E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman temulawak
Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menurut buku acuan
Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Dalimartha, 2000 untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar Curcuma
xanthorrhiza Roxb.
2. Penyiapan simplisia dan pembuatan serbuk rimpang temulawak
Rimpang temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. berumur ± 2 tahun sebanyak 200 kg diperoleh dari Samigaluh, Kulon Progo. Rimpang dicuci dengan
air mengalir untuk menghilangkan kotoran kemudian dilakukan sortasi basah untuk memisahkan rimpang temulawak dari kemungkinan adanya campuran
rimpang lain atau dari bagian tanaman lain. Rimpang dikupas kulitnya lalu diiris tipis-tipis dengan ketebalan
± 3 mm. Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam, untuk menyempurnakan pengeringan maka
dilakukan pengeringan dengan oven sebelum simplisia diserbuk, menggunakan suhu 50
o
C sampai simplisia kering ditandai dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Setelah simplisia kering, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan
kemungkinan pengotor yang masih tertinggal dan simplisia yang rusak. Setelah simplisia cukup kering ditandai dengan mudah patahhancur saat
diremas, simplisia tersebut diserbuk dengan menggunakan mesin penyerbuk. Selanjutnya diayak dengan pengayak no 824 Anonim, 1986. Serbuk yang
diperoleh kemudian ditempatkan dalam wadah plastik yang diluarnya ditutup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan kertas aluminium foil agar cahaya tidak dapat tembus, serta diberi silica gel sebagai pengawet.
3. Pembuatan ekstrak rimpang temulawak
Perbandingan pelarut dan serbuk yang digunakan adalah 1 bagian serbuk dengan 5 bagian pelarut Voigt, 1994, menggunakan pelarut etanol 96. Serbuk
yang ditimbang sebanyak 12 kg dilarutkan dengan 60 liter pelarut, lalu dimaserasi selama 4 hari Ansel, 1989. Setelah 4 hari maserat disaring dengan
menggunakan kain penyaring tambahkan etanol pada ekstrak ad 200 ml kemudian didiamkan selama 2 hari lalu didekantasi sehingga diperoleh cairan ekstrak yang
terpisah dari endapan hasil pendiaman. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipurifikasi atau pemurnian ekstrak temulawak dengan metode ekstraksi pelarut
menggunakan pelarut heksan. Perbandingan untuk proses purifikasi adalah 1 bagian ekstrak cair dengan 1 bagian heksan diamkan selama 10 menit untuk
memaksimalkan pemisahan. Bagian ekstrak bagian bawah pada corong pisah diambil lalu diuapkan di atas waterbath pada suhu 50-60
o
C sampai 19 bagian berat serbuk temulawak kering ±1,33 kg, ekstrak yang diperoleh kemudian
ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat.
4. Standarisasi ekstrak rimpang temulawak a. Pemeriksaaan organoleptis. Pemeriksaan ini meliputi warna, bau, rasa,
dan konsistensi ekstrak.
b. Uji daya lekat. Uji ini dilakukan menggunakan dua buah gelas objek.
Gelas objek ditandai seluas 2,5 x 2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang lebih 50 mg ekstrak diletakkan di titik tengah luasan tersebut, kemudian ditutup
dengan gelas objek yang lain dan ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5
menit. Kedua objek gelas yang saling berlekatan itu dipasang pada alat uji dengan
beban 80 gram. Dicatat waktu yang diperoleh sampai terpisahnya kedua objek gelas tersebut Voigt, 1994.
c. Uji viskositas. Uji ini menggunakan viscotester. Ekstrak dimasukkan
ke dalam bejana stainless steel dan dipilih rotor yang sesuai dengan konsistensi ekstrak. Rotor dipasang pada alat uji dan diatur sehingga rotor tercelup dalam
ekstrak dan alat uji dihidupkan. Dicatat skala yang ditunjukkan oleh jarum sesuai nomor rotor yang dipakai Voigt, 1994.
d. Uji kandungan lembab. Uji ini menggunakan metode gravimetri, ekstrak rimpang temulawak ditimbang seberat 10 g, dikeringkan dalam oven pada
suhu 105º C selama 5 jam. Setiap 60 menit ekstrak rimpang temulawak ditimbang hingga mencapai bobot konstan yakni sampai perbedaan kadar air antara dua
penimbangan berturut – turut tidak lebih dari 0,25 Anonim, 1995. Berikut rumus kadar air menurut Voigt 994 :
e. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak. Uji ini dilakukan dengan menimbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak secara seksama kemudian larutkan
dalam etanol sampai volume 5,0 ml, ditotolkan sebanyak 1µl pada lempeng silica gel 60 F
254
kemudian segera dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi fase gerak. Setelah dikembangkan segera keluarkan lempeng silica gel,
dikeringkan kemudian dideteksi dengan UV 254 nm dan UV 365 nm. MC =
100 x
akhir ekstrak
Bobot akhir
ekstrak Bobot
awal ekstrak
Bobot −
Fase diam : Lempeng silica gel 60 F
254
Fase gerak : Kloroform : etanol : air suling 25 : 0,96 : 0,04 Pendeteksi : Sinar UV 254 nm dan UV 365 nm
Sampel : Ekstrak rimpang temulawak Baku : Kurkumin hasil sintesis Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada Yogyakarta. Jarak pengembangan yang digunakan adalah 6,5 cm. Martono, 1996.
Ukur nilai Rf dari sampel kemudian dibandingkan dengan nilai Rf baku.
Rf = cm
an pengembang
jarak cm
bercak rambatan
jarak
f. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak. 1. Pembuatan kurva baku, penetapan recovery dan koefisien variasi CV
Timbang kurkumin sintesis lebih kurang 25,0 mg secara seksama, larutkan dalam etanol ad 25,0 ml larutan induk = 1,0 gl. Buat pengenceran
larutan induk dengan etanol hingga diperoleh seri larutan baku masing-masing 4 kali yang mengandung kurkumin 0,12; 0,14; 0,18; 0,23; dan 0,35
μgμl dengan volume pengambilan sebanyak 1,2 ml; 1,4 ml; 1,8 ml; 2,3 ml; dan 3,5 ml ad
etanol sampai 10,0 ml. Semua larutan baku harus terlindung dari cahaya. Larutan ditotolkan sebanyak 1
μl pada lempeng silica-gel 60 F
254
kemudian segera dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan campuran
kloroform : etanol : aquadest 25:0,96:0,04. Pengembangan dilakukan setinggi 6,5 cm, segera dikeringkan dan secepatnya discanning dengan densitometer pada
λ 420 nm. Kemudian dipilih salah satu dari 4 seri larutan baku untuk digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebagai kurva baku. Selanjutnya dihitung nilai perolehan kembali dan koefisien variasinya dari 3 seri larutan baku yang lain.
2. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak Timbang lebih kurang 25,0 mg ekstrak temulawak secara seksama
kemudian larutkan dalam 5,0 ml etanol. Ulangi sebanyak 6 kali, lakukan pemisahan secara kromatografi lapis tipis diikuti scanning densitometri seperti
pada larutan baku. Kadar kurkumin dalam ekstrak temulawak dihitung berdasarkan
kromatogram yang memiliki Rf sama dengan Rf kurkumin baku menggunakan persamaan regresi linier dari kurkumin baku. Selanjutnya dihitung kadar rata-rata
dan standar deviasinya SD Martono, 1996
5. Penetapan dosis ekstrak rimpang temulawak