No Aspek Kesimpulan
1. a. Coping terhadap masalah
anak-anaknya. b. Coping terhadap masalah
kelumpuhannya. c. Coping terhadap masalah
pasangannya. d. Coping terhadap masalah
kesepiannya.
a. Masalah anak-anaknya: 1.
Metode distancing: Cuek dengan permasalahan anak-anaknya
2. Metode escapeavoidance: untuk
menghindari permasalahan anak- anaknya Muchtar pergi jalan-jalan
keluar rumah.
b. Masalah kelumpuhannya : 1.
Metode plainful problem solving: jalan dengan memegangi dinding-
dinding untuk mencapai tempat tujuan.
2. Metode confrontative: marah atas
kondisinya dan mencoba untuk bunuh diri agar tidak merasakan
sakit lagi.
3. Metode seeking social support:
mencari informasi tentang cara mengobati kelumpuhan pascastroke
dan obat-obatan apa yang diperlukan agar sembuh dari kelumpuhan
pascastroke.
4. Metode denial: berobat ke penang
agar bisa sembuh walaupun dokter disana menyatakan tidak dapat
menyembuhkan penyakitnya.
5. Metode
intrusive troughts: menyalahkan dokter-dokter di
Indonesia karena tidak dapat menyembuhkan penyakitnya.
c. Masalah dengan pasangannya : 1.
Metode emotional discharge: selalu berteriak-teriak ketika istrinya tidak
mendengar panggilannya.
d. Masalah kesepiannya : 1.
Metode seeking social support : Muchtar akan keluar rumah pergi
ketempat anak-anaknya untuk bercertita atau mengumpulkan anak-
anak kecil disekitar rumahnya untuk bermain di pekarangan rumahnya.
B.Partisipan II Aisyah
Universitas Sumatera Utara
1. Analisa Data a. Identitas Diri Partisipan II Aisyah
Tabel 5. Gambaran Umum Partisipan II Keterangan Partisipan
II
Nama Aisyah
Jenis Kelamin Wanita
Usia 71 Tahun
Agama Islam Status Menikah
Pendidikan Terakhir Sekolah Guru SPG
Pekerjaan Pensiunan guru
Tahun mengalami stroke Tahun 2007
Lama kelumpuhan 1 tahun
b. Deskripsi Data Partisipan II
Partisipan II dalam penelitian ini adalah Aisyah, seorang wanita yang berusia 71 tahun yang bersuku Jawa. Aisyah mengalami kelumpuhan pascastroke
sejak satu tahun yang lalu, yaitu semenjak tahun 2007 hingga saat ini tahun 2008. Aisyah mengalami stroke pertama ketika 15 hari bulan puasa tahun lalu. Peneliti
mengenal partisipan sudah sangat lama yaitu semenjak kecil sampai saat ini, karena Aisyah adalah nenek peneliti.
Partisipan lahir tahun1937 dan merupakan anak ke 4 dari 11 bersaudara, memiliki 3 saudara perempuan dan 8 saudara laki-laki. Sejak kecil Aisyah tinggal
di Medan hingga ia besar dan menikah. Partisipan menikah pada tahun 1957 dengan seorang pria yang dikenalnya ketika ia bekerja sebagai guru.
Aisyah memiliki lima orang anak yaitu dua orang anak perempuan dan tiga orang anak laki-laki. Anak-anak Aisyah telah menikah dan telah memiliki
tempat tinggal sendiri-sendiri, kecuali putri kelimanya yang merupakan anak
Universitas Sumatera Utara
terakhir yang masih tinggal serumah dengan partisipan. Karena anaknya tersebut belum menikah hingga sekarang. Aisyah memiliki kulit sawo matang dan
berambut lurus ini memiliki berat 42 Kg dan tinggi 155 cm. Untuk dapat mengetahui identitas partisipan II dapat dilihat dari table 5 di atas.
Aisyah merupakan seorang pensiunan guru. Partisipan tinggal bersama putri bungsunya dan suaminya. Ia menempati rumah tersebut semenjak ia
menikah dengan suaminya. Ia sekarang tidur dengan anak bungsunya karena ia selalu bertengkar dengan suaminya. Didalam kamarnya terdapat satu kamar tidur,
satu lemari baju, dan meja belajar kecil. Setiap hari, Aisyah melakukan berbagai aktivitas seperti mengaji. Kalau
tidak mengaji Aisyah akan pergi ketempat anaknya atau pergi ketempat saudaranya .
2. Obeservasi Umum Partisipan II Tabel 6. Waktu Wawancara Partisipan II
No Partisipan HariTanggal Wawancara Waktu
Wawancara Tempat Wawancara
1. Aisyah
Senin. 1 September 2008 10.00-12.00 WIB Dirumah anak pertama
partisipan 2. Aisyah
Minggu,14September 2008
10.00-11.30 WIB Di kediaman partisipan
3. Aisyah
Kamis, 16 Oktober 2008 10.00-11.00 WIB Dirumah anak pertama
partisipan Peneliti mengenal Aisyah sudah sangat lama, yaitu semenjak peneliti
masih kecil, karena antara peneliti dan partisipan memiliki hubungan darah. Partisipan merupakan nenek peneliti. Pada pertemuan pertama sebagaimana telah
dijanjikan oleh peneliti sebelumnya, Aisyah bersedia untuk terlibat sebagai
Universitas Sumatera Utara
partisipan dalam penelitian ini. Pertemuan ini adalah untuk menjelaskan maksud dari kedatangan peneliti. Peneliti juga ingin memastikan apakah Aisyah sesuai
dengan karateristik subjek penelitian yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya dan setelah peneliti memperhatikan bahwa Aisyah sesuai dengan karateristik
sample tersebut, maka peneliti meminta kesediaan menjadi partisipan peneliti dan untuk menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi partisipan peneliti.
Asiyah pun bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini menjadi salah seorang partisipan peneliti.
Pertemuan pertama ini hanya bertujuan untuk meminta kesediaan Aisyah menjadi partisipan penelitian. Setelah peneliti menjelaskan tentang penelitian ini,
apa tujuannya dan bagaimana Aisyah akan terlibat dalam penelitian ini, dan Aisyah bersedia untuk diwawancarai. Setelah itu, peneliti dan partisipan
menentukan jadwal pertemuan untuk mengadakan wawancara pertama. Tidak ada gangguan pada saat wawancara awal dilakukan dan mengingat ini adalah
wawancara awal, maka peneliti tidak menggunakan tape recorder untuk merekan hasil wawancara. Pertemuan ini diadakan pada tanggal 29 September 2008 pukul
16.30-18.00WIB, saat itu Aisyah sedang duduk diteras depan rumah nenek peneliti.
Pada pertemuan kedua yang merupakan wawancara pertama, peneliti datang berkunjung kerumah anaknya tertua dari Aisyah. Wawancara dilakukan
pada tanggal 1 september pukul 10.00-12.00 WIB. Wawancara dilakukan diruang tamu lantai bawah rumah anak partisipan. Pada saat wawancara Aisyah tetap
memelihara kontak mata dengan peneliti saat bercerita. Saat bercerita tentang
Universitas Sumatera Utara
bagian yang terkena stroke Aisyah menunjukkan kaki dan tangan kirinya yang tidak bisa digerakkan. Aisyah terlihat antusias ketika menceritakan bagaimana
Aisyah terkena stroke dan Aisyah kelihatan marah ketika menceritakan permasalahan yang menyebabkan dirinya terkena stroke. Hal ini dapat terlihat
dengan nada suaranya yang mengeras dan bola matanya yang membesar. Wawancara kedua dilakukan 13 hari setelah wawancara pertama selesai
dilakukan, waktu untuk wawancara kedua ini adalah waktu yang telah disepakati bersama oleh peneliti dan partisipan. Pertemuan ini berlangsung pada tanggal 14
September 2008 pukul 10.00-11.30 WIB yang dilakukan diruangan tamu partisipan. Ruangan itu juga menyatu dengan rungan shalat dan disana ada satu
set tempat duduk dan rak buku dan juga satu komputer. Waktu peneliti datang partisipan sedang shalat dhuha. Oleh karena itu peneliti menunggu sampai
partisipan selesai shalat Pada saat Aisyah bercerita pada wawancara kedua, Aisyah tetap menjaga
kontak mata saat bercerita dengan peneliti dan Aisyah pun menjawab pertanyaan penelti dengan sangat jelas. Pada wawancara kedua sama seperti parisipan I
peneliti memfokuskan wawancara mengenai metode coping yang Aisyah gunakan ketika mengalami kelumpuhan pascastroke.
Wawancara ketiga dilaksanakan satu bulan setelah wawancara kedua selesai dilakukan, waktu untuk wawancara ketiga ini adalah waktu yang telah
disepakati bersama oleh peneliti dan partisipan. Pertemuan ini berlangsung pada tanggal 16 Oktober 2008 pukul 10.00-11.00 WIB yang dilakukan ruang tamu
anak tertua partisipan yang terletak dilantai paling bawah. Pada wawancara ketiga
Universitas Sumatera Utara
ini peneliti menanyakan pertanyaan mengenai permasalahan yang mengakibatkan stres dan coping yang partisipan gunakan.
3. Data Wawancara Partisipan II a. Gambaran Penyebab Stroke yang Diderita