Perubahan Suhu Rektal HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perubahan Suhu Rektal

Hasil penelitian Efek Antipiretik Ekstrak Rimpang Kapulaga Amomum compactum Terhadap Perubahan Suhu Rektal Mencit Mus musculus L. Jantan dapat dilihat pada Tabel 4.1 Gambar 4.1. Perubahan Suhu Rektal Mencit Mus musculus L. Jantan Yang Diberi Eksrak Rimpang Kapulaga Amomum compactum dengan konsentrasi yang berbeda setelah di Induksi Pepton 12,5. P1= kontrol negatif, P2= kontrol positif, P3= Pepton + ekstrak rimpang kapulaga 0,35 gkgBB, P4= pepton + ekstrak rimpang kapulaga 0,71 gkgBB, P5= pepton + Ekstrak rimpang kapulaga 1 gkgBB Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa suhu awal mencit Mus musculus L. jantan berkisar 35,96-36,12 o C, setelah di induksi dengan pepton 12,5 terjadi perubahan suhu berkisar 36,02-38,02 o C, ini terlihat bahwa terjadi kenaikan suhu berkisar 1,96-2,03 o C. Pengamatan perubahan suhu rektal pada P1 dapat dilihat bahwa suhu mencit Mus musculus L. jantan tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan suhu rektal, karena mencit Mus musculus L. jantan hanya diberikan akuades kontrol negatif. 34,5 35 35,5 36 36,5 37 37,5 38 38,5 Suhu Awal Suhu Pepton 30 60 90 120 150 180 Suhu C Waktu menit P1 P2 P3 P4 P5 Pada perlakuan P2 merupakan kontrol positif, pengamatan perubahan suhu rektal setelah di induksi dengan pepton 12,5 mengalami kenaikan suhu rektal sebesar 1,96 o C, kemudian diberikan perlakuan parasetamol dengan dosis 0,90 gkgBB. Suhu diukur dengan interval waktu 30 menit, dari menit 30 hingga menit ke 180 3jam. Pada menit ke 30 parasetamol menunjukkan perubahan suhu rektal yang perlahan-lahan semakin menurun sampai pada menit ke 120 suhu menunjukkan perbedaan yang nyata apabila dibandingkan dengan kontrol negatif. Pada perlakuan P3 yang diberikan ekstrak rimpang kapulaga 0,35 gkgBB, perubahan suhu rektal dari menit 90-180, mengalami penurunan suhu tetapi penurunan yang terjadi sangat kecil hingga pada menit ke 150 terlihat perbedaan yang nyata dengan kontrol. Demikian pengamatan yang dilakukan pada perlakuan P4 yaitu dengan memberikan ekstrak rimpang kapulaga Amomum compactum 0,71 gkgBB, pada pengamatan menit ke 30 terjadi perubahan suhu yang paling cepat menurun setelah diberikan pepton 12,5 adalah 37,98 o C menjadi 35,75 o C, dimana pada menit ini penurunan suhu rektal sudah berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol negatif. Menit ke 60 suhu rektal pada mencit naik lagi menjadi 36,14 dan untuk menit selanjutnya sampai menit ke 180 suhu rektal mencit kembali menurun hingga mencapai suhu awal. Pada perlakuan P5 diberikan ekstrak rimpang kapulaga 1 gkgBB. Pada pengatamatan ini terjadi penurunan suhu, tetapi penurunan suhu rektal yang terjadi tidak sama dengan penurunan suhu rektal dengan ekstrak rimpang kapulaga 20 mg. Dimana penurunan suhu rektal setelah pemberian pepton 12,5 pada menit ke 30 terjadi penurunan suhu rektal sebanyak 0,55 o C. suhu rektal mengalami penurunan yang nyata pada menit 150 dengan kontrol negatif. Setiap perlakuan terjadi perubahan suhu yang terjadi pada menit ke 30 mengalami penurunan sampai menit ke 90, kemudian pada menit ke 120 dan menit ke 150 suhu rektal naik kemudian menurun pada menit ke 180. Suhu rektal turun dimana menunjukkan perbedaan yang nyata pada menit ke 150. Hal ini disebabkan senyawa yang ada pada ekstrak rimpang kapulaga. Gambar 4.2. memperlihatkan perubahan suhu rektal yang terjadi pada mencit Mus musculus L. jantan pada setiap perlakuan. a A a B a B a B a B a A ab B b B b A b B a A bc B cd BC b A b C a A b B bc B b A b B a A cd A cd B b A b C a A cd A de A b A bc A a A d A e A b A bc A Gambar 4.2. Perubahan suhu rektal pada mencit Mus musculus L. jantan setelah di induksi pepton 12,5 dan diberikan perlakuan ekstrak awal – akhir. P1= kontrol negatif, P2= kontrol positif, P3= Pepton + ekstrak rimpang kapulaga 0,35 gkgBB, P4= pepton + ekstrak rimpang kapulaga 0,71 gkgBB, P5= pepton + Ekstrak rimpang kapulaga 1 gkgBB. Notasi huruf kecil menyatakan perlakuan yang sama waktu yang berbeda, notasi huruf besar menyatakan perlakuan yang berbeda waktu yang sama Dari Gambar 4.2 berdasarkan hasil analisis statistik yang telah dilakukan pada P1dapat dilihat bahwa perubahan suhu rektal pada mencit Mus musculus L. jantan yang hanya diberikan akuades kontrol negatif dari t -t 180 tidak berbeda nyata. Pengaruh pemberian parasetamol perlakuan P2 dengan dosis 0,90 gkgBB pada t -t 90 tidak berbeda nyata, suhu rektal menunjukkan perbedaan yang nyata pada t 120. Ekstrak rimpang kapulaga pada perlakuan P3 dengan dosis 0,35 gkgBB dapat menurunkan suhu rektal secara nyata pada t 150 . Ekstrak rimpang kapulaga pada perlakuan P4 diberikan dosis 0,71 gkgBB pada t 30 suhu rektal mencit jantan sudah menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian ekstrak rimpang kapulaga dengan dosis 1 gkgBB pada perlakuan P5 suhu rektal berbeda nyata pada T 150 . Penurunan suhu tubuh pada mencit jantan diakibatkan karena adanya senyawa flavonoid yang ada pada ekstrak rimpang kapulaga Amomum compactum. Senyawa flavonoid akan menghambat dari asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membrane akan terjadi pemblokiran jalur siklooksigenase serta jalur lipoksigenase yang berefek pada penurunan sejumlah kadar prostaglandin sebagai mediator inflamasi. Kedua senyawa ini akan menghambat prostaglandin yang mengakibatkan penurunan suhu tubuh Suwertayasa dkk, 2013. Ekstrak rimpang kapulaga juga mengandung minyak atsiri yang mengandung senyawa terpenoid yang memiliki tiga turunan struktur kimia yaitu diterpenoid, triterpenoid, dan sesquiterpene lactones. Mekanismenya berbeda- beda yakni diterpenoid bekerja menghambat LTB 4 , LTC 4 , serta COX-1 pada jalur pengeluaran PGE2, triterpenoid merupakan inhibitor yang bekerja terhadap asam arakhidonat, dan sesquterpene lactones merupakan inhibitor terhadap produksi NO dan aktifitas NF - κB Rinidar dkk, 2014. Dosis ekstrak rimpang kapulaga yang paling optimal diberikan pada mencit yaitu dengan dosis 0,71 gkgBB, dibandingkan dosis yang paling rendah yaitu 0,35 g kgBB. Pada dosis tersebut senyawa flavonoid mampu berikatan dengan reseptornya dengan baik. Berbeda dengan dosis 1 gkgBB memiliki konsentrasi lebih besar yang menimbulkan ikatan reseptor antara senyawa terpenoid menjadi lemah, sehingga efektifitas kerja antipiretiknya tidak menjadi optimal.

4.3 Hitung Jenis Leukosit