang sangat ketat bahkan cenderung keras. Perumusan ketentuan pidana yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika telah dirumuskan sedemikian rupa dengan harapan akan efektif serta mencapai tujuan yang dikehendaki, oleh karena itu penerapan ketentuan pidana pidana Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika haruslah pula dilakukan secara ekstra hati-hati. Pemahaman yang benar atas setiap ketentuan pidana yang telah dirumuskan akan menghindari kesalahan dalam praktik. Setidaknya ada dua hal pokok yang dapat ditemukan dari rumusan pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu adanya semangat memberantas peredaran tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika serta perlindungan terhadap pengguna narkotika. Konsekuensi kedua semangat tersebut tersebut adalah peredaran tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika diberikan sanksi keras, sedangkan pecandu narkotika maupun korban penyalahguna narkotika didorong memperoleh perawatan melalui rehabilitasi. Begitu semangatnya, hingga khusus pecandu narkotika maupun korban penyalahguna narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap orang tua, keluarga korban bahkan masyarakat yang mengetahui adanya pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika, tetapi tidak melaporkan pengetahuannya tersebut mendapat ancaman pidana Pasal 131. Semangat memberantas peredaran tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika serta melindungi pecandu narkotika dan korban penyalahguna narkotika dengan mendorong menjalani