62
PKL yang berada di kota Surakarta pada umumnya melakukan aktivitas berdagang dengan mengaandalkan modal yang sangat minim. Hal ini yang
dikatakan oleh ketua paguyuban Sringapono Jalan Slemet Riyadi Bapak Sukiman sebagi berikut :
”......Modal pertama mereka sangat variasi, tergantung dari apa yang akan mereka lakukan dalam usahanya, mulai dari kurang satu juta
rupiah hingga 4 juta rupiah”.
Senada dengan pendapat di atas, diikatakan oleh ketua paguyuban Rukun Makmur jalan Adi Sucipto Pak Ari sebagai berikut :
” Iya......mereka mendapatkan modal tersebut dari diri sendiri atau pinjaman dari teman, sanak saudara bukan pinjaman dari koperasi
ataupun bank”. Dalam melakukan aktivitasnya, PKL mengandalkan kekuatannya sendiri
untuk mempertahankan roda perekonomiannnya, Hal ini dapat di ketahui dari keterangan tersebut di atas.
C. PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURAKARTA
Pertumbuhan yang begitu cepat dan merebaknya para pedagang kaki lima yang begitu banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap kepentingan
publik dan juga terkadang mengganggu ketertiban umum, selain itu juga dengan begitu banyaknya keberadaan para pedagang kaki lima membuat kota Surakarta
kelihatan kotor dan kumuh sehingga hal ini yang melatarbelakangi pemerintah kota Surakarta untuk melakukan kebijakan penataan dan pembinaan pedagang
kaki lima di kota Surakarta.
63
Diketahui bahwa tempat usaha mereka tanpa memperhatikan keindahan dan ketertiban kota. Dalam beberapa kasus sering terjadi PKL setelah berjualan
tidak mebongkar atau tidak membersihkan tempat dagangan mereka, adakalanya mereka membuat tempat usahanya yang semi permanen bahkan permanen. Selain
itu juga para PKL diketahui bahwa di sepanjang jalur lambat, taman dan trotoar maupun area publik lainnya disetiap sudut kota Surakarta banyak dimanfaatkan
oleh para PKL Hal ini seprti diungkapkan oleh Kasi pembinaan kantor PKL, sebagai berikut :
“........pertumbuhan PKL yang begitu pesat di kota Surakarta yang tidak terkendali akan merusak keindahan kota disamping itu juga para PKL
berjualan semaunya tanpa menghiraukan kepentingan publik. Kenyataan seperti inilah yang mendorong pemrintah kota untuk melakukan kebijakan
penataan dan pembinan para PKL “.
Hal seperti itulah maka pemerintah kota berkeinginan untuk mengatur PKL menurut karakteristik PKL yang ada. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya
untuk lebih mempermudah pengaturan dan keseragaman dalam penanganan PKL sehingga di samping PKL sebagai aset ekonomi daerah, PKL juga sebagai aset
pariwisata yang khas di kota Surakarta. Hal seperti tersebut diatas, maka pemerintah kota Surakarta mengeluarkan
Peraturan daerah tentang penataan dan pembinaan Pedagang kaki lima yang kemudian ditindak lanjuti dengan keputusan Walikotamadya Surakarta No.2
tahun 2001 tentang pedoman pelaksanaan peraturan daerah kotamadya daerah tingkat II Surakarta nomor 8 tahun 1995 tentang penataan dan pembinaan PKL.
Hal ini separti diungkapkan oleh kepala kantor pengelola PKL sebagai berikut : “......para PKL pada waktu itu perkembangannya begitu pesat sekali dan
kurang terkendali, mereka berjualan di tempat semaunya mereka sendiri
64
sehingga kota Surakarta terkesan tidak rapi, hal seperti ini yang mendorong pemerintah kota untuk mengeluarkan peraturan daerah
tersebut sehingga diharapkan PKL dapat tertata dengan rapi dan indah”.
Senada dengan pendapat tersebut diatas, menurut kasi perencanaan dan pengedalian Sat.Pol PP kota Surakarta yang mengatakan sebagai berikut :
”........ merebaknya para PKL dan sulitnya mengatur mereka dan banyak juga PKL menggunakan area-area kepentingan publik bahkan mereka
tidak tertib dalam berjualannya atau semrawut, hal ini apabila tidak ditangani akan mengganggu keindahan kota. Salah satu alasan inilah
pemerintah mengeluarkan peraturan daerah tentang kebijakan penataan dan pembinaan PKL”.
Dari keterangan tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latar belakang munculnya kebijakan penataan dan pembinaan PKL tersebut
dimaksudkan sebagai upaya unruk penertiban para pedagang kaki lima yang diharapkan para PKL dapat manjaga keindahan dan kebersihan kota Surakarta,
sehingga dengan keberadaan PKL tidak melanggar tempat-tempat publik dan aturan-aturan lainnya. Dengan demikian diharapkan juga kota Surakarta tercipta
sebagai kota yang sesuai dengan slogannya ”Berseri”, bersih sehat rapi dan indah sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi warganya juga bagi para wisatawan
yang berkunjung ke kota Surakarta.
D. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBINAAN DAN PENATAAN PKL MENURUT PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH