Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

(1)

GAMBARAN GEJALA GANGGUAN PERNAPASAN PADA NELAYAN YOUNG PANAH HIJAU LINGKUNGAN 8 KECAMATAN

MEDAN MARELAN TAHUN 2010

S K R I P S I

Oleh :

NIM. 061000106

FITHRI HANDAYANI LUBIS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN GEJALA GANGGUAN PERNAPASAN PADA NELAYAN YOUNG PANAH HIJAU LINGKUNGAN 8 KECAMATAN

MEDAN MARELAN TAHUN 2010

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000106

FITHRI HANDAYANI LUBIS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul


(3)

GAMBARAN GEJALA GANGGUAN PERNAPASAN PADA NELAYAN YOUNG PANAH HIJAU LINGKUNGAN 8 KECAMATAN

MEDAN MARELAN TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 061000106

FITHRI HANDAYANI LUBIS

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Desember 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr.Ir. Gerry Silaban, M.Kes) (dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS) NIP. 196202061992031002 NIP. 195711171987021002

Penguji II Penguji III

(Ir.Kalsum, M.Kes) (Umi Salmah, SKM, M.Kes) NIP. 195908131991032001 NIP. 197305232008122002

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S.) NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

X + 47 Halaman + 29 Daftar Pustaka + 8 Daftar Tabel + Lampiran

Gejala Gangguan Pernapasan adalah keluhan kesehatan yang dialami oleh responden berupa batuk, batuk berdahak, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, napas bunyi, banyak keringat malam, demam, berat badan turun. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran gejala gangguan pernapasan pada nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010. Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 merupakan nelayan yang memiliki prioritas tangkapan berupa udang. Sampel yang menjadi subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Vincent gasper sehingga didapatkan sampel sebanyak 70 responden.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kebanyakan responden berumur ≥ 31 tahun (37 orang), masa kerja ≥ 13 tahun (36 orang), seluruh responden tidak memiliki riwayat pekerjaan terdahulu (70 orang), dan seluruh responden memiliki kebiasaan merokok (70 orang). Gejala gangguan pernapasan berdasarkan umur responden terbanyak yaitu pada responden yang berumur ≥ 31 t ahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (89,2%), berdasarkan masa kerja responden terbanyak yaitu pada responden dengan masa kerja ≥ 13 tahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (91,6%), berdasarkan kebiasaan merokok responden yang seluruhnya memiliki kebiasaan merokok adalah batuk sebanyak 59 orang (84,2%).

Berdasarkan Hasil Penelitian ini disarankan kepada Nelayan agar memakai alat pelindung diri seperti baju hangat dan masker untuk melindungi diri dari cuaca berupa udara dingin laut pada malam hari yang dapat menyebabkan timbulnya gejala gangguan pernapasan dan diharapkan dengan menggunakan baju hangat saat berlayar dapat mengurangi konsumsi rokok yang juga dapat menyebabkan timbulnya gejala gangguan pernapasan, Kepada Pemerintah dalam hal ini Puskesmas diharapkan mengaktifkan kembali kader di bidang kesehatan kerja pada masyarakat nelayan, agar gangguan kesehatan akibat kerja yang dialami nelayan dapat ditangani secara spesifik.


(5)

ABSTRACT

Description of Respiratory Disorders Symptoms In fisherman at Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan in 2010

X + 47 Pages +29 literatures + 8 table list + Enclosures

Respiratory disorders are symptoms of health complaints experienced by respondents in the form of cough, cough with phlegm, coughing up blood, shortness of breath, chest pain, breathing sounds, a lot of night sweats, fever, weight loss. This research was conducted descriptive research to know the description of respiratory disorders symptoms in fisherman at Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan in 2010. The fisherman at Young Panah Hijau Lingkungan 8 is a fisherman who has priority in the form of shrimp catch. The sample which is the subject of research is determined by using the formula of Vincent Gasper and obtained sample of 70 respondents.

Results of research indicated that most respondents aged ≥ 31 years (37

people), years of works ≥ 13 years (36 people), all respondents had no history of previous work (70 people), and all respondents have the habit of smoking (70 people). Respiratory disorders symptoms by age of respondents most of the respondents aged ≥ 31 years is chest pain as many as 33 people (89.2%), based on the working lives of the majority of respondents in respondents with ≥ 13 year working period is chest pain as many as 33 people (91 , 6%), based on the smoking habits of respondents who all have the habit of smoking as many as 59 people were cough (84.2%).

Based on the results of this study suggested the fisherman to wear protective gear such as warm clothes to protect themselves from the cold weather of the sea at night which can cause respiratory symptoms and are expected to use a sweater while sailing to reduce the consumption of cigarettes can also cause respiratory symptoms.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FITHRI HANDAYANI LUBIS

BIODATA

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 28 Oktober 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Belum Kawin Nama Orangtua

a. Ayah : Syahrul Lubis b. Ibu : Yusniar Nasution

Alamat : Jl. Pelajar Timur Ujung Gg.Darmo No.3 Medan

1. (Tahun 1994-2000) : SDN 064035 Medan RIWAYAT PENDIDIKAN

2. (Tahun 2000-2003) : MTsN 2 Medan

3. (Tahun 2003-2006) : SMU NURUL ILMI Padangsidempuan

4. (Tahun 2006-2010) : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala Berkah dan Rahmad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “GAMBARAN GEJALA GANGGUAN PERNAPASAN PADA NELAYAN YOUNG PANAH HIJAU LINGKUNGAN 8 KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2010”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban. Mkes, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji IV yang telah memberikan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Yusuf Ghazali, selaku Kepala Lingkungan 8 yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di Lingkungan 8 Young Panah Hijau.

8. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tersayang Syahrul Lubis dan Yusniar Nasution yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, bimbingan,


(8)

dukungan moril dan maupun materil dan segala yang terbaik yang penulis butuhkan.

9. Saudara-saudariku Syahrina Handayani Lbs, Miftahul Handayani Lbs, Pardamean Syaifullah Lbs, Nurul Hasanah Lbs dan keponakanku tersayang Dzaki Mubarakh yang telah memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan saran-saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Desember 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ...i

Abstrak ...iia Abstract ...iib Kata Pengantar ...iii

Riwayat Hidup ...v

Daftar Isi ...vi

Daftar Gambar ...viii

Daftar Tabel ...ix

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...5

1.3.1. Tujuan Umum ...5

1.3.2. Tujuan Khusus...5

1.4. Manfaat Penelitian ...6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1. Tinjauan Tentang Sistem Pernapasan ...7

2.1.1. Pengertian Sistem Pernapasan ...7

2.1.2. Saluran Pernapasan ...8

2.2. Anatomi Sistem Pernapasan ...9

2.2.1. Anatomi Sistem Pernapasan Bagian Atas...9

2.2.2. Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah ...12

2.2.3. Saluran Pernapasan Terminal ...13

2.3. Gangguan Pernapasan ...16

2.3.1. Pengertian Gangguan Pernapasan ...16

2.3.2. Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan ...17

2.3.3. Pencegahan gangguan pernapasan pada nelayan ...17


(10)

2.4. Nelayan ...19

2.4.1.Pengertian Nelayan...19

2.4.2.Lingkungan Kerja Nelayan ...21

2.4.3. Proses Kerja Nelayan ...23

2.5. Kerangka Konsep ...24

BAB 3 METODE PENELITIAN...25

3.1. Jenis Penelitian ...25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...25

3.2.1. Lokasi Penelitian ...25

3.2.2. Waktu Penelitian ...25

3.3. Populasi dan Sampel ...25

3.3.1. Populasi ...25

3.3.2. Sampel ...26

3.4. Metode Pengumpulan Data ...27

3.5. Defenisi Operasional ...27

3.6. Aspek Pengukuran ...28

3.7. Pengolahan dan Analisa Data ...28

BAB 4 HASIL PENELITIAN ...29

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...29

4.2 Proses Kerja ...29

4.3 Karakteristik Responden ...31

4.3.1 Umur ...31

4.3.2 Masa Kerja ...32

4.3.3 Riwayat Pekerjaan ...32

4.3.4 Kebiasaan Merokok ...33

4.3.5 Gejala Gangguan Pernapasan...34


(11)

BAB V PEMBAHASAN ...38

5.1 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Umur ...38

5.2 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Masa Kerja ...40

5.3 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Riwayat Pekerjaan ...42

5.4 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Kebiasaan Merokok ...43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...43

6.1 Kesimpulan ...46

6.2 Saran ...47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1. Anatomi hidung dan sinus... 10

Gambar 2-2. Laring... 12

Gambar 2-3. Alveolus... 14

Gambar 2-4. Paru-paru... 14


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Umur ... 31

Tabel 4.2 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Masa Kerja ... 32

Tabel 4.3 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Riwayat Pekerjaan ... 32

Tabel 4.4 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Kebiasaan Merokok ... 33

Tabel 4.5 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Gejala Gangguan Pernapasan ... 34

Tabel 4.6 Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Umur ... 35

Tabel 4.7 Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Masa Kerja ... 36

Tabel 4.8 Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Kebiasaan Merokok ... 37


(14)

ABSTRAK

Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

X + 47 Halaman + 29 Daftar Pustaka + 8 Daftar Tabel + Lampiran

Gejala Gangguan Pernapasan adalah keluhan kesehatan yang dialami oleh responden berupa batuk, batuk berdahak, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, napas bunyi, banyak keringat malam, demam, berat badan turun. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran gejala gangguan pernapasan pada nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010. Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 merupakan nelayan yang memiliki prioritas tangkapan berupa udang. Sampel yang menjadi subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Vincent gasper sehingga didapatkan sampel sebanyak 70 responden.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kebanyakan responden berumur ≥ 31 tahun (37 orang), masa kerja ≥ 13 tahun (36 orang), seluruh responden tidak memiliki riwayat pekerjaan terdahulu (70 orang), dan seluruh responden memiliki kebiasaan merokok (70 orang). Gejala gangguan pernapasan berdasarkan umur responden terbanyak yaitu pada responden yang berumur ≥ 31 t ahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (89,2%), berdasarkan masa kerja responden terbanyak yaitu pada responden dengan masa kerja ≥ 13 tahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (91,6%), berdasarkan kebiasaan merokok responden yang seluruhnya memiliki kebiasaan merokok adalah batuk sebanyak 59 orang (84,2%).

Berdasarkan Hasil Penelitian ini disarankan kepada Nelayan agar memakai alat pelindung diri seperti baju hangat dan masker untuk melindungi diri dari cuaca berupa udara dingin laut pada malam hari yang dapat menyebabkan timbulnya gejala gangguan pernapasan dan diharapkan dengan menggunakan baju hangat saat berlayar dapat mengurangi konsumsi rokok yang juga dapat menyebabkan timbulnya gejala gangguan pernapasan, Kepada Pemerintah dalam hal ini Puskesmas diharapkan mengaktifkan kembali kader di bidang kesehatan kerja pada masyarakat nelayan, agar gangguan kesehatan akibat kerja yang dialami nelayan dapat ditangani secara spesifik.


(15)

ABSTRACT

Description of Respiratory Disorders Symptoms In fisherman at Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan in 2010

X + 47 Pages +29 literatures + 8 table list + Enclosures

Respiratory disorders are symptoms of health complaints experienced by respondents in the form of cough, cough with phlegm, coughing up blood, shortness of breath, chest pain, breathing sounds, a lot of night sweats, fever, weight loss. This research was conducted descriptive research to know the description of respiratory disorders symptoms in fisherman at Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan in 2010. The fisherman at Young Panah Hijau Lingkungan 8 is a fisherman who has priority in the form of shrimp catch. The sample which is the subject of research is determined by using the formula of Vincent Gasper and obtained sample of 70 respondents.

Results of research indicated that most respondents aged ≥ 31 years (37

people), years of works ≥ 13 years (36 people), all respondents had no history of previous work (70 people), and all respondents have the habit of smoking (70 people). Respiratory disorders symptoms by age of respondents most of the respondents aged ≥ 31 years is chest pain as many as 33 people (89.2%), based on the working lives of the majority of respondents in respondents with ≥ 13 year working period is chest pain as many as 33 people (91 , 6%), based on the smoking habits of respondents who all have the habit of smoking as many as 59 people were cough (84.2%).

Based on the results of this study suggested the fisherman to wear protective gear such as warm clothes to protect themselves from the cold weather of the sea at night which can cause respiratory symptoms and are expected to use a sweater while sailing to reduce the consumption of cigarettes can also cause respiratory symptoms.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dan tercatat sebagai negara kepulauan

dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 buah yang dikelilingi oleh garis pantai

sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 5,8 juta km2 dengan Zona Ekonomi

Eksklusif seluas 2.78 juta km2. Ada sekitar 60 juta Penduduk Indonesia bermukim di

wilayah Pesisir dan penyumbang sekitar 22 persen dari pendapatan bruto nasional.4

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang terletak dibagian barat

Indonesia dengan potensi laut yang cukup strategis dan memiliki dua kawasan pantai

sekaligus yakni Pantai Barat dengan panjang 763.47 km dan Pantai Timur dengan

panjang 545 km.4

Data Serikat Nelayan Indonesia (SNI) tahun 2006 menunjukkan bahwa

jumlah nelayan di Sumatera Utara sebanyak 138.678 orang yang terdiri dari 95.738

orang bekerja sebagai nelayan penuh, 37.103 orang bekerja sebagai nelayan sambilan

utama dan sebanyak 6.847 adalah nelayan sambilan tambahan. Produksi perikanan

Sumatera Utara mencapai 421.296,74 ton, terdiri dari 362.082,53 ton ikan laut, dan

37.375,78 ton ikan darat. Serta 21.283,99 ton ikan budi daya air payau dan budi daya

laut sebesar 554,44 ton.4

Data dan potensi sumber daya pesisir dan laut sebagaimana tergambar diatas

sangat strategis bagi pembangunan perekonomian untuk dapat dimanfaatkan

sebaik-baiknya bagi kepentingan rakyat di Sumatera Utara khususnya nelayan. Namun di


(17)

Hal ini dipertegas oleh hasil penelitian dari Martiana dan Lestari (2006) mengenai

gangguan kesehatan pada nelayan Lombok yang menyatakan bahwa 80% dari

responden mengalami gangguan kulit berupa hyperpigmentasi, 51% mengalami

gangguan mata berupa iritasi dan pterigium, 28% mengalami gangguan pendengaran

berupa telinga berdenging, 59% mengalami gangguan persendian berupa low back

pain, 38% mengalami gangguan pernapasan berupa ISPA, dan 50% mengalami

gangguan abdomen berupa gastritis. 10

Ringkasan dan analisis hasil survei Keselamatan dan masalah kesehatan di

industri perikanan (Safety and health issues in the fishing industry) oleh konsultan

ILO Tomaszunas, menyebutkan bahwa banyak nelayan yang menderita penyakit kulit

dan pernafasan, serta dari efek kebisingan dan getaran. Hipertensi, penyakit jantung

koroner, kanker perut dan kanker paru-paru juga ditunjukkan sebagai masalah

penting.15

Kepala Pusat Data dan Statistik, Poernomo (2009) dalam siaran pers nya di

Jakarta, menyatakan bahwa gangguan kesehatan akibat pekerjaan sebagai nelayan

yang ditemukan adalah pterygium (penyakit pada mata) dengan frekuensi sebesar

88% dan kelainan fungsi pendengaran sebesar 27%. Gangguan kesehatan lainnya

adalah gangguan pernapasan bagian atas dan prevalensi terbesar didapatkan pada para

penyelam.11

Kesehatan adalah hak semua orang, akan tetapi prinsip-prinsip untuk hidup sehat

sering bertentangan dengan aktivitas yang dilakukan, misalnya pekerjaan. Sekarang

ini, pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting. Bagi


(18)

rangka memperoleh imbalan berupa uang atau jasa, maupun dalam rangka

mengembangkan dirinya. Pada kenyataannya, sebagian besar pekerjaan cenderung

memiliki konotasi paksaan, baik yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri ataupun

yang ditimbulkan dari luar. Pekerjaan juga seringkali meliputi penggunaan waktu dan

usaha di luar keinginan individu pekerja, contohnya bekerja pada malam hari.

Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat 1

menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan

perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Agar seorang tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat

terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas setinggi-tingginya, maka perlu ada

keseimbangan yang menguntungkan dari faktor beban kerja, beban tambahan akibat

lingkungan kerja dan kapasitas kerja.16

Laut merupakan salah satu lingkungan kerja yang berbahaya bagi kesehatan paru,

walaupun masih banyak penyakit akibat kerja yang dapat ditimbulkan, seperti

dermatitis dan menurunnya daya dengar akibat kebisingan dari suara motor kapal.

Hal ini dapat disebabkan karena air laut mengandung sejumlah besar gas-gas udara

yang terlarut. Semua gas-gas yang ada di atmosfir dapat dijumpai di dalam air laut

walaupun terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang

ada di atmosfir.2

Lingkungan pemukiman dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap terjadinya


(19)

yang berada di sekitar tepi laut dapat memudahkan terjadinya penularan penyakit

terutama yang ditularkan melalui udara.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada tanggal 10, 14 Juli dan 30 September

2010 di Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan ditemukan

bahwa daerah tersebut merupakan pangkalan tempat berlabuhnya kapal nelayan

sekaligus tempat pemukiman keluarga nelayan. Hasil tangkapan yang menjadi

prioritas nelayan Young Panah Hijau adalah udang. Berdasarkan keterangan Kepala

Lingkungan diketahui bahwa kebanyakan nelayan merupakan kepala rumah tangga

yang berusia diatas 40 tahun dan telah menekuni profesi sebagai nelayan selama

puluhan tahun, kebiasaan merokok juga ditemukan pada kebanyakan nelayan, udara

dingin pada malam hari yang dirasakan pada saat berlayar menjadi alasan bagi para

nelayan untuk merokok karena dianggap dapat menghangatkan tubuh. Berdasarkan

keterangan dari 12 orang nelayan yang baru pulang berlayar, keluhan nelayan tentang

gejala gangguan pernapasan yang paling banyak ditemukan adalah batuk dan sesak

napas. Para nelayan tersebut pergi berlayar dengan menggunakan baju lengan pendek

dan membawa jaket, akan tetapi jaket tersebut tidak dipakai saat bekerja dan baru

dipakai saat pekerjaan telah selesai dilaksanakan.

Nelayan Young Panah Hijau berlayar di laut selama dua hari, kemudian kembali ke

darat selama sehari dan begitulah seterusnya. Secara alamiah manusia bekerja pada

siang hari dan tidur pada malam hari, dengan perubahan pola kerja tentu nelayan akan


(20)

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian, apakah ada gejala

gangguan pernapasan pada nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan

Medan Marelan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala gangguan

pernapasan pada nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gejala

gangguan pernapasan pada nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan pernapasan pada nelayan

Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

berdasarkan karakteristik umur.

2. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan pernapasan pada nelayan

Young Panah Hijau lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010


(21)

3. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan pernapasan pada nelayan

Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

berdasarkan karakteristik riwayat pekerjaan.

4. Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan pernapasan pada nelayan

Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

berdasarkan kebiasaan merokok.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi nelayan untuk lebih memperhatikan faktor risiko

yang dapat mempengaruhi kesehatan alat pernapasan.

2. Sebagai bahan masukan bagi Serikat Nelayan Indonesia (SNI) mengenai

gejala gangguan pernapasan yang terjadi pada nelayan Young Panah Hijau

Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis serta referensi bagi


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Sistem Pernapasan

2.1.1 Pengertian Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah siste

untuk pertukaran

untuk membawa udara ke dalam

menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan

ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup.6

Pada manusia terdapat dua variasi sistem pernapasan yaitu:

a. Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk

sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih

kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara

tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga

dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih

besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon


(23)

b. Pernapasan perut

Pernapasan perut adalah

dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga

rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot

diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga

dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih

besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon

dioksida keluar.6

2.1.2 Saluran Pernapasan

Saluran Pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu:

1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway) dengan fungsi utama sebagai berikut:

a. Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yamh meneruskan udara

menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.

b. Protection ( perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian bawah

agar terhindar dari masuknya benda asing.

c. Warming, filtrasi, dan humudifikasi yakni sebagai bagian yang

menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembaban udara yang diinspirasi


(24)

2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Airway) yang secara umum dibagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya, yaitu:

a. Saluran udara konduktif, sering disebut sebagai percabangan

trakheobronkhialis (tracheobronchial tree) yang terdiri atas trakea, bronkus, dan

bronkhiolus.

b. Saluran respiratoris terminal yang berfungsi sebagai penyalur (konduksi) gas

masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal (saluran pernapasan yang paling

ujung), yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.14

2.2 Anatomi Sistem Pernapasan

2.2.1 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:

a. Lubang hidung (cavum nasalis)

Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung

dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan

ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang

dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung

mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar

terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel

bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga

dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat

mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau


(25)

Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara

(humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan

resonator suara.

Gambar 2-1: Anatomi hidung dan sinus

Sumber

b. Sinus paranasalis

Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan

sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus

sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus berfungsi untuk:

1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi

2. Meringankan berat tulang tengkorak

3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi

c. Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan

(kabrtilago) krikoid. Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada


(26)

hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring

(laringo-faring).

Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia

(pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius.

Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur

tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari

invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan.

Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan

dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili platina (posterior) dan tonsili lingualis

(dasar lidah).

d. Laring

Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk oleh struktur epiteliumlined yang

berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di

anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada

di posterior laring.

Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan

napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.

Laring terdiri atas:

1. Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.

2. Glotis; lubang antara pita suara dan laring.

3. Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang


(27)

4. Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah

kartilago tiroid).

5. Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan

kartilago tiroid.

6. Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang

menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.14

Gambar 2-2: Laring

Sumber: www.dtc.prima.edu/~biology

2.2.2 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:

a. Trakhea

Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal ke-7

yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea

bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago


(28)

b. Bronkhus dan Bronkhiolus

Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertikal

daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah

masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada bronkhus sebelah kiri.

Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti

ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago

sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak

adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga

dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli dilengkapi dengan poros/lubang

kecil yang terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah kolaps alveoli.

Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak

mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead

Space. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.14

2.2.3 Saluran Pernapasan Terminal Saluran pernapasan terminal terdiri atas:

a. Alveoli

Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru.

Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveolimerupakan kantong

udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorus

sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona

respirasi) terdiri ats bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs


(29)

Gambar 2-3: Alveolus

Sumber

b. Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas

tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai

tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut

dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian

menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.

Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung,

aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan bronkhus,

serta kelenjar timus terdapat pada mediastinum.14

Gambar 2-4: Paru-paru


(30)

c. Dada, Diafragma, dan Pleura

Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah

besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae). Bagian atas

dada pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot scaleneus dan

sternocleidomastoid.

Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti kubah

pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (Nervus Phrenicus) terdapat pada

susunan saraf spinal.

Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada

dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan

luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua

pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua

permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah

pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah

daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-paru. Masuknya udara

maupun cairan ke dalam rongga pleura akan menyebabkan paru-paru tertekan dan

kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan mengalami peradangan.14

Gambar 2-5: Pleura


(31)

d. Sirkulasi Pulmoner

Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan arteri

pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi

sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri

bronkhialis berasal dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior

bronkhus. Vena bronkhialis akan mengalirkan darah menuju vena pulmonalis.

Arteri pulmonallis berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena ke

paru-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler

paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak yang

diperlukan untuk pertukaran gas antara alveolus dan darah.14

2.3 Gangguan Pernapasan

2.3.1 Pengertian Gangguan Pernapasan

Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke

sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya

terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau

Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia. Keracunan asam sianida,

debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2

oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih

besar terhadap racun dibanding terhadap O2. Asfiksi dapat pula disebabkan karena

penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan

adenoid. Gangguan pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit


(32)

2.3.2 Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan Penyebab utama penyakit pernapasan, yaitu:

1. Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis

2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian

makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang

reaksi jaringan

3. Partikel-partikel organik yang merespons imun

4. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu berkadar

tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.17

Sedangkan penyebab utama gangguan saluran napas pada nelayan, yaitu:

1. Cuaca

2. Debu Dempul. 23

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan adalah kebiasaan

merokok, keturunan, perokok pasif, polusi udara dan riwayat infeksi pernapasan

sewaktu kecil.12

2.3.3 Pencegahan Gangguan Pernapasan pada Nelayan

1. Dengan memakai alat pelindung diri (masker, pakaian, topi)

2. Dengan menggunakan minyak gosok pemanas badan.


(33)

2.3.4 Tanda-tanda dan Gejala Gangguan Pernapasan

Yang termasuk tanda dan gejala gangguan pernapasan adalah batuk, sputum

(dahak), dispnea, nyeri dada.

a) Batuk

Batuk merupakan gejala paling umum dari penyakit pernapasan. Rangsangan yang

biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia dan peradangan.

Inhalasi debu, asap dan benda asing kecil sering merupakan penyebab paling sering

dari batuk.

b) Sputum (dahak)

Orang dewasa membentuk sputum sekitar 100 ml dalam saluran napas setiap hari,

sedangkan dalam keadaan saluran napas terganggu biasanya sputum yang dihasilkan

melebihi 100 ml per hari.

c) Hemoptisis

Istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum berdarah.

d) Dispnea

Dispnea sering juga disebut dengan sesak napas, perasaan sulit bernapas dan

merupakan gejala utama penyakit kardiovaskuler.

e) Nyeri dada

Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit


(34)

2.4. Nelayan

2.4.1 Pengertian Nelayan

Nelayan menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 adalah orang yang

mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Perairan yang menjadi daerah

aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan7

Menurut Wahyuningsih (1997) yang dikutip dari Musssawir (2009) nelayan

dapat dibagi tiga jika dilihat dari sudut pemilikan modal, yaitu:

1) Nelayan juragan, Nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan lat penangkap ikan yang mampu mengubah para pelayan pekerja sebagai pembantu

dalam usahanya menangkap ikan di laut. Nelayan jurgan ada tiga macam yaitu

nelayan juragan laut, nelayan juragan darat yang mengendalikan usahanya dari

daratan, dan orang yang memiliki perahu, alat penangkap ikan dan uang tetapi bukan

nelayan asli, yang disebut tauke (toke) atau cakong.

2) Nelayan pekerja, Yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu

usaha penangkapan ikan di laut.

3) Nelayan pemilik, Merupakan nelayan yang kurang mampu, nelayan ini hanya mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap ikan


(35)

Berdasarkan teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan, orientasi

pasar dan karakteristik hubungan produksi, Satria (2002) yang dikutip dari mussawir

(2009) menggolongkan nelayan ke dalam empat kelompok yaitu:

1) Peasant-fisher atau nelayan tradisional yang biasanya bersifat subsisten, menggunakan alat tangkap yang masih tradisional seperti dayung, sampan yang tidak

bermotor dan hanya melibatkan anggota keluarganya sendiri sebagai tenaga kerja

utama.

2) Post-peason fisher, Dicirikan dengan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju atau modren. Meski masih beroperasi di wilayah pesisir, tetapi

daya jelajahnya lebih luas dan memiliki surplus untuk diperdagangkan di pasar.

3) Commersial-fisher, yakni nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan. Skala usahanya telah besar, yang dicirikan dengan banyaknya jumlah

tenaga kerja dengan status yang berbeda dan membutuhkan keahlian tersendiri dalam

pengoperasian kapal maupun alat tangkapannya.

4) Industrial-fisher, yang memiliki ciri-ciri : 1) diorganisasi dengan cara-cara yang mirip debgan perusahaan agro industri di negara maju; 2) lebih padat modal; 3)

memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari pada perikanan sederhana; dan 4)

menghasilkan produk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi ekspor. Nelayan

berskala besar ini umumnya memiliki organisasi kerja yang kompleks dan


(36)

2.4.2 Lingkungan Kerja Nelayan

Lingkungan pesisir berkaitan erat dengan kehidupan nelayan, laut dan nelayan adalah

dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Nelayan merupakan profesi seseorang yang

begitu terkait erat dengan keberadaan laut dalam melangsungkan eksistensi

hidupnya.20

Laut adalah kumpulan

laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti

garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak

terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.2

Hasil identifikasi dan analisa oleh Sihombing (2008) potensi bahaya lingkungan kerja

pada nelayan adalah terpapar kebisingan, getaran, iklim kerja, pencahayaan dan

proses kerja sebelum dan sesudah melaut.21

a. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita,

karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan

kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi.22

Hasil penelitian dari Martiana dan Lestari (2006) kebisingan yang timbul dari suara

motor tempel pada perahu nelayan, menyebabkan banyak nelayan menderita


(37)

b. Getaran

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh

alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan

akibat-akibat yang kurang baik untuk tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh

intensitas, frekuensi, getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan

anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini

beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan-gangguan antara

lain :

a. Mempengaruhi konsentrasi kerja

b. Mempercepat datangnya kelelahan

c. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti : mata, syaraf, oto-otot, dll.22

c. Iklim Kerja

Menangkap ikan di laut ternyata membutuhkan seperangkat pengetahuan yang

berhubungan dengan sifat-jenis penangkapan, mekanisme penangkapan ikan dari

berbagai pengaruh alam lainnya, pada malam hari suhu berkisar antara 12,8 0C

sampai 30 0C dalam suhu tersebut nelayan dapat saja terserang berbagai gangguan

kesehatan.21 Menurut dr. Hrayr Attarian, Kepala tenaga medis di Fletcher Allen

Health Care, Vermont, AS, salah satu penyakit atau gangguan kesehatan yang rentan

menyerang pekerja malam adalah Infeksi gangguan sistem pernapasan, hawa dingin


(38)

d. Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara

jelas dan cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan

pekerja mudah lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka

lebar-lebar. Lelahnya mata akan mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa

merusak mata.22 Berdasarkan hasil penelitian Martiana dan Lestari (2006) diketahui

bahwa 51% responden mengalami gangguan mata berupa kelainan visus dan 33%

berupa iritasi mata.

e. Proses kerja

Kasus Low back pain pada nelayan cukup tinggi mengingat cara kerja mereka yang

berat dan sikap kerja yang salah dapat menyebabkan gangguan tersebut. Dari hasil

penelitian Martiana dan Lestari (2006) diketahui bahwa 59% responden mengalami

kasus Low back pain.

2.4.3 Proses Kerja Nelayan

Nelayan mulai berangkat untuk bekerja pada pukul 12.00 dan pada pukul

16.00 nelayan berangkat dari pangkalan menuju laut dan sampai di lokasi untuk

menangkap udang sekitar pukul 18.30.

Proses kerja nelayan baru dimulai pada pukul 24.00 dan nelayan baru berhenti

menurunkan jaring apabila tangkapan yang didapatkan sudah mencapai target, yaitu

sebanyak 20 ton. Setelah tangkapan mencapai target nelayan langsung pulang ke


(39)

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan:

Bagan di atas menjelaskan bahwa gejala gangguan pernapasan diteliti

berdasarkan karakteristik nelayan (umur, masa kerja, riwayat pekerjaan) dan

kebiasaan merokok.

Karakteristik Nelayan • Umur

• Masa Kerja

• Riwayat pekerjaan Gejala

Gangguan


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran gejala gangguan pernapasan pada nelayan Young Panah Hijau Lingkungan

8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan

Medan Marelan, dengan alasan:

1. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai gangguan pernapasan pada

nelayan di Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun

2010.

2. Berpotensi untuk menimbulkan gangguan pernapasan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Oktober - Desember 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi meliputi seluruh penduduk Young Panah Hijau Lingkungan 8

Kecamatan Medan Marelan yang berprofesi sebagai nelayan sesuai dengan data yang


(41)

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel yang menjadi subjek penelitian ditentukan dengan

menggunakan rumus Vincent gasper, 1991, n = NZc2P(1-P)/NG2+Zc2P(1-P) 18

Dengan ketentuan: n = besar sampel

N = besar populasi

P = proporsi populasi (0,5)

G = galat pendugaan (0,1)

Zc = taraf kepercayaan 95 % (1,96)

Maka, n

n

n

n

=

70

Dari perhitungan di atas, didapatkan sampel sebanyak 70 orang.

Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan


(42)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

1) Data primer diperoleh dengan cara wawancara kepada responden dengan

menggunakan kuesioner yang diadopsi dari survei kesehatan daerah.

2) Data sekunder diperoleh dari Kepala Lingkungan 8 Young Panah Hijau

Kecamatan Medan Marelan berupa profil kelurahan Labuhan Deli.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah:

1) Gejala Gangguan Pernapasan adalah keluhan kesehatan yang dialami oleh

responden berupa batuk, batuk berdahak, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada,

napas bunyi, banyak keringat malam, demam, berat badan turun.

2) Nelayan adalah responden yang berlayar di laut untuk menangkap udang.

3) Umur adalah lamanya responden hidup mulai sejak lahir sampai ulang

tahun terakhir nelayan saat penulis melakukan penelitian.

4) Masa Kerja adalah lamanya responden bekerja untuk mencari penghasilan

di laut (dalam tahun).

5) Riwayat pekerjaan adalah pekerjaan yang pernah dilakukan responden

sebelum menjadi nelayan.

6) Kebiasaan Merokok adalah perilaku responden yang biasa merokok atau


(43)

3.6 Aspek Pengukuran

Untuk mengetahui gambaran gejala gangguan pernapasan nelayan Young Panah

Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan, dideskripsikan dengan

menggunakan kuesioner mengenai gejala gangguan pernapasan.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Data yang telah terkumpul diseleksi kelengkapannya

2. Data yang telah terseleksi kelengkapannya kemudian dianalisis secara

deskriptif dengan menggunakan aplikasi komputer.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Young Panah Hijau Lingkungan 8 terletak di Kelurahan Labuhan Deli

Kecamatan Medan Marelan. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Labuhan Deli

adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Belawan

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kelurahan Tengah Pulau

- Sebelah Barat : Kelurahan Paya Pasir

- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Labuhan

Berdasarkan Profil Kelurahan diketahui bahwa Young Panah Hijau merupakan

lingkungan pemukiman nelayan dengan mayoritas suku Melayu yang memiliki

jumlah penduduk sebesar 1.983 orang dengan rincian 978 orang laki-laki dan 915

orang perempuan. Udang merupakan hasil tangkapan yang menjadi prioritas Nelayan

Young Panah Hijau.

4.2 Proses Kerja

Pada umumnya proses kerja dimulai sejak nelayan berangkat untuk bekerja

pada pukul 12.00 WIB, kemudian nelayan mempersiapkan alat-alat dan bahan yang

diperlukan untuk menangkap udang hingga pukul 16.00 WIB barulah nelayan

berangkat dari pangkalan menuju laut dan sampai di lokasi untuk menangkap udang


(45)

Sesampainya di lokasi nelayan langsung melemparkan jangkar dan langsung

beristirahat. Proses kerja Nelayan baru dimulai pada pukul 24.00 WIB dengan

menaikkan jangkar dan menurunkan jaring sambil memutarkan jaring, sesaat

kemudian barulah jaring yang sudah berisi udang dan ikan diangkat. Setelah diangkat

ke kapal pengutipan hasil tangkapan mulai dilakukan dan langsung dikemas ke dalam

tong yang ditambahkan dengan balok es. Nelayan baru berhenti menurunkan jaring

apabila tangkapan yang didapatkan sudah mencapai target, yaitu sebanyak 20 ton.

Namun biasanya nelayan baru bisa mencapai target setelah berada di laut selama dua

hari dengan proses kerja yang sama. Tidak menutup kemungkinan nelayan bisa

bermalam di laut selama lebih dari dua hari apabila hasil tangkapan belum mencapai

target. Setelah tangkapan mencapai target nelayan langsung pulang ke pangkalan dan

memulai proses pembongkaran hasil tangkapan. Bekerja pada malam hari merupakan

salah satu pekerjaan yang mempunyai resiko akan kesehatan pekerja. Suma’mur

(1993) menyatakan bahwa kerja malam perlu mendapat perhatian karena irama faal

manusia terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan akibat kerja

malam relatif sangat besar, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, kurang

tidur, timbul reaksi psikologis dan pengaruh-pengaruh kerja malam biasanya bersufat

akumulatif.26 Proses kerja responden yang berlangsung pada malam hari juga dapat

berdampak pada kesehatan paru yang merupakan salah satu organ pernapasan,

menurut dr. Retno Juwita Hanum dari Brawijaya Women and Children Hospital

Jakarta Selatan, hawa dingin angin malam bisa menyebabkan infeksi gangguan sistem

pernapasan, khususnya penderita alergi udara dingin, akan gampang terkena bronkitis


(46)

Satu kapal nelayan biasanya beranggotakan 20 orang nelayan, yang terdiri

dari: 1 orang kapten, 2 orang juru kemudi, 1 orang mekanik, 2 orang juru masak, 2

orang petugas skoci atau kapal kecil, dan 11 orang petugas menurunkan dan

menaikkan pukat sekaligus pengemasan.

4.3 Karakteristik Responden 4.3.1 Umur

Keadaan umur Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Umur

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < 31 33 47,14

2 ≥ 31 37 52,86

Jumlah 70 100

Dari tabel di atas dengan umur antara 18 – 63 tahun yang dibedakan

berdasrkan nilai tengah (median) yaitu 31 tahun. Umur responden terbanyak dimulai


(47)

4.3.2 Masa Kerja

Keadaan Masa Kerja Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkam Masa Kerja

No Masa Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < 13 34 48,6

2 ≥ 13 36 51,4

Jumlah 70 100

Dari tabel di atas dengan masa kerja antara 1 – 45 tahun yang dibedakan berdasrkan

nilai tengah (median) yaitu 13 tahun. Masa Kerja responden terbanyak dimulai pada

umur 13 tahun (≥ 13 tahun) yaitu sebanyak 36 orang responden (51,4%). 4.3.3 Riwayat Pekerjaan

Keadaan Riwayat Pekerjaan Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkam Riwayat Pekerjaan

No Riwayat Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak ada 70 100

Total 70 100

Dari tabel di atas diketahui seluruh responden yang berjumlah 70 orang


(48)

4.3.4 Kebiasaan Merokok

Keadaan kebiasaan merokok Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Kebiasaan Merokok

No Kebiasaan Merokok Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Ya 70 100

2 Tidak - -

Total 70 100

Dari tabel di atas diketahui seluruh responden yang berjumlah 70 orang


(49)

4.3.5 Gejala Gangguan Pernapasan

Keadaan gejala gangguan pernapasan Nelayan Young Panah Hijau

Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 pada 1 bulan terakhir dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Gejala Gangguan Pernapasan

Gejala Gangguan Pernapasan

Ya Tidak

Orang Persentase

(%) Orang

Persentase (%)

Batuk 59 84,2 11 15,8

Batuk Berdahak 49 70 21 30

Batuk Berdarah 11 15,7 59 74,3

Sesak Napas 11 15,7 59 74,3

Nyeri Dada 47 67,1 23 32,9

Napas Bunyi 32 45,7 38 54,3

Banyak Keringat Malam - - - -

Demam 8 11,4 62 88,6

Berat Badan Turun - - - -

Dari tabel di atas diketahui gejala gangguan pernapasan pada seluruh responden yang

berjumlah 70 orang yang paling banyak dialami oleh responden adalah batuk yaitu 59

orang (84,2%). Dan diketahui pula bahwa 68 responden (97,1%) mengalami gejala

gangguan pernapasan tersebut saat bekerja dan 68 responden (97,1%) mengalami


(50)

4.3.6 Tabulasi silang

Tabel 4.6 Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Umur

Gejala Gangguan Pernapasan

Umur

< 31 Tahun ≥ 31 Tahun Orang Persentase

(%) Orang

Persentase (%)

Batuk 32 96,9 27 72,9

Batuk Berdahak 29 87,9 20 54,1

Batuk Berdarah 1 3 10 27,1

Sesak Napas - - 11 29,7

Nyeri Dada 14 42,4 33 89,2

Napas Bunyi 15 45,4 17 45,9

Banyak Keringat Malam - - - -

Demam 6 18,1 2 5,4

Berat Badan Turun - - - -

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh hasil bahwa gejala gangguan

pernapasan yang paling banyak dialami oleh responden yang berumur < 31 tahun

adalah batuk yaitu sebanyak 32 orang (96,9%), dan gejalia gangguan pernapasan

yang paling banyak dialami oleh responden yang berumur ≥ 31 tahun adalah nyeri dada yaitu sebanyak 33 orang (89,2%).


(51)

Tabel 4.7 Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Masa Kerja

Gejala Gangguan Pernapasan

Masa Kerja

< 13 Tahun ≥ 13 Tahun Orang Persentase

(%) Orang

Persentase (%)

Batuk 32 94,1 27 75

Batuk Berdahak 29 85,2 20 55,5

Batuk Berdarah 2 5,8 9 25

Sesak Napas 2 5,8 9 25

Nyeri Dada 14 41,1 33 91,6

Napas Bunyi 15 44,1 17 47,2

Banyak Keringat Malam - - - -

Demam 2 5,8 6 16,6

Berat Badan Turun - - - -

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh hasil bahwa gejala gangguan pernapasan

yang paling banyak dialami oleh responden dengan masa kerja < 13 tahun adalah

batuk yaitu sebanyak 33 orang (97%), dan gejala gangguan pernapasan yang paling

banyak dialami oleh responden dengan masa kerja ≥ 13 tahun adalah nyeri dada yaitu sebanyak 33 orang (91,6%).


(52)

Tabel 4.8 Gambaran Gejala Gangguan Pernapasan Pada Nelayan Young Panah Hijau Lingkungan 8 Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Gejala Gangguan Pernapasan

Kebiasaan Merokok

Ya Tidak

Orang Persentase

(%) Orang

Persentase (%)

Batuk 59 84,2 - -

Batuk Berdahak 49 70 - -

Batuk Berdarah 11 15,7 - -

Sesak Napas 11 15,7 - -

Nyeri Dada 47 67,1 - -

Napas Bunyi 32 45,7 - -

Banyak Keringat Malam - - - -

Demam 8 11,4 - -

Berat Badan Turun - - - -

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh hasil bahwa gejala gangguan pernapasan

yang paling banyak dialami oleh responden yang seluruhnya merokok adalah batuk


(53)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 70 responden diperoleh

hasil bahwa gejala gangguan pernapasan dalam 1 bulan terakhir yang paling banyak

dialami pada responden yang berumur < 31 tahun adalah batuk sebanyak 32 orang

(96,9%), diikuti gejala berupa batuk berdahak sebanyak 29 orang (87,9%), gejala

berupa napas bunyi sebanyak 15 orang (45,4%), gejala berupa nyeri dada sebanyak

14 orang (42,4%), gejala berupa demam sebanyak 6 orang (18,1%), serta yang paling

sedikit adalah gejala berupa batuk berdarah sebanyak 1 orang (3%). Sedangkan gejala

gangguan pernapasan yang paling banyak dialami pada responden yang berumur ≥ 31 tahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (89,2%), diikuti gejala berupa batuk

sebanyak 27 orang (72,9%), gejala berupa batuk berdahak sebanyak 20 orang

(54,1%), gejala berupa napas bunyi sebanyak 17 orang (45,9%), gejala berupa sesak

napas sebanyak 11 orang (29,7%), gejala berupa batuk berdarah sebanyak 10 orang

(27,1%), serta yang paling sedikit adalah gejala berupa demam sebanyak 2 orang

(5,4%).

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak berusia ≥ 31 tahun yaitu sebanyak 37 orang dan 33 orang diantaranya mengalami gejala gangguan

pernapasan berupa nyeri dada. Nyeri dada yang dialami responden dipengaruhi oleh

lingkungan kerja responden berupa udara dingin laut pada malam hari, nyeri dada

yang dialami responden dapat berupa nyeri dada pleuritik. Nyeri dada

non-pleuritik biasanya memiliki lokasi sentral, menetap atau dapat menyebar ke tempat


(54)

menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering

ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah,

gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada substernal. Sindrom Iskemik yang

mungkin muncul yaitu Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort) yaitu

serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja, berlangsung hanya beberapa

menit dan menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul

setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau

gangguan emosi.29

Hasill penelitian ini menunjukkan bahwa umur berperan terhadap terjadinya

gejala gangguan pernapasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sembiring (2005) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan

gejala gangguan pernapasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit

dan gangguan kesehatan.12

Umur merupakan salah satu karakteristik yang mempunyai risiko tinggi

terhadap gangguan pernapasan. Semakin bertambahnya umur, terutama yang disertai

dengan kondisi lingkungan yang buruk serta kemungkinan terkena suatu penyakit,

maka kemungkinan terjadinya gangguan pernapasan dapat terjadi lebih besar. Seiring

dengan pertambahan umur, kapasitas paru yang juga mempengaruhi terhadap

terjadinya gangguan pernapasan juga akan menurun. Secara fisiologis dengan

bertambahnya umur maka kemampuan organ-organ tubuh akan mengalami

penurunan secara alamiah tidak terkecuali gangguan pernapasan. Penurunan kapasitas


(55)

volumenya dan akan mencapai nilai maksimal pada usia 19-21 tahun. Setelah usia

tersebut nilai faal paru akan terus menurun sesuai dengan pertambahan umur.28 Hal

ini didukung oleh Ria Faridawati (1995) yang dikutip dari Gadistina (2009) yang

menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru-paru, semakin

bertambahnya umur maka kualitas paru dapat memburuk dengan cepat dan terjadinya

gangguan fungsi paru di dalam tubuh serta menyebabkan fungsi dari organ tubuh

pekerja termasuk saluran pernapasan akan semakin berkurang. Hal yang sama

terdapat pada penelitian Soemirat (1993) yang dikutip dari Gadistina (2009) yang

menggungkapkan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru.25

5.2 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 70 responden diperoleh

hasil bahwa gejala gangguan pernapasan dalam 1 bulan terakhir yang paling banyak

dialami pada responden dengan masa kerja < 13 tahun adalah batuk sebanyak 32

orang (94,1%), diikuti gejala berupa batuk berdahak sebanyak 29 orang (85,2%),

gejala berupa napas bunyi sebanyak 15 orang (44,1%), gejala berupa nyeri dada

sebanyak 14 orang (41,1%), serta yang paling sedikit adalah gejala berupa batuk

berdarah sebanyak 2 orang (5,8%), gejala berupa sesak napas sebanyak 2 orang

(5,8%) dan gejala berupa demam sebanyak 2 orang (5,8%). Sedangkan gejala

gangguan pernapasan yang paling banyak dialami pada responden dengan masa kerja

≥ 13 tahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (91,6%), diikuti gejala berupa batuk

sebanyak 27 orang (75%), gejala berupa batuk berdahak sebanyak 20 orang (55,5%),


(56)

sebanyak 9 orang (25%), gejala berupa sesak napas sebanyak 9 orang (25%), serta

yang paling sedikit adalah gejala berupa demam sebanyak 6 orang (16,6%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak dengan masa kerja < 13

tahun yaitu sebanyak 36 orang dan 32 orang diantaranya mengalami gejala gangguan

pernapasan berupa batuk. Batuk bukanlah suat

mekanisme pertahanan tubuh di

misalnya debu di

Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat

asing tadi, hingga terjadilah batuk.27

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masa kerja tidak berperan terhadap

terjadinya gejala gangguan pernapasan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Widodo, Tri (2007) yang menyatakan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan

kapasitas vital paru yang merupakan salah satu indikator gangguan pernapasan. Hal

ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Solech, M (2001) yang

dikutip dari Widodo, Tri yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara lama

pemaparan debu kapur tulis dengan kapasitas vital fungsi paru.28 Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada bukti signifikan antara masa kerja dengan gejala

gangguan pernapasan.


(57)

pernapasan, maka semakin lama masa kerja seseorang semakin lama terpajan dengan

lingkungan kerja sehingga semakin mengganggu kesehatan paru.12 Demikian juga

hasil penelitian Mayasari (1999) yang dikutip dari sembiring(2005) menyatakan

bahwa lama kerja seseorang mempengaruhi timbulnya gangguan pernapasan.12 Masa

kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang terpajan dengan lingkungan

kerja. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori dari Sumakmur (1993)

semakin lama seseorang bekerja semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang

ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.26

Menurut Harrington yang dikutip dari Widodo, Tri (2007) apabila kondisi paru

terpapar dengan berbagai komponen pencemar, fungsi fisiologis paru sebagai organ

utama pernapasan akan mengalami beberapa gangguan sebagai akibat dari pemaparan

secara terus menerus dari berbagai komponen pencemar. Fungsi paru dapat

berubah-ubah akibat sejumlah faktor non pekerjaan seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan

merokok, kondisi kesehatan dan sebagainya.28 Terpajan lingkungan kerja yang sama

selama berpuluh-puluh tahun memungkinkan responden sudah terbiasa dengan

lingkungan kerja tersebut sehingga tubuh responden telah memiliki sistem kekebalan

tubuh terhadap lingkungan kerja berupa udara dingin laut saat malam hari, dan hal

tersebut juga perlu diperhitungkan.

5.3 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Riwayat Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 70 responden diperoleh

hasil bahwa seluruh responden tidak memiliki riwayat pekerjaan terdahulu sebelum

menjadi nelayan, pekerjaan pertama responden hingga penelitian dilakukan adalah


(58)

berperan terhadap terjadinya gejala gangguan pernapasan. Riwayat pekerjaan dinilai

sebagai salah satu karakteristik yang berpengaruh pada gangguan pernapasan, hal

tersebut dikarenakan karena kemungkinan terpajannya responden dengan lingkungan

kerja lama yang dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Riwayat pekerjaan

penting untuk mengetahui apakah penyakit akibat kerja yang dirasakan oleh

responden pada waktu sekarang disebabkan oleh pekerjaannya pada masa lalu.

Menurut Harington yang dikutip dari Gadistina (2009) pekerjaan pada masa

lalu mungkin menjadi penyebab penyakit pada masa sekarang, J.M. Harington juga

mengemukakan bahwa riwayat pekerjaan bukan hanya sebagai penyaring saja, namun

juga merupakan bagian dari pemeriksaan kesehatan yang harus diteliti.25 Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden tidak pernah terpajan

lingkungan kerja lain selain laut sehingga dapat diketahui bahwa gejala gangguan

pernapasan yang timbul bukan disebabkan oleh riwayat pekerjaan terdahulu

responden.

5.4 Gejala Gangguan Pernapasan Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 70 responden diperoleh

hasil bahwa seluruh responden memiliki kebiasaan merokok dan masih merokok

sampai saat penelitian dilakukan. Gejala gangguan pernapasan dalam 1 bulan terakhir

yang paling banyak dialami responden adalah batuk sebanyak 59 orang (84,2%),

diikuti gejala berupa batuk berdahak sebanyak 49 orang (70%), gejala berupa nyeri

dada sebanyak 47 orang (67,1%), gejala berupa napas bunyi sebanyak 32 orang


(59)

sesak napas sebanyak 11 orang (15,7%), serta yang paling sedikit adalah gejala

berupa demam sebanyak 8 orang (11,4%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 70

orang memiliki kebiasaan merokok dan masih merokok, hal ini menunjukkan bahwa

kebiasaan merokok berperan terhadap terjadinya gejala gangguan pernapasan. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa salah satu

penyebab terjadinya gangguan pernapasan adalah kebiasaan merokok.12

Salah satu hal yang paling penting untuk di kontrol pada orang dengan gangguan

pernapasan adalah kebiasaan merokok. Menurut Depkes RI (2003) Merokok dapat

menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan

paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus

bertambah banyak. Pada saluran pernapasan kecil, terjadi radang ringan hingga

penyempitan akibat bertambahnya sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat

perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan fungsi

paru-paru dan segala macan perubahan klinisnya.23

Penggunaan tembakau oleh pekerja dan populasi umum menunjukkan

kecenderungan peningkatan di seluruh dunia. Dari tahun 1920 – 1966, konsumsi

tembakau dalam berbagai bentuk terus meningkat di tempat kerja, dengan kandungan

bahan kimia yang efek biologinya belum banyak diteiliti. Rokok mengandung

sejumlah besar bahan berbahaya, yaitu kurang lebih sebanyak 4000 bahan yang telah

diidentifikasi. Pada saat merokok terjadi suatu proses pembakaran tembakau dan

nikotina tabacum dengan mengeluarkan polutan partikel padat dan gas. Diantaranya


(60)

tar (balangkin), nikotin, karbon monoksida (CO) atau asap rokok, nitrogen sianida,

benzopirin, dimetil nitrosamine, N-nitroson nikotin, katekol, fenol dan akrolein. Asap

rokok merangsang sekresi lendir sedangkan nikotin akan melumpuhkan silia,

sehingga fungsi pembersihan jalan nafas terhambat. Konsekuensinya yaitu

menumpuknya sekresi lendir yang menyebabkan batuk, banyaknya dahak dan sesak

nafas. 24

Lingkungan kerja responden saat berlayar menangkap udang berupa udara

dingin pada malam hari menjadi salah satu alasan responden untuk merokok, karena

menurut keterangan responden dengan merokok dianggap dapat menghangatkan

tubuh. Merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan karena

asap rokok yang terhisap dalam saluran napas akan mengganggu lapisan mukosa

saluran napas. Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam


(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kebanyakan responden

berumur ≥ 31 tahun (37 orang), masa kerja ≥ 13 tahun (36 orang), seluruh responden tidak memiliki riwayat pekerjaan terdahulu (70 orang), dan seluruh responden

memiliki kebiasaan merokok (70 orang).

2. Gejala gangguan pernapasan berdasarkan umur responden terbanyak yaitu

pada responden yang berumur ≥ 31 tahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (89,2%).

3. Gejala gangguan pernapasan berdasarkan masa kerja responden terbanyak

yaitu pada responden dengan masa kerja ≥ 13 tahun adalah nyeri dada sebanyak 33 orang (91,6%).

4. Gejala gangguan pernapasan berdasarkan kebiasaan merokok responden yang


(62)

6.2 Saran

1. Kepada Nelayan diharapkan memakai alat pelindung diri pada saat bekerja

seperti baju hangat untuk melindungi diri dari cuaca berupa udara dingin laut pada

malam hari yang dapat menyebabkan timbulnya gejala gangguan pernapasan,

sehingga dapat mengurangi konsumsi rokok yang dianggap dapat menghangatkan

tubuh yang juga dapat menyebabkan timbulnya gejala gangguan pernapasan.

2. Kepada Nelayan diharapkan memakai masker untuk menghindari masuknya

udara dingin ke dalam saluran pernapasan.

3. Kepada Pemerintah, dalam hal ini Puskesmas diharapkan mengaktifkan

kembali kader di bidang kesehatan kerja pada masyarakat nelayan, agar gangguan


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1.Alsagaff, Hood dan A, Mukty. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press.

2.Anonim. 2010. Bahan Organik di Laut.

pada tanggal 08 Juli 2010.

3.Anonim. 2010. Pengaruh Angin Malam Bagi Kesehatan.

. Diakses pada tanggal

01 Juni 2010.

4.Anonim. 2009. SNI: Perkuat Organisasi Nelayan Menuju Kedaulatan Rakyat. Diakses pada tanggal 01 Juni 2010.

5.Anonim. 2010. Laut. http://Wikipedia bahasa Indonesia_ensiklopedia bebas/laut. Diakses tanggal 08 juli 2010.

.6.Anonim. 2010. Sistem Pernapasan. http://Wikipedia bahasa Indonesia_ensiklopedia bebas/sistem pernapasan. Diakses tanggal 04 juni 2010.

7.Anonim. 2010. Nelayan. http://Wikipedia bahasa Indonesia_ensiklopedia bebas/nelayan. Diakses tanggal 04 juni 2010.

8.Darjamuni. 2003. Siklus Nitrogen di Laut. Program Study Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.


(64)

tanggal 08 Juli 2010.

9.Lubis, Fatliana. 2006. Gambaran Gangguan Saluran Pernapasan pada Pekerja Tekstil di CV.Trimurni Textille Industri, Medan. Skripsi FKM-USU.

10.Martiana, Tri dan KW, Lestari. 2006. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal dan Lingkungan Perumahan Nelayan di Kabupaten Lombok Timur NTB. Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNAIR.

11.Poernomo, SH. 2009. Siaran Pers No.B.80/PDSI/HM.310/VIII/2009. Indonesia Timur Butuh 2.000 Dokter Kelautan. http//www.tribun-timur.com/frontpage.com. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2010.

12.Sembiring, Rosbinawati. 2005. Hubungan Debu Padi dengan Gejala Gangguan Pernapasan pada Tenaga kerrja Kilang Padi di Desa Tanjung Selamat Medan Tahun 2005. Skripsi FKM-USU, Medan.

13.Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

14.Somantri, Irman. 2004. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Salemba Medika.

15.Tomaszunas, S. 2000. Summary and analysis based on paper. Safety and Health in the Fishing Industry, Copyright ©2000 International Labour Organization (ILO).http//www.ilo.org/public/english/sector/links=translate.googleuserconte nt.co.id. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2010.


(65)

17.WHO. 1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

18.Gasper, Vincent. 1991. Pengambilan Sampel pada Populasi Besar.

19.Mussawir. 2009. Analisis Masalah Kemiskinan Nelayan Tradisional Di Desa Padang Panjang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Tesis Sekolah Pascasarjana-USU, Medan.

20.Moeis, Syarif. 2008. Adaptasi Ekologi Masyarakat Pesisir Selatan Jawa Barat Suatu Analisa Kebudayaan. Makalah Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial-UPI, Bandung.

21.Sihombing, Jhonni. 2008. Analisis Potensi Bahaya Lingkungan Kerja Pada Nelayan Pesisir Tradisional Di Desa Sungai Kunyit Laut Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. Skripsi FKM-UNDIP.

22.Anonim. 2008. Kondisi Lingkungan Kerja Fisik Yang Mempengaruhi Aktifitas Manusia. November 2010.

23.Depkes RI. 1991. Pedoman Untuk Kader di Bidang Kesehatan Kerja pada Masyarakat Nelayan. Jakarta.

24.Budiono, Irwan. 2007. Faktor Resiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengecatan Mobil. Tesis UNDIP, Semarang.

25.Gadistina, Welly. 2009. Gambaran Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengecatan Mobil di Bengkel X di Kelurahan Pulo Brayan Darat II Medan Tahun 2010. Skripsi FKM-USU, Medan.


(66)

26.Suma’mur, P.K. 1993. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan Sembilan. Jakarta: CV. Haji Masagung.

27.Anonim. 2010. Batuk. http://Wikipedia bahasa Indonesia_ensiklopedia bebas/batuk. Diakses tanggal 25 Desember 2010.

28.Widodo, Tri. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Pembuatan Genteng. Skripsi UNNES, Semarang.

29.Anonim, 2010. Nyeri Dada (Chest Pain). Diakses tanggal 25 Desember 2010.


(1)

e. Nyeri/pegal di dada/punggung

f. Nafas bunyi/mengi

g. Banyak keringat malam

h. Demam

i. Berat badan turun

2. Apakah anda mengalami gejala gangguan pernapasan tersebut saat bekerja?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda juga mengalami gejala gangguan pernapasan tersebut saat tidak

bekerja ?

a. Ya

b. Tidak

KEBIASAAN MEROKOK

1. Apakah Anda Merokok?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah Anda sekarang masih merokok?


(2)

LAMPIRAN

Descriptives

Descriptive Statistics

N

Minim u m

Maxim u

m Mean

Std. Devia

tion

Tahun 70 18 63 35,89 11,909

MSKERJA 70 1 46 16,21 11,561

GG1 70 1 2 1,16 ,367

GG2 70 1 2 1,30 ,462

GG3 70 1 2 1,84 ,367

GG4 70 1 2 1,84 ,367

GG5 70 1 2 1,33 ,473

GG6 70 1 2 1,56 ,500

GG7 70 2 2 2,00 ,000

GG8 70 1 2 1,81 ,392

GG9 70 2 2 2,00 ,000

MEROKOK 70 1 1 1,00 ,000

Valid N


(3)

NAMA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Abdul Halim 1 1,4 1,4 1,4

Abdul Khadir 1 1,4 1,4 2,9

Abu Bakar 1 1,4 1,4 4,3

Agussalim 1 1,4 1,4 5,7

Ahmad

Suheri 1 1,4 1,4 7,1

Ahmad

Sunardi 1 1,4 1,4 8,6

Ajuar 1 1,4 1,4 10,0

Amat 1 1,4 1,4 11,4

Amran 1 1,4 1,4 12,9

Amrillah 1 1,4 1,4 14,3

Anuar 1 1,4 1,4 15,7

Arifin 1 1,4 1,4 17,1

Armayin 1 1,4 1,4 18,6

Bambang

Syaputra 1 1,4 1,4 20,0

Budi 1 1,4 1,4 21,4

Buyung 1 1,4 1,4 22,9

Dahlian 1 1,4 1,4 24,3

Erwinsyah 1 1,4 1,4 25,7

Fuadi 1 1,4 1,4 27,1

Gimin Tola 1 1,4 1,4 28,6

Hartanto 1 1,4 1,4 30,0

Ibnu Khaldun 1 1,4 1,4 31,4

Ibrahim 2 2,9 2,9 34,3

Ilyas 1 1,4 1,4 35,7

Ismail Sholeh 1 1,4 1,4 37,1 Jamaluddin 1 1,4 1,4 38,6

Jepri 1 1,4 1,4 40,0

Juliandi 1 1,4 1,4 41,4

Junaidi 1 1,4 1,4 42,9

Khaidir 1 1,4 1,4 44,3

Khairuddin 1 1,4 1,4 45,7

Khairul 1 1,4 1,4 47,1

M.Agus 1 1,4 1,4 48,6

M.Fadli 1 1,4 1,4 50,0

M.Faisal 1 1,4 1,4 51,4

M.Isa 1 1,4 1,4 52,9


(4)

Mustafa 1 1,4 1,4 61,4 Najaruddin 1 1,4 1,4 62,9

Nana 1 1,4 1,4 64,3

Nanda

Syaputra 1 1,4 1,4 65,7

Rahmad 1 1,4 1,4 67,1

Ramlan 2 2,9 2,9 70,0

Ridwan 1 1,4 1,4 71,4

Ruslan 1 1,4 1,4 72,9

Sahdan 1 1,4 1,4 74,3

Saiful 1 1,4 1,4 75,7

Saiful Amri 1 1,4 1,4 77,1

Samsudin 1 1,4 1,4 78,6

Sofyan 1 1,4 1,4 80,0

Solihin 1 1,4 1,4 81,4

Suheri 1 1,4 1,4 82,9

Suherman 1 1,4 1,4 84,3

Suryawan 1 1,4 1,4 85,7

Syafi'i 1 1,4 1,4 87,1

Syahran 1 1,4 1,4 88,6

Syahrial 1 1,4 1,4 90,0

Syahrum 1 1,4 1,4 91,4

Yahya Yunan 1 1,4 1,4 92,9

Yusuf 1 1,4 1,4 94,3

Zaini 1 1,4 1,4 95,7

Zamaluddin 1 1,4 1,4 97,1

Zulkifli 1 1,4 1,4 98,6

Zulpan 1 1,4 1,4 100,0


(5)

Tahun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 2 2,9 2,9 2,9

20 1 1,4 1,4 4,3

21 1 1,4 1,4 5,7

22 1 1,4 1,4 7,1

23 2 2,9 2,9 10,0

24 2 2,9 2,9 12,9

25 5 7,1 7,1 20,0

26 2 2,9 2,9 22,9

27 4 5,7 5,7 28,6

28 5 7,1 7,1 35,7

29 1 1,4 1,4 37,1

30 7 10,0 10,0 47,1

31 3 4,3 4,3 51,4

33 1 1,4 1,4 52,9

34 1 1,4 1,4 54,3

35 2 2,9 2,9 57,1

37 1 1,4 1,4 58,6

38 4 5,7 5,7 64,3

39 1 1,4 1,4 65,7

40 2 2,9 2,9 68,6

41 2 2,9 2,9 71,4

42 2 2,9 2,9 74,3

43 1 1,4 1,4 75,7

44 1 1,4 1,4 77,1

45 2 2,9 2,9 80,0

48 1 1,4 1,4 81,4

50 3 4,3 4,3 85,7

51 1 1,4 1,4 87,1

53 1 1,4 1,4 88,6

55 1 1,4 1,4 90,0

56 2 2,9 2,9 92,9

60 3 4,3 4,3 97,1

62 1 1,4 1,4 98,6

63 1 1,4 1,4 100,0


(6)

MSKERJA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 1,4 1,4 1,4

2 1 1,4 1,4 2,9

3 4 5,7 5,7 8,6

4 3 4,3 4,3 12,9

5 2 2,9 2,9 15,7

6 5 7,1 7,1 22,9

8 4 5,7 5,7 28,6

9 4 5,7 5,7 34,3

10 2 2,9 2,9 37,1

11 3 4,3 4,3 41,4

12 5 7,1 7,1 48,6

13 2 2,9 2,9 51,4

14 2 2,9 2,9 54,3

15 2 2,9 2,9 57,1

16 2 2,9 2,9 60,0

17 1 1,4 1,4 61,4

18 4 5,7 5,7 67,1

19 5 7,1 7,1 74,3

20 1 1,4 1,4 75,7

22 1 1,4 1,4 77,1

23 1 1,4 1,4 78,6

24 1 1,4 1,4 80,0

25 1 1,4 1,4 81,4

27 1 1,4 1,4 82,9

29 1 1,4 1,4 84,3

30 1 1,4 1,4 85,7

31 2 2,9 2,9 88,6

32 1 1,4 1,4 90,0

37 1 1,4 1,4 91,4

38 1 1,4 1,4 92,9

42 2 2,9 2,9 95,7

43 1 1,4 1,4 97,1

45 1 1,4 1,4 98,6

46 1 1,4 1,4 100,0