Kelembagaan Desa (Pertanian)

2. Kelembagaan Desa (Pertanian)

Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu desa yang dihuni oleh Suku Osing. Suku Osing yang berada di Desa Aliyan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Menurut Budi (Wawancara, 09/03/18), Osing itu berarti bukan. Nenek moyang Suku Osing adalah keturunan dari darah campuran Jawa, Bali, Madura yang datang ke Tanah Osing untuk bersembunyi dari perlawanan Belanda. Persebaran Suku Osing kemudian babat alas ke seluruh penjuru Banyuwangi dan menjadi sebuah desa. Menurut Taufik (wawancara, 16/03/18), Salah satu persebaran masyarakat asli Suku Osing adalah mereka yang bermukim di salah satu desa dekat Desa Mangir yaitu Desa Aliyan. Masyarakat Osing di Desa Aliyan masih melestarikan adat terutama yang berkaitan dengan pertanian seperti keboan .

Lembaga Adat Desa ini menjadi bagian dari Lembaga Masyarakat Adat Using (LMAU) yang berpusat di Desa Kemiren. Kegiatan lembaga adat ini yaitu terdapat pertemuan antarlembaga adat di setiap bulannya dengan tujuan pelestarian budaya dan tradisi yang menjadi kearifan lokal Suku Osing. Di Desa Aliyan lembaga adat tersebut memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengapresiasi kesenian, melestarikan budaya dan adat keboan dengan harapan budaya dan adat tetap terjaga dan lestari.

Menurut Giyono (wawancara, 18/03/18), adat keboan di Desa Aliyan adalah salah satu adat yang sudah lama ada dan lestari dengan sendiri sebagai penghormatan kepada leluhur, wujud rasa syukur dan ritual saat Menurut Giyono (wawancara, 18/03/18), adat keboan di Desa Aliyan adalah salah satu adat yang sudah lama ada dan lestari dengan sendiri sebagai penghormatan kepada leluhur, wujud rasa syukur dan ritual saat

Masyarakat Osing percaya bahwa dalam adat tersebut ada petuah atau pesan yang disampaikan oleh si kerbau tentang hasil bumi, bencana alam maupun kondisi pengairan. Pengairan di Desa Aliyan dijaga dan dikelola oleh jaga tirta yaitu orang yang menjaga aliran air untuk masuk ke sawah milih warga. Pemilihan jaga tirta pun dilakukan seperti pemilihan Kepala Desa, dan suara masyarakat menjadi penentu akhir. Menurut Ashari (wawancara, 17/03/18), musyawarah dalam menentukan jaga tirta dilakukan oleh masyarakat karena nantinya akan berurusan langsung dengan masyarakat. Jika jaga tirta bukan orang yang tegas, keras, cepat tanggap, dan merakyat maka harus bersiap untuk menghadapi bacokan dari warga. Beberapa tahun silam, pernah ada kejadian kejar-kejaran antarwarga dan jaga tirta di sawah karena masalah pengairan, sang jaga tirta harus siap diamuk masyarakat jika air tidak mengalir tepat waktu atau terdapat kecurangan dari oknum lain.

Selanjutnya, himpunan Petani Pemakai Air (hIPPA) merupakan organisasi irigasi yang mengurusi pengelolaan distribusi air irigasi terutama di daerah kering atau yang memiliki periode musim kelangkaan air dengan tujuan meningkatkan produksi tanaman pertanian. Dalam hal ini pengelolaan air irigasi dikelola petani secara bersama-sama. Pengaturan dalam hIPPA ini diatur secara musyawarah, di antaranya bergotong-royong bila saluran irigasi rusak, pengaturan pembagian air menurut luas lahan sawah yang digarap, pengaturan pembayaran untuk hIPPA yang ditentukan setiap satu sub memberi ’uang lelah’ dalam bentuk padi ke Jaga Tirta berupa padi hasil panen (dalam Salamun dkk, 2015: 35).

Menurut Giyono (wawancara, 18/03/18), pembagian upah yang diterimanya sebagai jaga tirta yaitu satu karung padi dalam hitungan satu bahu tanah yang dimiliki oleh petani. Kemudian, terdapat kelompok tani yang tergabung menjadi Gapoktan yang dibentuk untuk mengkordinir 7 (tujuh) kelompok tani yang ada di Desa Aliyan, yaitu: Tawangalun, Wongso Kenongo, Kangkung Darat, Dewi Sri, Kembang Turi, Sudimampir, dan Cempokomulya. Masing-masing kelompok tani ini didata nama pemilik sawah, nama penggarap sawah, luas sawah, dan masuk blok apa. Pengairan ini berasal dari aliran air Sungai Setail yang ada di utara Damrejo kemudian dialirkan ke sawah-sawah milik warga. Tak dipungkiri bahwa proses pengairan ini erat kaitannya dengan indikator rawan pangan yaitu akses ketersediaan pangan.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGARUH TERPAAN LIRIK LAGU IWAN FALS TERHADAP PENILAIAN MAHASISWA TENTANG KEPEDULIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT MISKIN(Study Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Pada Lagu Siang Seberang Istana)

2 56 3

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MANAJEMEN STRATEGI RADIO LOKAL SEBAGAI MEDIA HIBURAN (Studi Komparatif pada Acara Musik Puterin Doong (PD) di Romansa FM dan Six To Nine di Gress FM di Ponorogo)

0 61 21

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1

PENGARUH KONFLIK PEREBUTAN LAHAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA NIPAH KUNING KECAMATAN MESUJI KABUPATEN MESUJI LAMPUNG TAHUN 2012

9 59 54

SIKAP MASYARAKAT KOTA PALEMBANG TERHADAP PEMINDAHAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PASAR 16 ILIR PALEMBANG KE PASAR RETAIL JAKABARING

4 84 128

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100