Kesimpulan Gambaran coping stres pada lansia penderita kelumpuhan pascastroke

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil yang diperoleh dari kedua partisipan pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kedua partisipan dalam penelitian ini mengalami berbagai dampak fisik dan masalah psikologis dari stroke yang dideritanya. Hal ini membuat kedua partisipan stres. Stres yang dialami oleh kedua partisipan dapat terlihat sebagai berikut : a. Pada partisipan I: Gejala fisik yang dialami saat awal terserang stroke berupa serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal, baal, gerakan tidak terkoordinasi, mengalami kesulitan untuk berjalan sehingga berjalan harus dipapah oleh orang lain. Sementara masalah psikologis yang dialami berupa terkejut, marah, kelabilan emosi, depresi. Selain itu pada partisipan pertama juga mengalami stres yang dapat mengganggu kesehatan partisipan pertama. Stres yang dialami oleh partisipan berupa stres akibat masalah anak-anaknya , stres akibat masalah kelumpuhannya, stres akibat masalah dengan pasangannya, stres akibat masalah dengan kesepiannya. b. Pada Partisipan II: Gejala fisik yang dialami saat awal terserang stroke berupa serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal, Universitas Sumatera Utara baal, gerakan tidak terkoordinasi. Sementara masalah psikologis yang dialami oleh partisipan berupa terkejut. Pada partisipan kedua juga ditemukan adanya indikasi stres yang dapat menggangu kesehatan partisipan kedua. Stres yang dialami oleh partisipan berupa stres akibat masalah anak-anakya, stres akibat kelumpuhannya, stres akibat masalah dengan pasangannya. 2. Untuk mengatasi stres pada kedua partisipan maka diperlukan coping stres yang tepat agar dapat meningkatkan kesehatan mereka. Coping stres yang dipakai oleh kedua partisipan dapat dilihat sebagai berikut: a. Pada partisipan I: 1 Coping terhadap masalah anak-anaknya: a Metode distancing: Muchtar tidak mau memikirkan permasalahan tingkah laku anak-anaknya. b Metode escapeavoidance: Untuk menghindari permasalahan anak-anaknya, Muchtar pergi jalan-jalan keluar rumah. 2 Coping terhadap masalah kelumpuhannya : a Metode plainful problem solving: untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari ketika tidak ada yang dapat memapahnya karena Muchtar hidup berdua dengan istrinya yang juga lansia maka Muchtar berjalan dengan memegangi dinding-dinding rumahnya sampai ia ketempat tujuannya atau dengan memegangi benda-benda yang dapat menopang tubuhnya agar tidak jatuh. Universitas Sumatera Utara b Metode confrontative: Muchtar marah atas kondisinya saat ini dan ia tidak terima dengan kondisinya, bahkan Muchtar berpikir untuk mati dan pernah mencoba untuk membunuh dirinya dengan cara mengambil pisau dan ingin menggorok lehernya. c Metode seeking social support: Muchtar mencari informasi tentang bagaimana cara penyembuhan kelumpuhan akibat stroke dari tetangga yang juga terkena stroke dan sekarang sudah lumayan sembuh, dan juga Muchtar akan membeli semua obat-obatan yang dapat menyembuhkan kelumpuhan pascastroke yang ia dengar dari orang-orang. d Metode escapeavoidance: Muchtar selalu jalan-jalan keluar rumah dan pergi kerumah anaknya agar ia tidak memikirkan kelumpuhannya. e Metode denial: muchtar selalu berobat ke Penang karena ia merasa dengan berobat ke Penang dirinya dapat sembuh kembali dari pada berobat di Indonesia, meskipun setelah Muchtar berobat di Penang tidak bisa membuat Muchtar sembuh. f Metode intrusive troughts: Muchtar selalu menyalahkan dokter-dokter di Indonesia yang menyebabkan dirinya tidak bisa sembuh dari kelumpuhan dan hanya dengan berobat ke Universitas Sumatera Utara Penang Muchtar dapat sembuh, meskipun hal itu tetap tidak bisa membuat Muchtar sembuh dari kelumpuhannya. 3 Coping terhadap masalah dengan pasangannya : a Metode emotional discharge: Muchtar akan berteriak-teriak apabila istrinya tidak mendengar panggilannya ketika ia memanggil, dan juga Muchtar akan memaki-maki apa yang tidak ia sukai. 4 Coping terhadap masalah kesepiannya : a Metode seeking social support : apabila Muchtar kesepian maka Muchtar akan keluar rumah pergi ketempat anak- anaknya untuk bercerita atau mengumpulkan anak-anak kecil disekitar rumahnya untuk bermain di pekarangan rumahnya. b.Partisipan II: 1 Coping terhadap masalah anak-anaknya: a Metode direct action: ketika Aisyah mengalami masalah dengan anak-anaknya maka Aisyah akan langsung datang kerumah anaknya dan Aisyah akan langsung mengatakan kepada anaknya tentang perasaannya. b Metode seeking social support: ketika Aisyah tidak didengar oleh anak-anaknya maka ia akan curhat kepada nenek peneliti agar anak-anaknya dinasehati. 2 Coping terhadap masalah kelumpuhannya: Universitas Sumatera Utara a Metode plainful problem solving: untuk mengerjakan keperluan sehari- hari Aisyah tidak dibantu oleh orang lain. Walaupun kaki kirinya tidak bisa digerakkan, tetapi ia berusaha untuk menggerakkannya sehingga ia tidak bergantung kepada orang lain. b Metode seeking social support: Aisyah berusaha mencari informasi bagaimana cara penyembuhan bagi penderita stroke yang mengalami kelumpuhan dengan bertanya kepada anaknya dan ia juga bertanya kepada dokter pantangan makan apa saja yang tidak boleh bagi penderita stroke. Ia juga mendapatkan dukungan emosional dari anak-anaknya dimana hal ini dapat terlihat bahwa anaknyalah yang membawanya berobat alternatif. c Metode distancing: Aisyah tidak mau memikirkan kelumpuhan yang dideritanya pascastroke. d Metode self control: Aisyah mencoba untuk mengatur perasaannya agar tidak bersedih atas kelumpuhannya dan melakukan hal-hal yang positif ketika ia mengalami kelumpuhan pascastroke. e Metode positive reappraisal: Aisyah melihat sisi postif dari kondisinya saat ini dimana ia lebih dekat dengan Allah SWT dan juga lebih dekat dengan anak-anak dan cucu-cucunya Universitas Sumatera Utara sehingga ini membuatnya lebih tenang dalam menghadapi kondisinya. f Metode cognitive redefinition: Aisyah berpikir bahwa apabila ia tidak menerima kondisi kelumpuhannya pascastroke maka kondisnya akan semakin parah. Hal ini ia lihat dari teman- temannya sesama penderita stroke yang kondisinya semakin parah karena tidak menerima kondisi mereka. g Metode acceptance: Aisyah tidak menyalahkan siapa-siapa atas kelumpuhannya itu. Aisyah merasa bahwa kelumpuhan ini adalah karena faktor umur dan sudah ketentaun dari Allah SWT. h Metode religion: Aisyah mengalami kelumpuhan pascastroke maka ia lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dengan memperbanyak melaksanakan ibadah-ibadah seperti melaksanakan shalat baik yang wajib maupun yang sunnat dan pergi mengaji. 3 Coping terhadap masalah pasangannya: a Metode confrontative: Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan langsung mengatakannya kepada suaminya walaupun akan mengakibatkan pertengkaran. Selain itu Aisyah juga menggunakan. Universitas Sumatera Utara b Metode emotional discharge: ketika Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan curhat dengan nenek peneliti agar ia tidak lagi memikirkan masalah tersebut. c Metode escapeavoidance: ketika Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan pergi keluar rumah agar tidak melihat suaminya. 3. Dari kedua partisipan dapat kita lihat bahwa pada partisipan pertama metode coping yang digunakan oleh partisipan pertama hanya efektif sementara waktu sehingga tidak membuat kondisi partisipan pertama menjadi lebih baik. Sedangkan pada partisipan kedua metode coping yang digunakannya efektif sehingga bermanfaat untuk menyembuhkan kelumpuhannya pascastroke.

B. Diskusi