mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan sanitasi tempat pengolahan makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, diantaranya
adalah menggunakan kain kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan lain-lain serta makanan disimpan tanpa menggunakan penutup sehingga serangga
dan tikus dapat menjangkaunya. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Arisman 2000, bahwa dikota
palembang didapatkan hasil sebanyak 6,6 penjamah makanan yang tidak menggunakan celemek pada saat bekerja dan ditemukansebanyak 11,1 penjamah
makanan yang mempunyai perilaku suka menggaruk kepala dan hidung pada saat sedang bekerja.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang penyelenggaraan hygiene sanitasi pengolahan salak yang diproduksi di PT.Agrina
Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013 apakah sudah sesuai dengan KepMenkes RI No.942MENKESSKVII2003.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu diperhatikan tentang masalah hygiene sanitasi pengolahan salak dan analisis pemanis buatan pada hasil olahan
salak di PT. Agrina Desa Parsalakan Kecamatan angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyelenggaraan hygiene sanitasi dan analisis pemanis buatan pengolahan di PT.AGRINA Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pemilihan bahan olahan salak.
2. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan bahan olahan salak. 3. Untuk mengetahui hygiene sanitasi cara pengolahan salak.
4. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan olahan salak. 5. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengangkutan olahan salak.
6. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengemasan olahan salak. 7. Untuk mengetahui ada tidaknya jenis zat pemanis buatan yang terkandung pada
olahan salak.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabaupaten Tapanuli Selatan dalam hal pengawasan hygiene sanitasi pengolahan makanan.
2. Memberikan masukan kepada pengelola tentang pemakaian zat pemanis sebagai bahan tambahan makanan pada olahan salak yang diproduksi oleh PT.Agrina
DesaParsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli selatan. 3. Sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan untuk lebih memperhatikan
penggunaan zat pemanis yang dilarang khususnya pada pabrik-pabrik makanan. 4. Menambah wawasan berpikir bagi peneliti terutama yang berhubungan dengan
hygiene sanitasi dan penggunaan zat pemanis pada olahan salak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hygiene dan Sanitasi Makanan
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama erat kaitannya antara satu dengan yang lainnya yaitu
melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia individu maupun masyarakat. Tetapi dalam penerapannya, istilah hygiene dan sanitasi
memiliki perbedaan yaitu hygiene lebih mengarahkan aktivitasnya kepada manusia individu maupun masyarakat, sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan pada
faktor-faktor lingkungan hidup Azwar, 1990.
2.1.1. Pengertian Hygiene
Hygiene menurut Depkes 2004, adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci
tangan untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring. Membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi
keutuhan makanan secara keseluruhan. Untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan
sanitasi lingkungan. Menurut Azwar 1990, Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari kondisi lingkungan terhadap manusia, upaya mencegah timbulnya