a. Coping terhadap masalah

No Aspek Kesimpulan

1. a. Coping terhadap masalah

anak-anaknya b. Coping terhadap masalah kelumpuhannya. c. Coping terhadap masalah pasangannya. a. Masalah anak-anaknya : 1. Metode direct action: pergi ketempat anknya dan mengatakan langsung kepada anaknya tentang perasaannya 2. Metode seeking social support: Curhat dengan nenek peneliti agar anaknya dinasehati. b. Masalah kelumpuhannya : 1. Metode plainful problem solving: tidak bergantung kepada orang lain untuk melakukan tugasnya sehari-hari 2. Metode seeking social support: mencari informasi cara mengobati kelumpuhan pascastroke dan bertanya kepada dokter tentang makanan yang menjadi pantangan penderita stroke dan mendapatkan dukungan emosional dari anak-anaknya dimana hal ini dapat terlihat bahwa anaknyalah yang membawanya berobat alternatif. 3. Metode distancing: melakukan aktivitas- aktivitas diluar rumah dan lebih banyak melakukan-melakukan ibadah. 4. Metode self control: mengatur perasaannya dengan tidak bersedih atas kelumpuhannya dan melakukan hal-hal yang positif ketika ia mengalami kelumpuhan pascastroke. 5. Metode positive appraisal: Aisyah melihat sisi postif dari kondisinya saat ini dimana ia lebih dekat dengan Allah SWT dan juga lebih dekat dengan anak-anak dan cucu- cucunya sehingga ini membuatnya lebih tenang dalam menghadapi kondisinya 6. Metode cognitive redefinition: Aisyah melihat bahwa apabila ia tidak menerima kondisi kelumpuhannya pascastroke maka kondisnya akan semakin parah. Hal ini ia lihat dari teman- temannya sesama penderita stroke yang kondisinya semakin parah karena tidak menerima kondisi mereka. 7. Metode acceptance: Aisyah tidak menyalahkan siapa-siapa atas kelumpuhannya itu. Aisyah merasa bahwa kelumpuhan ini adalah karena faktor umur Universitas Sumatera Utara dan sudah ketentaun dari Allah SWT. 8. Metode religion: Aisyah mengalami kelumpuhan pascastroke maka ia lebih mendekatkandiri dengan Tuhan dengan memperbanyak melaksanakan ibadah- ibadah seperti melaksanakan shalat baik yang wajib maupun yang sunnat dan pergi mengaji. c. Masalah dengan pasangannya : 1. Metode confrontative: mengatakan langsung tentang perasaannya kepada suaminya meskipun akan berakibat pertengkaran. 2. Metode emotional discharge: curhat dengan nenek peneliti mengenai suaminya 3. Metode escapeavoidance: Pergi keluar rumah agar tidak melihat suaminya. C. Analisa Data Antar Partisipan Universitas Sumatera Utara Agar dapat melihat lebih mendalam tentang analisa data hasil wawancara antar partisipan, berikut di sajikan table yang memuat tentang analisa data antar partisipan berdasarkan faktor resiko stroke, gambaran penderitaan yang dialami, gambaran coping yang digunakan. Analisa banding diperlukan antar partisipan juga berguna untuk mengetahui sejauhmana kesamaan, perbedaan, saling melengkapi, dan kondisi antar partisipan Bastaman, 1996. Tabel 9. Analisa banding Antar Partisipan No Analisa Data Partisipan I Partisipan II 1 Faktor Resiko Stroke Tidak dapat dikontrol  Umur: 84 tahun  Jenis kelamin: Laki-laki  Umur: 71 tahun Dapat dikontrol  Hipertensi  Stres psikologis  Hipertensi  Stres psikologis 2 Gambaran Penderitaan  Gejala fisik  Serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal: kelumpuhan pada sebelah badan yang kiri hingga saat ini.  Baal: mati rasa sebelah kiri badan, dan sulit di gerakkan.  Gerakkan tidak terkoordinasi: kehilangan keseimbangan tubuh sehingga ketika berdiri masih sulit.  Mengalami kesulitan untuk berjalan sehingg berjalan harus dipapah oleh orang lain.  Serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal: kelumpuhan pada sebelah badan yang kiri hingga saat ini.  Baal: mati rasa sebelah kiri badan, dan sulit di gerakkan.  Gerakkan tidak terkoordinasi: kehilangan keseimbangan tubuh sehingga ketika berdiri masih sulit.  Gejala psikologis  Terkejut shock saat pertama kali mengalami kondisi kelumpuhan akibat stroke yang dideritanya.  Marah dengan kondisi kelumpuhan akibat stroke yang dideritanya.  Kelabilan emosi: merasa tidak sanggup manghadapi semuanya yang terjadi pada dirinya.  Depresi: ingin membunuh dirinya  Terkejut saat pertama kali mengalami kondisi kelumpuhan akibat stroke yang dideritanya. Dan merasa tidak berguna . Universitas Sumatera Utara agar tidak merasakan sakit lagi. 3 Gambaran Metode Coping Stres a. Coping terhadap masalah anak-anaknya. b. Coping terhadap masalah kelumpuhannya. c. Coping terhadap masalah pasangannya. d. Coping terhadap masalah kesepiannya. a. Coping terhadap masalah anak-anaknya: 1. Metode distancing: Muchtar tidak mau memikirkan permasalahan tingkah laku anak- anaknya. 2.Metode escapeavoidance: Untuk menghindari permasalahan anak- anaknya, Muchtar pergi jalan- jalan keluar rumah. b. Coping terhadap masalah kelumpuhannya. 1. Metode plainful problem solving: untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari ketika tidak ada yang dapat memapahnya karena Muchtar hidup berdua dengan istrinya yang juga lansia maka Muchtar berjalan dengan memegangi dinding-dinding rumahnya sampai ia ketempat tujuannya atau dengan memegangi benda- benda yang dapat menopang tubuhnya agar tidak jatuh. 2. Metode confrontative: Muchtar marah atas kondisinya saat ini a. Coping terhadap masalah anak- anaknya: 1. Metode direct action: ketika Aisyah mengalami masalah dengan anak-anaknya maka Aisyah akan langsung datang kerumah anaknya dan Aisyah akan langsung mengatakan kepada anaknya tentang perasaannya. 2. Metode seeking social support: ketika Aisyah tidak didengar oleh anak-anaknya maka ia akan curhat kepada nenek peneliti agar anak- anaknya dinasehati. b.Coping terhadap masalah kelumpuhannya: 1. Metode plainful problem solving: untuk mengerjakan keperluan sehari- hari Aisyah tidak dibantu oleh orang lain. Walaupun kaki kirinya tidak bisa digerakkan, tetapi ia berusaha untuk menggerakkannya sehingga ia tidak bergantung kepada orang Universitas Sumatera Utara dan ia tidak terima dengan kondisinya, bahkan Muchtar berpikir untuk mati dan pernah mencoba untuk membunuh dirinya dengan cara mengambil pisau dan ingin menggorok lehernya. 3. Metode seeking social support: Muchtar mencari informasi tentang bagaimana cara penyembuhan kelumpuhan akibat stroke dari tetangga yang juga terkena stroke dan sekarang sudah lumayan sembuh, dan juga Muchtar akan membeli semua obat- obatan yang dapat menyembuhkan kelumpuhan pascastroke yang ia dengar dari orang-orang. 4. Metode escapeavoidance: Muchtar selalu jalan-jalan keluar rumah dan pergi kerumah anaknya agar ia tidak memikirkan kelumpuhannya. 5. Metode denial: muchtar selalu berobat ke Penang karena ia merasa dengan berobat ke Penang dirinya dapat sembuh kembali dari pada berobat di Indonesia, meskipun setelah lain. 2. Metode seeking social support: Aisyah berusaha mencari informasi bagaimana cara penyembuhan bagi penderita stroke yang mengalami kelumpuhan dengan bertanya kepada anaknya dan ia juga bertanya kepada dokter pantangan makan apa saja yang tidak boleh bagi penderita stroke. Ia juga mendapatkan dukungan emosional dari anak-anaknya dimana hal ini dapat terlihat bahwa anaknyalah yang membawanya berobat alternatif. 3. Metode distancing: Aisyah tidak mau memikirkan kelumpuhan yang dideritanya pascastroke. 4. Metode self control: Aisyah mencoba untuk mengatur perasaannya agar tidak bersedih atas kelumpuhannya dan melakukan hal-hal yang positif ketika ia mengalami kelumpuhan pascastroke. 5. Metode positive appraisal: Aisyah melihat sisi postif dari Universitas Sumatera Utara Muchtar berobat di Penang tidak bisa membuat Muchtar sembuh. 6. Metode intrusive troughts: Muchtar selalu menyalahkan dokter-dokter di Indonesia yang menyebabkan dirinya tidak bisa sembuh dari kelumpuhan dan hanya dengan berobat ke Penang Muchtar dapat sembuh, meskipun hal itu tetap tidak bisa membuat Muchtar sembuh dari kelumpuhannya. c. Coping terhadap masalah dengan pasangannya : 1. Metode emotional discharge: Muchtar akan berteriak-teriak apabila istrinya tidak mendengar panggilannya ketika ia memanggil, dan juga d.Coping terhadap masalah kesepiannya : 1. Metode seeking social support : apabila Muchtar kesepian maka Muchtar akan keluar rumah pergi ketempat anak- anaknya untuk bercerita atau mengumpulkan anak-anak kecil disekitar rumahnya untuk bermain di pekarangan kondisinya saat ini dimana ia lebih dekat dengan Allah SWT dan juga lebih dekat dengan anak-anak dan cucu-cucunya sehingga ini membuatnya lebih tenang dalam menghadapi kondisinya. 6. Metode cognitive redefinition: Aisyah melihat bahwa apabila ia tidak menerima kondisi kelumpuhannya pascastroke maka kondisnya akan semakin parah. Hal ini ia lihat dari teman-temannya sesama penderita stroke yang kondisinya semakin parah karena tidak menerima kondisi mereka. 7. Metode acceptance: Aisyah tidak menyalahkan siapa-siapa atas kelumpuhannya itu. Aisyah merasa bahwa kelumpuhan ini adalah karena faktor umur dan sudah ketentaun dari Allah SWT. 8. Metode religion: Aisyah mengalami kelumpuhan pascastroke maka ia lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dengan memperbanyak melaksanakan ibadah-ibadah Universitas Sumatera Utara rumahnya. seperti melaksanakan shalat baik yang wajib maupun yang sunnat dan pergi mengaji. c. Coping terhadap masalah pasangannya: 1. Metode confrontative: Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan langsung mengatakannya kepada suaminya walaupun akan mengakibatkan pertengkaran. 2.Metode emotional discharge: ketika Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan curhat dengan nenek peneliti agar ia tidak lagi memikirkan masalah tersebut. 3.Metode escapeavoidance: ketika Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan pergi keluar rumah agar tidak melihat suaminya. BAB V Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil yang diperoleh dari kedua partisipan pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kedua partisipan dalam penelitian ini mengalami berbagai dampak fisik dan masalah psikologis dari stroke yang dideritanya. Hal ini membuat kedua partisipan stres. Stres yang dialami oleh kedua partisipan dapat terlihat sebagai berikut : a. Pada partisipan I: Gejala fisik yang dialami saat awal terserang stroke berupa serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal, baal, gerakan tidak terkoordinasi, mengalami kesulitan untuk berjalan sehingga berjalan harus dipapah oleh orang lain. Sementara masalah psikologis yang dialami berupa terkejut, marah, kelabilan emosi, depresi. Selain itu pada partisipan pertama juga mengalami stres yang dapat mengganggu kesehatan partisipan pertama. Stres yang dialami oleh partisipan berupa stres akibat masalah anak-anaknya , stres akibat masalah kelumpuhannya, stres akibat masalah dengan pasangannya, stres akibat masalah dengan kesepiannya. b. Pada Partisipan II: Gejala fisik yang dialami saat awal terserang stroke berupa serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal, Universitas Sumatera Utara