Latar Belakang Pengajuan Praperadilan Oleh Pihak Tersangka Terhadap Sah Atau Tidaknya Penahanan Yang Dilakukan Penyidik Kejaksaan Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor.01/PID/PRA.PER/2011/PN. STB.)

BAB I PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin hak warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Suatu Negara hukum menurut Sri Soemantri, harus memenuhi beberapa unsur, yaitu: 1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan. 2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga Negara 3. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara 4. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, khusus mengenai butir 2, adanya jaminan terhadap hak asasi manusia HAM, dapat diartikan bahwa dalam setiap konstitusi selalu ditemukan adanya jaminan terhadap hak asasi manusia warga negara karena itu merupakan salah satu unsur dari negara hukum. Hal ini juga terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945, melalui beberapa pasal, yang pasalnya mengatur tentang HAM. Pada Pasal 28D ayat 1 yang menyatakan : “ Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Sesuai dengan isi dari pasal tersebut, bahwa setiap orang tidak boleh terjadi diskriminasi terhadapnya. Setiap orang pastilah berpotensi untuk melakukan tindakan melanggar hukum baik sengaja maupun tidak sengaja 1 Negara memberikan kewenangan kepada para penegak hukum untuk melakukan tindakan-tindakan upaya paksa terhadap seseorang yang melanggar ketentuan yang telah diatur oleh undang-undang. Upaya paksa ini merupakan pengurangan-pengurangan hak asasi dari seorang yang telah melakukan pelanggaran tadi. Kewenangan-kewenangan tersebut juga memiliki batasan- batasan tertentu yang telah diatur didalam undang-undang. . Maka dari itu harus ada kepastian hukum mana tidak boleh dilakukan oleh setiap orang, agar tujuan dari hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum dapat tercapai. Para aparat penegak hukum juga tidak terlepas dari kemungkinan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kewenangannya yang telah diatur undang-undang yang berlaku. Para penegak hukum sering juga melakukan kesalahan dan juga pelanggaran terhadap hak-hak asasi dari pelaku tindak pidana dalam melakukan upaya paksa. Maka dari itu KUHAP menjamin terlindunginya hak-hak pelaku tindak pidana baik sebelum maupun sesudah putusan hakim. Jika pelanggaran tersebut terjadi sebelum putusan pengadilan, maka tersangkaterdakwa dapat mengajukan praperadilan, 2 1 Sengaja ini dapat diartikan kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan- perbuatab yang dilarang atau diperintahkan oeh undang-undang. Sedangkan tidak sengaja bisa dikategorikan dalam culpa kelalaian. sedangkan jika pelanggaran hak terjadi setelah putusan pengadilan yang telah inkracht maka terpidana dapat 2

R. Soeparmono, Praperadilan dan Penggabungan perkara Ganti Kerugian dalam KUHAP