kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang pasal 1 angka 19 UU KUP .
5. Surat Teguran
Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa diawali dengan penerbitan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis
oleh pejabat yang berwenang yang diterbitkan oleh pejabat tersebut setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Surat teguran, surat
peringatan, atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau guna memperingatkan wajib pajak untuk melunasi
utang pajaknya. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Namun surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak. 5.1 Dasar Hukum Surat Teguran
Ketentuan Hukum yang mengatur Surat Teguran adalah sebagai berikut : a. Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
24PMK.032008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus, untuk
hak dan kewajiban perpajakan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan sesudahnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 24PMK.032008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa dan
Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus, untuk hak dan kewajiban perpajakan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak 2008 dan sesudahnya. 5.2 Penerbitan Surat Teguran
Penerbitan Surat Teguran dilakukan sebagai berikut : a. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah
pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan wajib pajak tidak mengajukan keberatan atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, kepada wajib pajak disampaikan
Surat Teguran setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan. b. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah
pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan wajib pajak tidak mengajukan permohonan banding
atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan SKPKBT, kepada wajib pajak disampaikan Surat teguran, setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding.
c. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan, dan wajib pajak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, kepada wajib pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7
tujuh hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan Banding.
d. Dalam hal wajib pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada wajib pajak
disampaikan Surat Teguran, setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.
e. Dalam hal wajib pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan untuk
hadir oleh wajib pajak, kepada wajib pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 tujuh hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan
tersebut. f. Surat Teguran dalam rangka Penagihan Pajak atas utang Pajak Bumi dan
Bangunan danatau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana tercantum dalam STPPBB, SKBKB, SKBKBT, STB, atau
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
Universitas Sumatera Utara
bertambah, disampaikan kepada wajib pajak, setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.
Penyampaian Surat Teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 dapat dilakukan secara langsung, melalui pos, atau melalui perusahaan
jasa eskpedisi atau jasa kurir dengan Bukti Pengiriman Surat.
C. Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa 1. Dasar Hukum