Profesional pekerjaan sosial

1. Profesional pekerjaan sosial

Standard klasifikasi praktek pekerjaan sosial yang dikembangkan oleh Ikatan Pekerja Sosial Amerika Serikat (NASW, National Association of Sovcial Workers) menggambarkan empat level praktek pekerjaan sosial dan mengidentifikasikan tanggung jawab tugas dan landasan pendidikan sebagai berikut:

a. Level profesional dasar

Level profesional dasar (basic professional level) menyaratkan strata satu (S1) dalam pekerjaan sosial dari suatu program yang diakreditasi oleh Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia (IPPSI). Level ini menyajikan praktek yang menyaratkan keterampilan praktek profesional, pengetahuan teoritik, dan nilai-nilai yang pada umumnya tidak diperoleh dari pengalaman kerja sehari-hari tetapi yang diperoleh melalui pendidikan formal profesional pekerjaan sosial. Pendidikan formal pekerjaan sosial berbeda dari pembelajaran eksperiensial karena didasarkan atas pengetahuan konseptual dan teoritik tentang interaksi personal dan sosial serta atas pelatihan dalam penggunaan diri secara disiplin dalam berelasi dengan klien.

b. Level profesional pakar/ahli

Level profesional pakar/ahli (specialized/expert professional level) menyaratkan strata dua (S2) dalam

c. Level profesional independen/mandiri

Level profesional independen/mandiri (independent professional level) menyaratkan strata dua (S2) dalam pekerjaan sosial dari satu program pekerjaan sosial yang diakreditasi oleh Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia (IPPSI) dan sekurang-kurangnya pengalaman kerja dua tahun pascastrata dua di bawah supervisi profesional yang sesuai. Level ini menyajikan pencapaian atau prestasi oleh praktisioner praktek, yang didasarkan atas pelatihan spesifik yang sesuai, yang dikembangkan dan didemonstrasikan di bawah supervisi professional, yang memadai untuk menjamin kemandirian, penggunaan secara teratur keterampilan- keterampilan profesional dalam praktek mandiri atau otonom. Minimum dua tahun disyaratkan bagi pembelajaran eksperiensial ini dan periode demonstrasi menyusul strata dua program pekerjaan sosial. Level ini dapat diterapkan baik kepada praktek solo atau otonom sebagai praktisioner mandiri atau konsultan maupun kepada praktek dalam organisasi dimana pekerja sosial memiliki tanggung jawab utama untuk mewakili profesi atau atas pelatihan atau pengadministrasian staf profesional.

d. Level profesional lanjutan

Level profesional lanjutan (advanced professional level) menyaratkan kecakapan khusus dalam teori, praktek, administrasi atau kebijakan atau kemampuan untuk melaksanakan studi-studi penelitian lanjutan dalam kesejahteraan sosial; biasanya didemonstrasikan melalui strata tiga (S3) dalam pekerjaan sosial atau disiplin ilmu

DiNitto & McNeece menyebut level profesional itu sebagai struktur pendidikan pekerjaan sosial yang terdiri atas tiga susunan program. Pertama, program stara satu (S1, undergraduate programs) menyiapkan mahasiswa untuk berpraktek pekerjaan sosial level permulaan atau entri.

Kedua, program stara dua (S2, master’s programs) menyiapkan mahasiswa untuk berpraktek pekerjaan sosial pada level pelayanan langsung atau klinis, dan pelayanan tidak langsung atau administrasi dan perencanaan.

Ketiga, program stara tiga (S3, doctoral programs) menyiapkan mahasiswa untuk berkarir dalam pengajaran dan penelitian atau posisi administratif atau analisis kebijakan tingkat tinggi (h. 25-27).

Ernest Greenwood mengusulkan lima syarat suatu bidang pekerjaan disebut sebagai profesi yaitu memiliki seperangkat teori, otoritas (mandat, kewenangan), sanksi atau pengakuan masyarakat, kode etik, dan kebudayaan (Johnson, 1989, h. 19).

Level profesional praktek pekerjaan sosial dibedakan menurut level otonomi profesional, spesialisasi praktek, kebutuhan klien, dan kompleksitas masalah. Setiap posisi pekerjaan sosial dalam skema hierarkhis dievaluasi berdasarkan tujuh faktor:

• Pengetahuan yang disyaratkan oleh posisi • Kemampuan membuat pertimbangan secara

mandiri • Level keterampilan • Kompleksitas situasional • Dampak potensial terhadap masyarakat

• Derajat kerentanan klien • Fungsi sosial yang dialankan oleh kegiatan

(NASW 1981a dalam DuBois & Miley, h. 87).