Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak Penetapan Dosis Ekstrak Rimpang Temulawak

C. Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak

Serbuk rimpang temulawak yang diperoleh dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96 selama 4 hari. Sifat kurkumin yang kurang polar serta larut dalam etanol mendasari penggunaan etanol 96 sebagai cairan penyari. Diharapkan dengan menggunakan etanol 96 kurkumin dapat tersari secara optimum. Pemilihan metode maserasi dibandingkan dengan metode ekstraksi yang lain karena metode maserasi dapat menyari bahan dalam jumlah besar sekaligus. Selain itu proses maserasi dapat untuk menstandarisasi ekstrak berdasarkan pada prinsip osmolalitas atau kelarutan jenuh. Dengan demikian diharapkan jumlah kurkumin yang tersari dapat ditentukan sehingga menjamin reprodusibilitas ekstrak yang dihasilkan. Ekstrak yang diperoleh didiamkan selama 2 hari dengan tujuan untuk mengendapkan amilum yang terdapat di dalam ekstrak sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni Anonim, 2000. Amilum perlu dihilangkan karena keberadaan amilum dalam ekstrak akan mempengaruhi waktu larut granul effervescent yang dihasilkan. Selain itu dengan adanya amilum dalam ekstrak, maka amilum akan terikut saat menimbang ekstrak yang akan digunakan untuk membuat granul effervescent. Hal ini tentunya mengakibatkan dosis kurkumin yang digunakan menjadi tidak seragam. Untuk menghilangkan resin dan senyawa lain dalam ekstrak yang tidak dapat dipisahkan melalui pengendapan maka dilakukan proses purifikasi dengan menggunakan heksan dengan perbandingan 1 bagian ekstrak dipurifikasi dengan 1 bagian heksan dalam corong pisah. Proses selanjutnya adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menguapkanmemekatkan ekstrak cair sampai diperoleh ekstrak dengan berat 19 berat serbuk kering yang digunakan. Pemekatan berarti peningkatan jumlah parsial solut senyawa terlarut melalui proses penguapan pelarut sampai menjadi kondisi kering atau ekstraknya menjadi lebih kental Anonim, 2000.

D. Hasil Standarisasi Ekstrak Rimpang Temulawak

Tabel III. Hasil uji sifat fisik ekstrak rimpang temulawak Uji X ±SD Daya lekat detik 0,34 ± 0,01 Kekentalan d.Pas 1,68 ± 0,06 Kandungan lembab 32,88 ± 7,56 Keterangan: X = Rata-rata dari 6 kali replikasi SD = Standar Deviasi

1. Uji organoleptik

Konsistensi : cairan agak kental dan lengket Bau : khas aromatis Warna : coklat kehitaman Rasa : pahit

2. Uji daya lekat

Uji daya lekat dilakukan untuk mengkarakterisasi sifat fisik ekstrak rimpang temulawak agar kualitas bahan yang digunakan seragam. Standarisasi terhadap daya lekat ekstrak kental rimpang temulawak dilakukan karena daya lekat dapat mempengaruhi daya ikat terhadap serbuk. Kelengketan ekstrak rimpang temulawak dalam formulasi dapat berperan sebagai bahan pengikat pada pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak. Daya lekat ekstrak diukur menggunakan parameter waktu lekat. Waktu lekat adalah waktu yang diperlukan untuk memisahkan 2 gelas objek yang telah dilekatkan dengan ekstrak rimpang temulawak. Semakin besar waktu lekat maka daya lekat semakin tinggi, dan kekentalan ekstrak semakin tinggi. Untuk uji daya lekat berat ekstrak yang digunakan adalah 50 mg, berat ini dibuat sama untuk tiap kali uji, dengan tujuan agar tidak terjadi variasi hasil akibat perbedaan berat. Berdasarkan data yang diperoleh seperti yang tertera pada tabel VI, hasil rata-rata uji daya lekat ekstrak rimpang temulawak sebesar 0,34 ± 0,01 detik, dihitung dari rata-rata yang dibutuhkan untuk melepaskan gelas objek.

3. Uji viskositas

Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan ekstrak yang diperoleh. Alat yang digunakan adalah viscotester tipe VT-04 dengan mekanisme kerja berdasarkan hambatan pemutaran rotor, semakin kental bahan yang diuji hambatan putar rotornya juga semakin besar sehingga rotor yang digunakan adalah rotor dengan nomor yang semakin besar. Pengujian viskositas ekstrak rimpang temulawak yang dihasilkan menggunakan rotor nomor 3, berdasarkan dari hasil uji tabel VI didapatkan viskositas ekstrak rimpang temulawak sebesar 1,68 ± 0,06 d.Pas. Kekentalan ekstrak utamanya berpengaruh terhadap formulasi sediaan granul effervescent, jika ekstrak yang digunakan terlalu kental maka akan menyulitkan dalam penuangan ekstrak dan pada saat dicampur dengan bahan- bahan lain saat granulasi. Jika terlalu encer maka granul yang dihasilkan akan terlalu lembek. Viskositas menggambarkan kemampuan ekstrak untuk mengikat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahan menjadi granul, sehingga kekentalan ekstrak secara tidak langsung berpengaruh terhadap waktu larut sediaan.

4. Uji kandungan lembab

Sediaan dari bahan alam perlu diketahui kadar airnya untuk menjaga stabilitasnya dalam penyimpanan. Kadar air yang tinggi dalam suatu ekstrak dapat mengaktifkan enzim-enzim dalam bahan alam sehingga bahan tersebut tidak stabil dalam penyimpanan. Selain itu, keberadaan air didalam ekstrak yang terlalu tinggi dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi jamur, bakteri, dan mikroorganisme lainnya. Salah satu cara untuk menjaga stabilitas bahan alam adalah dengan cara menghilangkan air atau pelarut sampai kandungan lembab tertentu melalui proses pemanasan menggunakan suhu di atas 60ºC. Suhu ini mampu merusak enzim dalam bahan alam secara irreversible, sehingga mampu menjamin stabilitasnya Voigt, 1994. Pengujian kandungan lembab disini bertujuan untuk menstandarisasi ekstrak rimpang temulawak yang digunakan. Uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak dilakukan dengan cara menimbang berak ekstrak rimpang temulawak sebelum dan sesudah pemanasan 105 o C sampai perbedaan bobot dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,25 Anonim, 1995. Tetapi pada ekstrak rimpang temulawak yang dihasilkan tidak dapat mencapai bobot konstan dan perbedaan bobot dua kali penimbangan berturut-turut tidak bisa mencapai 0,25. Hal ini disebabkan karena pengaruh pemanasan yang terlalu tinggi mengakibatkan bahan organik terutama yang mengandung rantai karbon akan terurai menjadi H 2 O dan CO 2 yang ikut menguap sehingga bobot ekstrak tidak pernah konstan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Oleh karena itu pemanasan dihentikan pada saat perbedaan bobot dua kali penimbangan berturut-turut mendekati 0,25 atau pada saat perbedaannya paling kecil. Berdasarkan hasil perhitungan tabel VI didapatkan kandungan lembab pada ekstrak rimpang temulawak sebesar 24,56 ± 4,01 .

5. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak

Tabel IV. Hasil uji KLT ekstrak rimpang temulawak Warna bercak Rf Visible UV 254 nm UV 365 nm Kurkumin baku 0,54 kuning kuning kecoklatan putih kekuningan Bercak 1 0,54 kuning kuning kecoklatan putih kekuningan Bercak 2 0,39 kuning kuning kecoklatan putih kekuningan Uji kualitatif kurkumin bertujuan untuk memastikan bahwa di dalam ekstrak rimpang temulawak terkandung senyawa kurkumin. Selain itu keberhasilan metode densitometri sangat dipengaruhi keberhasilan teknik pemisahan. Pemisahan dilakukan dengan KLT menggunakan fase gerak yang dapat memisahkan senyawa dari sampel yang ditotolkan sehingga dihasilkan bercak kurkumin yang utuh dan mempermudah dalam scanning. Pengukuran dilakukan terhadap bercak yang mempunyai warna dan harga Rf yang sama dengan kurkumin baku. Untuk dapat melihat bercak dengan jelas dan untuk memastikan bahwa bercak tersebut tunggal maka dilakukan deteksi dengan menggunakan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm. Berdasarkan hasil pengukuran tabel VII didapatkan nilai Rf untuk kurkumin baku sebesar 0,54 dengan warna kuning visible, kuning kecoklatan UV 254 nm, dan putih kekuningan UV 365 nm. Sedangkan pada sampel ditemukan 2 bercak yang diduga merupakan kurkumin serta turunannya yaitu demetoksikurkumin. Nilai Rf bercak 1 sebesar 0,54, dan nilai Rf bercak kedua sebesar 0,39 warna yang dihasilkan oleh kedua bercak tersebut sama dengan warna kurkumin baku, dari hasil Rf maka dapat disimpulkan bahwa bercak 1 adalah kurkumin karena nilai Rf nya sama dengan Rf kurkumin baku sedangkan bercak 2 diduga sebagai bercak demetoksikurkumin. Hasil uji kualitatif kurkumin ekstrak rimpang temulawak tersaji dalam gambar berikut: B B B X X X B B B Gambar 3a. Foto uji KLT UV 254 nm 1 1 1 2 2 2 B B B X X X B B B Gambar 3b. Foto uji KLT UV 365 nm Keterangan gambar KLT B = baku X = sampel 1 = bercak 1 kurkumin 2 = bercak 2 demetoksikurkumin Fase diam : silica gel 60 F 254 nm Fase gerak : Kloroform : etanol : aquadest 25 : 0,96 : 0,04 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak

a. Pembuatan kurva baku, penetapan recovery, dan koefisien variasi CV . Tabel V.Hubungan kadar kurkumin baku dengan AUC Kadar kurkumin µgµl AUC x 10 5 0,12 0,27107 0,14 0,32107 0,18 0,50799 0,23 0,70440 0,35 1,20423 a = -0,2369 b = 4,1110 r = 0,9995 Hasil analisis hubungan antara kadar kurkumin vs kromatogram dengan persamaan regresi korelasi, diperoleh persamaan garis regresi untuk kurva baku Y = 4,1110X-0,2369 dengan nilai koefisien korelasi r = 0,9995. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara kadar kurkumin dengan kromatogram karena nilai r 0,999 Mulja dan Hanwar, 2003. Kurva hubungan antara kadar kurkumin dengan AUC dapat digambarkan sebagai berikut: 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 Area Kromatogra m x 10 5 Y = 4.1110X -0.2369 Kadar Kurkumin µgµl Gambar 4. Kurva baku hubungan antara kadar kurkumin dengan AUC Tabel VI.Penetapan recovery dan nilai CV Kadar µgµl Rata-rata Recovery CV 0,12 98,67 0,34 0,14 101,38 0,35 0,18 99,65 1,62 0,23 99,48 0,74 0,35 100,94 0,96 Berdasarkan tabel VI menunjukkan bahwa metode analisis ini cukup valid dan dapat digunakan untuk analisis kadar kurkumin dalam suatu sampel. Hal ini didasarkan pada koefisien variasi kurang dari 2 , nilai perolehan kembali masuk rentang 98-102 , dan r 0,999 Mulja dan Hanwar, 2003. b. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak. Zat aktif yang berperan dalam temulawak adalah senyawa kurkumin. Untuk mengetahui berapa banyak ekstrak rimpang temulawak yang harus ditimbang, maka perlu untuk mengetahui kadar kurkumin yang terdapat dalam ekstrak yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 .

E. Penetapan Dosis Ekstrak Rimpang Temulawak

Berdasarkan hasil KLT-Densitometri didapatkan kadar rata-rata kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebesar 6,11 ± 0,39 tabel VIII. Dosis kurkumin sebagai penciut volume kandung empedu untuk 1 x minum sebesar 20 mg Lelo,A., Rasyid,A., Zain-Hamid,R., 1998. Sehingga berat ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah 327 mg. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Formulasi Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak