Variabel tidak bebas dependent variable Variabel bebas independent variable

56 Adjusted R-Squared ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Dan besarnya R-Squared ini berkisar antara 0 R 2 1. E. Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka variable-variabel dalam penelitian ini, adalah :

1. Variabel tidak bebas dependent variable

Variabel tingkat kemiskinan KM : banyaknya jumlah penduduk yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan standar hidup yang layak yang dibahas penulis dalam skripsi ini adalah jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan yang terjadi di Indonesia dalam juta jiwa.

2. Variabel bebas independent variable

a. Variabel Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK adalah perbandingan antara angkatan kerja penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja di Indonesia dalam . b. Variabel Produk Domestik Bruto PDB adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga Negara asing yang ada di Indonesia dalam per tahun atas harga konstan 2000. dalam miliyar rupiah. 57 c. Dummy crisis DM Variabel ini digunakan sebagai variabel yang menjelaskan hubungan antara krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997. Variabel dummy adalah variabel bebas berukuran kategori atau dikotomi. Imam Ghozali, 2001:49. Setiap variabel dummy menyatakan satu kategori variabel bebas non-metrik, cara pemberian kode dummy umumnya menggunakan kategori yang dinyatakan dengan angka 1 atau 0. Kelompok yang diberi nilai dummy 0 nol disebut excluded group, sedangkan kelompok yang diberi nilai dummy 1 satu disebut included group. Jadi dalam hal ini dummy 0 adalah sebelum krisis dan dummy 1 adalah sesudah krisis. 58

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. SEKILAS GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1. Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan pembangunan tidak semata-mata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada pemerataan pendapatan. Ini berarti tujuan dari pembangunan erat kaitannya dengan usaha mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Untuk itu kebijakan pembangunan yang dijalankan bertumpu pada triologi pembangunan. Urbanisasi menjadi salah satu faktor yang telah menyumbang cukup besar proses pertumbuhan penduduk dan kompleksitas masyarakat perkotaan. Frekuensi arus urbanisasi cukup tinggi dan tidak sebanding dengan kesigapan pemerintah kota untuk mengatasi suatu keadaan yang terjadi, hal ini hampir terjadi di sebagaian besar kota di negara berkembang. Akibatnya, penduduk migran sangat padat di daerah perkotaan yang kumuh atau tinggal di pemukian liar, sebagaian besar dari mereka memasuki sektor informal, karena relevan dengan jumlah kapasitas dan kualifikasi sumber daya yang mereka miliki. Dalam memperoleh akses kerja, mereka harus bersaing dengan penduduk miskin lain atau golongan menengah kota. Data SUSENAS tahun 1993 menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di perkotaan cenderung meningkat, sedangkan di pedesaan mengalami penurunan.