engaruh produk domestik bruto (PDB) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap kemiskinan di Indonesia

(1)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN

TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK)

TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Prasyarat Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1 )

Disusun Oleh : ANWAR RASYADI

( 106084003555 )

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP KEMISKINAN

DI INDONESIA SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Anwar Rasyadi

106084003555 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Pheni Chalid,SF, MA, Ph.D M. Hartana I. Putra M.Si

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 15 juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. Nama : Anwar Rasyadi

2. NIM : 106084003555

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

4. Judul skripsi : PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA. Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 juni 2011

1. Prof Dr. Abdul Hamid, MS (________________________) Ketua

2. Utami Baroroh, M.Si (________________________) Sekertaris

3. Dr. Lukman, M.Si (________________________) Penguji Ahli

4. Pheni chalid, SF,MA.Ph.D (________________________) Pembimbing I

5. M.Hartana I.Putra. M.Si (________________________) Pembimbing I


(4)

iii

Hari ini Jum’at Tanggal 8 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Anwar Rasyadi NIM: 106084003555 dengan judul skripsi “PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Oktober 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Lukman M. Si M. Hartana I. Putra M.Si Ketua Sekretaris

Dr. Yahya Hamja, SE, MM Penguji Ahli


(5)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Anwar Rasyaadi

NIM : 106084003555

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 15 Juni 2011


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Anwar Rasyadi

2. Tempat & tgl. Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1987 3. Tinggal di : Jakarta

4. Alamat : Jl. R.S Fatmawati No.45 002/005 12410 5. Telepon : 0857-815 888 80 – 021 921 88 379

II. PENDIDIKAN

1. SD : SDI Darul Ma’arif

2. SMP : MTS Darul Ma’arif

3. SMA : SMA Darul Ma’arif

4. S1 : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN BERORGANISASI

1. BEM JURUSAN IESP 2006-2007 2. FORSA UIN JAKARTA 2008-2010

3. BG34 2006-2011

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Drs. H.Zainal Arifin

2. Ibu : Hj Maspah

3. Jumlah Saudara Kandung : 6 Bersaudara


(7)

vi ABSTRACT

Poverty is an issue that often arises, especially in developing countries. Someone may say poor if their income is insufficient to meet basic needs for life, such as clothing, food and shelter. There are various factors that may affect the level of poverty.

This research analyzes the factors that influence the level of poverty in Indonesia 1984-2009, that are Gross Domestic Products (GDP), labor force participation and dummy crisis. The analytical method is used an multiple regression with time series analysis.

The results showed that GDP variable has significant impact and negative relationship with the number of poor people in Indonesia. Where as if the GDP increases, the number of poor people decreases. And variable of economic crisis has significant impact in decreasing the number of poor people in Indonesia. But the variable of labor force participation rate has unsignificant impact to the number of poor people.

Keyword: Poverty, Gross Domestic Products (GDP), Labor Force Participation Rate, and Dummy Crisis.


(8)

vii ABSTRAK

Kemiskinan adalah suatu permasalahan yang kerap kali muncul khususnya dinegara-negara yang sedang berkembang. Seseorang dapat dikatakan miskin apabila pendapatanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti sandang, pangan dan papan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan.

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1984-2009, dimana faktor-faktor yang digunakan diantaranya Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Krisis Ekonomi. Adapun Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda dengan analisis runtut waktu (time series)

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel PDB berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan negatif terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Dimana apabila PDB mengalami penigkatan/kenaikan, maka jumlah penduduk miskin akan menurun. Variabel krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Sedangkan variabel tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.

Kata kunci: Kemiskinan, Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Krisis Ekonomi.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia”.

Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, ungkapan rasa trimakasih ini penulis tujukan kepada :

1. Abahku Drs. H.Zainal Arifin dan mamaku tercinta, Hj. Maspah, yang telah memberikan begitu banyak perhatian, bimbingan, kebahagiaan dan kasih sayangnya selama ini, sejak penulis kecil hingga seperti sekarang. Penulis dedikasikan skripsi dan gelar sarjana ini untuk abah dan mama.

2. Bapak Prof. DR. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana menjadi ekonom yang baik.

3. Bapak Pheni Chalid,SF, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing satu, terima kasih telah membimbing dan memberikan support kepada penulis selama ini, dari mulai menulis sampai selesai.

4. Bapak M. Hartana I.Putra.M.Si selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas saran, perhatian, dan kesabarannya selama membimbing penulis dalam menulis skripsi ini.

5. Dr. Lukman, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Utami Baroroh, M.Si, Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

ix

7. Seluruh dosen Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Terimakasih atas ilmu yang Bapak Ibu telah berikan kepada penulis.

8. Niken Natasya, sebagai salah satu motivasi penulis dalam kuliah, yang selalu setia menemani dan memberikan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Atdeeehh…!! Pohon, Anda, Ikel, Rezi, Arsy, Cakung, Iwan, Pepeng, Bakar burn, Babeh, Reza, Randi, Aris yang telah memberikan kedamaian di kampus.

10. Seluruh kawan-kawan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2006, terima kasih atas pengalaman dan kenangan yang kalian berikan selama ini.

Dan tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan doa dan dukungan semangat yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari penulis skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan untuk membuat suatu perubahan yang lebih baik.

Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik kepada penulis maupun kepada semua pihak yang berkesempatan membaca skripsi ini.

Jakarta , Juni 2011 Penulis

Anwar Rasyadi


(11)

x DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Uji komprehensif ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel………... xiii

Daftar Gambar ………. xiv

Daftar Lampiran……… xv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10


(12)

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. kemisikinan………... .. 13

1. Pengertian Kemiskinan….……… 13

2. Penyebab kemiskinan…..……….. 16

3. Ukuran Kemiskinan……… 19

4. Kreteria Kemiskinan……….. 21

5. Garis Kemiskinan... 22

6. Ciri-ciri Kemiskinan……….. 24

7. Teori Kemiskinan……….. 25

B. Produk Domestik Bruto (PDB)……… 26

1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)... 26

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 29

C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)..………. 34

D. Penelitian Terdahulu……… 36

E. Kerangka Pemikiran ……… 42

F. Hipotesis Penelitian………. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN….……….. 47

A. Ruang Lingkup Penelitian ………..………… 47

B. Metode Pengumpulan Sampel………. 47

C. Metode Pengumpulan Data….……… 47


(13)

xii

1. Uji Asumsi Klasik……… . 49

2. Metode Aanalisis Regresi Berganda ………... 54

3. Uji Hipotesis……… 55

E. Oprasional Variabel Penelitian... 57

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59

B. Hasil dan Pembahasan ... 68

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 68

a. Hasil Uji Normalitas ... 68

b. Hasil Uji Liniearitas ... 69

c. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

e. Hasil Uji Autokorelasi ... 71

2. Hasil Uji Hasil Uji Regresi Berganda OLS…... 72

3. Hasil Uji Hipotesis……… 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

1.1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2000 4 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan,

Tahun 1997-2000 7

1.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia Tahun

1998-2001 9

2.1 Kajian Sebelumnya 41

3.1 Uji Durbin-Watson 53

4.1 Hasil Uji Linieritas 69

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas 70

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 71

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 72


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keteranggan Hal

2.1 Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian

Secara Keseluruhan 44

4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

Tahun 1984-2009 60

4.2 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)

di Indonesia Tahun 1984-2009 64

4.3 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di

Indonesia Tahun 1984-2009 66


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal

1 Data Variabel Penelitian 86

2 Hasil Uji Asumsi klasik 88


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan. Sampai akhir tahun 1960-an para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka pendapatan perkapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat. Akibatnya sasaran utama dalam pembangunan ekonomi lebih ditekankan kepada usaha-usaha pencapain tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Esmara 1998). Dalam periode ini teori-teori pertumbuhan seperti Harrod-Domar, Rostow dan Lewis menjadi sangat popular dan dipercaya sebagai refrensi bagi para ahli pembangunan. Teori-teori tersebut meyakini bahwa proses pemerataan pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan akan berlangsung dengan sendirinya melalui proses penyebaran. Wie, 1981. (Dian Octaviani, 2003 :219)

Pada akhir masa orientasi GNP, para ahli ekonomi mulai meragukan manfaat pertumbuhan GNP dalam pembangunan ekonomi, sebab banyak negara sedang berkembang terdapat gejala adanya kemiskinan absolut, ketimpangan distribusi pendapatan dan pengangguran yang cenderung meningkat walaupun GNP mengalami peningkatan secara stabil. Oleh sebab itu mulai awal tahun


(18)

1970-2 an muncul pendapat bahwa apabila pembangunan tidak disertai pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada penduduk miskin maka mustahil akan memberikan hasil yang optimal. Dalam priode tersebut muncul teori-teori baru seperti pertumbuhan dan distribusi New Keynesian oleh Kaldor (1955) dan Passireti (1962). Secara umum teori-teori ini menyatakan bahwa pembangunan ekonomi akan mencapai hasil yang optimal jika peningkatan GNP disertai dengan pemerataan pendapatan bagi seluruh kelompok masyarakat. Peningkatan GNP seharusnya diimbangi dengan semakin berkurangnya jumlah masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan (Tambunan, 1996) . (Dian Octaviani, 2003 :220)

Sejalan dengan semakin berkembangnya pendapatan bahwa pembangunan ekonomi akan memberikan hasil yang lebih optimal jika peningkatan GNP disertai dengan perbaikan kualitas hidup bagi seluruh kelompok masyarakat, termasuk yang berpendapatan rendah, para ahli ekonomi mencoba menganalisa dan meramalkan tentang pengaruh dari variabel-variabel ekonomi makro tertentu terhadap tingkat kemiskinan. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat secara lebih spesifik ditentukan variabel-variabel kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dalam mengurangi tingkat kemiskinan.

Sejumlah penelitian empiris yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel-variabel ekonomi makro terhadap kemiskinan yang dilakukan antara lain oleh Blank & Blinder (1986), Cutler & Katz (1991), Mocan (1995) dan Powers (1995-an) menghasilkan temuan tentang adanya hubungan yang kuat antara tingkat kemiskinan dengan variabel makro.


(19)

3 Berbagai studi menggunakan pendekatan yang berbeda-beda untuk mengukur kemiskinan. Di Indonesia sendiri dikenal tiga model pengukuran kemiskinan. Pertama, model tingkat konsumsi (Basic Needs), digunakan oleh BPS, sebagai alat pengukuran resmi kemiskinan di Indonesia, dan oleh Sayogyo (1971). BPS menggunakan standar minimum makan dan non makanan sebagai patokan untuk menetukan garis kemiskinan. Batasan garis kemiskinan menurut BPS adalah 2100 kalori/orang/hari untuk kebutuhan minimum makan ditambah dengan kebutuhan minimum bukan makanan seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan dan transportasi. Sedangkan Sayogya menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras perkapita, 240kg/orang/tahun untuk daerah perdesaan dan 360kg/orang/tahun untuk daerah perkotaan. Kedua, model kesejahteraan keluarga yang digunakan oleh BKKBN model ini lebih melihat sisi kesejahteraan keluarga dari pada sisi kemiskinan. Keluarga pra sejahtera (sangat miskin) diartikan sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar secara minimal meliputi kebutuhan akan penganutan agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Ketiga, model pembangunan manusia yang diperomosikan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang di Indonesia dikembangkan oleh BPS dan BAPPENAS dengan nama pembangunan manusia seutuhnya, dimana konsep ini menjadikan kesejahteran manusia sebagai tujuan akhir.

Angka jumlah orang miskin di Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan memang berhasil diturunkan selama hampir 30 tahun. Dari 70 juta orang pada tahun 1960-an menjadi 22,4 juta di tahun 1996, tetapi karena keadaan


(20)

4 Indonesia yang cenderung yang tak stabil terutama sektor ekonomi, maka angka jumlah orang Indonesia yang harus hidup dibawah garis kemiskinan kembali meningkat pada tahun 2000 sebesar 37,3 juta orang (Togar Saragih, 2006:54). Perkembangan jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 1995-2000 dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

TABEL 1.1

PERKEMBANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1995-2000

TAHUN TOTAL

(Dalam Jiwa)

1995 32.600.000

1996 31.400.000

1997 38.700.000

1998 49.500.000

1999 47.970.000

2000 38.700.000

Sumber : BPS dalaam laporan Indonesia 2000

Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin sejak tahun 1995 jumlah penduduk miskin sebesar 32,6 juta orang jumlah penduduk miskin pada tahun 1996 mengalami penurunan 10,1 juta orang menjadi 22,5 juta orang. Pada kurun tahun 1997 hingga 1998 jumlah tesebut mengalami peningkatan yang pesat. Pada tahun 1997 jumlah penduduk miskin naik hingga menjadi besar 38,7 juta orang. Ini merupakan persentase peningkatan yang terbesar hal ini disebabkan karena krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia pada bila agustus 1997. ini terus mengalami peningkatan hingga menjadi 49,5 juta orang pada tahun 1998.


(21)

5 pada tahun 1999 jumlah pnduduk miskin sedikit berkurang hingga menjadi 47,97 juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk miskin juga kembali mengalami penurunan walaupun tidak sebesar pada tahun 1999, yakni 9270 ribu orang menjadi 38,7 juta orang.

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan sejahtera. Sejalan dengan Tujuan pembangunan tidak semata-mata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada pemerataan pendapatan. Ini berarti tujuan dari pembangunan erat kaitannya dengan usaha mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara kelompok kaya dan kelompok miskin.

Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang merupakan upaya untuk lebih mengejarketertinggalan dengan lain serta dapat lebih mensejajarkan diri dengan negara-negara yang lebih maju. Namun, sebagian besar negara berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan.

Indonesia sebenarnya pernah memiliki suatu kondisi perekonomian yang cukup menjanjikan pada awal tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan


(22)

6 menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 sampai dengan enam tahun kedepan tingkat pertumbuhan ekonominya fluktuatif. Namun, pada satu titik tertentu, perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka inflasi, nilai kurs rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs rupiah yang semakin melemah.


(23)

7 Tabel 1.2

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Atas Harga Konstan Tahun 1997-2000

Sumber:Badan Pusat Statistik

Sejak krisis melanda pertengahan tahun 1997 menjadi guncangan besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mengalami minus -13,1%. Laju pertumbuhan ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi situasi nasional. Mulai tahun 1999 perekonomian nasional menunjukkan proses pemulihan dengan pertumbuhan yang semaikin membaik. Hal ini diperkirakan bahwa kterpurukan ekonomi telah sampai batas terendah dan kemabali ke suatu perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79% setelah sebelumnya pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar. Tanda-tanda awal proses pemulihan ekonomi telah mulai Nampak, stabilitas moneter mulai terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat, keadaan social politik yang sudah lebih membaik.

Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu jaminan yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi

Tahun PDB (MiliarnRp) Pertumbuhan (%)

1997 1,512,780,600 4,7

1998 1,314,202,100 -13,1 1999 1,324,599,100 0,79 2000 1,389,770,300 4,92


(24)

8 nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap.

Pertumbuhan penduduk dan hal- hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi artinya semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik, dengan catatan mereka mempunyai daya beli, sehinga permintaan akan meningkat (Todaro, 1998:63). Namun apabila Pertumbuhan penduduk sangat pesat akan berakibat pada peningkatan jumlah kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.

Tabel 1.3

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Indonesia 1998-2001

Sumber data : sakernas 2010

Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat partisipasi angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada pertengahan

Tahun TPAK (%)

2001 68,7

2002 67,76

2003 65,72


(25)

9 tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis ekonnomi, sehingga terjadi perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan 0,94, persen, ditahun 2003 juga mengalami penurunan sebesar 2,24 persen. Pada tahun 2004 mengalami kenaikan 1,82 persen..

Berdasarkan pada uraian tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil judul “PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN TINGAKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1984 -2009 ”

B. Rumusan Masalah

Masalah kemiskinan masih menjadi masalah utama dalam perekonomian Indonesia. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemisikinan tersebut. Dikaitkan dengan kondisi Indonesia, permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana sifat dan signifikansi dari variable-variabel ekonomi makro yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Krisis Ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Produk domestik bruto (PDB) dapat mempengaruhi kemiskinan dengan teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang menunjukan semakin banyak output nasional, mengidentifikasi semakin banyak yang bekerja, sehingga seharusnya akan mengurangi kemiskinan. Tingkat


(26)

10 partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi berkurangnya tingkat kemisknan. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan 1997 menyebabkan inflasi yang meningkat tajam. Tingkat harga terutama harga barang kebutuhan pokok melonjak drastis sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu banyak perusahaan/ investor baik swasta domestik maupun asing yang mempersempit wilayah usahanya dan mengurangi pekerja bahkan sampai gulung tikar. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pengangguran dan kemisiskinan.

Dengan demikian penelitian mencoba menganalisis :

1. Sejauh mana pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

2. Sejauh mana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

3. Sejauh mana pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?


(27)

11 c. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Sebagai syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatiullah Jakarta. Selain itu guna menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan serta dapat membandingkan secara teoritis dan praktek yang secara nyata terjadi di lapangan.

2. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan mampu memberikan informasi dan penambahan wawasan bagi pihak-pihak pengambil kebijakan, sehingga diharapkan dapat menentukan kebijakan dengan tepat.

3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pemikiran atau studi banding bagi mahasiswa atau pun pihak yang melakukan penelitian yang sejenis.


(28)

12 Di samping itu guna meningkatkan keterampilan, memperluas wawasan yang akan membentuk mental mahasiswa sebagai bekal memasuki lapangan.


(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu fenomena sosial bahkan juga dianggap sebagai suatu problem yang dihadapi oleh setiap masyarakat diseluruh dunia sepanjang masa dimana, kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompoknya, juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. (Todaro, 2006:152)

Menurut Eryani Yustika (2005:25), pembicaraan mengenai kemiskinan biasa meliputi berbagai aspek. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan, sumber daya manusia, kekurangan gizi, penidikan, pelayanan kesehatan, pendapatan per kapita yang rendah, dan minimnya investasi. Konsep bawah kemiskinan perlu didalami karena akan berpengaruh bagi program pengentasan kemiskinan didaerah berdasarkan corak dan karateristik kemiskinan itu sendiri. Rasanya penyatuan gerak program pengentasan kemiskinan perlu dilakukan, mengingat selama ini banyak ukuran-ukuran kemiskinan yang dipakai. Mislanya, Scott (1979:5) dalam Eryani Yustika (2005:25) melihat kemiskinan dari sisi pendapatan rata-rata kepala (Income Per Capita) dan Sen (1981) dalam Erani Yutika (2005:25) mengkaji kemiskinan dari sudut pandang kebutuhan dasar (Basic Needs).


(30)

14 Menurut Badan Pusat Statistik (1999) dari kutipan jurnal oleh (Eko Udi Hartati, 2004), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar kebutuhan hidup minimum, yang meliputi makanan dan non makanan, nilai standar kebutuhan minimum digunakan sebagai garis batas kemiskinan atau garis kemiskinan, yang terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Batas kecukupan makanan ditetapkan sebesar nilai pengeluarann untuk makanan yang mampu menghasilkan energi sebebsar 2.100 kalori per kapita per hari. Batas kecukupan non makanan adalah sebesar nilai rupiah yang dikeluarkan penduduk kelas bawah untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum non makanan yaitu perumusan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang-barang serta jasa lainnya.

Menurut Badan Pusat statistik (2006) kemiskinan adalah suatu problem yang sulit dipecahkan, kemiskinan tersebut muncul karena ketidak mampuan memenuhi kebutuhan hidupnya, yakni jasmaniah secara utuh. Adapun pendapatan yang mereka terima selama ini pada kenyataannya sulit untuk menutupi seluruh kebutuhan hidupnya (Deficit) baik pangan, sandang maupun papan. Padahal tidak ada seorangpun pertumbuhan ekonomi yang tidak serta merta dapat menekan angka kemiskinan.

Menurut Siregar dan Wahyuniarti (2008:27), seseorang dapat dikatakan miskin atau hidup dalam kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam perekonomian tersebut secara absolut, seseorang dinyatakan miskin apabila


(31)

15 tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada dibawah tingkat subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diproksi dengan garis kemiskinan, secara umum, kemiskinan adalah ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan. Menurut (Sen, 1999) kemiskinan lebih terkait pada ketidak mampuan untuk mencapai standar hidup tersebut dari pada apakah standart hidup tersebut tercapai atau tidak.

Menurut Tambunan (2001:84), besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengancu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif adalah ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefisinikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud, kemiskinan relatif dapat berbeda menurut Negara atau priode didalam suatu Negara. Kemiskinan absolut adalah derajat dari kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dipenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) didalam bentuk suatu kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-komponen non makanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstream, tetapi maksud dari yang akhir ini bisa bervarisi, tergantung pada interprestasi setempat atau kalkulasi. BAPENAS (2004) dari kutipan jurnal oleh (Evi Susanti Tasri,2006:189), mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi diamana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan , tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk


(32)

16 mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar warga desa antara lain terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertahanan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindakan kekerasan dan hak unuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik, baik perempuan maupun laki-laki.

Menurut Esmara (1996), Woon (2000), Sahdan (2005) dari kutipan jurnal Evi susanti tarsi, (2006:189), persoalan pengertin kemiskinan bukanlah hal yang mudah. Kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai gejala sosial. Kemiskinan berbagai gejala yang terjadi disekitar lingkungan penduduk miskin dan biasanya dikaitan dengan masalah kekurangan pendapatan. Sebaliknya kebudayaan miskin sebagai gejala sosial lebih banyak terletak dalam diri penduduk miskin itu sendiri seperti cara hidup, tingkah laku dan sebagainya.

2. Penyebab Kemiskinan

Menurut Arsyad (2001:237-238) Penyebab Kemiskinan adalah Para pembuat kebijakan pembangunan selalu berupaya agar alokasi sumber daya dapat dinikmati oleh sebagaian besar anggota masyarakat, namun demikian, karena ciri dan keadaan masyarakat amat beragam dan ditambah pula dengan tingkat kemajuan ekonomi negara yang bersangkutan yang masih lemah, maka kebijakan nasional umumnya diarahkan untuk memecahkan permasalahan jangka pendek. Sehingga kebijakan pemerintah belum berhasil memecahkan persoalan kelompok ekonomi ditingkat bawah. Selain itu, kebijakan dalam negri sering kali tidak


(33)

17 terlepas dengan keadaan yang ada diluar negri secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan antara lain dari segi pendapatan pembangunan.

Dengan demikian, kemiskinan dapat diminati sebagai kondisi anggota masyarakat yang tidak atau belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan. Ketidak ikut sertaan dalam proses pembangunan ini dapat disebabkan karena secara alamiah tidak atau belum mampu mendayagunan faktor produksinya, dapat pula terjadi secara tidak alamiah. Pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah yang tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk partispasi berakibat manfaat pembangunan tidak menjangkau mereka.

Oleh karena itu kemiskinan disamping merupakan masalah yang muncul dalam masyarakat berkaitan dengan pemilik faktor produksi, produktivitas dan tingkat perkembangan masyarakat sendiri. Juga berkaitan dengan kebijakan pembangunan nasional yang dilaksanakan. Dengan kata lain, masalah kemiskinan ini bisa selain timbul oleh hal yang bersifat alamiah dan kultural juga disebabkan oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para pakar pemikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat kemiskinan sebagai masalah sktruktural. Dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan sebagai masalah struktural. dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan struktural yakni kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktural sosial


(34)

18 masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.

Tiga hal penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2003:107) apabila dipandang dari sisi ekonomi, yaitu;

a. Kemiskinan muncul karena ketidaksamaan kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah.

b. Kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan kualitas sumberdaya manusia, kualitas sumber daya manusia rendah berarti produktivitas rendah, yang pada upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karma rendah nya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan

c. Kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan akses dan modal.

3. Ukuran Kemisikinan

Ada 3 macam ukuran kemiskinan dilihat dari tingkat pendapatan yang mampu digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif (Arsyad, 2001: 238-240).

a. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut merupakan kemisikinan yang berkaitan dengan perkiraan tingkat pendapatan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara baik. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, makan orang dapat dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskian


(35)

19 diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini sering disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makan, pakaian dan perumahan untuk menjalani kelangsungan hidup.

Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menetukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan berbagai faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian. Untuk dapat hidup layak seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebuutuhan fisik dan sosialnya.

b. Kemiskinan Relatif

Orang yang sudah memepunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin” ada ahli yang berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan dimasyarakat disekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemisikinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang bersangkutan.

Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masayarakat berubah. Hal ini jelas mengurangi perbaikan dari


(36)

20 konsep kemiskinan absolut, konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada.

c. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan ini disebabkan oleh pemahaman suatu sikap, kebiasaan hidup dan budaya seseorang atau masyarakat yang merasa cukup dan tidak kekurangan. Kelompok ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan dan cenderung tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya meskipun ada usaha pihak luar untuk membantu. Dengan ukuran absolut mereka dapat dikatakan miskin, tetapi tidak merasa miskin dan tidak mau disebutkan.

Sedangkan ada empat macam ukuran kemiskian dilihat dari pola waktu diteropong (Erani Yustika, 2005:26):

a. Persistent Poverty, adalah kemiskinan yang telah kronis atau turun menurun

b. Cycliacal Poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan.

c. Seasonal Poverty, adalah kemiskinan musimam yang sering dijumpai seperti kasus nelayan dan pertanian tanaman pangan.

d. Acciedent Poverty, adalah kemiskinan yang tercipta karena adanya bencana alam, konflik, dan kekerasan, atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunannya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat


(37)

21 4. Kreteria Kemiskinan

Ada berbagai macam kreteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan, salah satunya kreteria miskin menurut Sayogyo. Komponen yang digunakan sebagai dasar untuk ukuran garis kemiskinan Sayogyo adalah pendapatan keluarga yang disertakan dengan nilai harga beras yang berlaku pada saat itu dan rata anggota tiap rumah (lima orang). Berdasarkan kereteria tersebut, Sayogyo membedakan masyarakat ke dalam beberpa kelompok, yaitu :

1. Sangat Miskin

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya dibawah setara 240 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun penduduk yang tinggal diperkotaan

2. Miskin

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk penduduk tertinggal di pedesaan, dan 360 kg beras sampai 480 kg beras pertahun untuk tinggal diperkotaan.

3. Hampir Cukup.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan 320 kg beras sampai 480 kg beras dalam setahun untuk penduduk yang tinggal dipedesaan, dan 720 kg beras pertahun untuk yang tinggal diperkotan.


(38)

22 4. Cukup

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya setara dengan lebih 480kg beras setiap orang selama setahun dipedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang pertahun untuk penduduk yang tinggal di perkotaan.

5. Garis Kemiskinan.

Garis kemiskianan menurut Kuncoro (2003:103) yang di dasarkan pada konsumsi terdiri tas dua elemen:

a. Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya.

b. Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dalam rangka pengentasan kemiskinan, pengenalan teoritis tentang garis kemiskinan menjadi suatu titik awal yang penting. Siapakah penduduk miskin, dimana mereka berada mereka berada dan pada kelompok-kelompok mana saja kemiskinan tersebut terlihat paling besar dapat dikenali dengan cermat berdasarkan garis kemiskinan. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menatapkan tingkat pendapatan minimum yang dimiliki, melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan ini.

Garis kemiskinan dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendapatan, dan pengeluaran. Garis kemiskinan yang ditentukan berdasarkan tingkat produksi adalah garis kemiskinan berdasarkan produksi perkapita, mislanya produksi padi perkapita, hanya dapat menggambarkan kegiatan produksi tanpa memperhatikan


(39)

23 pemenuhan kebutuhan hidupnya. Selanjutnya perhitungan garis kemiskinan dengan menggunakan pendekatan pendapatan rumah tangga tidak mudah dikumpulkan dilapangan, karena nilai produksi rumah tangga atau individu tidak tercatat dengan baik, untuk mengatasi kesulitan pengumpulan data pendapatan, maka garis kemiskinan ditentukan dengan pendekatan pengeluaran.

Garis kemiskinan tersebut dapat mengambil beberapa bentuk, seperti jumlah pendapatan dalam arti unit uang, atau jumlah konsumsi dalam jumlah unit uang, ataupun jumlah konsumsi kalori perhari dimana garis kemiskinan memberi batas kemampuan untuk memenuhi kebutuhan minimum individu atau kebutuhan dasar individu.

Garis kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS,2002) adalah batas kemiskinan (Poverty Line) yang digunakan dalam pengukuran ini adalah setara dengan besarnya rupiah perkapita perbulan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan 2.100 kalori ditambah dengan beberapa komoditi penting non makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Konsep ini menghasilkan data penduduk yang bersifat agregat (makro).

6. Ciri-ciri Kemiskinan

Emil Salim (1982) dari kutipan jurnal (Togar Saragih, 2006:59), mengemukakan bahwa ciri-ciri orang miskin adalah :

a. Umumnya tidak memiliki faktor produksi, seperti tanah, modal dan keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki kecil, sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan terbatas.


(40)

24 b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperoleh tidak cukup memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha, dismping itu tidak terpenuhinya syarat untuk mendapatkan keredit perbangkan, menyebabkan mereka berpaling ke renternir.

c. Tidak memiliki tanah, jika adapun relatif kecil. Mereka umumnya jadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian. Pekerjaan pertanian bersifat musiman menyebabkan kesinammbungan kerja kurang terjamin. Mereka umumnya sebagai pekerja bebas, akibatnya dalam situasi penawaran tenaga kerja tingkat upah menjadi rendah dan mendukung atau mempertahankan mereka untuk selalu hidup dalam kemiskinan.

7. Teori Kemiskinan

Dari segi teori pengaruh pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kota terhadap pendapatan dan kemiskinan dapat diterangkan melalui empat pendektaan teori (Firdausi dikutip dalam Tulus Tambunan, 2001:51).

a) Michael P.Todaro. salah satu cara atau mekanisme yang utama dalam mengurangi kemiskinan atau dengan mengurangi pengangguran karena cara paling ampuh untuk mengetaskan kmiskinan atau dengan menangulangi masalah pengangguran dan ketenagakerjaan.

b) Teori Marx (1787), menurutnya pertumbuhan ekonomi pada tahap pembangunan awal akan meningkatkan permintaan harga tenaga kerja yang berakibat pada peningkatan upah tenaga kerja. Kenaikan kerja akan mempengaruhi terhadap kenaikan rasio capital terhadap penurunan


(41)

25 permintaan tenaga kerja yang mengakibatkan masalah pengangguran, ketimpangan pendapatan dan tenaga kerja.

c) Teori Kuznetz (Firdausi, 1994), teori ini menunjukan pertumbuhan ekonomi Negara-negara miskin pada awalnya cenderung menyebabkan semkin tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat pemerataan distribusi pendapatan, namun bila Negara-negara miskin maju dan berkembang maka tingkat kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan akan semakin menurun. d) Teori para Ekonom Klasik seperti Roberty (1974), Hayami dan Retten (1985)

dan Pralad Char (1983). Mereka menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan selalu cenderung mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan walaupun masih dalam tahap awal pertumbuhan.

B. Produk Domestik Bruto (PDB)

1. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk domestik bruto (PDB) diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di Negara-negara maju maupun di Negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain ( Sadono Sukirno, 2004:34).

Menurut Mankiw (2003:6) PDB merupakan nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu Negara baik domestik maupun asing dalam priode tertentu.


(42)

26 PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah Indonsia dalam jangka waktu tertentu yang dihitung adalah semua barang dan jasa yang digunakan oleh pengguna akhir dan bukan yang digunakan untuk proses produksi selanjutnya.

Beberapa definisi tentang PDB/GDP (Gross Domestic Product), meliputi (Blancard,2000 dalam Hamid Ponco Wibowo, 2006:37) :

1. GDP adalah nilai “barang dan jasa final” yang dihasilkan dalam suatu ekonomi dalam priode tertentu.

2. GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu ekonomi dalam priode tertentu.

3. GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada priode tertentu. Mankiw (2006) merumuskan persamaan indentitas yang menggambarkan komponen-komponen dari PDB, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

Y = C + I + G + NX

Keterangan :

Y = PDB C = Konsumsi I = Investasi

G = Belanja Pemerintah NX = Ekspor Netto


(43)

27 Konsumsi (Consumption) adalah pembelajaan barang dan jasa oleh rumah tangga. “barang” mencangkup pembelanjaan rumah tangga barang yang lama, seperti kendaraan dan perlengkapan dan barang tiddak tahan lama seperti makanan dan pakaian. “ jasa” mencangkup barang yang tidak berwujud konkret, seperti pangkas rambut dan perawatan kesehatan. Pembelanjaan rumah tangga atas pendidikan juga dimaksudkan sebagai konsumsi jasa (walaupun seseorang dapat saja berpendapat bahwa hal itu lebih cocok berda di komponen selanjutnya). 2. Investasi

Investasi (Investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Invetasi pada bangunan mencangkup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru. Menurut kesepakatan brsama, pembelian tempat tinggal baru. Menurut kesepakan berama, pembelian tempat tinggal baru merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tangga yang dikatagorikan sebagai investasi dan bukan konsumsi.

3. Belanja Pemerintah

Belanja pemerintah (Government Purchase) mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah mencangkup upah pekerja pemerintah dan pembelanjaan kepentingan umum.

4. Ekspor Neto

Ekspor neto (Neto Exports) sama dengan pembelian produk dalam negri oleh orang asing (export) dikurangi pembelian produk luar negri oleh warga


(44)

28 Negara (import). Penjualan yang dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri kepada pembeli di Negara lain seperti penjualaan Boeing kepada British Airways akan meningkatkan ekspor neto AS.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori-teori yang menerangkan faktor-faktor yang menimbulkan dan menentukan lajunya pertumbuhan ekonomi, teori tentang pertumbuhan ekonomi telah dikemukakan sejak zaman historimus, seiring dengan perkembangan zaman dimana terjadinya perubahan ideologi, revolusi dan inovasi teknologi, membuat perkembangan twori dan konsep pemikiran tentang pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat (Adelman, dalam Arsyad (2010: 55-56)). Oleh karena itu peneliti menggunakan beberapa teori pertumbuhan yang mendukung penelitian ini sebagai berikut :

Teori Ricardian Asumsi Teori Ricardo :

Asumsi-asumsi tentang pertumbuhan ekonomi yang digunakan oleh Ricardo (Arsyad, 2010: 80) yaitu, keadaan perekonomian saat itu adalah dimana jumlah tanah terbatas; kemudian meningkat atau menurunnya tenaga kerja (penduduk), tergantung pada tingkat upah nominal. Apabila tingkat upah nominal lebih besar dibandingkan tingkat upah minimum, maka jumlah tenaga kerja akan meningkat, begitupun sebaliknya; Akumulasi modal terjadi jika tingkat keuntungan yang diperoleh para pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka untuk melakukan investasi.


(45)

29 Diasumsikan pula, bahwa kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu, serta sektor pertanian sangat dominan.

David Ricardo mengungkapkan pandangannya bahwa, dengan terbatasnya jumlah tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marginal yang kemudian dikenal dengan istilah Law of deminishing return

atau hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Selama tenaga kerja yang dipekerjakan pada tanah tersebut dapat menerima upah diatas tingkat upah alamiah, jumlah tenaga kerja akan terus bertambah. Hal tersebut akan menurunkan lagi produk marginal tenaga kerjanya dan pada gilirannya akan menurunkan tingkat upah.

Menurut Ricardo (Arsyad, 2010: 81), peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi akan cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dengan kata lain akan memperlambat terjadinya the law of deminishing return

yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup kearah tingkat hidup minimal.

Teori Keynes

Menurut Keynes terjadinya pengangguran merupakan akibat dari kurangnya pengeluaran agregat, dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar pengeluaran konsumsi dan non konsumsi. Dalam hal ini maka Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan kebijakan segi penawaran yang dapat mempengaruhi permintaan efektif (Sadono, 2004: 85).


(46)

30 • Teori Harrod-Dommar

Teori Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan jangka panjang, karena teori ini menerangkan syarat-syarat apa saja harus dipenuhi agar suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth.. Analisis Harrod-Dommar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut (Sadono, 2004: 435) :

“(i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii) rasio modal-produksi nilainya tetap, (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor.”

Menurut Arsyad (2010: 84-85), Teori ini menunjukan bahwa perekonomian dapat menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal seperti gedung, peralatan dan lain-lain yang telah rusak. Namun demikian untuk dapat meningkatkan laju perekonomian, diperlukan pula investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Teori Harrod-domar memandang bahwa ada hubungan ekonomis antara besarnya stok modal dan output total, misalnya, jika 3 rupiah modal diperlukan untuk menghasilkan output sebesar 1 rupiah, maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output tersebut.

Teori Schumpeter

Menurut Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan karena diberinya keleluasaan untuk para entrepreneurship. Sayangnya keleluasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli inilah yang


(47)

31 memunculkan masalah-masalah non ekonomi, terutama sosial politik yang akhirnya dapat menghancurkan kapitalis itu sendiri (Sadono, 2007:434).

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan seluruh faktor-faktor produksi lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan kebutuhan bagi masyarakat (Sadono, 2007:251).

Teori Robert Solow

Robert Solow (dikutip dari Siregar dan Wahyuniarti, 2008:26) mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang disebut model pertumbuhan Solow. Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut:

Y = A . F (K,L)

Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total faktor produktivitas.

Model solow dapat diperluas sehingga mencakup sumberdaya alam sebagai salah satu input. Dasar pemikirannya yaitu output nasional tidak hanya dipengaruhi K dan L tapi juga dipengaruhi oleh lahan pertanian atau sumberdaya alam lainnya seperti cadangan minyak. Perluasan model solow lainnya adalah


(48)

32 dengan memasukkan sumberdaya manusia sebagai modal (Human Capital). Dalam literatur, teori pertumbuhan seperti ini terkategori sebagai pertumbuhan endogen dengan pionirnya Lucas dan Romer. Lucas menyatakan bahwa akumulasi modal manusia, sebagaimana akumulasi modal fisik menentukan pertumbuhan ekonomi, sedangkan Romer berpandangan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.

Secara sederhana dengan demikian fungsi produksi agregat dapat dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

Y = A . F (K,H,L)

Pada persamaan diatas, H adalah sumberdaya manusia yang merupakan akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut Mankiw et. al. (1992) kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut terhadap output nasional bersifat proporsional. Suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus lebih baik daripada yang tidak melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relatif merata, termasuk terhadap golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa apabila pertumbuhan ouput meningkat yang dipengaruhi investasi terhadap sumberdaya manusia maka dapat menurunkan kemiskinan.


(49)

33 C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Menurut Sadono (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur yang sedang mencari pekerjaan, Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.

Sedangkan, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja. Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia 15-64 tahun yang berpotensi memproduksi barang dan jasa.

Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas untuk kategori usia kerja (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, penduduk usia kerja adalah yang telah berusia 15 tahun atau lebih.

TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai seberapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja ( sepuluh tahun keatas) benar-benar aktif didalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja penduduk dalam usia kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja. Untuk


(50)

34 menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut :

TPAK = Angkatan kerja X 100% Penduduk Usia Kerja

Semakin besar tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan dampak dari semakin besar jumlah angkatan kerja. Begitupun sebaliknya, semakin besar jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja (masih bersekolah dan mengurus rumah tangga) semakin kecil jumlah angkatan kerja, yang membuat persentase TPAK juga mengecil.

Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDB. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi : a. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga

hubungan antara TPAK dan jumlah penduduk yang masih berekolah adalah semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil junlah angkatan kerja yang berarti semakin kecil TPAK.


(51)

35 b. Tingkat umur

Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan mereka umumnya bersekolah.

c. Tingkat upah

Kaitan antara tingkat upah TPAK adalah melalui kenyataan bahwa semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi TPAK.

d. Tinggi pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja.

D. Penelitian Terdahulu 1. Latief Kharie (2007)

Melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan di Indonesia. Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen, dan pertumbuhan ekonomi dan inflasi sebagai variabel independen. Analisis data secara kuantitatif didekati dengan least square method melalui satu persamaan regresi berganda yang dikondisikan untuk priode 1987-2005. dari penelitian ini terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan. Dan inflasi juga berpengaruh signifikansi terhadap kemiskinan di Indonesia.berdasarkan temuan tersebut rekomendasi kebijakan makro-ekonomi


(52)

36 yang optimal, yakni dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperbaiki distribusi pendapatan dan menciptakan stabilitas rupiah.

2. Evi Susanti Tarsi (2006)

Melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan di sumatra barat. Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat kemiskinan sebagai dependen dan pendidikan, luas lahan pertanian dan jumlah anggota rumah tangga sebagai varibel independent. Alat analisis yang digunakan adalah diskriminasi analisis, karena diskriminan analisis pada perinsip pengelompokan setiap objek kedalam dua atau lebih kelompok berdasarkan kriteria sejumlah variabel bebas. Dari penelitian ini bahwa terlihat kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh kondisi keluarga yang bersangkutan dan dipengaruhi budaya masyarakat. Dilihat dari pembangunan ekonomi secara umum, tingkat kemiskinan di Sumatra barat yang relatif tinggi untuk daerah kasus dimana pembangunan daerah tersebut juga cukup terttinggal disbanding daerah lain di Sumatra barat. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa terjadi kemiskinan memang merupakan persoalan multi dimensi yang melibatkan berbagai aspek, baik bila dilihat dari penduduk miskin itu sendiri maupun memberikan mereka ruang untuk berusaha dan bertahan hidup yang lebih baik antara lain meliputi sarana dan prasarana serta berkembang aktivitas ekonomi daerah yang bersangkutan merupakan penentu dari sebuah fenomena kemiskinan yang terjadi.


(53)

37 3. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuni (2008)

Melakukan penelitian tentang dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin (impact of economic growrh on the ereduction of poor people). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah poverty, PDRB, agrishare, indutrishare, populasi, inflasi, SMP<SMA, DIPLM, dummy krisis. Dalam penelitian ini metode analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif dilakuakan dengan mnyajikan data dalam bentuk table dan grafik, sedangkan analisis ekonometrik, yang dilakukan dengan menggunakan panel data, dilakukan untuk menelaah pengaruh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi terhambat oleh krisis ekonomi yang menerapa kawasan asia timur. Setelah krisis berlalu ternyata pertumbuhan ekonomi yang dicapai belum dapat sampai pertumbuhan yang terjadi sebelum krisis. Jumlah penduduk miskin meningkat signifikan setelah krisis ekonomi dan terjadi sampai saat ini, belum berhasil dikurangi bahkan cenderung meningkat. Persebaran penduduk miskin berpusat di Pulau jawa dan sumatera, dimana kemiskinan terutama terjadi di daerah pedesaan dengan pertanian sebagai mata pencarian.

Hasil analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah penduduk miskin menunjukan bahwa pertumbuhan berpengaruh signifikan dalam mengurangi kemiskinan, namun besaran pengaruh masing-masing relative kecil. Peningkatan share sector pertanian dan share sector industri juga signifikan mengurangi jumlah kemiskinan. Variabel yang signifikan dan relatif paling besar pengaruhnya terhadap penurunan kemiskinan ialah pendidikan.


(54)

38 4. DR Togar Saragih (2006)

Melakukan penelitian tentang analisis kemiskinan di Indonesia. Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen, dan pengangguran dan pendidikan sebagai variabel independen. Analisis data secara kuantitatif didekati dengan melalui satu persamaan regresi berganda yang dikondisikan untuk priode 1992-2005. dari hasil estimasi penelitian ini terlihat bahwa kemiskinan yang dipengaruhi oleh pengangguran dan tingkat pendidikan signifikan secara statistik .berdasarkan temuan tersebut pemerintah perlu merangsang terciptanya lapangan pekerjaan baru, seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap usaha kecil dan menengah (UMKM) karena pada sektor itulah kalangan masayarakat miskin banyak bekerja.

5. Gary Moser dan Ichida Toshihiro (2006)

Melakukan penelitian tentang analisis pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan di sub-Sahara Afrika. Dengan menggunakan variabel dependen kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita sebagai independen. Analisis yang digunakan data panel dari 46 negara. Dari hasil penelitian tersebut bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita menunjukan signifikan secara statistik. Berdasarkan temuan tersebut bahwa pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan penting bagi penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan di Afrika- di model empiris formulasi untuk mendorong turunnya kemiskinan.


(55)

39 6. Richad H Adams,Jr (2002)

Melakukan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan di Eropa timur dan tengah. Dengan menggunakan variabel dependen kemiskinan dan PDB dan ketimpangan pendapatan sebagai variabel independen. Dengan menggunakan sampel 50 negara dan 101 interval termasuk dalam kumpulan data menunjukan bahwa ketimpangan pendapatan naik rata-rata kurang dari 1% per tahun. Selain itu, analisis ekonometrik menunjukan bahwa bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh statistik terhadap pendapatan. Bahwa dengan mengukur $ 1 per orang standart hari, maka banyak orang yang dalam garis kemsikinan. Dari variabel tersebut menyatakan bahwa PDB dan pendapatan kemiskinan berpengaruh signifikan.

Tabel 2.1 Kajian Sebelumnya

No Nama Penulis Judul Metodologi Variabel 1 Latief Kharie

(2007)

Pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kemiskinan di Indonesia :1976- 2005 Anlisa Regresi Berganda • Tingkat Kemiskinan • Pertumbuhan Ekonomi • Inflasi 2 Evi Susanti

Tasri (2006) Analisis Kemiskinan di Sumatera Barat Diskriminas i analisis • Tingkat kemiskinan • Pendidikan • Rumah tangga • Luas lahan

pertanian 3 Hermanto

siregar dan Dwi Wahyuni (2008) Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah penduduk miskin Analisis deskriptif dan analisis ekonometrik a • Tingkt Kemiskinan • PDRB • Agrishre • Industrishare • Populasi


(56)

40 • Inflasi

• Dummy Crisis

4 DR Togar Saragih (2006) Analisis kemiskinan di Indonesia Anlisa Regresi Berganda • Tingkat kemiskinan • Pengangguran • Pendidikan

5 Gary Moser dan Ichida Toshihiro Analisis pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan di sub-Sahara Afrika. Anlisa Regresi Berganda • PDB • Pendapatan perkapita • Kemiskinan 6. Richad H

Adams,Jr Pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan di Eropa timur dan tengah. Anlisa Regresi Berganda • Pertumbuhan Ekonomi • Ketimpangan poendapatan • kemiskinan

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan dipengaruhi oleh dua variabel pembangunan ekonomi, antara lain produk domestik bruto (PDB) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Kemudian variabel-variabel tersebut sebagai variabel independen (bebas) dan bersama-sama, dengan variabel dependen (terikat) yaitu kemiskinan yang diukur dengan alat analisis regresi untuk mendapatkan tingkat signifikansinya. Dengan hasil regresi tersebut diharapkan mendapatkan tingkat signifikansi setiap variabel independen dalam mempengaruhi kemiskinan. Selanjutnya tingkat signifikansi setiap variabel independen tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran kepada


(57)

41 pemerintah dan pihak yang terkait mengenai penyebab kemiskinan di Indonesia untuk dapat merumuskan suatu kebijakan yang relevan dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Produk domestik bruto (PDB) dapat mempengaruhi kemiskinan dengan teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang menunjukan semakin banyak output nasional, mengidentifikasi semakin banyak yang bekerja, sehingga seharusnya akan mengurangi kemiskinan. pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu pun pada pendapatan per kapita. meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi berkurangnya tingkat kemisknan.

Terjadinya krisis pada pertengahan 1997 memperlihatkan pondasi perekonomian Indonesia yang sudah dibangun sekian lama mengalami guncangan hebat. Krisis ini juga berimbas pada indikator makro lainnya seperti inflasi yang meningkat tajam yang menyebabkan tingkat harga terutama harga barang kebutuhan pokok melonjak drastis sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Situasi ini semakin memperparah kemiskinan yang pada masa sebelum krisis


(58)

42 belum teratasi secara berarti. Selain itu, menggeser titik aman perekonomian dan iklim usaha kearah yang kurang aman, sehingga banyak perusahaan/ investor baik swasta domestik maupun asing yang mempersempit wilayah usahanya dan mengurangi pekerja bahkan sampai gulung tikar. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pengangguran dan kemiskinan

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan. (halaman berikut)


(59)

43 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) (X2)

Dummy Crisis (DM) (X3)

Tingkat Kemiskinan (Y)

Uji Asumsi Klasik • Uji Normalitas • Uji Linieritas

• Uji Multokolinieritas • Uji Heterokedasitas • Uji Autokorelasi

Analisis Regresi Berganda Produk Domestik

Bruto (PDB) (X1)

Uji Hipotesis • Uji t

• Uji f

• Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil Penelitian dan Pembahasan


(60)

44 F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

1. PDB diduga mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, dimana kenaikan tingkat output akan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Ho : Tidak terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

Ha : Terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia

2. TPAK diduga mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, dimana kenaikan tingkat TPAK yang produktif menghasilkan output yang tinggi, begitu pula dengan pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang akan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

Ha : Terdapat pengaruh antara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia


(61)

45 3. Krisis ekonomi diduga mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan, dimana terjadinya krisis ekonomi akan meningkatkan kemiskinan di Indonesia.

Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel Dummy Crisis terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

Ha : Terdapat pengaruh antara variabel Dummy Crisis terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia


(62)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A . Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel tidak bebas (dependent variable) dan dua variabel bebas (independent variable) yaitu:

a. Variabel bebas yaitu Prouduk Domestik Bruto (PDB) , Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Dummy Crisis (DM)

b. Variable tidak bebas yaitu Tingkat Kemiskinan.

Data-data yang digunakan adalah data tahunan yaitu pada saat tiga belas tahun sebelum krisis moneter dan dua belas tahun setelah krisis moneter (1984-2009).

B. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah tingkat kemiskinan, produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy crisis.

Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah tingkat kemiskinan, produk dometik bruto, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy crisis selama periode 1984 - 2009 dengan berupa data per tahun di Indonesia. C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sangat penting untuk mempertanggung jawabkan kebenaran ilmiah suatu penelitian, selain itu metode penelitian juga diperlukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang di kehendaki. Dalam penelitian ini data dihimpun melalui penelitian tingkat kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan data sebagai berikut:


(63)

47 1. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data time series, yaitu merupakan data atau informasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta

2. Metode Pengumpulan Data

a. Field research

Penulis melakukan penelitian ketempat-tempat yang menyediakan data-data sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi seperti BPS.

b. Library research

Landasan dan teori yang kuat dibutuhkan dalam pemecahan masalah, sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dan LIPI dengan mengumpulkan buku-buku, jurnal-jurnal, dan sumber dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

c. Internet Research

Terkadang buku refrensi atau literature yang kita miliki atau diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu yang selalu berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh up to date seperti : www.google.com dan www.wikipedia.com. D. Metode Analisis data

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pengujian hipotesis, khususnya dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Adapun alat analisis yang digunakan adalah:


(64)

48 1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat yang diestimasi telah memenuhi asumsi klasik dari regresi berganda atau belum, sehingga nilai koefisien regresinya mendeteksi nilai sebenarnya. Jika model yang digunakan memenuhi syarat tersebut, berarti tidak ada masalahnya dalam menggunakan metode regresi berganda. untuk memperoleh model yang baik, model harus terbebas dari masalah-masalah dalam regresi yaitu multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. (Gujarati, 2006: 183).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai model regresi yang baik. Model regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Jargue-Bera Test atau J-B test.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis

Ho: residual berdistribusi tidak normal Ha: residual berdistribusi normal

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (distribusi data normal)

• Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (distribusi data tidak normal)


(65)

49 b. Uji Linieritas

Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama

Ramsey RESET test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis

Ho: model tidak linier Ha: model linier

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

• Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan, Ho ditolak (model linier) • Bila probabilitas obs*R2 < 0.05 maka tidak signifikan Ha ditolak (model

tidak linier).

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya hubungan linier yang sempurna antara semua variabel bebas. Jika terjadi hubungan linear yang sempurna maka terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi hubungan yang linear diantara variabel bebasnya.


(1)

88 Hasil Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: TPAK Method: Least Squares Date: 06/15/11 Time: 21:15 Sample: 1984 2009

Included observations: 26

Variable

Coefficien

t Std. Error t-Statistic Prob. LPDB 0.911853 0.571745 1.594860 0.1244 DM 7.535530 1.416220 5.320874 0.0000 C 36.52205 13.33257 2.739310 0.0117 R-squared 0.878138 Mean dependent var 62.49962 Adjusted R-squared 0.867541 S.D. dependent var 5.187882 S.E. of regression 1.888123 Akaike info criterion 4.217211 Sum squared resid 81.99521 Schwarz criterion 4.362376 Log likelihood -51.82374 F-statistic 82.86906 Durbin-Watson stat 1.964725 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

89 Dependent Variable: LPDB

Method: Least Squares Date: 06/15/11 Time: 21:16 Sample: 1984 2009

Included observations: 26

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob. DM 1.078194 0.696658 1.547667 0.1354 TPAK 0.109204 0.068472 1.594860 0.1244 C 16.99247 3.959752 4.291296 0.0003 R-squared 0.753775 Mean dependent var 24.35678 Adjusted R-squared 0.732364 S.D. dependent var 1.263035 S.E. of regression 0.653412 Akaike info criterion 2.094950 Sum squared resid 9.819794 Schwarz criterion 2.240115 Log likelihood

-24.23435 F-statistic 35.20530 Durbin-Watson stat 0.451775 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

90 Dependent Variable: DM

Method: Least Squares Date: 06/15/11 Time: 21:17 Sample: 1984 2009

Included observations: 26

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob. TPAK 0.073221 0.013761 5.320874 0.0000 LPDB 0.087479 0.056523 1.547667 0.1354

C

-6.206998 0.784642 -7.910615 0.0000 R-squared 0.877426 Mean dependent var 0.500000 Adjusted R-squared 0.866768 S.D. dependent var 0.509902 S.E. of regression 0.186119 Akaike info criterion

-0.416691 Sum squared resid 0.796729 Schwarz criterion

-0.271526 Log likelihood 8.416988 F-statistic 82.32115 Durbin-Watson stat 1.968175 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

91 Hasil Uji Heteroskedasitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 5.419495 Probability 0.002605 Obs*R-squared 14.95907 Probability 0.010539

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 06/15/11 Time: 21:13 Sample: 1984 2009

Included observations: 26

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

C

-2.207202 1.592916 -1.385636 0.1811 TPAK

-0.085996 0.035221 -2.441595 0.0240 TPAK^2 0.000667 0.000284 2.346806 0.0293 LPDB 0.401339 0.109516 3.664661 0.0015 LPDB^2

-0.008079 0.002218 -3.642171 0.0016 DM 0.003072 0.011911 0.257910 0.7991 R-squared 0.575349 Mean dependent var 0.011690 Adjusted R-squared 0.469186 S.D. dependent var 0.014037 S.E. of regression 0.010227 Akaike info criterion

-6.128438 Sum squared resid 0.002092 Schwarz criterion

-5.838108 Log likelihood 85.66969 F-statistic 5.419495 Durbin-Watson stat 1.205345 Prob(F-statistic) 0.002605


(5)

92 Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.171242 Probability 0.330358 Obs*R-squared 2.725954 Probability 0.255898

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/15/11 Time: 21:12

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

TPAK

-0.007561 0.014873 -0.508389 0.6167 LPDB

-0.011757 0.044831 -0.262261 0.7958 DM 0.112605 0.150484 0.748289 0.4630 C 0.703391 1.078143 0.652410 0.5216 RESID(-1) 0.230076 0.255442 0.900699 0.3785 RESID(-2)

-0.335490 0.263664 -1.272413 0.2178 R-squared 0.104844 Mean dependent var 3.14E-15 Adjusted R-squared

-0.118945 S.D. dependent var 0.110263 S.E. of regression 0.116637 Akaike info criterion

-1.260334 Sum squared resid 0.272082 Schwarz criterion

-0.970004 Log likelihood 22.38434 F-statistic 0.468497 Durbin-Watson stat 1.713176 Prob(F-statistic) 0.795155


(6)

93 Lampiran 3 Hasil Uji Regresi Berganda

Dependent Variable: LKM Method: Least Squares Date: 06/15/11 Time: 20:59 Sample: 1984 2009

Included observations: 26

Variable

Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob. TPAK 0.018790 0.012981 1.447575 0.1618 LPDB

-0.102939 0.037509 -2.744363 0.0118 DM 0.337423 0.131684 2.562366 0.0178 C 18.48103 0.955841 19.33483 0.0000 R-squared 0.692937 Mean dependent var 17.31688 Adjusted R-squared 0.651064 S.D. dependent var 0.198983 S.E. of regression 0.117541 Akaike info criterion

-1.303422 Sum squared resid 0.303949 Schwarz criterion

-1.109869 Log likelihood 20.94449 F-statistic 16.54881 Durbin-Watson stat 1.558382 Prob(F-statistic) 0.000008