Pembahasan Data partisipan I

Meskipun Muchtar telah melakukan beberapa metode coping stres, tetapi tidak membuat Muchtar merasa baikkan karena ketika ia kembali kerumahnya ia akan kembali berpikir untuk mati agar terbebas dari penderitaan karena kelumpuhan pascastroke. “Ya ngga la pi, kalo udah kerumah ya balik lagi semua perasaan itu. Itu juga kata dokter dipenang yang buat ompung makin parah. Tapi mau kayak mana ompung ngga bisa buat apa-apa lagi”. R1.W2b

4. Pembahasan Data partisipan I

Stroke dapat terjadi pada individu disebabkan karena faktor resiko yang tidak dapat dikontrol dan yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol berupa umur, suku bangsa, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan faktor resiko yang dapat dikontrol berupa hipertensi, kencing manis, alkohol, merokok, obesitas, stres, Transient Ischemic Attack TIA Junaidi,2004. Stroke yang dialami oleh Muchtar terjadi karena faktor resiko yang tidak terkontrol yaitu faktor usia, dan jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki dan usia 45 tahun keatas dapat mengakibatkan faktor resiko stroke yang lebih tinggi Junaidi,2004, sementara Muchtar memiliki jenis kelamin laki-laki dan telah berusia 84 tahun. Faktor resiko yang dapat dikontrol yang menyebabkan Muchtar stroke karena stres akibat konflik rumah tangga anak-anaknya. Stres yang berkepanjangan mengakibatkan responden terkena penyakit hipertensi dan akhirnya terserang stroke. Gejala fisik yang timbul akibat stroke yang di alami Muchtar adalah seperti tidak dapat menggerakkan kaki sebelah kirinya sehingga untuk melakukan Universitas Sumatera Utara aktivitas- aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, berjalan keluar harus dipapah oleh orang lain, tetapi apabila berada di rumahnya Muchtar berusaha berjalan dengan memegang dinding-dinding sampai tempat tujuannya atau memegang benda-benda yang kuat untuk menopang tubuhnya agar tidak jatuh. Hal ini ia lakukan karena Muchtar hanya tinggal bertiga dengan istrinya yang juga lansia dan seorang pembantu. Kelumpuhan yang diderita Muchtar membuat Muchtar terkejut dan stres. Ia merasa tidak berguna lagi dan selalu merepotkan orang lain sehingga ia merasa lebih baik dirinya mati saja. Bahkan Muchtar pernah mencoba untuk membunuh dirinya dengan mengambil pisau yang ada didapur dan mencoba untuk menggorok lehernya agar ia segera mati. Feign 2006 menyatakan bahwa kerusakan yang dialami oleh penderita stroke itu membuat para penderita stroke menjadi stres bahkan apabila tidak ditangani dengan tepat akan menjadi depresi dan akan memperburuk kondisi kesehatan mereka. Stres dapat memicu terjadinya serangan stroke yang lebih parah lagi. Selain dari akibat kelumpuhan pascastroke stres yang dialami oleh Muchtar adalah masalah anak-anaknya. Ia kecewa dengan anak-anaknya yang membuat malu dirinya. Selain itu konflik dengan pasangan dan kesepiannya membuat Muchtar menjadi stres. Untuk mengindari dampak stres bagi penderita penyakit kronis maka diperlukan coping stres yang tepat agar tidak memperparah kondisi kesehatan penderita penyakit kronis Hadriani,dkk,2000. Coping adalah proses dimana orang berusaha untuk mengatur kesenjangan yang ada atau muncul antara tuntutan dan sumber yang dimiliki di dalam suatu situasi yang penuh tekanan. Proses coping bukanlah suatu proses tunggal, karena melibatkan transaksi terus-menerus Universitas Sumatera Utara dengan lingkungan. Proses tersebut dilihat sebagai rangkaian yang dinamis dan berkelanjutan antara appraisal dan reappraisal antara seseorang dengan lingkungan Sarafino,2006. Menurut Richard Lazzarus Folkman dalam Sarafino,2006 ada dua fungsi coping yaitu emotion-focused coping dan problem- focused coping . Emotion-Focused Coping yaitu coping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional dari masalah yang dihadapi. Sedangkan problem- focused coping yaitu coping bertujuan untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang menekan atau memperluas sumber yang dimiliki untuk menutupi tuntutannya. Agar mendapatkan coping stres yang diperlukan, para penderita kelumpuhan pascastroke harus memilih metode coping apa yang mereka butuhkan untuk dapat menangani stres mereka agar tidak menjadi depresi. Hal ini juga dilakukan oleh Muchtar. Ia juga menggunakan beberapa metode coping yaitu: a. Masalah Anak-anaknya Untuk mengatasi stres akibat masalah anak-anaknya Muchtar melakukan beberapa metode coping yang berfungsi sebagai emotion focused seperti: 1 Metode distancing yaitu usaha untuk melepaskan diri dari situasi yang penuh dengan tekanan. Hal ini dapat kita lihat untuk mengindari masalah anak-anaknya maka Muchtar tidak mau memikirkan permasalahan tingkah laku anak-anaknya agar ia tidak merasa stres. Universitas Sumatera Utara 2 Metode escapeavoidance yaitu usaha untuk meghindar atau lari dari masalah. Hal ini dapat kita lihat untuk menghindari permasalahan anak-anaknya maka Muchta harus pergi jalan-jalan keluar rumah. b. Masalah Kelumpuhannya Untuk mengatasi stres akibat masalah kelumpuhannya Muchtar juga melakukan beberapa metode coping yaitu : 1 Metode coping yang berfungsi sebagai problem focused yang terdiri dari : a Metode plainful problem solving yaitu usaha untuk fokus pada masalah dan mencari pemecahannya. Hal ini dapat kita lihat untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari ketika tidak ada yang dapat memapahnya karena Muchtar hidup berdua dengan istrinya yang juga lansia maka Muchtar berjalan dengan memegangi dinding- dinding rumahnya sampai ia ketempat tujuannya atau dengan memegangi benda-benda yang dapat menopang tubuhnya agar tidak jatuh. b Metode confrontative yaitu usaha yang agresif untuk mengubah situasi. Hal ini dapat kita lihat bahwa Muchtar marah atas kondisinya saat ini dan ia tidak terima dengan kondisinya, bahkan Muchtar berpikir untuk mati dan pernah mencoba untuk membunuh dirinya dengan cara mengambil pisau dan ingin menggorok lehernya. Untung hal ini dapat dicegah oleh istrinya sehingga Muchtar tidak jadi membunuh dirinya. Universitas Sumatera Utara c Metode seeking social support yaitu usaha untuk mengatur emosi yang nyaman dan mencari informasi dari orang lain. Hal ini dapat kita lihat dimana Muchtar mencari informasi tentang bagaimana cara penyembuhan kelumpuhan akibat stroke dari tetangga yang juga terkena stroke dan sekarang sudah lumayan sembuh, dan juga Muchtar akan membeli semua obat-obatan yang dapat menyembuhkan kelumpuhan pascastroke yang ia dengar dari orang-orang. 2 Metode coping yang bertujuan sebagai emotion focused : a Metode escapeavoidance yaitu usaha untuk meghindar atau lari dari masalah. Hal ini dapat kita lihat bahwa Muchtar selalu jalan- jalan keluar rumah dan pergi kerumah anaknya agar ia tidak memikirkan kelumpuhannya. b Metode denial yaitu usaha untuk menolak situasi yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat kita lihat bahwa muchtar selalu berobat ke Penang karena ia merasa dengan berobat ke Penang dirinya dapat sembuh kembali dari pada berobat di Indonesia, meskipun setelah Muchtar berobat di Penang tidak bisa membuat Muchtar sembuh. c Metode intrusive troughts yaitu berpikir berulang-ulang tentang kesalahan orang lain sehingga muncul masalah tersebut. Hal ini dapat kita lihat dimana Muchtar selalu menyalahkan dokter-dokter di Indonesia yang menyebabkan dirinya tidak bisa sembuh dari Universitas Sumatera Utara kelumpuhan dan hanya dengan berobat ke Penang Muchtar dapat sembuh, meskipun hal itu tetap tidak bisa membuat Muchtar sembuh dari kelumpuhannya. 3 Masalah dengan Pasangannya Untuk mengatasi stres akibat masalah dengan pasangannya Muchtar melakukan metode coping yang bertujuan sebagai emotion focused seperti: metode emotional discharge yaitu usaha untuk mengekspresikan atau pelepasan perasaan tentang situasi yang menekan. Hal ini dapat kita lihat dimana Muchtar akan berteriak-teriak apabila istrinya tidak mendengar panggilannya. 4 Masalah Kesepiannya Untuk mengatasi stres akibat kesepiannya maka Muchtar melakukan metode: metode seeking social support yaitu coping yang bertujuan sebagai problem focused, usaha untuk mengatur emosi yang nyaman dan mencari informasi dari orang lain. Hal ini dapat kita lihat apabila Muchtar kesepian maka Muchtar akan keluar rumah pergi ketempat anak-anaknya untuk bercerita atau mengumpulkan anak-anak kecil disekitar rumahnya untuk bermain di pekarangan rumahnya. Meskipun ia telah melakukan beberapa metode coping, tetapi coping yang Muchtar gunakan tidak dapat membuat Muchtar merasa lebih baik. Coping yang Muchtar gunakan hanya efektif sementara karena apabila ia sampai dirumah maka ia akan merasakan stres lagi akibat kelumpuhannya saat ini. Hal ini membuat kondisi kesehatan Muchtar semakin memburuk. Hal ini juga sejalan dengan yang Universitas Sumatera Utara ditemukan oleh Hadriani dan Sri Mulyani Martinah Hadriani,dkk yang menyatakan bahwa sesungguhnya kesehatan fisik erat kaitannya dengan kesejahteraan emosional dan mental seseorang. Tabel 3. Gambaran Gejala Fisik dan Psikologis pada Partisipan I Universitas Sumatera Utara N o Aspek Kesimpulan 1 . Gejala fisik - Defisit neurologis - Baal - Gerakantidakterkoordinasi - Gangguan organ tubuh. - Gangguan kesadaran  Serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal: kelumpuhan pada sebelah badan yang kiri hingga saat ini.  Baal: mati rasa sebelah kiri badan, dan sulit di gerakkan.  Gerakkan tidak terkoordinasi: kehilangan keseimbangan tubuh sehingga ketika berdiri masih sulit.  Mengalami kesulitan untuk berjalan sehingga berjalan harus dipapah oleh orang lain. 2 . Gejala psikologis - Kemarahan - Isolasi - Kelabilan Emosi - Kecemasan - Depresi  Terkejut shock saat pertama kali mengalami kondisi kelumpuhan akibat stroke yang dideritanya.  Marah dengan kondisi kelumpuhan akibat stroke yang dideritanya.  Kelabilan emosi: merasa tidak sanggup manghadapi semuanya yang terjadi pada dirinya.  Depresi: ingin membunuh dirinya agar tidak merasakan sakit lagi. Tabel 4. Gambaran Metode Coping Stres pada Partisipan I Universitas Sumatera Utara No Aspek Kesimpulan

1. a. Coping terhadap masalah