Wawancara Metode Pengambilan Data

dikediaman partisipan sementara wawancara kedua dilakukan di Medan tepatnya di kediaman peneliti. Pada partisipan II, wawancara pertama dan ketiga dilakukan di Medan tepatnya di kediaman anak pertama partisipan sementara wawancara kedua dilakukan di Medan tepatnya di rumah partisipan. Lokasi penelitian disesuaikan dengan keinginan dari partisipan penelitian agar partisipan merasa nyaman.

C. Metode Pengambilan Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Gusfina, 2005 sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata- kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan ini dapat dicatat melalui perekaman suara atau melalui catatan tertulis, pengambilan foto dan statistika. Pencatatan sumber data utama dapat dilakukan dengan wawancara dan observasi yang merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Dalam penelitian yang dilakukan, penelitian menggunakan metode pengumpulan data dengan wawancara. Penggunaan metode wawancara dalam penelitian ini beralasan data yang dikumpulkan dari hasil wawancara berupa percakapan antara peneliti dengan subjek yang akan diteliti untuk mengetahui bagaimana gambaran coping stres pada lansia penderita kelumpuhan pascastroke.

1. Wawancara

Universitas Sumatera Utara Wawancara adalah proses komunikasi interaksional antara dua pihak, dimana paling tidak salah satu pihak memiliki tujuan tertentu dan di dalamnya terdapat pertanyaan dan menjawab pertanyaan Stewart Cash, 2000. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi dengan pendekatan lain Banister dkk, 1994. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitiab ini adalah wawancara mendalam in-depth interview. Banister 1994 menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur. Pedoman wawancara berisi “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian Poerwandari, 2001. Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori stroke dari Shinberg 1998 tentang gejala fisik dan psikologis yang dialami oleh pendertita kelumpuhan pascastroke, teori coping stres dari Lazzarus dan Folkman dalam Sarafino, 2006, Taylor 2003 tentang metode coping stres. Lazaarus dan Folkman dalam Sarafino, 2006 menyatakan bahwa coping adalah proses dimana orang berusaha untuk mengatur kesenjangan yang ada atau muncul antara tuntutan dan sumber yang dimiliki didalam suatu situasi yang penuh tekanan. Menurut Richard Lazzarus Folkman dalam Sarafino,2006, ada dua fungsi coping yaitu emotion-focused coping dan problem-focused coping . Taylor 2003 mengemukakan bahwa metode coping yang digunakan adalah: metode coping Universitas Sumatera Utara yang berorientasi kepada problem-focused yaitu plainful problem solving, confrontative coping, seeking social support, direct action dan yang berorientasi kepada emotion focused yaitu distancing, escape avoidance, self Control, acceptance responsibility, positive appraisal, denial, intrusive troughts, cognitive redefinition, acceptance, religion. Berdasarkan teori-teori inilah, pedomanan wawancara disusun untuk memperoleh data tentang coping stres yang digunakan oleh lansia penderita kelumpuhan pascastroke. Peneliti akan menggali perasaan yang dihadapi penderita kelumpuhan pascastroke akibat kondisi fisik dan psikologis yang dideritanya dan metode coping yang digunakan oleh penderita kelumpuhan pascastroke.

2. Observasi