Lembaga-lembaga sektarian

3. Lembaga-lembaga sektarian

Beberapa lembaga, organisasi dan asosiasi dalam sektor privat adalah sektarian dalam arti bahwa lembaga-lembaga sektarian itu berafiliasi atau mengidentifikasikan diri dengan denominasi keagamaan. Misalnya Dompet Duafa, Dana Abadi Umat, Lembaga Amal dan Zakat, dan Lembaga Amal Katolik. Setting sektarian dapat berupa rumah sakit, panti asuhan anak, panti bina remaja, dan panti asuhan lanjut usia.

Walaupun misi dan program lembaga-lembaga sektarian tersebut sangat dipengaruhi oleh orientasi keagamaan tertentu mereka, pada umumnya baik lembaga-lembaga sektarian maupun nonsektarian memiliki komitmen yang tinggi untuk melayani beragam klien yang berasal dari berbagai latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Akan tetapi, hubungan antara lembaga-lembaga keagamaan dengan lembaga-lembaga sektarian tersebut untuk memperoleh pendanaan melahirkan pertanyaan apakah dan bagaimanakah nilai-nilai keagamaan ditampilkan dalam misi lembaga (Bubis, 1988 dalam DuBois & Miley, h. 81).

Hepworth & Larsen mengusulkan sejumlah kualifikasi klien dalam konteks pekerjaan sosial ialah:

a. Gelandangan (tuna wisma).

b. Keluarga yang meliputi orang tua tunggal dan yang mengalami konflik serius yang diperlihatkan dalam bentuk perilaku lari dari rumah, nakal, melanggar, kesulitan belajar dan semacam itu.

c. Pasangan dan keluarga yang mengalami perlakuan salah terhadap pasangan atau anak.

d. Pasangan yang mengalami konflik perkawinan serius.

e. Individu dan keluarga yang penghasilannya tidak memadai karena pengangguran, absennya pencari nafkah, cacat fisik, kurangnya keterampilan kerja.

f. Individu dan keluarga yang terancam hukuman atas pelanggaran hukum.

g. Remaja yang tidak menikah, hamil

h. Individu dan keluarga yang terancam sakit fisik atau jiwa atau cacat. i.

Penyalahguna napza dan keluarganya. 126 Penyalahguna napza dan keluarganya. 126

k. Imigran dan kaum minoritas. l.

Orang cacat (gangguan perkembangan) dan keluarganya.

m. Manusia anjut usia yang tidak dapat lagi berfungsi sosoal secara memadai.

n. Migran yang mengalami kekurangan sumber-sumber. o.

Anak-anak (dan keluarga) yang memiliki anak yang mengalami kesulitan belajar/bersekolah.

p. Orang-orang yang mengalami stres berat karena peristiwa traumatik atau transisi kehidupan (h. 3).

4. Lembaga-lembaga sukarela Kegiatan-kegiatan di sektor privat selanjutnya dapat diklasifikasikan sebagai sukarela. Lembaga-lembaga sukarela adalah nirlaba, terbentuk bukan oleh mandat pemerintah, dan disponsori oleh organisasi-organisasi keagamaan, persaudaraan, buruh, budaya, sosial, atau sipil. Pelayanan-pelayanan yang diselenggarakan oleh organisasi- organisasi sukarela dapat bersifat tradisional seperti yang diselenggarakan oleh pusat-pusat santunan anak dan keluaga atau yang berorentasi advokasi yang mencerminkan respon terhadap isu-isu yang dihadapi oleh kelompok kepentingan khusus seperti pengungsi (bencana tsunami Aceh-Nias; bencana banjir dan longsor di beberapa daerah di Indonesia; konflik SARA di Sambas, Ambon dan Poso), dan perdagangan anak-perempuan.

Penggunaan istilah sukarela (voluntary) dapat menyesatkan (Ostrander, 1985 dalam DuBois & Miley, h. 81). Istilah ini tidak berkaitan dengan voluntarisme atau penggunaan para relawan (volunteers). Lembaga-lembaga sukarela diperkuat oleh profesional yang digaji. Tetapi sukarela berarti bahwa organisasi memiliki inisiatif sukarela, bukan inisiatif atas dasar mandat pemerintah. Kesan lain yang diberikan kepada lembaga-lembaga sukarela sebagai bersatus nirlaba juga menyesatkan. Nirlaba mengacu kepada status pajak yang tidak mencakup penghasilan yang diperoleh dan akumulasi investasi. Pada umumnya organisasi-organisasi nirlaba mengembalikan penghasilan mereka secara langsung kepada program-program mereka. Jadi menurut definisi ini, ada pemisahan antara lembaga sukarela dan lembaga pemerintah. Akan tetapi, kecenderungan terakhir memperlihatkan lembaga-lembaga pemerintah yang

Walaupun perbedaan dibuat antara lembaga pemerintah dan lembaga sukarela, Dunham (1970 dalam DuBois & Miley,

h. 81) mengidentifikasikan beberapa tipe hubungan kerjasama antarlembaga. Lembaga pemerintah merupakan lembaga pembuat standard atau kebijakan konsultatif bagi sektor privat. Struktur suatu lembaga sukarela dapat dipengaruhi oleh hakekat semu pemerintah karena menerima dana publik dan privat. Alokasi dana melalui subsidi, kontrak pembelian pelayanan, hibah proyek, dan pinjaman biasanya dilakukan oleh pemerintah kepada lembaga sukarela. Aturan kerjasama antarlembaga dalam hal pemrograman pendidikan dan pelatihan serta kegiatan- kegiatan perencanaan memperkuat hubungan antara sektor publik dan sektor privat.