Isu dalam pendanaan

5. Isu dalam pendanaan

a. Pendanaan bersaing Ketika lembaga-lembaga pelayanan sosial menyusun alokasi anggaran, salah faktor yang perlu diperhatikan ialah kompetisi atau persaingan daripada kerjasama (Miller, 1988). Pendanaan barangkali hanya diberikan kepada program-program yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan penekanan pada efisiensi dan muatan biaya dalam pelayanan-pelayanan sosial padat karya (labor-intensive), persaingan untuk memperoleh dolar diarahkan langsung kepada persaingan staf profesional. Lembaga-lembaga pelayanan sosial yang memiliki sumber-sumber yang lebih banyak memiliki keuntungan dalam mengamankan sumber-sumber tambahan, dengan demikian meningkatkan kemampuan mereka dalam menarik perhatian staf profesional berkualifikasi dengan gaji yang lebih bersaing. Dampak jejaring ini, menurut Miller, ialah bahwa pelayanan-pelayanan bagi orang miskin dapat menurun baik dari ketidakmampuan memperoleh hibah bagi program-program inovatif maupun ketidakmampuan menyewa praktisioner berpengalaman. Sayangnya, banyak hibah terbatas pada program-program pelayanan langsung dan tidak memberikan insentif keuangan bagi perencanaan sosial atau koordinasi pelayanan-pelayanan dari lembaga-lembaga pelayanan sosial. Keterbatasan ini dapat menyebabkan fragmentasi lebih lanjut dalam manajemen kasus dan perencanaan sosial.

153

b. Privatisasi Privatisasi ialah kecenderungan oleh pemerintah atau masyarakat untuk mendorong sektor privat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial masyarakat. Lembaga-lembaga kewirausahaan di bidang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan-pelayanan sosial berkembang sebagaimana lembaga-lembaga profit memperoleh kepercayaan dalam bersaing untuk memperoleh pendanaan. Sebagai suatu strategi penyelenggaraan pelayanan sosial, privatisasi digunakan untuk mengembangkan santunan pelayanan-pelayanan sosial oleh kalangan bisnis dan industri. Premis privatisasi ialah bahwa bisnis dan industri, dengan motif keuntungan, satu mata pada efisiensi dan akuntabilitas, dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dan lebih murah daripada pemerintah. Melalui penjualan kontrak pelayanan, pembayaran organisasi pemeliharaan kesehatan, dan pinjaman pemerintah berbunga rendah, bisnis dan industri didorong masuk ke dalam jejaring penyelenggaraan pelayanan sosial sebagai arus utama para penyelenggara pelayanan-pelayanan sosial. Gagasan privatisasi dipahami sebagai suatu cara mengurangi besaran apa yang dirasakan sebagai beban kesejahteraan sosial dan dipromosikan selama masa pemerintahan Ronald Reagan karena dianggap efektif secara sosial dan biaya.

Privatisasi terbukti tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan orang-orang yang paling membutuhkan. Menurut Abramovitz (1986 dalam DuBois & Miley, h. 97), ”hasil dari strategi ini selain untuk memperbesar peran perusahaan swasta dalam negara kesejahteraan berskala kecil ialah keuntungan bagi penyelenggara pelayanan sosial privat; upah yang lebih rendah, pekerjaan yang lebih sedikit, dan perserikatan yang lebih lemah di sektor publik dan pelayanan-pelayanan yang kurang memadai bagi orang-orang yang paling membutuhkan”. Ostrander (1985 dalam DuBois & Miley, h. 97) menegaskan lebih lanjut bahwa privatisasi ”menghasilkan preferensi di antara banyak profesional kesejahteraan sosial untuk bekerja di lembaga-lembaga pelayanan sosial sukarela dan digunakan untuk membenarkan oposisi masyarakat tentang negara kesejahteraan”.

Privatisasi dipandang sebagai reaksi campuran oleh profesional pekerjaan sosial. Beberapa pekerja sosial mencari tempat-tempat kerja baru, mengantisipasi upah yang lebih tinggi, sanitasi kondisi-kondisi kerjja, klien yang lebih atraktif, dan bahkan barangkali prestise. Pihak lain memandangnya sebagai arena potensial lain yang memotong kewenangan profesi pekerjaan sosial untuk menyelenggarakan pelayanan- pelayanan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Profesional pekerjaan sosial harus menyadari kesalahan premis ”lebih murah lebih baik” ketika hal itu merupakan kesejahteraan anggota- anggota masyarakat.

c. Perlindungan lembaga Perlindungan suatu lembaga penyelenggaraan pelayanan sosial atau kepentingan teritorial selalu berpusat pada perselisihan seperti di lembaga pelayanan sosial mana harus diselenggarakan jenis- jenis pelayanan sosial tertentu atau bekerja dengan populasi klien tertentu. Program-program pelayanan sosial dikembangkan di lembaga-lembaga pelayanan sosial sebagai jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan yang timbul, ketersediaan dana, dan misi lembaga. Sementara beberapa lembaga pelayanan sosial menyelenggarakan suatu pelayanan sosial yang komprehensif di bawah misi yang dinyatakan secara luas, lembaga pelayanan sosial lain menggunakan pendekatan tunggal dan terfokus untuk membatasi jenis-jenis pelayanan sosial yang mereka selenggarakan atau berikan kepada klien mereka. Lembaga-lembaga pelayanan sosial diharapkan melakukan rujukan ke lembaga-lembaga pelayanan sosial lain yang kewenangan dan misinya lebih sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan klien tertentu daripada dengan kebutuhan-kebutuhan lembaga pelayanan sosial itu sendiri.

Kalau benar bahwa suatu pelayanan lembaga berasal dari misinya, maka pelayanan-pelayanan sosial tersebut harus konsisten dengan filosofi lembaga. Pelayanan-pelayanan sosial baru ditambahkan dalam memenuhi misi dan bukan semata-mata karena sumber-sumber pendanaan baru semakin tersedia.

Pernyataan misi lembaga jangan direntangkan, begitu pula ruang lingkup program-program diredefinisikan untuk mengakomodasi kecenderungan-kecenderungan keuangan mutakhir. Tidak semua program yang menguntungkan diadopsi, karena meningkatnya persaingan memperoleh pendanaan. Para pekerja sosial secara sadar mengakui bahwa kue pai dapat dipotong dalam beberapa cara dan sering menimbulkan dilema etis dalam mengadvokasi untuk memperoleh irisan yang lebih besar untuk satu program, tetapi mengorbankan program-program lain.

D. Pemberian pelayanan sosial, sanksi pekerja sosial, dan isu dalam penyelenggaraan pelayanan sosial

Subbab ini akan membahas tiga subpokok bahasan yaitu pemberian pelayanan sosial, sanksi pekerja sosial, dan isu dalam penyelenggaraan pelayanan sosial.