bagian dari penerimaan negara yang dihitung menurut kriteri atau formula berdasarkan obyektifitas, pemerataan dan keadilan.
2.3 Keuangan Pusat dan Daerah
2.3.1 Teori Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah
Dalam undang-undang Nomor undang-undang 22 tahun 1999 terdapat dasar dan sistem hubungan pusat dan daerah yang dirangkum dalam 3tiga hal
prinsip utama yaitu: a.
Desentralisasi yang mengandung arti penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah tingkat atas ke pemerintah daeh.
b. Dekonsentrasi yang berarti perlimpahan wewenang dari pemerintah
atau kepala wilayah atau kepala instansi vertical tingkat atasnya kepada
pejabat-pejabat daerah
.
c. Tugas pembantuan yang berarti pengkoordinasian prinsip
desentralisasi dan dekonsentrasi oleh kepala daerah yang memiliki fungsi ganda sebagai penguasa tunggal didaerah dan wakil pemerintah
pusat didaerah. Akibat prinsip ini dikenal daerah otonom dan wilayah administratif.
Selanjutnya menurut Menurut Kuncoro 1997, berpijak pada tiga azas di atas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan , pengaturan hubungan
keuangan pusat dan daerah didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: a.
Urusan yang merupakan tugas-tugas pemerintah daerah dalam rangka dekonsentrasi dibiayai dari dan atas APBN.
Universitas Sumatera Utara
b. Urusan yang merupakan tugas-tugas pemerintah daerah sendiri dalam
rangka desentralisasi dibiayai dari atas APBD. c.
Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya, yang dilaksanakannya dalam rangka tugas pembantuan,
dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau pemerintah daerah tingkat atasnya atas baban APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan.
Sepanjang potensi sumbeer-sumber keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan.
2.3.2 Kemandirian Keuangan daerah
Ketergantungan fiskal pemerintah daerah dari pemerintah pusat adalah realitas yang tidak bisa dipungkiri, realitas tersebut ditandai dengan adanya
hubungan fiskal antara pusat dan daerah yang memberlakukan adanya control pusat terhadap proses pembangunan daerah yang tinggi. Hubungan ini jelas
terlihat dari rendahnya proporsi PAD Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan daerah disbanding besarnya subsidi yang diterima dari pemerintah
pusat. Untuk mengukur indicator kemampuan fiskal daerah sebagai cara mengetahui kemandirian pemerintah daerah dapat digunakan perbandingan antara
kemampuan dalam menggali dana melalui sumber-sumber PAD terhadap total penerimaan daerah kuncoro. Apabila rasio tersebut semakin besar.
Persoalan kecilnya PAD ini menjadi sangat relevan ketika dikaitkan dengan otonomi daerah. Dengan kata lain, masih cukup banyak pemerintah
kabupaten yang tidak siap menghadapi otonomi, jika otonomi itu dimaknai dengan kemampuan keuangan daerah membiayai pembangunan dari sumber-
Universitas Sumatera Utara
sumber penerimaan daerah PAD. Tetapi ketergantugan tersebut justru semakin tinggi terjadi pada daerah dimana titik berat otonomi dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang Nomor 221999. Tingkat kemandirian yang rendah tersebut dapat dicermati kembali dalam sumber-sumber pembiayaan pembangunan dalam suatu
daerah.
2.4 Sumber Pendapatan Pemerintah