Isu dalam penyelenggaraan pelayanan sosial

3. Isu dalam penyelenggaraan pelayanan sosial

a. Perencanaan sosial Perencanaan sosial sangat nampak sebagai suatu spesialisiasi dalam pekerjaan sosial pada tahun 1960- an dan awal 1970-an ketika pekerja sosial secara sistematis memaklumatkan perang terhadap kemiskinan. Tuntutan menjadi perencana sosial meningkat karena persyaratan bahwa perencanaan sosial harus diintegrasikan dengan pelayanan- pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, pelayanan- pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta program- program yang termuat dalam undang-undang kesempatan ekonomi, undang-undang ketenagakerjaan, serta undang-undang kemitraan dan pelatihan.

Lembaga-lembaga aksi masyarakat menangani akar sebab-sebab kemiskinan seperti pendidikan yang tidak memadai, pengangguran dan setengah pengangguran, kesehatan yang buruk, dan kurangnya perumahan yang dapat dibeli. Akan tetapi walaupun mempertimbangkan kewenangan untuk menangani bidang-bidang pelayanan sosial tersebut di atas, kegiatan-kegiatan perencanaan dipenuhi dengan populasi terbatas atau bidang pelayanan dan tidak terkait dengan kebutuhan total masyarakat. Oleh karena itu pendanaan kategorial mengarah kepada perencanaan kategorial bagi penyelenggaraan pelayanan sosial.

Ada perbedaan antara perencanaan pelayanan sosial dalam sumber-sumber organisasi dan penggunaan pendekatan yang komprehensif dalam pemecahan masalah pada satu sisi dan popularisasi terbaru tentang perencanaan strategis organisasi pada sisi lain. Perencanaan strategis ialah suatu proses manajemen yang berkaitan dengan pengembangan organisasi, sedangkan perencanaan sosial ialah strategi untuk

Apabila perencanaan tidak didukung secara ekonomis baik dalam prinsip maupun melalui pendanaan, sistem penyelenggaraan pelayanan sosial melemah karena keakuratan penelitian tentang koordinasi pelayanan sosial yang komprehensif berkurang. Fragmentasi perencanaan kemudian terjadi, dan lembaga pelayanan sosial semakin tidak siap untuk menjawab secara sistematis atas tanggung jawab atas pemecahan masalah masyarakat Tanpa pendanaan dan kewenangan perundang-undangan bagi perencanaan sosial, masyarakat harus bersandar pada komitmen dan visi kalangan profesional secara individual akan pentingnya perencanaan, kerjasama, koordinasi, dan pengambilan peran kepemimpinan. Beban bagi sektor sukarela ialah mengemban tanggung jawab bagi kerjasama pemecahan masalah dan pembangunan koalisi, tanpa memandang dukungan pendanaan publik.

b. Kriteria penerima pelayanan sosial Kriteria penerima pelayanan sosial (social triage) ialah klasifikasi klien yang ”dapat disembuhkan” dan ”yang tidak dapat disembuhkan,” atau ”ada gunanya asistensi” dan ” tidak ada gunanya” asistensi. Skema klasifikasi ini digunakan untuk menyaring klien ke dalam atau ke luar dari sistem penyelenggaraan pelayanan sosial. Kriteria ini merupakan respon terhadap hambatan-hambatan yang disebabkan oleh sumber-sumber yang terbatas dan pernyataan keinginan untuk melakukan yang terbaik bagi penerima pelayanan sosial yang memiliki kesempatan untuk berhasil. Jenkins (1983) secara lugas mendeskripsikan isu kriteria penerima pelayanan sosial:

Dengan demikian, dalam memberikan prioritas kepada klien yang memiliki kesempatan berhasil yang lebih besar, dalam menolong orang-orang yang paling dapat menerima pertolongan, kita mengabaikan apa yang terjadi pada orang lain. Kita berbeda dari model medis, akan tetapi, pada klien yang kita abaikan itu -

”yang tidak bakal berhasil ditolong,” ”yang sulit diraih,” ”yang tidak ada gunanya ditolong,” atau ”yang menolak ditolong” - jangan meninggal seperti pasien luka kritis yang tidak diketahui oleh orang lain. Orang yang bukan klien tidak berada di orbit sistem penyelenggaraan pelayanan sosial, tetapi mereka merupakan jumlah besar yang tidak tertangani dan orang-orang yang tidak dapat dijangkau saat ini dalam atau di luar peran kesejahteran, ke dalam atau ke luar lembaga-lembaga kesehatan jiwa atau sekolah- sekolah, yang mengalami kesulitan dalam keberfungsian sosial atau kontribusi sosial....Pertolongan tidak menyaring dan aspek-aspek generasional kegagalan berarti ada kemajuan geometris atau masalah ketika semakin banyak anak- anak lahir dalam keluarga yang bermasalah dan bergantung pada santunan (DuBois & Miley, h. 101).

Kriteria penerima pelayanan sosial memperkuat kesan percuma ditolong dalam diri klien yang ditolak karena alasan ”tidak ada yang dapat dilakukan untuk menolongnya” dan dalam sistem penyelenggaraan pelayanan sosial ditolak karena alasan ”tidak ada urusan dengan klien.” Profesi pekerjaan sosial, menurut Jenkins, memiliki suatu tanggung jawab untuk menggunakan kriteria penerima pelayanan sosial sedemikian rupa untuk terus menerus ”menolong orang-orang yang dapat ditolong tetapi mengarahkan upaya yang lebih besar kepada orang- orang yang mengalami kebutuhan termasuk mencari teknik-teknik pertolongan yang lebih efektif dan sesuai ((DuBois & Miley, h. 101) dalam sistem penyelenggaraan pelayanan sosial.

E. IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK Setelah selesai mempelajari subbab ini, para pembaca diharapkan

memiliki referensi yang lebih kompehensif tentang implikasi sistem penyelenggaraan pelayanan sosial dalam praktek pekerjaan sosial.