3. Mengelola lingkungan eksternal lebih baik
4. Meminimalkan biaya transaksi
5. Menggunakan kekuasaan dan pengendalian dalam meningkatkan kinerja
27
1.5.2. Perilaku Pemilih
Menurut Ramlan Surbakti perilaku pemilih adalah : “aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan
pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih to vote or not to vote di dalam suatu pemilihan umum pilkada secara langsung. Bila voters
memutuskan untuk memilih to vote maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu”.
28
Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa kemudian dikembangkan di Amerika Serikat oleh ilmuwan sosial yang memiliki latar
belakang pendidikan Eropa. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti usia tua-muda, jenis kelamin laki-perempuan, agama, kelas sosial, organisasi
Bentuk-bentuk perilaku pemilih dalam hal ini dapat berupa keikutsertaan masyarakat dalam kampanye, keikutsertaan masyarakat dalam partai politik dan
juga puncaknya keikutsertaan masyarakat dalam pemungutan suara vote. Penjelasan mengenai perilaku pemilih voting behavior didasarkan pada
tiga model atau pendekatan yaitu :
1.5.2.1. Pendekatan Sosiologis
26
Ibid, hal 14
Universitas Sumatera Utara
agama, atau organisasi kemasyarakatan dan semacamnya dianggap memiliki peranan di dalam menentukan pilihan-pilihan politiknya.
29
27
Ibid, haL 14
28
Ramlan Surbakti, Partai,Pemilih dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997, hal 170
29
Tim Peneliti FISIP UMM, Perilaku Partai Politik. Malang: UMM Press, 2006, hal 23
Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal, seperti kelompok keagamaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi maupun
pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil lainnya akan sangat berguna bagi penjelasan perilaku pemilih seseorang.
Pengelompokan ini memiliki peranan besar dalam membentuk sikap,persepsi,dan orientasi seseorang, yang nantinya sebagai dasar atau preferensi dalam
menentukan pilihan politiknya.
1.5.2.2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat karena dikembangkan sepenuhnya di Amerika Serikat melalui melalui Survey Research
Center di Universitas Michigan. Munculnya pendekatan ini merupakan reaksi atas ketidakpuasan beberapa ilmuwan politik terhadap pendekatan sosiologis.
Beberapa ilmuwan yang menganut pendekatan psikologis ini menganggap pendekatan sosiologis secara metodologis sulit dilaksanakan, terutama dalam
aspek pengukurannya. Misalnya, bagaimana mengukur secara tepat sejumlah indikator kelas sosial, kelompok primer atau sekunder, kelompok agama,
organisasi masyarakat dan sebagainya. Apakah variabel tersebut benar-benar memberikan sumbangan pada perilaku pemilih.
Universitas Sumatera Utara
Menurut pendekatan ini, perilaku pemilih ditentukan oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam diri pemilih voters sebagai produk dari
proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang menentukan dalam
mempengaruhi perilaku politiknya. Menurut Greenstein terdapat tiga alasan mengapa sikap sebagai variabel sentral untuk menjelaskan perilaku pemilih.
Pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan. Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat, dan kepentingan orang tersebut.
Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri. Seseorang bersikap tertentu sesuai dengan kepentingan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh
yang diseganinya atau kelompok panutannya. Ketiga, sikap merupakan eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang itu merupakan upaya
untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan defence mechanism dan eksternalisasi diri sperti
proyeksi, rasionalisasi, dan identifikasi.
30
Pendekatan rasional sebenarnya diadopsi dari ilmu ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar ekonomi dan perilaku pemilih politik.
Apabila secara ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional yaitu mereka menekan ongkos sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya, maka dalam perilaku politik pun masyarakat akan dapat bertindak
1.5.2.3. Pendekatan Rasional