C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh praktek manajemen laba dan ukuran perusahaan terhadap harga saham pada perusahaan yang
melakukan penawaran saham perdana yang terdaftar di BEI.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, untuk memberikan pengetahuan tambahan peneliti
sehubungan dengan pasar modal. 2. Bagi investor, penelitian ini bisa menjadi dasar pertimbangan dalam
mengambil keputusan investasi saham pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana.
3. Bagi manajemen perusahaan, sebagai masukan dalam kebijakan perusahaan tentang manajemen laba dan ukuran perusahaan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan referensi untuk pengembangan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Manajemen Laba
a. Pengertian Manajemen Laba
Earning Management terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan
penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholders tentang kinerja
ekonomis perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Healy
dan Wahlen : 1999. Beberapa peneliti mendefinisikan manajemen laba dalam arti yang
berbeda-beda. Menurut Sulistyanto 2008 dalam Okta 2010 terdapat beberapa definisi mengenai manajemen laba earnings management
yaitu: 1. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan
pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi Schipper ,1989.
2. Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk
mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham
mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat- akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka
yang dilaporkan dalam laporan keuangan Healy Wahlen ,1999.
b. Praktek Manajemen Laba
Praktek manajemen laba dapat ditinjau dari dua perspektif yang berbeda, yaitu:
a. Etika Bisnis Didalam etika, dapat dianalisis sebab-sebab manajer melakukan
manajemen laba. b. Teori akuntansi positif
Didalam teori ini, dapat dianalisis dan diidentifikasikan berbagai bentuk praktek manajemen laba yang dilakukan oleh manajer
perusahaan. Tinjauan etika manajemen laba yang dilihat dari sudut pandang teori
akuntansi positif dapat dijelaskan melalui teori kontrak contracting theory. Godfrey, Hodgson dan Holmes 1997 menjelaskan bahwa riset
dan teori akuntansi positif didasarkan pada asumsi mengenai perilaku individu yang terlibat dalam proses kontrak. Proses kontrak tersebut
menghasilkan hubungan keagenan agency relationship. Hubungan keagenan muncul ketika salah satu pihak principal mengontrak pihak
lain agen untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh principal. Dengan kontrak tersebut, principal mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen. Baik principal maupun agen, kedua-duanya adalah utility maximizer, maka tidak ada alasan yang dapat
diyakini bahwa agen akan selalu bertindak untuk kepentingan principal. Masalah keagenan agency problem muncul karena adanya perilaku
oportunis dari agen, yaitu perilaku manajemen agen untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan
kepentingan principal dan akhirnya menjadi insentif bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.
c. Motivasi Manajemen Laba
Scott 1997 dalam Dwi Apriyani 2006, menyebutkan berbagai motivasi mengapa perusahaan, dalam hal ini manajer, melakukan
manajemen laba, yaitu: Manajemen laba didorong oleh beberapa motivasi. Scott 1997 dalam
Dwi Apriyani 2006 berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Scheme Rencana Bonus Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan
rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan
diterimanya.
2. Debt Covenant Kontrak Utang Jangka Panjang Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu
pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metoda akuntansi yang dapat memindahkan laba
periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran
kontrak utang.
3. Political Motivations Motivasi Politik
Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada
saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
4. Taxation Motivations Motivasi Perpajakan Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
5. Pergantian CEO Chief Executive Officer Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya
menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan
mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari
pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
6. Initital Public Offering Penawaran Saham Perdana Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya
kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting.
Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang
dilaporkan.
d. Peluang dan Teknik Manajemen Laba
Kesempatan bagi manajemen untuk mendistorsi laba timbul karena:
1. Kelemahan yang inheren dalam akuntansi itu sendiri.
Fleksibilitas dalam menghitung angka laba disebabkan oleh: a. Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen
untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda. Misalnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap
dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
b. Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menyusun estimasi.
2. Informasi asimetri antara manajer dengan pihak luar. Manajer relatif memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan
pihak luar termasuk investor. Mustahil bagi pihak luar untuk dapat mengawasi semua perilaku dan semua keputusan
manajer secara detail. Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok Setiawati dan Na’im,2000 dalam Dwi Apriyani 2006, yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui judgment
terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tidak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva
tetap, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. 2. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang dimaksud adalah perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu
transaksi, misalnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis
lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Beberapa orang menyebut rekayasa jenis ini sebagi manipulasi
keputusan operasional Fischer dan Rozenweig, 1995. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain
mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepatmenunda
pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepatmenunda pengiriman produk ke pelanggan,
menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai
Black,Sellers, dan Manly, 1998, dan lain-lain. Tindakan manajemen laba dapat dilakukan dengan berbagai bentuk.
Beberapa pola yang dilakukan manajer dalam manajemen laba adalah Scott, dalam Dwi Apriyani 2006:
1. Increasing income, yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya dan memindahkan biaya untuk
periode lain untuk meningkatkan keuntungan. Pemaksimalan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar.
Selain itu, tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindar dari pelanggaran kontrak hutang.
2. Income Minimization yang dilakukan saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud untuk mengurangi
kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal, pembebanan
pengeluaran iklan serta pembebanan biaya riset dan pengembangan yang dipercepat.
3. Taking a bath yang disebut juga dengan big bath. Bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau
terjadi reorganisasi, misalnya penggantian CEO. Bila teknik ini digunakan, maka laba pada periode yang akan datang menjadi
tinggi.
4. Income smoothing, yaitu dengan sengaja memperkecil atau memperbesar laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan
laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi. Perataan laba didasari oleh keyakinan bahwa angka laba
yang stabil dari periode ke periode akan meningkatkan nilai perusahaan Wolk dan Tearney, 1997.
2. Kaitan IPO dan Manajemen Laba Initial Public Offering IPO merupakan saat yang penting bagi
perusahaan. Penawaran Umum Saham Perdana Initial Public
OfferingIPO berarti menawarkan atau menjual effek kepada masyarakat. Ini berarti perubahan status perusahaan pribadi menjadi
perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal. Ketika suatu perusahaan akan menawarkan saham perdananya, belum ada harga pasar
tertentu yang tersedia sampai dengan saham tersebut dijual kepada investor. Emiten dan penjamin emisi underwriter harus menggunakan
informasi selain harga untuk menentukan harga penawaran, demikian
pula investor harus menggunakan informasi yang sama untuk
menentukan permintaan mereka.
Salah satu informasi yang pasti tersedia bagi investor untuk menilai prospek perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana adalah
prospektus. Salah satu informasi yang disajikan dalam prospektus adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan diharapkan
dapat memberikan informasi bagi investor dan calon investor guna mengambil keputusan yang terkait dengan investasi dana mereka.
Diharapkan laporan keuangan mampu mencerminkan kondisi keuangan
perusahaan sesuai dengan kondisi riil perusahaan. Tetapi, mesti disadari ada satu kelemahan inheren dalam penyusunan laporan keuangan. Proses
penyusunan laporan keuangan yang berbasis akrual melibatkan banyak estimasi dan taksiran, seperti misalnya estimasi umur aktiva tetap dan
taksiran besarnya nilai residu aktiva tetap dalam menentukan besarnya biaya depresiasi suatu aktiva tetap.
Keinginan perusahaan untuk mendapatkan nilai positif dari pasar, yang selanjutnya akan menentukan jumlah dana yang dapat diperoleh,
dapat menjadi insentif bagi manajer untuk menyusun prospektus yang menarik, dan tentu saja laporan keuangan yang menarik.
Telaah terhadap menajemen laba pada saat perusahaan akan go public ini penting karena dua hal, yaitu:
a. Teoh et al 1998 dalam Dwi Apriyani 2006 membuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi laba hasil rekayasa pada
saat penawaran saham perdana, sehingga hal ini akan mengakibatkan kesalahan alokasi dana oleh investor dari
perusahaan yang benar-benar prospektif ke perusahaan yang tidak prospektif.
b. Kesenjangan informasi antara perusahaan dengan calon investor pada saat penawaran saham perdana mempertinggi
probabilitas bagi perusahaan untuk memperbesar laba dan tidak terdeteksi oleh pasar. Penelitian Richardson 1998
membuktikan bahwa semakin tinggi informasi asimetri maka semakin tinggi manajemen laba.
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini
digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili
seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin
banyak pula perputaran uang dan semakin besar pula ia dikenal di dalam masyarakat. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total
aktivabesar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan logaritma natural total aktiva. Total aktiva dipakai sebagai proxy ukuran
perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan.
Perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil.
Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar
modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana. Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan
tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stakeholder
untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Perusahaan yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai
tahap kedewasaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan
maturity dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil
dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil Ninna Daniati, 2006 dalam Dian Farisa 2011.
Dividend yang dibagikan kepada pemegang saham pun semakin besar. Hal ini menyebabkan saham perusahaan tetap menarik bagi investor dan
akhirnya saham tersebut mampu bertahan pada harga yang tinggi secara relatif.
Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar.
Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995, ukuran perusahaan dikelompokkan atas:
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar
a. Perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki aset yang kurang dari Rp 200.000.000,- di luar tanah dan bangunan.
b. Perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp 200.000.000,- dan kurang dari Rp 5.000.000.000,- di luar
tanah dan bangunan. c. Perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp
5.000.000.000,-. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih
besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena
perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki profitabilitas lebih besar
untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi
ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan
besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.
4. Saham a. Pengertian Saham
Saham dapat didefenisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau bukti kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu
perusahan Brigham, 2006. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut.
Saham yang diperdagangkan dibursa ada dua jenis yaitu saham biasa common stock dan saham preferen prefered stock Anoraga, 2006.
Saham biasa commont stock adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan
hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut likuidasi. Sedangkan saham preferen prefered stock adalah saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap, tetpai juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor Darmadji, 2006. Dari kedua jenis saham tersebut, saham biasa yang paling banyak
diperdagangkan dipasar modal.
b. Manfaat Kepemilikan Saham
Investor yang melakukan pembelian saham, otomatis akan memiliki hak di dalam perusahaan yang menerbitkannya. Banyak sedikitnya
jumlah saham yang dibeli akan menentukan persentase kepemilikan dari investor tersebut. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki investor
maka semakin besar juga haknya atas perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Secara umum ada dua manfaat yang bisa diperoleh pembeli saham yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non-ekonomis Anoraga, 2006.
a. Manfaat ekonomis meliputi : 1. Deviden
Deviden dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang diberikan
perusahaan. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai cash deviden, yaitu kepada setiap pemegang
saham deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham stock
dividen, yaitu kepada setiap pemegang saham dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor
akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain Capital Gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari
hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai beli yang lebih rendah.
b. Manfaat Non - Ekonomis Manfaat Non- Ekonomis yang bisa diperoleh pemegang saham
adalah kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, untuk menetukan jalannya perusahaan. Semakin besar jumlah
saham yang dimiliki investor, maka semakin besar pula hak suaranya dalam RUPS.
c. Harga Saham
Harga saham dibursa efek akan ditentukan oleh ketentuan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga
saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham tersebut cenderung akan mengalami peurunan.
Market Price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham
pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka pasar adalah harga penutupannya closing price Weston, 2004.
Harga sebuah saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit bahkan
dalam hitungan detik. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan kesystem JATS Jakarta
Autonomated Trading System. Pada lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat kurang lebih 400 terminal komputer dimana para floor
tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa
istilah harga saham, yaitu Darmadji, 2006 : a Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari
sebelumnya. b Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada
saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi. c High atau Higest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. d Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. e Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu
saham.
f Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga yang terjadi.
g Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.30 sore.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
NO. Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Independen Kesimpulan
1. Aria Novalinda
2007
Earnings management dan Faktor – Faktor yang
Memperngaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur
yang Melakukan IPO Di Bursa Efek Jakarta Tahun
2001 – 2004 1.Earnings
management 2.Faktor
– Faktor yang
mempengaruhi nya pada
Perusahaan Manufaktur
yang Melakukan
IPO Terjadi
praktek earnings
management pada
perusahaan manufaktur
yang go
publik di Bursa Efek
Jakarta.
2. Ihalauw dan Ummi
Arifa 2002
Pengaruh manajemen laba terhadap harga saham pada
perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering IPO pada
perusahaan manufaktur yag terdaftar diBEI
1.Manajemen laba
2.Harga saham
Tidak ada pengaruh
manajemen laba yang
dilakukan perusahaan
terhadap tingkat harga
saham.
3. Gumanti 2001
dan Saiful 2002 Pengaruh manajemen laba
pada laporan keuangan pada perusahaan go public
yang terdaftar di BEI 1.Manajemen
laba 2.Laporan
keuangan Tidak adanya
pengaruh manajemen
laba dalam laporan
keuangan sebelum
perusahaan go public.
4. Andiany 2011
Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, Praktek Corporate Governance dan
Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba
1.Struktur kepemilikan
2.Ukuran Perusahaan
3.Corporate Governance
4. Kompensasi Bonus
5.Manajemen Tidak adanya
pengaruh struktur
kepemilikan, ukuran
perusahaan dan
kompensasi bonus
Laba terhadap
manajemen laba
5. Rizky 2009
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return
Saham pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar
di BEI 1.Kinerja
Keuangan 2.Return
Saham Adanya
pengaruh kinerja
keuangan terhadap
return saham
Aria Novalinda 2007 telah melakukan penelitian dengan judul “Earnings management dan Faktor – Faktor yang Memperngaruhinya
Pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan IPO”. Dalam penelitian ini peneliti menemukan adanya praktek earnings management pada
perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Ihalauw dan Ummi Arifa 2002 dan Gumanti 2001 dan Saiful
2002 juga telah melakukan penelitian terhadap pengaruh manajemen laba terhadap harga saham dan laporan keuangan pada perusahaan yang
melakukan penawaran saham perdana, tetapi mereka tidak menemukan bukti yang cukup kuat mengenai adanya manajemen laba yang income
increasing dalam laporan keuangan pada saat perusahaan go public. Andiany 2011 melakukan penelitian terhadap Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba, tetapi tidak menemukan
bukti yang cukup kuat adanya pengaruh struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur.
Rizky 2009 melakukan penelitian terhadap pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan perkebunan yang
terdaftar di BEI, dan menemukan adanya pengaruh dari kinerja keuangan terhadap return Saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di
BEI
C. Kerangka Konseptual