Mashab antropologi-mashab Italia. Sistematika Penulisan

22

2. Mashab antropologi-mashab Italia.

Mashab Anthropologi –Italia disekitar permulaan tahun 30 dan 70 abad ke 19. Antara lain pelopor mashab ini adalah ahli pherenolog Gali dan Spurzheim walaupun pelajarannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. 38 Olehnya juga diadakan penyelidikan mengenai tengkorak-tengkorak dari penjahat, yang memeberikan kesimpulan bahwa kadang-kadang kelainan yang ditemukan tersebut mempunyai sifat pathologis. 39 Pelajut teori ini antara lain H. Lauvergne 1797-1859 disamping menguraikan pendapatnya yang bersifat phrenology yang kemudian tidak benar, tetapi terdapat juga hasil penelitian yang penting mengenai kewajiban dan masyarakat. 40 Arti dari pada komponen-komponen pathologi berhubungan erat dengan kejahatan. Terbukti dari penyelidikan Pinel dan esquirol bahwa sakit gila dalam beberapa hal, dapat menyebabkan kejahatan, 41 . Kita sudah mengetahui bahwa Pinel dan Esquirol juga membuktikan bahwa sakit gila dalam beberapa hal dapat menyebabkan kejahatan. Ilmu kedokteran pada waktu itu cenderung sekali untuk memandang seorang penjahat sebagai penderita penyakit. 42 C.G. Carus 1789-1869 yang menyatakan adanya cirri-ciri pada tengkorak orang-orang jahat sebagai tanda-tanda yang menggambarkan bahwa jiwanya kurang sehat. P. Brosca 1824-1880 mengatakan berdasarkan penyelidikan tentang tengkorak dari si penjahat, ternyata keadaannya yang tidak biasa mempunyai sifat pathologis. Pinel dan Esquirol menyatakan bahwa sakit gila dapat menyebabkan kejahatan. 43 38 Ibid, hal 38 39 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Medan, USU PRESS, 1994, hal 30 40 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit 1999, hal 38 41 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit 1994, hal 30 42 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 74 43 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit 1999, hal 39 23 Sealiran dengan ajaran dari Esquirol tentang monomani, ialah pekerjaan dari J.C. Prischard 1786-1848 seorang Inggris ahli anthropologi dan psychiatri pengarang dari “Treatise on insanity and other disorders affecting the mind’ 1835. Diagnosa gejala penyakit ‘moral insanity’ tidak dapat merasakan baik-buruknya suatu perbuatan menurut moral, tanpa ada gangguan jiwa lainnya, dilakukan pertama-tama olehnya. 44 P. Lucas 1805-1885 menyatakan sifat jahat pada hakekatnya sudah dimulai dari kelahiran dan didapat dari keturunan. Keadaan sekitarnya juga mempunyai pengaruh tetapi kadang-kadang saja. A.B. Morel 1809-1873 mengajarkan teori degenerasi yang menerangkan bahwa manusia biasa karena pengaruh-pengaruh keadaan-keadaan yang tidak baik dalam beberapa keturunan merosot sifatnya. Kemerosotan sifat-sifat dapat menyebabkan kejahatan. 45 H. Maudsley 1835-1818 dalam bukunya : Physiology and pathology of mind 1867 dan terutama dalam bukunya : Crime and Insanity 1872 ; bahwa sebagian dari penjahat adalah sejenis umat manusia yang merosot sifatnya. Ia menyatakan : Antara kejahatan dan kegilaan terdapat suatu daerah yang netral ; pada suatu pihak, kita lihat sedikit hal kegilaan dan banyak kebusukan ; pada pihak yang bertentangan tampak bahwa kebusukan adalah kurang dan kegilaan berkuasa. 46 Yang paling terkemuka dari mashab Italia ialah seorang dokter C. Lombroso 1835-1909, mula- mula guru besar dalam ilmu kedokteran kehakiman, kemudian juga dalam ilmu penyakit jiwa di E. Dally 1833-1887 dalam penentangannya yang sangat baik terhadap ajaran mengenai kemauan bebas, ‘Considerations surles criminels et sur les alienes criminels au point de vue de la responsabilite’ 1863, menunjuk kepada kesejenisan, dalam kasus-kasus tertentu daripada sakit gila dan kejahatan.’ Le crime et la folie sont deux forms de la decheance organique-cerebromentale’ 1a.b. 44 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit, hal 74 45 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39 46 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 30-31 24 Turijin. 47 Lombroso berpendapat bahwa manusia yang pertama adalah penjahat sejak lahirnya. 48 Suatu contoh : Pembunuhan anak anak yang baru lahir banyak terjadi dikalangan orang yang masih sederhana peradabannya yang hidup masih mengembara dan oleh mereka sendiri tidak dipandang sebagai perbuatan jahat. Keterangan mengapa mereka berbuat demikian ialah berhubungan dengan sulitnya penghidupan, yang memaksa mereka berbuat demikian, jika tidak berbuat demikian seluruh kelompok akan musnah. Namun, pada suatu masa tertentu pandangan terhadap orang-orang buas, jahat bukanlah suatu pengecualian, tetapi suatu aturan hukum, karena itu pula tak ada yang memandangnya sebagai kejahatan dan perbuatab demikian disamakan saja dengan tindakan-tindakan yang sama sekali tak dapat dicela. Lombroso membuktikan rumusan ini tanpa kritikan dan sering dicari dari sumber yang paling buruk, bahan-bahan untuk membuktikan, bahwa orang lelaki yang peradabannya penjahat dari sejak lahirnya pencuri, suka memperkosa dan membunuh dan kalau perempuan adalah pelacur. 49 Ini semua bukan karena kebengisan atau kurang cinta terhadap anaknya. Steimetz membuktika, bahwa bangsa yang sederhana peradabannya memelihara anak-anaknya yang dapat hidup langsung dengan segala kecintaan dan perhatian. Kejadian yang sama ialah membunuh orang yang sudah tua atau bunuh diri dalam suku bangsa yang mengembara. 50 Kesimpulan dari penyelidikan ialah : bahwa para penjahat dipandang dari sudut anthropologi, mempunyai tanda-tanda tertentu umpamanya pencuri isi tengkoraknya kurang dari pada yang lain, terdapat kelainan dari pada tengkoraknya. Juga dalam otaknya terdapat keganjilan yang seakan-akan memperingatkan pada otak hewan, biarpun tidak dapat ditunjukan adanya kelainan-kelainan penjahat yang khusus. Berdasarkan pandangan ini, Lombroso mengadakan penyelidikan secara anthropologi mengenai penjahat-penjahat yang terdapat dalam rumah penjara dan terutama mengenai tengkoraknya. 47 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 74-75. 48 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39 49 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 31 50 Prof. Mr. W.A.Bonger, pengantar tentang kriminologi, Op. cit hal 80 25 Roman mukanya juga lain dari pada orang biasa; tulang rahang lebar, muka menceng, tulang dahi melekung kebelakang dan lain-lain, terdapat padanya. Juga kurang perasaannya, suka akan tatouage seperti halnya pada orang yang masih sederhana peradabannya. Kesimpulan ialah : penjahat umumnya dipandang dari sudut anthropologi, merupakan suatu jenis manusia tersendiri, seperti halnya dengan bangsa Negro yang dilahirkan sedemikian rupa tidak mempunyai predisposisi untuk kejahatan, tetapi suatu predistinasi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat merobah bentuk rupa. Sifat sejak lahir ini juga dapat dikenal dari adanya stigma-stigma lahir, jadi terdapat suatu type Nego yang dapat dikenal, demikian juga halnya dengan penjahat. 51 Untuk menerangkan bagaimana caranya terjadi makhluk yang abnormal penjahat dari kelahiran Lombroso memajukan hypotesa bahwa mausia yang masih rendah peradabannya sifatnya tidak susila, jadi seorang penjahat adalah suatu kejahatan yang atavistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong-konyong mendapat sifat-sifat yang dekat, tetapi didalamnya kembali dari yang lebih dahulu yang dinamakan kemunduran dari keturunan. Di samping itu beliau berpendapat bahwa para penjahat dipandang dari sudut anthropologi mempunyai tanda-tanda tertentu. Juga dikatakannya bahwa penjahat pada umunya dipandang dari sudut anthropologi merupakan suatu macam manusia tersendirigenus homo deliquens. 52 51 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit ,1994, hal 32 52 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit ,1999, hal 39-40 Jelgersma dalam bukunya : De geboren misdadiger, mengupas hyphotese tentang timbulnya kejahatan tersebut. Sesudah melihat bahwa beberapa hasil pengamatan sesuai dengan sifat atavistis, ia menyatakan lebih lanjut : bahwa pada umumnya pendapat Lombroso menurut pendapat Jelgersma salah. Teori atavisme umumnya tidak berlaku untuk kebanyakan tanda-tanda degenerasi, semua ini merupakan penyimpangan yang tidak terdapat pada suku bangsa yang masih sederhana peradabannya. 26 Selanjutnya oleh Ottolenghi menyatakan bahwa pendapat ini tidak berlaku untuk degenerasi yang funsional. Penyimpangan pada panca indra lainnya tidak merupakan sifat-sifat yang dapat dinamakan atavistis malah sebaliknya mengikatkan kita pada kekuatan perobahan-perobahan yang pathologis 53 a. Setiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, disatu pihak dan social. Winkler dalam hal ini lebih berhati-hati dari pada Lombroso dalam mengeluarkan pendapatnya. Beliau tidak menyebutkan type penjahat, tetapi menyatakan berhubungan dengan bahan-bahan tersebut diatas, maka dengan insyaf hakim akan memilih orang-orang yang dahinya sempit dan tulang dagunya lebar. Enrico Ferri seorang murid dari Lombroso mengadakan beberapa perbaikan demi kelanjutan dari ajran-ajaran gurunya tersebut. Hal ini disebabkan Ferri menyadari bahwa pelajaran-pelajaran Lombroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Karena itu tanpa mengobah intinya, Ferri mengobah bentuknya dengan mengatakan faktor lingkungan ada juga mempengaruhinya. Di dalam bukunya Sosiologi Criminelle ia memberikan rumusan tentang timbulnya kejahatan : b. Keadaan social member bentuk pada kejahatan, tetapi berasal dari bakatnya yang biologis dalam arti sosial organis dan psikhis. Jadi berarti unsur individu tetap paling penting, walaupun ada faktor lain yang juga turut mempengaruhinya. Demikianlah pendapat-pendapat Lombroso yang senantiasa berobah-obah karena mendapat kritik sehat dan kemudian diselamatkan oleh Ferri. 54 53 Edi Warman, Selayang pandang tentang kriminologi, Op.cit, 1994, hal 33 54 Chainur Arrasyid, Suatu pemikiran tentang Psikologi Kriminal, Op.cit 1999, hal 41 27

3. Mashap lingkungan – mashab Prancis