bahan menjadi granul, sehingga kekentalan ekstrak secara tidak langsung berpengaruh terhadap waktu larut sediaan.
4. Uji kandungan lembab
Sediaan dari bahan alam perlu diketahui kadar airnya untuk menjaga stabilitasnya dalam penyimpanan. Kadar air yang tinggi dalam suatu ekstrak dapat
mengaktifkan enzim-enzim dalam bahan alam sehingga bahan tersebut tidak stabil dalam penyimpanan. Selain itu, keberadaan air didalam ekstrak yang terlalu tinggi
dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi jamur, bakteri, dan mikroorganisme lainnya. Salah satu cara untuk menjaga stabilitas bahan alam
adalah dengan cara menghilangkan air atau pelarut sampai kandungan lembab tertentu melalui proses pemanasan menggunakan suhu di atas 60ºC. Suhu ini
mampu merusak enzim dalam bahan alam secara irreversible, sehingga mampu menjamin stabilitasnya Voigt, 1994.
Pengujian kandungan lembab disini bertujuan untuk menstandarisasi ekstrak rimpang temulawak yang digunakan. Uji kandungan lembab ekstrak
rimpang temulawak dilakukan dengan cara menimbang berak ekstrak rimpang temulawak sebelum dan sesudah pemanasan 105
o
C sampai perbedaan bobot dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,25 Anonim, 1995. Tetapi pada ekstrak
rimpang temulawak yang dihasilkan tidak dapat mencapai bobot konstan dan perbedaan bobot dua kali penimbangan berturut-turut tidak bisa mencapai 0,25.
Hal ini disebabkan karena pengaruh pemanasan yang terlalu tinggi mengakibatkan bahan organik terutama yang mengandung rantai karbon akan terurai menjadi
H
2
O dan CO
2
yang ikut menguap sehingga bobot ekstrak tidak pernah konstan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oleh karena itu pemanasan dihentikan pada saat perbedaan bobot dua kali penimbangan berturut-turut mendekati 0,25 atau pada saat perbedaannya paling
kecil. Berdasarkan hasil perhitungan tabel VI didapatkan kandungan lembab pada ekstrak rimpang temulawak sebesar 24,56 ± 4,01 .
5. Uji kualitatif ekstrak rimpang temulawak
Tabel IV. Hasil uji KLT ekstrak rimpang temulawak
Warna bercak Rf
Visible UV 254 nm
UV 365 nm Kurkumin
baku 0,54
kuning kuning
kecoklatan putih
kekuningan Bercak 1
0,54 kuning
kuning kecoklatan
putih kekuningan
Bercak 2 0,39
kuning kuning
kecoklatan putih
kekuningan
Uji kualitatif kurkumin bertujuan untuk memastikan bahwa di dalam ekstrak rimpang temulawak terkandung senyawa kurkumin. Selain itu
keberhasilan metode densitometri sangat dipengaruhi keberhasilan teknik pemisahan. Pemisahan dilakukan dengan KLT menggunakan fase gerak yang
dapat memisahkan senyawa dari sampel yang ditotolkan sehingga dihasilkan bercak kurkumin yang utuh dan mempermudah dalam scanning. Pengukuran
dilakukan terhadap bercak yang mempunyai warna dan harga Rf yang sama dengan kurkumin baku. Untuk dapat melihat bercak dengan jelas dan untuk
memastikan bahwa bercak tersebut tunggal maka dilakukan deteksi dengan menggunakan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm.
Berdasarkan hasil pengukuran tabel VII didapatkan nilai Rf untuk kurkumin baku sebesar 0,54 dengan warna kuning visible, kuning kecoklatan
UV 254 nm, dan putih kekuningan UV 365 nm. Sedangkan pada sampel ditemukan 2 bercak yang diduga merupakan kurkumin serta turunannya yaitu
demetoksikurkumin. Nilai Rf bercak 1 sebesar 0,54, dan nilai Rf bercak kedua sebesar 0,39 warna yang dihasilkan oleh kedua bercak tersebut sama dengan
warna kurkumin baku, dari hasil Rf maka dapat disimpulkan bahwa bercak 1 adalah kurkumin karena nilai Rf nya sama dengan Rf kurkumin baku sedangkan
bercak 2 diduga sebagai bercak demetoksikurkumin. Hasil uji kualitatif kurkumin ekstrak rimpang temulawak tersaji dalam
gambar berikut:
B B B X X X B B B
Gambar 3a. Foto uji KLT UV 254 nm
1 1
1
2 2
2
B B B X X X B B B
Gambar 3b. Foto uji KLT UV 365 nm
Keterangan gambar KLT B =
baku X =
sampel 1
= bercak 1 kurkumin 2
= bercak 2 demetoksikurkumin Fase diam
: silica gel 60 F
254
nm Fase gerak
: Kloroform : etanol : aquadest 25 : 0,96 : 0,04 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Uji kuantitatif ekstrak rimpang temulawak