Pembahasan Data Partisipan II

“Ngga ada, ya emang udah jalannya kayak gitu”. R2.W2b “Lagian kan memang umur nenek juga udah tua. Jadi udah pantes dapat penyakit kayak gitu”. R2.W2b Metode coping yang Aisyah gunakan Aisyah rasakan efektif untuk membuat kondisinya semakin membaik. Sekarang Aisyah sudah dapat menggerakkan kaki kirinya dan tangannya pun sudah tidak kebas-kebas lagi.. Aisyah merasa apabila ia stres dan tidak menerima kondisinya saat ini akan membuat kondisinya semakin memburuk. “Ya, ngga. Nenek bakalan stres kalo ngga kemana-mana. Tapi kalo lagi stres, tapi nenek dirumah, ya nenek shalat aja. Biar ngga stres. Kan kalo orang stres pasti banyak penyakit yang datang. Jadi kalo kita sakit, kan kita yang rugi. Kita yang merasakan sakitnya bukan orang lain. Tapi, kita tau itu kalo kita udah sakit Pi”. R2.W2b

4. Pembahasan Data Partisipan II

Stroke dapat terjadi pada individu disebabkan karena faktor resiko yang tidak dapat dikontrol dan yang dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol berupa umur, jenis kelamin, suku bangsa, riwayat keluarga, dan faktor resiko yang dapat dikontrol berupa hipertensi, kencing manis, alkohol, merokok, obesitas, stres, transient ischemic attack TIA Junaidi, 2004. Stroke yang dialami oleh Aisyah terjadi karena faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu dari faktor usia yang telah berumur 71 tahun. Usia 45 tahun keatas dapat mengakibatkan faktor resiko stroke yang lebih tinggi Junaidi,2004. Faktor resiko yang dapat dikontrol yang menyebabkan Aisyah stroke adalah Universitas Sumatera Utara karena hipertensi. Dimana penyakit hipertensi ini dipucu karena stres akibat permasalahan dengan suaminya dan permasalahan dengan anaknya. Gejala fisik yang dialami oleh Aisyah ketika pertama kali mengalami stroke adalah kaki sebelah kiri yang tidak bisa digerakkan dan juga tangan yang terasa kebas-kebas. Kerusakan yang dialami oleh penderita stroke itu membuat para penderita stroke menjadi stres bahkan apabila tidak ditangani dengan tepat akan menjadi depresi. Sedangkan apabila mereka stres maka akan memperburuk kondisi kesehatan mereka. Stres dapat memicu terjadinya serangan stroke yang lebih parah lagi Velery Feign,2006. Hal ini juga dialami oleh Aisyah. Ketika Aisyah pertama sekali mengalami stroke ia merasa terkejut dengan keadaan yang menimpa dirinya. Ketika awal mengalami kelumpuhan, Aisyah sempat mengalami stres karena ia tidak mampu berjalan lagi. Ia merasa tidak berguna lagi karena tidak bisa kemana-mana lagi. Ia tidak bisa mengurus tugas-tugasnya lagi. Padahal Aisyah termasuk orang yang aktif dan selalu mengurus kepentingan rumahnya. Untuk mengindari dampak stres bagi para penderita penyakit kronis maka diperlukan strategi coping stres yang tepat agar tidak memperparah kondisi kesehatan penderita penyakit kronis Hadriani,dkk,2000. Coping adalah proses dimana orang berusaha untuk mengatur kesenjangan yang ada atau muncul antara tuntutan dan sumber yang dimiliki di dalam suatu situasi yang penuh tekanan. Proses coping bukanlah suatu proses tunggal, karena melibatkan transaksi terus- menerus dengan lingkungan. Proses tersebut dilihat sebagai rangkaian yang dinamis dan berkelanjutan antara appraisal dan reappraisal antara seseorang Universitas Sumatera Utara dengan lingkungan Sarafino,2006. Menurut Richard Lazzarus Folkman dalam Sarafino,2006, ada dua fungsi coping yaitu emotion-focused coping dan problem-focused coping. Emotion-Focused Coping yaitu coping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional dari masalah yang dihadapi. Sedangkan problem-focused coping yaitu coping bertujuan untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang menekan atau memperluas sumber yang dimiliki untuk menutupi tuntutannya. Agar mendapatkan coping stres yang diperlukan oleh karena itu para penderita stroke harus memilih metode coping apa yang mereka butuhkan untuk dapat menangani stres mereka agar tidak menjadi depresi. Hal ini juga dilakukan oleh Aisyah. Coping yang Aisyah gunakan antara lain: a. Masalah anak-anaknya Untuk mengatasi stres akibat masalah dengan anaknya maka Aisyah menggunakan metode coping yang umumnya bertujuan sebagai problem-focused antara lain: 1 Metode direct action yaitu tindakan secara langsung untuk merubah situasi menjadi lebih baik. Hal ini dapat terlihat ketika Aisyah mengalami masalah dengan anak-anaknya maka Aisyah akan langsung datang kerumah anaknya dan Aisyah akan langsung mengatakan kepada anaknya tentang perasaannya. 2 Metode seeking social support yaitu usaha untuk mengatur emosi yang nyaman dan mencari informasi dari orang lain. Hal ini dapat dilihat Universitas Sumatera Utara bahwa ketika Aisyah tidak didengar oleh anak-anaknya maka ia akan curhat kepada nenek peneliti agar anak-anaknya dinasehati. b. Masalah Kelumpuhannya Untuk mengatasi stres akibat masalah kelumpuhannya. Aisyah menggunakan menggunakan beberapa metode coping yaitu: 1 Metode coping yang bertujuan sebagai problem-focused antara lain : a Metode plainful problem solving yaitu usaha untuk fokus pada masalah dan mencari pemecahannya. Disini untuk mengerjakan keperluan sehari-hari Aisyah tidak dibantu oleh orang lain. Walaupun kaki kirinya tidak bisa digerakkan, tetapi ia berusaha untuk menggerakkannya sehingga ia tidak bergantung kepada orang lain. b Metode seeking social support yaitu usaha untuk mengatur emosi yang nyaman dan mencari informasi dari orang lain. Aisyah berusaha mencari informasi bagaimana cara penyembuhan bagi penderita stroke yang mengalami kelumpuhan dengan bertanya kepada anaknya dan ia juga bertanya kepada dokter pantangan makan apa saja yang tidak boleh bagi penderita stroke. Ia juga mendapatkan dukungan emosional dari anak-anaknya dimana hal ini dapat terlihat bahwa anaknyalah yang membawanya berobat alternatif. 2 Metode coping yang bertujuan sebagai emotion-focused : Universitas Sumatera Utara a Metode distancing yaitu usaha untuk melepaskan diri dari situasi yang penuh dengan tekanan. Agar Aisyah tidak memikirkan kelumpuhannya maka ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan aktivitas-aktivitas diluar rumah seperti pergi mengaji dan lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dengan memperbanyak melaksanakan ibadah-ibadah seperti melaksanakan shalat baik yang wajib maupun yang sunnat. b Metode self control yaitu usaha untuk mengatur perasaan seseorang yang berhubungan dengan masalah yang ada. Aisyah mencoba untuk mengatur perasaannya agar tidak bersedih atas kelumpuhannya dengan melakukan hal-hal yang positif ketika ia mengalami kelumpuhan pascastroke. c Metode positive reappraisal yaitu usaha untuk mendapatkan makna yang positif dalam pengalaman dengan fokus pada pertumbuhan diri. Aisyah melihat sisi postif dari kondisinya saat ini dimana ia lebih dekat dengan Allah SWT dan juga lebih dekat dengan anak-anak dan cucu-cucunya sehingga ini membuatnya lebih tenang dalam menghadapi kondisinya. d Metode cognitive redefinition yaitu berusaha tetap terlihat baik didalam situasi yang buruk, membuat sesuatu perbandingan dengan orang lain yang lebih rendah, atau melihat sesuatu yang baik yang muncul dari masalah itu. Disini Aisyah melihat Universitas Sumatera Utara bahwa apabila ia tidak menerima kondisi kelumpuhannya pascastroke maka kondisnya akan semakin parah. Hal ini ia lihat dari teman- temannya sesama penderita stroke yang kondisinya semakin parah karena tidak menerima kondisi mereka. e Metode acceptance yaitu usaha untuk menerima kenyataan mengenai situasi yang terjadi. Hal ini dapat dilihat ketika Aisyah tidak menyalahkan siapa-siapa atas kelumpuhannya itu. Aisyah merasa bahwa kelumpuhan ini adalah karena faktor umur dan sudah ketentaun dari Allah SWT. f Metode religion yaitu usaha untuk mendapatkan kenyamanan dari agama dan kepercayaan spiritual. Hal ini dapat dilihat ketika Aisyah mengalami kelumpuhan pascastroke maka ia lebih mendekatkandiri dengan Tuhan dengan memperbanyak melaksanakan ibadah-ibadah seperti melaksanakan shalat baik yang wajib maupun yang sunnat dan pergi mengaji. c. Masalah dengan Pasangannya Untuk mengatasi stres akibat dari permasalahan dengan pasangannya maka Aisyah menggunakan coping dengan cara: 1 Metode coping yang bertujuan sebagai problem-focused: a Metode confrontative yaitu usaha yang agresif untuk mengubah situasi. Hal ini dapat terlihat dari ketika Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan Universitas Sumatera Utara langsung mengatakannya kepada suaminya walaupun akan mengakibatkan pertengkaran. Selain itu Aisyah juga menggunakan 2 Metode coping yang bertujuan sebagai emotion-focused: a Metode emotional discharge yaitu melibatkan pengekspresian atau pelepasan perasaan tentang situasi yang menekan. Hal ini dapat kita lihat ketika Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan curhat dengan nenek peneliti agar ia tidak lagi memikirkan masalah tersebut. Selain itu Aisyah juga menggunakan b Metode escapeavoidance yaitu usaha untuk meghindar atau lari dari masalah. Hal ini dapat dilihat ketika Aisyah mengalami masalah dengan suaminya maka ia akan pergi keluar rumah agar tidak melihat suaminya. Dengan menggunakan metode coping ini Aisyah merasa bahwa kondisinya semakin membaik dan sekarang ia bisa berjalan lagi. Aisyah merasa bahwa apabila ia terus stres karena kondisi kelumpuhannya pascastroke maka akan semakin memburuk. Maka ia mulai menerima kondisinya sambil terus berusaha untuk mengobati kelumpuhan pascastroke. Tabel 7. Gambaran Gejala Fisik dan Psikologis pada Partisipan II Universitas Sumatera Utara No Aspek Kesimpulan 1. Gejala Fisik - Defisit neurologis - Baal - Gerakan tidak terkoordinasi - Gangguan organ tubuh. - Ganggauan kesadaran  Serangan deficit neurologist kelumpuhan fokal: kelumpuhan pada sebelah badan yang kiri hingga saat ini.  Baal: mati rasa sebelah kiri badan, dan sulit di gerakkan.  Gerakkan tidak terkoordinasi: kehilangan keseimbangan tubuh sehingga ketika berdiri masih sulit. 2. Gejala Psikologis - Kemarahan - Isolasi - Kelabilan Emosi - Kecemasan - Depresi  Terkejut saat pertama kali mengalami kondisi kelumpuhan akibat stroke yang dideritanya. Dan merasa tidak berguna . Tabel 8. Gambaran Metode Coping Stres pada Partisipan II Universitas Sumatera Utara No Aspek Kesimpulan

1. a. Coping terhadap masalah