Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

(1)

GAMBARAN KELAINAN KULIT PADA NELAYAN DI YONG PANAH HIJAU KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TAHUN 2008

SKRIPSI

O L E H

DEWI CORRY NIM. 061000295

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul :

GAMBARAN KELAINAN KULIT PADA NELAYAN DI YONG PANAH HIJAU KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :

DEWI CORRY NIM. 061000295

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan

Oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(dr.Mhd.Makmur Sinaga, MS) dr. Halinda Sari Lubis, MKKK) NIP. 131655401 NIP. 132 148541


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN KELAINAAN KULIT PADA NELAYAN DI YONG PANAH HIJAU KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : DEWI CORRY

NIM. 061000295

Yang Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Hari Kamis, Tanggal 18 Desember 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS ) (dr.Halinda Sari Lubis,MKKK ) NIP.131655401 NIP. 132148541

Penguji II Penguji III

(Dra. Lina Tarigan, Apt, MS ) (Ir. Kalsum, MKes) NIP. 132148541 NIP. 131964120

Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

( dr. Ria Masniari Lubis, MSi ) NIP. 131 124 053


(4)

ABSTRAK

Gangguan kelainan kulit dapat timbul akibat dari hygiene yang tidak memadai dapat berupa infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, dermatitis dan keluhan lainnya. Kondisi lingkungan kerja yang lembab dan kotor dapat mengakibatkan penyakit kulit semakin mudah berkembang, apalagi lingkungan kerja yang berhubungan dengan air seperti nelayan. Kulit merupakan organ tubuh yang mempunyai fungsi melindungi tubuh dari dunia luar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 43 orang yang juga dijadikan sampel (total sampling). Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan wawancara dan kuesioner, selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian lebih banyak responden berada pada kelompok umur 36-45 tahun (30,2%), dengan pendidikan tamat SLTP (39,5%), dan mempunyai pendapatan lebih dari Rp.500.000 sebesar (83,7%), sedangkan masa kerja paling lama 6-10 tahun (51,2%), Jam kerja yang dilakukan oleh responden saat melaut yaitu jam 05.00-17.00, jam 12.00 siang, dan malam hari. Pengetahuan tentang gangguan kelainan kulit responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (65,1%), hygiene perorangan lebih banyak berada pada kategori baik (48,8%). Gambaran kelainan kulit pada nelayan terdapat warna merah di kulit (81,4%), dan lokasi yang paling banyak terdapat pada kaki (81,4%).

Diharapkan para nelayan lebih memperhatikan kebersihan hygiene perorangan dan selalu memakai alat pelindung diri., juga agar memeriksakan apabila ada gangguan kelainan kulit di Puskesmas terdekat.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing I , yang telah

banyak meluangkan waktu dan memberikan petunjuk ataupun saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

5. Bapak Dr. Surya Utama, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan petunjuk penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara.


(6)

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

7. Suamiku tercinta Donal Damanik dan anak-anakku tersayang Imanuel Damanik, dan Bobby Damanik yang telah banyak memberikan dukungan doa dalam menghadapi segala hambatan sehingga penulis lebih tegar dan termotivasi menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini.

8. Kepada ibuku tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moril maupun materiil kepada penulis.

9. Bapak Kepala Dinas Kota Jambi yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

10. Bapak Khairun Nasyir T, SSTP, MSP, yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian di Kelurahan Labuhan Deli.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa angkatan tahun 2006 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang telah membantu penulis.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Desember 2008


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Corry

Tempat/tanggal lahir : Medan, 26 April 1964 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Jl. Barau-barau RT.20 No. 08 Jambi Alamat Kantor : Puskesmas Jambi

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1971 – 1977 : SD Negeri 22 Medan 2. Tahun 1978 – 1981 : SMP Negeri IV Medan 3. Tahun 1981 – 1983 : SMA Negeri II Medan

4. Tahun 1984 – 1987 : Akademi Perawat Universitas Darma Agung Medan 5. Tahun 2006 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1993 – 1999 : PNS Kalimantan Timur


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstract ... ii

Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Manusia ... 6

2.1.1. Anatomi Kulit ... 6

2.1.2. Fungsi Kulit ... 7

2.2. Beberapa Jenis Penyakit Kullit ... 8

2.2.1. Tinea Manus et Pedis ... 8

2.2.2. Tinea Versicolor ... 8

2.2.4. Miliaria Rubra ... 9

2.2.5. Tinea Ungurium ... 9

2.2.4. Tinea Korporis ... 9

2.3. Dermatitis Kontak ... 10

2.3.1. Dermatitis Kontak Iritan ... 11

2.3.2. Dermatitis Iritan Alergik ... 12

2.3.3. Dermatitis Fotokontak ... 12

2.4. Kelainan Kulit (Dermatosis) ... 13

2.4.1.Sebab-Sebab Dermatosis Akibat Kerja ... 14

2.4.2. Diagnosa Dermatosis ... 17

2.4.3. Pengobatan dan Pencegahan ... 18

2.5. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan ... 18


(9)

2.5.3. Hygiene Perorangan ... ... 23

2.5.4. Lingkungan Rumah ... 24

2.6. Nelayan ... 25

2.6.1. Pengertian Nelayan. ... 25

2.6.2. Kesehatan Nelayan ... 27

2.6.3. Karakteristik Nelayan ... 27

2.7. Kerangka Konsep ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2. Waktu Penelitian ... 31

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1. Populasi ... 32

3.3.2. Sampel ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4.1. Data Primer ... 32

3.4.2. Data Sekunder ... 32

3.5. Definisi Operasional ... 33

3.6. Aspek Pengukuran ... 34

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 36

3.7.1. Teknik Pengolahan ... 36

3.7.2. Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 37

4.1.1. Data Demografi ... 37

4.1.2. Data Pelayanan Kesehatan ... 38

4.1.3. Mata Pencaharian ... 39

4.1.4. Agama ... 40

4.1.5. Suku/Etnis ... 41

4.2. Karakteristik Responden ... 41

4.3. Hygiene dan Kondisi Lingkungan Responden ... 42

4.3.1. Higiene Responden ... 42

4.3.2. Kondisi Lingkungan ... 43

4.4. Pengetahuan Kelainan Kulit Pada Nelayan ... 44

4.5. Gangguan Kelainan Kulit ... 45

4.6. Gambaran dan Lokasi Kelainan Kulit ... 46

4.7. Hasil Tabulasi Silang ... 48

4.7.1. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Karakteristik Responden ... 48

4.7.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Hygiene Dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan ... 49

4.7.3. Hasil Tabulasi Silang Antara Kondisi Lingkungan Dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan ... 49


(10)

4.7.4. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Gambaran

Kelainan Kulit ... 50

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 51

5.2. Higiene Perorangan dan Kondisi Lingkungan Tentang Kelainan Kulit . 52 5.2.1. Hygiene Perorangan Tentang Kelainan Kulit ... 52

5.2.2. Kondisi Lingkungan ... 54

5.3. Pengetahuan Responden Tentang Kelainan Kulit ... 56

5.4. Gangguan Kelainan Kulit ... 58

5.5. Gambaran dan Lokasi Kelainan Kulit ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Faktor Penyebab dan Tempat Timbulnya Dermatitis... 13 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per

Lingkungan di Yong Panah Hijau Klelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Yong

Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Yong Panah Hijau

Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Yong

Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Yong Panah

Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis di Yong Panah

Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hygiene Perorangan Pada

Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008... 43 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Pada

Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 45 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Kelainan Kulit

Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 46 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lokasi Kelainan Kulit Pada


(12)

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Kategori Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.13. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden dengan Gambaran

Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008 ... 48 Tabel 4.14. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Hygiene

Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 49 Tabel 4.15. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Dengan Kondisi

Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan

Deli Tahun 2008 ... 49 Tabel 4.16. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Tingkat

Pengetahuan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden Pada

Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 63

Lampiran 2 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Hygiene Perorangan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 .... 64

Lampiran 3 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kondisi Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 .... 65

Lampiran 4 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 66

Lampiran 5 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gangguan Kelainan Kulit Pada Nelayan Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 67

Lampiran 6 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gambaran Kelainan Kulit Dan Lokasi Penyakit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 69

Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian ... 70

Lampiran 8. : Frequency Table ... 76

Lampiran 9. : Master Data ... 86

Lampiran 10 : Keterangan Master Data ... 88

Lampiran 11 : Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/On The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ... 90

Lampiran 12 : Serat Keterangan Telah Melakukan Riset/Penelitian dari Kecamatan Medan Marelan Kelurahan Labuhan Deli Medan Belawan ... 91


(14)

ABSTRAK

Gangguan kelainan kulit dapat timbul akibat dari hygiene yang tidak memadai dapat berupa infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, dermatitis dan keluhan lainnya. Kondisi lingkungan kerja yang lembab dan kotor dapat mengakibatkan penyakit kulit semakin mudah berkembang, apalagi lingkungan kerja yang berhubungan dengan air seperti nelayan. Kulit merupakan organ tubuh yang mempunyai fungsi melindungi tubuh dari dunia luar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 43 orang yang juga dijadikan sampel (total sampling). Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan wawancara dan kuesioner, selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian lebih banyak responden berada pada kelompok umur 36-45 tahun (30,2%), dengan pendidikan tamat SLTP (39,5%), dan mempunyai pendapatan lebih dari Rp.500.000 sebesar (83,7%), sedangkan masa kerja paling lama 6-10 tahun (51,2%), Jam kerja yang dilakukan oleh responden saat melaut yaitu jam 05.00-17.00, jam 12.00 siang, dan malam hari. Pengetahuan tentang gangguan kelainan kulit responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (65,1%), hygiene perorangan lebih banyak berada pada kategori baik (48,8%). Gambaran kelainan kulit pada nelayan terdapat warna merah di kulit (81,4%), dan lokasi yang paling banyak terdapat pada kaki (81,4%).

Diharapkan para nelayan lebih memperhatikan kebersihan hygiene perorangan dan selalu memakai alat pelindung diri., juga agar memeriksakan apabila ada gangguan kelainan kulit di Puskesmas terdekat.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia (Depkes RI, 1999).

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan antara lain bahwa : (1). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, (2). Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya, (3) Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit serta penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI, 2003).

Komponen lingkungan yang selalu berinteraksi dengan manusia dan seringkali mengalami perubahan akibat adanya kegiatan manusia atau proyek besar adalah air, udara, makanan, vektor/binatang penular penyakit dan manusia itu sendiri. Perubahan- perubahan yang harus diwaspadai, pada dasarnya karena berbagai komponen lingkungan seperti air maupun udara, bahkan binatang seperti nyamuk tersebut mengandung agents penyakit. Agent penyakit ini pada dasarnya menumpang pada vechile air, udara dan lain


(16)

sebagainya. Berbagai agent penyakit atau resiko atau penyebab sakit ini termasuk golongan fisik, misal: radiasi, kebisingan. Sedangkan untuk golongan kimia seperti pencemaran berbagai logam berat, pestisida dan lain-lain. Untuk golongan biologi seperti virus, bakteri, jamur dan sebagainya (Kusnoputranto, 2000).

Saat ini penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita beberapa penyakit berbasis lingkungan ke sarana pelayanan kesehatan seperti penyakit diare, demam berdarah dengue (DBD), malaria, infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA), penyakit kulit, TB paru, kecacingan serta gangguan kesehatan/keracunan karena bahan kimia dan pestisida (Depkes RI, 2000).

Kawasan laut begitu luasnya dan di dalamnya terkandung beragam potensi sumber daya, diantaranya adalah perikanan. Semua itu akan menjadi sumber penghidupan masa depan bila dimanfaatkan secara optimal dan dijaga kelestariannya. Masyarakat nelayan yang hidup dan bintegral yang harus ikut didalamnya, terutama dalam mengisi kepentingan rakyat ini sampai kapanpun (Rahardjo, 2002).

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebahagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%, kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi dan mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter perhari, sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoatmodjo, 1996).


(17)

Gangguan kesehatan kulit dapat timbul akibat dari hygiene sanitasi yang tidak memadai dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, virus, parasit, penyakit dermatitis dan keluhan lainnya. Apalagi bila kondisi lingkungan kerja dalam keadaan kotor dan lembab, hal ini akan mengakibatkan penyakit kulit semakin mudah berkembang, sebab salah satu faktor yang berperan dalam berkembangnya penyakit kulit adalah faktor kelembaban udara (Hidayat, 2002).

Salah satu akibat yang timbul dari Hygiene sanitasi lingkungan kerja yang buruk yaitu gangguan kesehatan kulit, sedangkan kulit adalah salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi penting, kulit melindungi organ dalam dari dunia luar terhadap berbagai pengaruh, baik terhadap faktor fisika, kimiawi dan infeksi. Kulit juga bisa memberikan keterangan tentang dunia luar, sehingga organ-organ bisa menyesuaikan diri mengatur suhu tubuh melalui keringat (Harahap, 1990).

Berdasarkan survai awal yang dilakukan penulis di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli, sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan. Waktu untuk bekerja atau melaut apabila nelayan harus menangkap ikan lebih jauh lagi tempatnya akan menyita waktu, maka dibuatlah batasan-batasan yaitu untuk 5 (lima) hari melaut yang dilakukan pada jam 12.00 siang mereka menamakan laut tengah, untuk 1 (satu) bulan melaut dinamakan jalur tengah, sedangkan untuk tiap hari melaut yang berangkat dari pagi (jam 05.00) sampai sore hari (jam 18.00) dinamakan jaring ikan, dan untuk 9 (sembilan) hari melaut dinamakan jalur tepi.

Penduduk yang bekerja sebagai nelayan tersebut banyak menderita kelainan kulit seperti bentol-bentol, biang keringat, bisul, scabies dan sebagainya, karena lingkungan kerja yang selalu berhubungan dengan air laut dan belum terlaksananya kebersihan


(18)

perorangan yang dilakukan oleh para nelayan. Banyak para nelayan tidak memakai alat pelindung diri seperti sepatu dan sarung tangan, sehingga kulit yang terkena air laut akan mengakibatkan gatal-gatal seperti kudis (scabies), bisul, korengan, panu, kutu air dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh karena gigitan binatang air seperti ubur-ubur dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli tahun 2008.

1.2. Perumusan Masalah

Kurangnya kebersihan perorangan sehingga dapat menyebabkan kelainan pada kulit yang disebabkan oleh air laut banyak dialami oleh para nelayan di Yong Panah Hijau, maka penulis membuat rumusan masalah bagaimana gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik pada nelayan berdasarkan umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, jam kerja, dan jumlah anggota keluarga

2. Untuk mengetahui keadaan hygiene perorangan pada nelayan (kebiasaan mandi, mandi memakai sabun, kebersihan pakaian, memakai alat pelindung diri, kebersihan


(19)

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kelainan kulit pada nelayan. 4. Untuk mengetahui gambaran kelainan kulit yang terjadi pada nelayan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Deli dalam mendukung program pencegahan dan pemberantasan penyakit kulit dalam meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan kesehatan nelayan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit Manusia 2.1.1. Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m², rata-rata tebal kulit 1-2 mm, paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan dan kaki paling tipis (0,5 mm) ada di penis. Kulit di bagian atas terdiri dari tiga lapisan pokok yaitu : epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap,M, 1990).

Kulit terbagi atas 3 (tiga) lapisan pokok yaitu :

a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu : lapisan basal atau stratum germinativum, lapisan malpighi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan.

c. Jaringan Subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis, yang berfungsi untuk penyeka panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energi (Harahap, 1990).


(21)

2.1.2. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut (Harahap, 1990)

a. Pelindung

Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.

b. Pengatur Suhu

Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas. c. Penyerapan

Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

d. Indera Perasa

Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.

e. Fungsi Pergetahan

Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan yaitu sebum dan keringat. Getah sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat. Sebum adalah sejenis lemak yang membuat kulit menjadi lentur.


(22)

2.2. Beberapa Jenis Penyakit Kulit

Di Indonesia saat ini penyakit kulit masih cukup tinggi, terutama penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial. Sedangkan penyakit kulit karena infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada beberapa daerah.

Beberapa penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial diantaranya sebagai berikut :

2.2.1. Tinea Manus et Pedis

Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita

didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan (Harahap, M, 1990).

2.2.2. Tinea Versicolor

Merupakan infeksi jamur superfical pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculate. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa peradangan. Lokasi yang sering mengalami penyakit ini adalah muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan lipatan paha. Tanda-tanda penyakit ini berupa bercak-bercak berwarna-warni terutama badan, dibentuk tidak teratur sampai teratur dengan keluhan gatal-gatal terutama pada waktu berkeringat, dapat menyerang setiap orang terutama pada mereka-mereka yang hygienenya buruk (Harahap,M, 1990).


(23)

2.2.3. Miliaria Rubra

Merupakan suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat didalam kulit dimana sumbatan terletak didalam epidermis. Miliaria rubra banyak terjadi didaerah panas, kelembaban yang tinggi tetapi dapat juga terjadi pada daerah lain, sekitar 30% orang yang tinggal didaerah tersebut bisa mengalami Miliaria Rubra.

Penyakit ini terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Pada permulaan musim hujan atau udara lembab. Udara lembab ini mempengaruhi keratin disekeliling lubang keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang kering tertutup. Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang keringat. Tanda-tanda dari miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. (Harahap, 1990).

2.2.4. Tinea Ungurium

Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan.

2.2.5. Tinea Korporis

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada kulit halus tanpa rambut seperti pada muka, badan, lengan dan gluteal. Seringkali bersama-sama dengan


(24)

Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat gatal terutama waktu berkeringat (Harahap, 1990).

2.3. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak merupakan peradangan yang terjadi pada kulit akibat kontak

dengan bahan toksik (primary iritant) atau oleh bahan allergik (sensitizer) atau oleh kedua-duanya. Gambaran dermatitis ini, makroskopik berupa : Erythema, vesikulasi, eksudasi, pembentukan crusta dan desquamasi dalam berbagai kombinasi satu sama lain, mikroskopik berupa : spongiosis dan parakeratosis.

Menurut Fregert (1988), eczema atau dermatitis merupakan nama yang diberikan untuk suatu inflamasi khusus pada kulit, dermatitis kontak mengarah kepada inflamasi semacam itu yang disebabkan oleh zat-zat dari luar (external agents). Istilah eczema dan dermatitis digunakan untuk keadaan inflamasi kulit lainnya yang bukan terjadi karena faktor-faktor eksternal melainkan terutama karena faktor-faktor endogen.

Zat kimia dapat menyebabkan peradangan kulit oleh satu dari dua mekanisme yaitu iritasi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan/penyebab iritasi) atau reaksi alergi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh alergen). Pada orang yang peka, reaksi alergi akan menimbulkan kelainan kulit yang biasanya 6-48 jam hingga beberapa hari setelah kontak dan kadangkala bisa berlangsung selama 1-2 minggu. Dermatitis kontak (eczema kontak) bisa dibagi menjadi : dermatitis kontak alergika tipe ”delayed”;

sindroma urtikaria kontak; dermatitis kontak iritan tipe akut; dermatitis iritan tipe kronik; dermatitis kontak fotoalergika dan reaksi fototoksis.


(25)

Dermatitis kontak sering ditemukan sebanyak 10% atau lebih diantara para penderita yang dirawat karena penyakit kulit. Kerapkali menyerang kedua belah tangan sehingga dapat menjadi halangan bagi penderita untuk bekerja dan cenderung untuk menjadi kronik melalui kontak yang berulang.

Pengaruh dermatitis kontak bertingkat mulai dari yang ringan dengan bengkak yang parah dan melepuh. Seringkali pada ruam terdapat lepuhan-lepuhan/gelembung-gelembung kecil yang gatal. Daerah ruam mungkin sangat kecil atau bisa terjadi ruam melapisi seluruh tubuh.

Jika zat-zat kimia penyebab ruam dihindari, biasanya kemerahan tersebut menghilang beberapa hari. Lepuhan bisa berair dan menjadi lapisan kerak, tetapi akan segera mengering. Sisa-sisa sisik, gatal dan cairan kental yang bersifat sementara pada kulit bisa berakhir selama beberapa hari atau berminggu-minggu.

Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak yang tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka. Seringkali lokasi awal ruam merupakan suatu petunjuk penting (Harahap, 1990).

2.3.1. Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak yang terjadi oleh karena berkontak dengan bahan iritan. Sedang iritan adalah substansi yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan untuk waktu tertentu dengan konsentrasi tertentu. Bahan iritan dapat membuat kerusakan kulit dengan cara : menghabiskan lapisan tanduk secara bertahap, denaturasi dari keratin, dan perubahan


(26)

pada kemampuan menahan air (water holding capacity). Macam-macam dermatitis kontak iritan (Harahap, 1990) :

a. Dermatitis Iritan Kuat

Terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan dengan bahan iritan yang kuat (iritan yang absolut), sehingga menyebabkan kerusakan epidermis yang berakibat peradangan. b. Dermatitis Iritan Kronik (Kumulatip).

Terjadi karena sering berkontak dengan bahan iritan yang tidak begitu kuat, misalnya sabun dan/atau deterjen.

2.3.2. Dermatitis Iritan Alergik

Terjadi pada orang-orang yang telah mengalami sensitisasi dengan bahan-bahan alergen atau suatu peradangan kulit yang terjadi karena proses imunologik yaitu hipersensitivitas tipe lambat. Syarat-syarat dari alergen pada dermatitis kontak :

1. Asing bagi tubuh

2. Harus dapat berdifusi melalui kulit (epidermis).

3. Harus dapat mengikat diri dengan protein/asam-sama amino kuat sehingga membentuk kompleks antigen.

2.3.3. Dermatitis Fotokontak

Dermatitis ini dapat membentuk toksis ataupun alergik tergantung pada jenis yang berkontak. Setelah berkontak dengan zat tersebut dan disinari dengan Sinar Ultra Violet dengan gelombang panjang (UVA) maka terjadi peradangan dengan manifestasi ekzema. Misal : kulit berkontak dengan Kumarin (Coumarin) yang terdapat dalam minyak wangi, lalu disinari dengan UVA, maka akan terjadi reaksi fototoksik.


(27)

Penyebab yang paling sering terjadi dari dermatitis kontak pada berbabagai tempat di tubuh dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini.

Tabel. 2.1. Faktor Penyebab dan Tempat Timbulnya Dermatitis

Lokalisasi Kemungkinan Faktor Penyebab

Muka Kosmetik, cat rambut, semprot rambut, cat kuku Fotokontaktan, bahan-bahan dari udara, kaca mata

Telinga Nikel, bahan-bahan topikal, bahan penyebab fotosensitif, cat rambut.

Bibir Pasta gigi, obat kumur-kumur, lipstik

Leher Minyak wangi, perhiasan, cat kuku, baju, cat rambut.

Ketiak Odorono, anti keringat, obat-obat topikal, minyak wangi, bedak, baju

Daerah belakang Klip BH

Buah dada Bahan-bahan logam, bahan-bahan topikal Pinggang Karet, kepala tali pinggang, kancing keans/rak Daerah perianal Bahan-bahan topikal

Lengan dan kaki Tumbuh-tumbuhan Pergelangan tangan Jam tangan, perhiasan

Badan Baju

Kaki Kaos kaki, sepatu, bahan-bahan topikal Tangan Macam-macam kemungkinan

Sumber : Harahap (1990)

2.4. Kelainan Kulit (Dermatosis)

Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Istilah dermatosis lebih tepat dari pada dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak usah selalu suatu peradangan, melainkan juga tumor atau alergi. Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit-penyakit akibat kerja sekitar 50-60%, maka dari itu penyakit tersebut perlu mendapat perhatian yang cukup (Suma’mur, 1998).

Menurut WHO (1995), penyakit kulit akibat kerja adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit kulit ini meliputi penyakit


(28)

kulit (baru) yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit (lama) yang kambuh karena pekerjaan atau lingkungan kerja.

2.4.1. Sebab-Sebab Dermatosis Akibat Kerja

Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolong-golongkan sebagai berikut :

a. Faktor Fisik, yaitu tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X dan sinar-sinar lainnya.

b. Bahan-bahan berasal dari tanaman, yaitu daun-daunan, ranting-ranting, getah, akar-akaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-sayuran, debu, kayu dan lain-lain

c. Makhluk-makhluk hidup, yaitu bakteri-bakteri, virus-virus, jamur-jamur, cacing, serangga dan kutu

d. Bahan-bahan kimia, yaitu asam-asam dan garam anorganik, persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon, oli, ter, bahan-bahan warna dan lain-lain.

Dari penyebab-penyebab itu bahan kimialah yang terpenting, oleh karena bahan-bahan itulah terbanyak digunakan dalam industri-industri. Ada 2 (dua) cara bahan-bahan-bahan-bahan kimia ini menimbulkan dermatosis, yaitu dengan jalan perangsangan atau iritasi dan dengan jalan sensitisasi atau pemekaan kulit. Bahan-bahan yang menyebabkan iritasi disebut perangsang primer, sedangkan penyebab sensitisasi disebut pemeka (sentsitizer). Perangsang primer mengadakan rangsangan kepada kulit dengan jalan melarutkan lemak kulit, dengan mengambil air dari lapisan kulit, dengan oksidasi atau reduksi, sehingga kesetimbangan kulit terganggu dan timbulah dermatosis. Sensitisasi biasanya disebabkan


(29)

oleh bahan-bahan organik dengan struktur molekul lebih sederhana, yang dapat bergabung dengan putih telur tubuh membentuk antigen.

Perangsang primer yaitu bahan yang akan menimbulkan dermatosis oleh kerjanya yang langsung kepada kulit yang normal pada tempat terjadinya kontak dengan kulit itu dalam jumlah dan kekuatan yang cukup untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah bahan yang tidak menimbulkan perubahan-perubahan khas di kulit, setelah 5 atau 7 hari sejak kontak yang pertama, maupun di tempat lain di kulit kuku.

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, ternal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan jalan a). mengubah pHnya; b). Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi); c). Mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya atau merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu :

- Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam dan lain-lain.

- Sentsitizer, berupa logam dan garam-garaman, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat, nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, terpentin, tanam-tanaman dan lain-lain.

- Agen-agen aknegenik berupa naftalen dan bifenil klor, minyak, mineral dan lain- lain.


(30)

- Photosentsitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amino benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin dan lain-lain.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya Menurut Fregert (1988), zat-zat kimia yang dapat menyebabkan penyakit kulit antara lain adalah kromium, nikel, cobalt dan mercuri.

a. Kromium, adalah suatu logam putih keras dengan titik lebur 1.890ºC. Senyawa-senyawa kromium relatif tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi kromium stabil. Menurut PP No.82 tahun 2001 jumlah maksimum kromium yang diperbolehkan 0,05 mg/L.

b. Nikel, logam nikel bersifat alergen karena larut pada permukaan kulit. Dalam kenyataannya logam ini merupakan penyebab utama pada dermatitis nikel. Dermatitis nikel umumnya ditemukan akibat penyepuhan dengan nikel, yaitu penyepuhan nikel pada permukaan logam lain. Dermatitis nikel mempunyai kecenderungan tertentu untuk menyebar ke seluruh lengan dan bagian tubuh yang lain.

c. Cobalt, bersifat alergenik seperti nikel, dimana kedua logam tersebut mempunyai hubungan erat. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat cobalt sebagai kotoran pada logam nikel. Oksida cobalt yang bersifat alergenik terdapat dalam pigmen yang digunakan untuk pengecatan gambar serta keramik dan dalam pembuatan email. Cobalt juga digunakan dalam acrylic yang terolah dingin (cold cured acrylic) dan plastik polyster tak jenuh tetapi jarang menimbulkan sensitisasi.

d. Mercuri, logam mercuri seperti logam nikel dan cobalt, bersifat alergenik. Mercuri bisa menimbulkan dermatitis alergika pada industri peralatan atau pembuatan amalgam untuk bahan penambal gigi (amalgam yang sudah mengeras di dalam mulut


(31)

tidak menimbulkan sensitisasi). Logam mercuri juga ditemukan dalam cream anti jerawat. Logam mercuri organik kadang menimbulkan sensitisasi kalau digunakan sebagai pembetsa dari penyamak atau sebagai pengawet dalam obat-obatan (Fregert, 1988).

2.4.2. Diagnosa Dermatosis

Diagnosa dermatosis harus diikuti dengan cara diagnosa penyakit-penyakit pada umumnya. Harus jelas kapan, tepatnya dermatosis dimulai, untuk itu perlu adanya data pemeriksaan sebelum kerja dan pemeriksaan kesehatan berkala. Selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita, apakah benar terdapat penyebab penyakit itu berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana keterangannya tentang cara penyebab itu menimbulkan penyakit tersebut, apakah secara infeksi, apakah perangsangan primer ataukah pemekaan. Dalam hal ini dapat dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis.

Bahwa diagnosa dermatosis akibat kerja kadang-kadang sulit, ialah membedakan apakah kelainan kulit ditangan dermatosis akibat kerja ataukah reaksi dermatophytide, yaitu reaksi allergis terhadap infeksi jamur kronis, yang biasanya tempat infeksi di sela-sela jari kaki. Untuk itu harus dilakukan uji-uji klinis tertentu.

Demikian pula faktor psychis kadang-kadang menyulitkan, bahwa kelainan kulit itu adalah dermatosis akibat kerja ataukah suatu kelainan yang latar belakangnya penyakit psychosomatik. Untuk keperluan ini perlu suatu nasihat keahlian dari seorang psychiater (Suma’mur, 1998).


(32)

2.4.3. Pengobatan dan Pencegahan

Menghadapi dermatosis pencegahan paling penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Satu-satunya pengobatan adalah meniadakan penyakit itu dari lingkungan kerja si penderita atau memindahkan si penderita dari lingkungannya yang mengandung bahan-bahan penyakit ke lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulitnya.

Yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dermatosis yaitu masalah kebersihan perseorangan dan lingkungan serta pemeliharaannya. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti tiap hari, alat-alat pelindung yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga meliputi pembuangan air bekas dan sampah, pembersihan debu, proses industri yang tidak menimbulkan pengotoran udara dan lantai, cara penimbunan dan penyimpanan barang-barang dan lain-lain (Suma’mur, 1998).

2.5. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Kedalam pengertian ini termasuk pula upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia baik perseorangan maupun masyarakat sehingga berbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan (Azwar, 1996 ).


(33)

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan dari waktu ke waktu semakin berkembang, dengan perkataan lain bahwa teknologi dibidang kesehatan lingkungan menjadi bervariasi, dari yang sederhana sampai pada yang mutakhir (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Kusnoputranto, (1997), sanitasi lingkungan adalah sebagai usaha pengendalian dari semua faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan, sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Dengan kata lain, jika menyebutkan usaha sanitasi termasuk pula menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat dalam bahan-bahan pada lingkungan fisik manusia sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan manusia dapat terpelihara dengan sempurna. Bila dikaji lebih dalam pengertian higiene dan sanitasi ini mempunyai perbedaan, yaitu higiene lebih mengarah pada kebersihan individu, sedangkan sanitasi lebih mengarah pada kebersihan faktor-faktor lingkungannya (Azwar, 1996).


(34)

2.5.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan (Slamet, 1996).

Air bersih juga merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan masyarakat. Berbagai keperluan seperti mandi, mencuci kakus dan wudhu membutuhkan air yang memenuhi syarat dari segi kualitas dan mencukupi dari segi kuantitas. Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan dari segi :

a. Kualitas : Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia dan bakteriologis).

b. Kuantitas : Tersedia air bersih minimal 60 liter/hari.

c.Kontinuitas : Air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan.

2.5.2. Peranan Air Dalam Memindahkan Penyakit

Dalam memindahkan penyakit, air berperan melalui 4 (empat) cara yaitu (Kusnoputranto, 2000) :

1. Cara Water Borne Disease

Kuman patogen dapat berada di dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit cholera, typoid, hepatitis


(35)

2. Cara Water Washed Disease

Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan penggunaan air bagi kebersihan alat-alat, terutama alat dapur, pencucian makanan atau bahan makanan dan kebersihan perorangan. Jadi penularan penyakit secara water washed ini sangat berkaitan dengan masalah hygiene perorangan dan sanitasi manusia.

Kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh penularan air melalui water washed dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu (Kusnoputranto, 2000) :

a. Penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare, kolera, typhoid dan dysentri basiler.

Penyakit-penyakit diare merupakan penyakit yang penularannya bersifat fecal-oral. Karena itu penyakit-penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya jalur yang melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water

washed)

b. Infeksi kulit dan selaput lendir seperti, septis kulit bakterial, infeksi fungus pada kulit dan

conjunctivitis (trachoma) dan sebagainya.. Berjangkitnya penyakit ini sangat erat dengan

kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene perorangan (mandi, cuci). Trachoma adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus trachoma.

c. Penyakit-penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir seperti sarcoptes scabieae, thypus endemic, louse borne relapsing fever dan sebagainya. Kelompok penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta parasit pada tubuh dan pakaian.

Scabies dikenal di Indonesia sebagai penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di malam hari

dan pada kulit didapat versiculae kecil-kecil berisi cairan bening. Kudis ini disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei yang memasuki kulit, memakan jaringan kulit dan menaruh


(36)

telur-telurnya di dalam kulit. Telur akan menetas 4-8 hari, dan menjadi dewasa dalam waktu dua minggu. Karena gatalnya penderita terus menggaruk-garuk kulitnya dan sebagai akibatnya seringkali terjadi infeksi sekunder. Scabies didapat terutama di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir Scabies adalah manusia, penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang maupun lewat peralatan seperti pakaian. (Slamet, 1996).

3. Cara Water Based Disease

Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan penjamu (host) perantara. Pejamu perantara ini hidup di dalam air. Contoh yang baik bagi kelompok ini adalah penyakit Schistosomiasis. Larva

schistosomiasis hidup didalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan

merubah bentuk menjadi Cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di air tersebut.Air yang mengandung cercaria infektif ini sangat berbahaya bagi manusia. Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam. Badan-badan-badan air yang terdapat di alam sering berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya.

4. Water Rellated Insecta Vectors

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air, misalnya malaria, demam berdarah, fillariasis, yellow fever dan sebagainya. Nyamuk sebagai vektor penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila di lingkungannya terdapat genangan-genangan air seperti gentong air, pot dan sebagainya.

Dalam prakteknya upaya hygiene ini antara lain meminum air yang sudah direbus sampai mendidih dengan suhu 100ºC selama 5 menit, mandi dua kali sehari agar badan selalu bersih dan segar, mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang makanan,


(37)

mengambil makanan dengan memakai alat seperti sendok atau penjepit, dan menjaga kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang (Azwar, 1996).

2.5.3. Hygiene Perorangan

Hygiene perorangan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama pada masa-masa perkembangan. Dengan kesehatan pribadi yang buruk pada masa tersebut akan dapat mengganggu perkembangan kualitas sumber daya manusia.

Untuk menjaga kesehatan pribadi atau perorangan tentu saja tidak terlepas dari kebiasaan-kebiasaan sehat yang dilakukan setiap hari. Menurut Entjang (2000), usaha kesehatan pribadi (personal hygiene) adalah upaya seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah : 1. Memelihara kebersihan

Yang termasuk memelihara kebersihan adalah memelihara kebersihan badan (mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari, menggosok gigi secara teratur dan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan) memelihara, kebersihan pakaian (selalu dicuci dan diseterika), memelihara kebersihan rumah dan lingkungannya (selalu disapu, membuang sampah, buang air besar dan air limbah pada tempatnya).

2. Makan makanan yang sehat

Makanan harus selalu dijaga kebersihannya, bebas dari bibit penyakit, cukup kuantitas dan kualitasnya.

3. Cara hidup yang teratur

Makan, tidur, bekerja dan beristirahat secara teratur termasuk rekreasi dan menikmati hiburan pada waktunya.


(38)

4. Meningkatkan daya tahan tubuh

Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit perlu mendapatkan vaksinasi, olah raga secara teratur untuk menjaga agar badan selalu bugar.

5. Menghindari terjadinya penyakit

Agar selalu sehat, hindari kontak dengan sumber penularan penyakit baik yang berasal dari penderita maupun dari sumber lainnya, menghindari pergaulan yang tidak baik, selalu berpikir dan berbuat baik.

6. Pemeriksaan kesehatan

Untuk menjaga badan agar selalu sehat, perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik, walaupun merasa sehat dan segera memeriksakan diri apabila merasa sakit. 2.5.4. Lingkungan Rumah

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya (Notoatmodjo, 2002).

Penyehatan Perumahan dan lingkungan yang dilaksanakan sektor kesehatan pada dasarnya merupakan upaya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan. Perumahan dan lingkungan yang buruk akan menimbulkan masalah kesehatan misalnya penularan penyakit baik antara keluarga maupun kepada orang lain (Suharmadi, 1985).


(39)

2.6. Nelayan

Nelayan di dalam ensiklopedi Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai mata pencahariannya (Rahardjo, 2002).

2.6.1. Pengertian Nelayan

Arti nelayan dalam buku statistik perikanan Indonesia nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan ke dalam perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkapan ikan dimasukkan sebagai nelayan. Dari pengertian itu nelayan dipandang tidak lebih sebagai kelompok kerja yang tempat bekerjanya di air, yaitu sungai, danau atau laut.

Sedangkan nelayan menurut ensiklopedi Indonesia yang secara lengkap bunyi kutipannya adalah “Orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti para penebar dan penarik jaring), maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian” Inti pengertian batasan ini menyatakan, bahwa nelayan adalah pekerjaan orang yang kerja utamanya menangkap ikan. Batasan pengertian yang ada pada Ensiklopedi Indonesia itu, tampaknya diikuti sama persis didalam statistik perikanan Indonesia dalam angka, 1992 yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta, 1995, bunyinya adalah sebagai berikut : ” Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam


(40)

operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya mela-kukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan kedalam perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap dimasuk-kan sebagai nelayan”. Batasan ini tampak sekali hanya ingin memperjelas istilah didalam Ensiklopedi Indonesia, sehingga nelayan adalah semua orang yang bekerja diatas perahu/kapal yang kegiatannya dilaut untuk mencari ikan, binatang dan tanaman air (Deptan, 1995).

Menurut Mubyarto, dkk. (1984) yang dikutip oleh Rahardjo (2002), dalam bukunya yang berjudul “Nelayan dan Kemiskinan” dalam Studi Ekonomi Antropologinya, memberikan pengertian berbeda tentang “Masyarakat Desa Nelayan”. Menurutnya, memang dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kaya dan kaya sekali disatu pihak, dan kelompok ekonomi sedang, miskin, miskin sekali dan tukang dilain pihak. Pemakaian kata “Desa Nelayan” telah mengantarkan kepada pemahaman bahwa nelayan dilihat sebagai masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal berada ditepi pantai, sehingga dapat juga disebut sebagai masyarakat yang berdiam di “Desa Pantai Perkampungan Nelayan” yang menjadikan perikanan sebagai mata pencahariannya yang terpenting. Keluarga sebagai inti terkecil dalam masyarakat telah dijadikan sebagai pusat penggalian informasi tentang kehidupan nelayan. Maka bahasan yang berkenaan dengan ‘Pembangunan Manusia’ nelayan menjadi tampak penting, agar “Mutu Kehidupan Manusia” nelayan.


(41)

2.6.2. Kesehatan Nelayan

Penyakit kulit pada nelayan mungkin akibat pengaruh air laut yang karena kepekatannya menarik air dari kulit, dalam hal ini air laut merupakan penyebab dermatitis kulit kronis dengan sifat rangsangan primer. Tapi penyakit kulit mungkin pula disebabkan oleh jamur-jamur atau binatang-binatang laut. Pekerjaan di tempat basah merupakan tempat berkembangnya penyakit jamur, misalnya moniliasis. “Swimmers’

itch” mungkin menghinggapi nelayan-nelayan yang hidup di pantai dengan keadaan

sanitasi kurang baik, sebabnya ialah larvae sejenis cacing. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit, biasanya nelayan-nelayan mengetahui ikan-ikan yang mendatangkan gatal (Suma’mur, 1998).

Keselamatan nelayan dalam melakukan pekerjaannya belum cukup mendapat perhatian. Syarat-syarat perahu nelayan harus diutamakan, agar tercapai keselamatan sebesar-besarnya. Konstruksi perahu di Indonesia berbeda-beda mengikuti latar belakang daerah atau kebudayaan setempat. Perahu yang baik adalah stabil, tidak mudah terbalik oleh pukulan-pukulan ombak atau angin yang besar.

Hygiene air minum dan makanan harus diperhatikan, selain cukup persediaan menurut lamanya berlayar, penyakit a vitaminosis, vitamin C karena kurangnya buah-buahan yang segar. Oleh karena nelayan-nelayan hidup di pantai-pantai yang biasanya hygienenya sangat kurang, perlunya pendidikan kesehatan tentang perlunya minum air masak, cara-cara hidup hygienis dan lain-lain.

2.6.3. Karakteristik Nelayan

Karakteristik nelayan mempunyai sifat yang berbeda-beda. Hal ini yang perlu dilihat dalam perbedaan tersebut adalah faktor umur, tingkat pendidikan dan kebiasaan


(42)

hidup (gaya hidup). Gaya hidup menarik sebagai masalah kesehatan, minimal dianggap faktor resiko dari berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2000). Secara rinci faktor individu yang berkaitan dengan gangguan kesehatan kulit adalah sebagai berikut :

1. Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap keterpapan penyakit di tempat kerja. Umur juga berkaitan dengan daya tahan tubuh terhadap agent penyakit maupun pengaruh lingkungan yang kurang baik. 2. Pendidikan

Pendidikan pekerja berperan penting terhadap pengetahuan dan pemahaman pekerja tentang pencegahan penyakit akibat kerja termasuk penyakit gangguan kulit, misalnya penggunaan alat pelindung diri, personal hygiene, serta pemahaman tentang perilaku kerja yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindar terjadinya kecelakaan kerja.

3. Masa kerja

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan faktor resiko. Dengan perbedaan masa kerja akan berhubungan dengan pajanan terhadap pencemar atau bahan yang berisiko terhadap gangguan kesehatan kulit.

4. Penggunaan alat pelindung diri

Menurut Suma’mur (1998), diantara faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit kerja salah satu diantaranya pelindung diri yang tak aman. Alat


(43)

pelindung diri diciptakan untuk melindungi nelayan dari bahaya terjadinya kecelakaan, maupun penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri bagi nelayan misalnya : sarung tangan, sepatu bot, helm pengaman, baju bentuk overall.

Penggunaan alat pelindung diri perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan. Namun perlu diperhatikan bahwa alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat untuk bahaya-bahaya tertentu, resisten terhadap kontaminan-kontaminan udara, dibersihkan dan dipelihara dengan baik, serta sesuai untuk pekerja yang memakainya. Untuk alat-alat tertentu seperti alat pelindung pernafasan, sumbat/tutup telinga, pakaian kerja kedap air dan lain-lain mungkin tidak nyaman untuk dipakai terutama dicuaca yang panas. Jadi mungkin diperlukan pengurangan jam kerja paling tidak pada waktu-waktu yang memerlukan pemakainan alat pelindung tersebut (Personal protective equipment) (Kusnoputranto, 2000)


(44)

2.7. Kerangka Konsep

Karakteristik Responden - Umur

- Pendidikan - Pendapatan - Masa kerja - Jam kerja

- Jumlah Anggota keluarga

- Pengetahuan

Gambaran Kelainan Kulit

Hygiene Perorangan Kondisi Lingkungan


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian berada di wilayah kerja Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan. Alasan dalam penelitian ini adalah :

1. Banyak ditemukan gangguan kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

2. Belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei 2008 sampai dengan Desember 2008.


(46)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan berjumlah 43 orang.

3.3.2. Sampel

Berdasarkan populasi yang relatif kecil, maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian (total sampling), sebanyak 43 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden (nelayan) dengan menggunakan kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang hygiene perorangan (kebiasaan mandi, kebiasaan membersihkan badan dan pakaian serta kebiasaan memakai alat pelindung diri) dan dilakukan pemeriksaan kulit.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli yaitu data responden yang mempunyai kelainan kulit, jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan tradisional, usia pekerja dan sebagainya.


(47)

3.5. Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah gambaran keadaan responden yang terdiri atas umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, jam kerja, dan jumlah anggota keluarga.

2. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan responden.

4. Pendapatan yaitu jumlah pendapatan yang diperoleh nelayan dalam sebulan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Masa kerja adalah waktu mulai responden bekerja menjadi nelayan sampai

diadakan penelitian yang dihitung dalam tahunan. 6. Jam kerja adalah waktu yang dipakai responden pada saat berangkat untuk melaut

yaitu jam 05.00-17.00 WIB.

7. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu rumah. 8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang kelainan

kulit.

9. Gambaran kelainan kulit adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan dan karena gigitan binatang, berupa merah, gatal-gatal dan basah.

10. Hygiene Perorangan adalah kebersihan perorangan pada nelayan yang meliputi (Notoatmodjo, 1997) :


(48)

b. Mandi dengan menggunakan sabun c. Menjaga kebersihan pakaian

d. Memakai alat pelindung diri (sarung tangan, topi, masker dan pakaian khusus/overall).

11. Kondisi lingkungan yaitu keadaan lingkungan baik di rumah maupun di luar rumah.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Untuk tingkat pendidikan dibagi atas 5 (lima) kategori : - Tidak tamat SD - Tamat SLTA - Tamat SD - Tamat DIII/PT - Tamat SLTP

2. Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 6 dengan total skor sebanyak 12 dan kriteria sebagai berikut (Soegiyono, 2002) :

a. Untuk jawaban mempunyai 2 pilihan : - Jawaban a (tahu) = 2

- Jawaban b (tidak tahu) = 0

b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu

• Tingkat Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor > 9 dari seluruh pertanyaan yang ada.

• Tingkat Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor 5-9 dari seluruh pertanyaan yang ada


(49)

• Tingkat Pengetahuan kurang apabila jawaban responden < 45% atau memiliki skore < 5 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3. Higiene Perorangan

Hygiene yang dilakukan untuk mengukur kebersihan perorangan pada nelayan seperti frekuensi mandi dalam sehari, perilaku mengganti baju, memakai alat pelindung diri, mandi memakai sabun. Observasi higiene diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 8 pertanyaan, sehingga total skor 8. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai nilai 1 dengan kriteria :

1. Jawaban Ya (a) = 1 2. Jawaban Tidak (b) = 0

Berdasarkan jumlah nilai tersebut, Higiene diklasifikasikan dalam 2 kategori:

a. Baik, jika jawaban ya ≥ 75% apabila responden menjawab pertanyaan benar > 6 b. Buruk, jika jawaban tidak < 75%, bila responden menjawab pertanyaan benar <6 4. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dilakukan untuk melihat kebersihan lingkungan rumah dan di sekitarnya. Kriteria yang diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 8 pertanyaan. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai 1 dengan kriteria :

1. Jawaban a (Ya) = 1 2. Jawaban b (Tidak) = 0

Berdasarkan jumlah nilai tersebut kondisi lingkungan diklasifikasikan dalam 2 kategori: a. Baik, jika jawaban ya > 75% apabila responden menjawab pertanyaan benar > 6 b. Buruk, jika jawaban tidak < 75% responden menjawab benar < 6.


(50)

5. Gambaran Kelainan Kulit

Gambaran kelainan kulit yang dilakukan untuk melihat kriteria gambaran kelainan kulit pada nelayan, yang meliputi warna merah, basah dan gatal-gatal pada kulit. Diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Ada, bila dijumpai di kulit responden minimal warna merah dan gatal-gatal.

b. Tidak ada, apabila hanya terdapat gatal-gatal pada kulit responden

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1. Teknik Pengolahan

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software komputer.

2. Tabulating

` Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan 3.7.2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi dengan formulir check list., kemudian data disajikan secara deskriptif untuk menggambarkan persentasi dari setiap variabel.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Yong Panah Hijau terletak di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan, dengan luas daerah 450 hektar, yang terdiri dari 11 lingkungan. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Labuhan Deli sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Belawan

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kelurahan Tengah Pulau - Sebelah Barat : Kelurahan Paya Pasir

- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Labuhan 4.1.1. Data Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Labuhan Deli menurut Data Dinas Profil Kelurahan tahun 2008 berjumlah 15.440 yang terdiri dari laki-laki 7.747 orang dan perempuan 7.693 orang yang tersebar dari 11 lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan Di Yong Panah hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008 No.

Nama Dusun/Lingkungan

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki % Perempuan % L + P %

1. Lingkungan I 825 10,6 718 9,3 1.543 10,0 2. Lingkungan II 835 10,8 805 10,5 1.640 10,6 3. Lingkungan III 612 8,0 657 8,5 1.269 8,2 4. Lingkungan IV 724 9,3 696 9,0 1.420 9,2 5. Lingkungan V 457 6,0 371 4,8 828 5,4 6. Lingkungan VI 327 4,2 414 5,4 741 4,8 7. Lingkungan VII 832 10,7 1108 14,4 1.940 12,6 8. Lingkungan VIII 978 12,6 915 12,0 1.893 12,3 9. Lingkungan IX 1260 16,3 1325 17,3 2.585 16,7 10. Lingkungan X 152 1,9 103 1,3 255 1,6 11. Lingkungan XI 745 9,6 581 7,5 1.326 8,6

Jumlah 7747 50,2 7693 49,8 15.440 100,0 Sumber : Data Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)


(52)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat di ketahui bahwa di Kelurahan Labuhan Deli yang paling banyak penduduknya berada di lingkungan IX yaitu sebesar 1.260 orang (16,3%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 1.325 orang (17,3%) dengan jenis kelamin perempuan.

Berdasarkan jumlah penduduk yang dilihat dari kelompok umur di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)

1. < 1 196 1,3

2. 12 – 29 8.761 56,7

3. 30 – 58 5.573 36,1

4. > 59 910 5,9

Total 15.440 100,0

Sumber : : Data Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Labuhan Deli menurut kelompok umur 12-29 tahun sebesar 8.761 orang (56,7%) merupakan kelompok umur terbanyak, sedangkan kelompok umur 0-12 bulan ada 196 orang (1,3%) merupakan jumlah terkecil.

4.1.2. Data Pelayanan Kesehatan

Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli terdapat 3 (tiga) Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu di Rengas Pulau, Tanjung Enam Ratus, dan Labuhan Deli. Adapun distribusi 10 penyakit terbesar dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut.


(53)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2007

No. Nama Penyakit Jumlah (orang) Persen (%)

1. Diare 1.720 28,6

2. ISPA 1.626 27,0

3. Penyakit Gigi 842 14,0

4. Penyakit Mata 425 7,1

5. TB. Paru 311 5,1

6. Hypertensi 288 5,0

7. Kecacingan 250 4,1

8. Scabies (Kelainan kulit) 220 3,7

9. Penyakit Maag 210 3,4

10. T.H.T 114 2,0

Total 6.006 100,0

Sumber : Profil Puskesmas Kelurahan Labuhan Deli, (2007)

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa jumlah penyakit terbanyak di Kelurahan Labuhan Deli adalah Diare, yaitu sebanyak 1.720 kasus (28,6%), sedangkan untuk penyakit kulit atau scabies ada 220 kasus (3,7%).

4.1.3. Mata Pencaharian

Adapun penduduk di Kelurahan Labuhan Deli mempunyai mata pencaharian sebagai berikut : buruh, pengusaha, swasta, PNS, Polri, pedagang, nelayan, dokter, petani, dan lain-lain (penjahit, tukang batu/kayu, peternak, montir, pengrajin, dan sopir).

Berdasarkan mata pencaharian penduduk yang dilihat dari jenis pekerjaan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.


(54)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Nelayan 2881 66,6

2. Buruh/Swasta/Pengusaha 952 22,0

3. Lain-lain (penjahit tukang batu/kayu, peternak, montir, pengrajin, dan sopir)

231 5,3

4. Pedagang 132 3,1

5. PNS/Polri/Dokter 124 2,9

6. Petani 5 0,1

Total 4.325 100,0

Sumber : Data Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.4. diatas diketahui bahwa penduduk di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli mayoritas mempunyai pekerjaan sebagai nelayan yaitu sebesar (,6% dan sebagai petani 0,1% merupakan jumlah terkecil.

4.1.4. Agama

Agama yang dianut penduduk di Kelurahan Labuhan Deli yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Distribusi agama yang dianut penduduk di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Agama Jumlah (orang) Persen (%)

1. Islam 14.619 94,7

2. Kristen Protestan 532 3,4

3. Budha 214 1,4

4. Katolik 75 0,5

Total 15.440 100,0

Sumber : Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.5. diatas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli menganut agama Islam sebesar (,7%, sedangkan penduduk yang beragama Katolik sebesar 0,5 merupakan jumlah terkecil.


(55)

4.1.5. Suku/Etnis

Suku/etnis di Kelurahan Labuhan Deli terdiri dari Melayu, Jawa, Batak, Minang, Cina dan lain-lain. Berdasarkan distribusi suku/etnis di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Suku/Etnis Jumlah (orang) Persen (%)

1. Melayu 8.791 56,9

2. Jawa 3.787 24,5

3. Batak 1.511 9,8

4. Minang 612 4,0

5. Lain-lain (Karo, Arab, Nias, Simalungun) 525 3,4

6. Cina 214 1,4

Jumlah 15.440 100,0

Sumber : Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Labuhan Deli pada umumnya suku Melayu sebesar 8.791 orang (56,9%), sedangkan suku/etnis Cina ada 214 orang (1,4%) merupakan jumlah terkecil.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi : kelompok umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, dan jumlah anggota keluarga. Secara garis besar karakteristik responden di wilayah Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli tahun 2008 dapat dilihat pada lampiran 1.

Berdasarkan lampiran 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 30,2% pada kelompok umur 36-45 tahun, sedangkan pada kelompok umur 15-25 tahun yaitu 20,9% merupakan jumlah terkecil. Tingkat pendidikan responden mayoritas berpendidikan tamat SLTP yaitu sebesar 39,5%, sedangkan yang mempunyai pendidikan


(56)

DIII/PT sebesar 2,3% merupakan jumlah terkecil, sedangkan pendapatan responden lebih banyak mempunyai penghasilan > Rp. 500.000 yaitu sebesar 83,7% dan masa kerja responden yang paling lama 6-10 tahun merupakan masa kerja paling banyak yaitu sebesar 51,2%, sedangkan yang paling sedikit mempunyai masa kerja 1-5 tahun ada 2,9%. Untuk jumlah keluarga 6-8 orang ada 41,8%, sedangkan 3-5 orang ada 23,3% merupakan jumlah terkecil. Jam kerja yang dilakukan oleh responden saat melaut yaitu pada jam 05.00-17.00, jam 12.00 siang, dan malam hari.

4.3. Higiene dan Kondisi Lingkungan Responden 4.3.1. Higiene Responden

Higiene perorangan yang dilakukan oleh nelayan di Yong Panah Hijau seperti mandi setiap hari, mandi 2x sehari, mandi memakai sabun, memakai pakaian khusus (overall), pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan pakaian dan berganti pakaian sehabis mandi, dan memakai sepatu bot, dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasakan lampiran 2 dapat diketahui bahwa seluruh responden 100% setiap hari mandi, tetapi lebih banyak 53,5% responden hanya mandi 1 kali sehari, dan pada umumnya 90,7% yang memakai sabun. Pada saat melaut mayoritas 90,7% memakai pakaian khusus (overal), tetapi lebih banyak yang tidak memakai sepatu bot 76,7%. Untuk pemeriksaan secara berkala yang dilakukan nelayan pada umumnya 90,7% tidak pernah dilakukan. Kebersihan pakaian mayoritas 83,7% sudah dilakukan dan selalu berganti pakaian. Sedangkan untuk penilaian hygiene perorangan di kategorikan dengan baik dan buruk dapat dilihat pada tabel 4.7.


(57)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hygiene Perorangan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Hygiene Perorangan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 21 48,8

2. Buruk 22 51,2

Total 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa higiene perorangan yang dilakukan oleh responden lebih banyak berada pada kategori buruk yaitu sebesar 51,2%. 4.3.2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan baik di rumah maupun lingkungan kerja dan diluar rumah sangat penting bagi kesehatan. Adapun kondisi lingkungan nelayan di Yong Panah Hijau dapat dilihat pada lampiran 3.

Berdasarkan lampiran 3 dapat diketahui bahwa lingkungan kerja nelayan seluruhnya 100% beresiko terkena penyakit kulit. Untuk lingkungan rumah nelayan sebagian 60,5% sudah dalam keadaan bersih, juga tempat pembuangan sampah sudah terurus dengan baik yaitu sebesar 53,5%, mayoritas responden tidak pernah mendapat penyuluhan tentang lingkungan yang sehat. Untuk penggunaan air bersih sehari-hari pada umumnya responden selalu menggunakan air bersih 97,7%, rumah yang dimiliki responden pada umumnya memakai jendela 97,7%. Sedangkan waktu bekerja pernah digigit binatang sehingga menimbulkan gatal-gatal hanya 9,3% responden. Berdasarkan penilaian kondisi lingkungan yang di kategorikan atas baik dan buruk, dapat dilihat pada tabel 4.8.berikut.


(58)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Kondisi Lingkungan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 18 41,9

2. Buruk 25 58,1

Total 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan baik lingkungan rumah dan lingkungan sekitarnya yang meliputi penggunaan air bersih, pembuangan sampah, juga lingkungan kerja lebih banyak responden 58,1% menunjukkan kategori lingkungan yang buruk..

4.4. Pengetahuan Kelainan Kulit Pada Nelayan

Pengetahuan responden tentang kelainan kulit yaitu sesuatu yang diketahui oleh nelayan tentang penyakit yang disebabkan oleh air, kegunaan air untuk kesehatan, pencemaran yang disebabkan air, dan pengetahuan bahwa air juga dapat menyebabkan infeksi dan penyakit kanker, dapat dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan lampiran 4 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang jenis-jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh air mayoritas 69,8% responden sudah mengetahuinya, sedangkan tentang kegunaan air untuk kesehatan pada umumnya 97,7% responden juga mengetahuinya, sedangkan akibat dari pencemaran air yang tidak memenuhi syarat kesehatan lebih banyak 65,1% responden tidak mengetahui apabila air dapat mencemarkan tanah. Pengetahuan responden bahwa air laut dapat menimbulkan penyakit kulit mayoritas 81,4% sudah mengetahuinya, sedangkan penyakit kulit dapat menimbulkan kanker mayoritas responden 83,7% tidak tahu, dan juga dapat


(59)

menimbulkan infeksi lebih banyak responden 55,8% sudah mengetahuinya. Sedangkan berdasarkan tingkat pengetahuan responden dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 9 20,9

2. Sedang 28 65,1

3. Kurang 6 14,0

Total 43 100,0

Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang gangguan kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau dapat dilihat bahwa pada umumnya responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang 65,1%, sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang ada 14%.

4.5. Gangguan Kelainan Kulit

Gangguan kelainan kulit yang diderita nelayan dapat timbul akibat dari higiene yang tidak memadai dapat berupa gatal-gatal, nyeri pada kulit, peradangan, adanya keluhan luka yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus, parasit, penyakit dermatitis dan lain sebagainya. Adapun gangguan kelainan kulit dapat dilihat pada lampiran 5, dapat diketahui bahwa responden bekerja sebagai nelayan paling lama 6-10 tahun sebesar 39,5%, dan sebelum bekerja sebagai nelayan tidak menderita kelainan kulit ada 67,4%, sedangkan setelah bekerja sebagai nelayan mengalami gangguan kelainan kulit sebesar 95,3%. Lama menderita gangguan kelainan kulit < 1 tahun sebesar 53,5%, adanya keluhan gatal-gatal pada kulit yang dialami responden mayoritas 90,7%, untuk


(1)

gambaran kelainan kulit warna merah

Total

Ada Tidak

Masa Kerja

1-5 tahun 8 1 9

6-10

tahun 18 4 22

> 10

tahun 9 3 12

Total 35 8 43

jumlah keluarga * gambaran kelainan kulit warna merah Crosstabulation Count

gambaran kelainan kulit warna merah

Total

Ada Tidak

jumlah keluarga

6-8 10 2 12

> 9 12 3 15

5 9 1 10

6 3 2 5

7 1 0 1

Total 35 8 43

kategori umur * basah Crosstabulation Count

basah

Total

Ada Tidak

kategori umur

15-25 tahun 1 8 9

26-35 tahun 6 4 10

36-45 8 5 13

> 45 tahun 3 8 11


(2)

Count

basah

Total

Ada Tidak

Pendidikan Tidak tamat

SD 3 4 7

Tamat SD 6 8 14

Tamat SLTP 6 11 17

Tamat SLTA 2 2 4

Tamat DIII/PT 1 0 1

Total 18 25 43

Pendapatan * basah Crosstabulation Count

basah

Total

Ada Tidak

Pendapatan < Rp. 500.000 3 4 7

> Rp. 500.000 15 21 36

Total 18 25 43

Masa Kerja * basah Crosstabulation Count

basah

Total

Ada Tidak

Masa Kerja

1-5 tahun 3 6 9

6-10

tahun 9 13 22

> 10

tahun 6 6 12

Total 18 25 43


(3)

Count

basah

Total

Ada Tidak

jumlah keluarga

6-8 4 8 12

> 9 8 7 15

5 4 6 10

6 2 3 5

7 0 1 1

Total 18 25 43

kategori umur * Gatal-gatal Crosstabulation Count

Gatal-gatal

Total

Ada Tidak

kategori umur

15-25 tahun 8 1 9

26-35 tahun 10 0 10

36-45 13 0 13

> 45 tahun 11 0 11

Total 42 1 43

Pendidikan * Gatal-gatal Crosstabulation Count

Gatal-gatal

Total

Ada Tidak

Pendidikan Tidak tamat

SD 7 0 7

Tamat SD 14 0 14

Tamat SLTP 16 1 17

Tamat SLTA 4 0 4

Tamat DIII/PT 1 0 1


(4)

kategori umur * kategori pengetahuan Crosstabulation Count

kategori pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

kategori umur

15-25 tahun 3 5 1 9

26-35 tahun 3 6 1 10

36-45 1 11 1 13

> 45 tahun 2 6 3 11

Total 9 28 6 43

Pendidikan * kategori pengetahuan Crosstabulation Count

kategori pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

Pendidikan Tidak tamat

SD 1 3 3 7

Tamat SD 3 9 2 14

Tamat SLTP 4 13 0 17

Tamat SLTA 1 2 1 4

Tamat DIII/PT 0 1 0 1

Total 9 28 6 43

Pendapatan * kategori pengetahuan Crosstabulation Count

kategori pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

Pendapatan < Rp. 500.000 3 4 0 7

> Rp. 500.000 6 24 6 36

Total 9 28 6 43

Masa Kerja * kategori pengetahuan Crosstabulation Count

kategori pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

Masa Kerja

1-5 tahun 2 6 1 9

6-10

tahun 4 16 2 22

> 10

tahun 3 6 3 12

Total 9 28 6 43


(5)

Count

kategori pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

jumlah keluarga

6-8 4 8 0 12

> 9 2 9 4 15

5 2 7 1 10

6 1 3 1 5

7 0 1 0 1

Total 9 28 6 43

kategori umur * kategori hygiene Crosstabulation Count

kategori hygiene

Total

Baik Buruk

kategori umur

15-25 tahun 8 1 9

26-35 tahun 7 3 10

36-45 7 6 13

> 45 tahun 7 4 11

Total 29 14 43

Pendidikan * kategori hygiene Crosstabulation Count

kategori hygiene

Total

Baik Buruk

Pendidikan Tidak tamat

SD 6 1 7

Tamat SD 11 3 14

Tamat SLTP 10 7 17

Tamat SLTA 1 3 4

Tamat DIII/PT 1 0 1

Total 29 14 43

Pendapatan * kategori hygiene Crosstabulation Count

kategori hygiene

Total

Baik Buruk

Pendapatan < Rp. 500.000 4 3 7

> Rp. 500.000 25 11 36

Total 29 14 43

Masa Kerja * kategori hygiene Crosstabulation Count


(6)

Baik Buruk Total Masa

Kerja

1-5 tahun 6 3 9

6-10

tahun 14 8 22

> 10

tahun 9 3 12

Total 29 14 43

jumlah keluarga * kategori hygiene Crosstabulation Count

kategori hygiene

Total

Baik Buruk

jumlah keluarga

6-8 11 1 12

> 9 6 9 15

5 8 2 10

6 4 1 5

7 0 1 1